PAPER PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Istilah Bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini dan bahkan
sangat penting peranannya dalam sistem pendidikan.ini semuanya terbukti karena
Bimbingan & konseling telah di masukkan dalam kurikulum.dalam membicarakan
masalah pelayanan Bimbingan & konseling dalam kaitannya dengan proses
belajar mengajar pada situasi pendidikan secara keseluruhan.Pada hakekatnya
kita mencoba untuk mengerti & memahami secara mendalam tentang setiap
komponen yang ikut berperan demi terlaksananya proses itu secara baik dan
menyeluruh.
Perlunya setiap komponen d pahami secara baik oleh setiap pengelola proses
itu adalah disebabkan,jika salah satu komponen tidak befungsi secara
sempurna,besar kemungkinan proses ituakan mengalami kemacetan sehingga hasil
yang di harapkan tidak maksimal dengan kemampuan,bakat,minat dan cita-citanya.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan
kita,mengingat bahwa suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang di berikan kepada
individu pada umumnya,dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya.Hal ini sangat relevan jika dilihat dari prumusan bahwa
pendidikan itu adalah merupakan usaha saadar yang bertujuan untuk mengembangkan
kpribadiaan dan potensi-potensi ( bakat,minat,dan kemampuan).kepribadian
menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuan meliputi
maaslah akademik dan keterampilan.Tingkat kepribadian dan kemampuan yang di
miliki oleh seseorang adalah suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan.
1.2
Permasalahan
Berasarkan
latar belakang di atas, permasalahan yang akan dijawab dan dibahas dalam tulisan
ini adalah :
1. Bagaimana
sejarah munculnya Bimbingan dan Konseling?
2. Bagaimana Sejarah
Bimbingan dan Konseling di Indonesia?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui sejarah
munculnya bimbingan dan konseling.
2.
Memahami
sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia
1.4
Lingkup Permasalahan
Pada Paper
ini, pembahasan dibatasi pada sejarah Bimbingan dan Konseling, serta pemahaman
Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia. Pada pembahasan topik ini
dilakukan dengan penelitian studi pustaka, dimana penulis mendapatkan materi
melalui mencari dan membaca refrensi dari berbagai buku di perpustakaan baik
perpustakaan kampus, perpustakaan daerah maupun membaca buku berbasis online.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun
karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif
dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan
peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan
perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses
interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku.
2.2
Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling Secara Umum
2.2.1
Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan
didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank
Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance
Movement in American Education”. yang menekankan pentingnya setiap
individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami
berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar
dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik
yang tepat bagi dirinya.
Disinilah pertama kalinya istilah Bimbingan (Vocational
Guidance) dikenal, tepatnya pada akhir abad ke - 19 hingga awal abad
ke - 20 di Boston. Dengan didirikannya biro yang bergerak di bidang profesi dan
ketenaga kerjaan. Dengan tujuan membantu para pemuda dalam memilih karir yang
ia bidangi dan melatih para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.
Pada masa yang hampir bersamaan, seorang konselor di Detroit Jasse
B. Davis mulai memberikan layanan Konseling Pendidikan dan pekerjaan
di SMA (1898). Dan pada tahun 1907 ia mencoba memasukkan program
Bimbingan (Guidance) ke dalam pengalaman pendidikan para
siswa Central High School di Detroit.
Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan sebuah komite yang diketuainya
sendiri yaitu Students Aid Committee Of The High School di New
york. Dalam pengembangan komitenya, Weaver sampai pada kesimpulan bahwa siswa
butuh saran dan konsultasi sebelum mereka masuk dunia kerja. Pada tahun
1920-an, para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan dapat membantu
para siswa dalam memilih sekolah dan pekerjaan. Selama tahun 1920-an itu pula,
sertifikasi konselor sekolah mulai diterapkan pada kedua kota tersebut.(Bimo
Walgito,2010:15)
Jika dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-mulanya hanya
dikenal sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational Guidance),
sebagaimana peran dari Biro yang didirikan Frank Parson di Boston. Namun
sebenarnya tidak hanya itu,di sisi lain perkembangan Bimbingan Konseling pun
merambah kebidang pendidikan (Education Guidance) yang
dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula adanya bimbingan dalam
segi kepribadian (Personal Guidance).
Pada dasarnya, Bimbingan Konseling tidak hanya
berkmbang pada bidang-bidang tersebut, namun berkembang pula pada bidang-bidang
lain yang meliputi pengertian dan praktek bimbingan dan Konseling, seperti
bimbingan dalam bidang sosial, kewarganegaraan, keagamaan, dan lain-lain.
2.2.2
Faktor- Faktor yang Melatar Belakangi Berkembangnya Bimbingan Konseling
Upaya layanan bimbingan dan konseling secara profesional lahir di Amerika
Serikat dan berkembang pesat abad ke-20. Banyak faktor yang mendorong pesatnya
perkembangan disiplin ilmu ini, hingga mampu menerobos institusi-institusi
pendidikan khususnya sekolah. Sedikitnya, terdapat enam faktor yang mempelopori
perkembangan bimbingan dan konseling tersebut, di antaranya yaitu:
1.
Perhatian pemerintah terhadap
penduduk imigran yang datang ke Amerika Serikat dari kawasan Eropa, mereka
membutuhkan pekerjaan yang layak, dari situlah kemudian mendapat layanan dari
biro - biro vokasional pemerintah, yang melalui
penyuluhan - penyuluhan untuk mengarahkan bakat dan minat mereka agar
pekerjaan yang di dapat sesuai dengan potensi mereka.
2.
Pandangan Kristen yang beranggapan
bahwa dunia adalah tempat pertempuran antara kekuatan baik dan buruk, atas
dasar ini maka berbagai lembaga pendidikan di wajibkan mengajarkan moral
kebaikan agar anak didiknya kelak menjadi pemenang dalam melawan kejahatan atau
keburukan tersebut.
3.
Pengaruh dari disiplin ilmu
kesehatan mental yang pada awalnya memperjuangkan perlakuan manusiawi kepada
orang - orang yang terkena gangguan jiwa dan sedang di tampung di
rumah sakit. Kemudian disiplin ilmu ini melakukan gerakan antisipasi terhadap gangguan
mental kepada masyarakat. Sebab mereka berangggapan bahwa gangguan mental dapat
di cegah jika mampu dideteksi sejak dini.
4.
Dampak dari gerakan testing
psikologis yang semakin mengembangkan sayapnya dalam membuat
instrumen-instrumen berupa tes-tes kepribadian untuk menyeleksi karyawan di
berbagai perusahaan.
5.
Subsidi dari pemerintah terhadap
federal yang memungkinkan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengangkat beberapa
konselor untuk menangani bimbingan karier, pendidikan karier, penanggulangan
kenakalan remaja, antisipasi terhadap penggunaan obat bius, dan lain – lain
6.
Pengaruh dari penyakit terapi
nondirektif (client cetered therapy), yang dikembangkan oleh Carl Rogers,
dengan menggantikan pendekatan otoriter serta paternalistic dengan pendekatan
pada potensi personal kliennya.(Jareperpus,2011).
2.3
Sejarah Munculnya Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling (guidance and counseling) sebagai disiplin ilmu yang berkembang
sejak permulaan abad ke-20 M. Tepatnya pada tahun 1908-1909 dimana
merupakan periode dasar-dasar ilmiah bimbingan dan konseling diletakkan oleh
beberapa ahli ilmu jiwa dan pendidikan.
Masalah bimbingan dan konseling di amerika serikat telah di mulai dirintis
sejak tahun 1887 yaitu dengan dilaksanakannya “Home Econic Program” di Missouri
pertama kali,kemudian diikuti di boston tahun 1894.Pada tahun 1902 telah mulai
perawat yang berpraktik di New York sekalipun demikian ,bimbingan secara khusus
memberikan perhatian kepada anak-anak baru kali pertama dilaksanakan pada tahun
1896.tokoh pertama gerkan bimbingan anak-anak adalah Witner yang mendirikan
klinik di universitas Pennsylvania ,Amerika serikat.
Menurut Drs H.M Arifin ,M.ED ,pada masa awal kemunculan
bimbingan & konseling ,terjadi tiga gerakan yang
masing-masing mempunyai arah perkembangannya sendiri
yaitu sebagai berikut :
1)
Gerakan yang berusaha memanfaatkan pengukuran psikologis tentang kemampuan
mental anak untuk di pergunakan sebagai dasar pengertian dalam pelaksanaan
bimbingan & konseling
2)
Mental Hygiene ( kesehatan jiwa ) adalah juga termasuk salah satu gerakan
yang mempengaruhi perkembangan bimbingan & konseling.
3)
Vocational Guidance yaitu suatu bimbingan yang menitikberatkan bantuan
kepada terbimbing dalam jabatan atau pekerjaan sekarang dan yang akan datang ,menurut
kemampuan masing-masing.[1]
Menurut Arthur E.Traxler dan Robert D,North,dalam
bukunya berjudul :”Techniques of guidance” (1996),di sebutkan beberapa kejadian
penting yang mewarnai sejarah bimbingan di antaranya :
1)
Pada akhir abad ke-19 dan awal ke-20 timbullah suatu gerakan
kemanusiaan,yang menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi
sosialnya.
2)
Agama.
3)
Airan kesehatan mental ( Mental Hygiene ),timbul dengan tujuan perlakuan
yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai
gejala,tingkat penyakit jiwa,pengobatab dan cara pencegahannya.
4)
Perubahan dalam masyarakat.Akibat perang dunia I dan II ,
pengangguran, depresi,perkembangan teknologi, wajib belajar dll. mendorong
beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka
bersekolah.perubahan masyarakat ini mendorong para pendidik untuk memperhatikan
setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar meraka dapat menyelesaikan
p;endidikannya dengan berhasil.[2]
Jika dilihat dari latar belakangnya, konseling
muncul karena adanya sejumlah pertanyaan yang perlu dijawab individu
dan untuk itu perlu bantuan profesional. Jika di
lihat eksistensinya, konseling merupakan salah satu bantuan profesional yang
sejajar dengan- misalkan kedokteran, psikoterapi, psikiatris,
dan penyuluhan sosial. Dilihat dari kedudukannya dalam proses keseluruhan
bimbingan, atau dalam bahasa ingrisnya guidance, konseling merupakan bagian integral, atau teknik andalan, bimbingandan
disini kebiasaan orang menggabungkannya menjadi "Bimbingan
Konseling".
Konseling asal mulanya bukan dari negara kita
tercinta ini, namun ia merupakan produk inpur dari negeri Amerika Serikat.
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia
melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang
kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien (client
centered). Namun demikian ada juga yang berpendapat bahwa
bimbingan konseling ini dimulai pada tahun 1896. Hal
inidapatdilihatdaripemyataan yang terdapatdalambukuJauh J. Pietrofesa
(Chicago), dalambukunya yang berjudul Counseling Theory, Researce, and Prectice"a
psychological counseling clinic was established by lighnerwitmer at the
University of Pennsylvania", sementara itu Shertzerdan Stone
memperkirakan bahwa konseling mulai ada pada tahun 1898, melaluiungkapan, "counseling
my have begun in 1898 when Jesse B. Davis begun work as counselor at Central
High School in Detroit, Michigan".
Bila kita telusuri maka bimbingan dan penyuluhan
itu mulai timbul sekitar permulaan abad XX .gerakan ini mula-mula timbul di
amerika yang di pelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons,jesse
B.Davis,Eli Wever,John brewer. Pada tahun 1908 di Boston oleh Frank parsons,didirakanlah
suatu biro yang dimaksudkan untuk mencapai efisiensi kerja dan beliaulah yang
mengemumakakan istilah “Vocational Guidance” dan beliau mengusulkan agar
masalah “vacational guidance” dimasukkan dalam kurikulum sekolah.Dengan langkah
ini dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat perhatian yang
begitu jauh oleh beliau ini.Dengan demikian maka akan menjadi jelaslah bagi
kita bahwa bimbingan dan konseling yang kita dapati sekarang ini adalah
merupakan perkembangan yang lebih lanjut dari “Vacational Guidance”yang
dirintis oleh Frank Parsons,[3]
Setelah mengalami pengembangan dan pemantapan di
negeri asalnya, kemudian bimbingan dan konseling ini pun menyebar ke beberapa
negara yang ada di dunia, hingga sampai juga ke negara kita. Indonesia, diawali
daridimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan)
pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960, merupakan salah
satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP,
yang kemudian menjadi IKIP) di Malang, tepatnya pada tanggal 20-24 Agustus
1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP
Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP
Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP
Malang, dan IKIP Menado. Melalui provek ini Bimbingan dan Penyuluhan
dikembangkan, juga berhasil disusun "Pola Dasar Rencana dan
Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan "pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975
untuk Sekolah Menengah Atas di dalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA
Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan
Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S.1. Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di
sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan.
Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989
dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen
tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas
seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah tidak jelas,hanya lagi pengguna terutama orang tua murid
berpandangan kurang bersahtaat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP
identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah
oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti
bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No.83/1993 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan
tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu
dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk
pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud
im istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di
sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing, di sinilah pola pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga
hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum,
sosiokultural dan aspek psikologis. Secara umum, Tatar belakang perlunya
bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:
meningkatkan kualitas, sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu
perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah
satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosiok-ultural, yang melatar belakangi
perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyang pesat
sehingga berdampak di setiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah
dengan lajupertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekejaan relatif
menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima
hal yang melatar belakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
1.
Masalah perkembangan
individu,
2.
Masalah perbedaan
individual,
3.
Masalah kebutuhan individu,
4.
Masalah
penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku dan
5.
Masalahbelajar
Faktor-faktor pendorong perkembangan Bimbingan
Konseling sekolah secara umum di Indonesia, di antaranya:
1.
Pada diri
individu yaltu adanya masa-masa kritis dalam tiap masa perkembangan individu,
terutama dalam masa remaja
2.
Pada kondisi
luar individu seperti kondisi teknologi yang berkembang pesat; kondisi
nilai-nilai demokratis, nilai-nilai etika pergaulan, nilai-nilai
humanistic versus pragmatic; kondisi struktural dan kebidangan dalam pendidikan
dan lapangan kerja; dan kondisi-kondisi lainnya, termasuk di antaranya proses
transmigrasi dan urbanisasi, kehidupan masyarakat massa yang telah menjauhkan
hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antara manusia dalam arti fisik dan
praktis.
Selain itu faktor-faktor pendorong lain dari
perkembangan konseling, khususnya konseling sekolah, adalah adanya keperluan
nyata dan keperluan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan
yaitu:
1.
Dalam
menghadapi saat-saat kritis misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan
pergaulan, diperlukan adanya tipe konseling kritis
2.
Dalam
menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan
untuk arch diri dan pengambilan keputusan dalam karier, akademik, dan pergaulan
sosial, diperlukan adanya tipe konseling fasilitatif
3.
Dalam
mencegah sedapat munakin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan, karier
dan sebagainya, diperlukan adanya tipe konseling preventif
4.
Dalam
menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan
akademik, diperlukan adanya tipe konseling developmental
Sehingga dengan demikian, kebutuhan akan hubungan
bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada
dasarnya timbul dari diri dan luar diri individu yang melahirkan seperangkat
pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Sebagaimana diterangkan oleh Shertzerdan Shelly C. Stone dalam bukunya Fundamental of Counseling (Boston; Houton Alln Company, 1974) hal 22 "despite
technological progress, man essential and perennial problem remain: Who am P
How did I be comethey way I am? Am I normal? What good? What is reality? Or
what value is life? How can I be more productive... more sensitive... more
sensible... more alive?"
Perkembangan bimbingan disekolah untuk masa mendatang di Indonesia, menunjukkan adanya kemajuan yang terus meningkat
dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penunjang
diantaranya:
1.
Secara formal lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia sudah melaksanakan bimbingan, meskipun belum terlaksananya secara
efektif dan profesional.
2.
Telah ada Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Buku III C,
Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan untuk SMP/SMA tahun 1975.
3.
Terdapat lembaga pendidikan/Pendidikan Tinggi,
seperti FIP-IKIP dan FKIP dengan jurusan/program bimbingan konseling sekolah,
yang memproduksi tenaga-tenaga profesional bimbingan sekolah.
4.
Telah diselenggarakan berbagai penataran Bimbingan
dan Konseling untuk petugas Bimbingan disekolah.
5.
Kurikulum semua Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) telah mencantumkan mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
6.
Telah terbentuk Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI) yang dari pusat sampai kedaerah-daerah merupakan wadah untuk
mengembangkan jalur hubungan antara petugas bimbingan maupun pihak-pihak lain
(vertikal maupun horison).
7.
Tersedia tenaga terampil dan berwenang untuk
melaksanakan tes psikologi dibeberapa lembaga dan wilayah yang dengan berbagai
instrumen tes psikologi yang telah dikembangkan oleh beberapa lembaga yang
berwenang di Indonesia.
2.4
Sejarah
Bimbingan dan Konseling di Indonesia
2.4.1
Sebelum
Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa
penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam
cengkeraman penjajah (Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah).
Para siswa dididik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi
seperti ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan
pendidikan masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapi,
rasa nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangat tebal sehingga upaya
penjajah banyak mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia yang cinta akan nasionalisme
dan kemerdekaan berusaha untuk memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia
melalui pendidikan. Salah satu di antaranya adalah Taman Siswa yang dipelopori
oleh K.H. Dewantara yang dengan gigih menanamkan nasionalisme di kalangan para
siswanya. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada hakikatnya adalah
dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
2.4.2
Dekade
40-an (Perjuangan)
Dalam bidang
pendidikan, pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Masalah kebodohan dan keterbelakangan
merupakan masalah besar dan tantangan yang paling besar bagi pendidikan pada
saat itu. Tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar
memahami dirinya sebagai bangsa yang merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan
UUD 1945. Hal ini pulalah yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat
itu.
2.4.3
Dekade
50-an (Perjuangan)
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih
banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Upaya membantu siswa dalam
mencapai prestasi lebih banyak dilakukan oleh guru di kelas atau di luar. Akan
tetapi, pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan
benar-benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa di sekolah agar dapat
berprestasi meskipun dalam situasi yang amat darurat.
2.4.4
Dekade
80-an
Pada dekade 80-an
ini bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk
menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional. Dengan demikian, maka
upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih mengarah kepada profesionalisasi yang
lebih mantap.
Pada saat ini, profesi konselor secara legal
formal telah diakui dalam sistem pendidikan nasional. Konselor sekolah atau
guru bimbingan dan konseling merupakan profesi yang sudah diakui keberadaannya
di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 yang mengatakan bahwa guru
bimbingan dan konseling atau konselor adalah guru pemegang sertifikat
pendidikan.[4]
KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling (guidance
and counseling) sebagai disiplin ilmu yang berkembang sejak permulaan abad
ke-20 M.Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan
kita,mengingat bahwa suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang di berikan kepada
individu pada umumnya,dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya.Hal ini sangat relevan jika dilihat dari prumusan bahwa
pendidikan itu adalah merupakan usaha saadar yang bertujuan untuk mengembangkan
kpribadiaan dan potensi-potensi ( bakat,minat,dan kemampuan).kepribadian
menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuan meliputi
maaslah akademik dan keterampilan.Tingkat kepribadian dan kemampuan yang di
miliki oleh seseorang adalah suatu gambaran mutu dari orang tersebut.
Manusia
perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.Dengan mengenal dirinya ini
manusia akan bertindak dengan tepat dengan sesuai dengan kemampuan-kemampuan
yang ada padanya.tetapi tidak semua manusia dapat sampai kepada kemampuan
ini.Bagi mereka ini sangat di perlukan pertolongan atau bantuan dari orang
lain,dan hal ini dapat di berikan Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.Kenyataan menunjukkan bahwa
manusia di dalam kehidupannya sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih
berganti.Persoalan yang satu dapat diatasi,persoalan yang lain timbul demikian
seterusnya.Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu dengan
lainnya , baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam kemampuan-kemampuannya,maka
ada manusaia yang sanggup mengatasi persoalannya tanpa ada bantuan atau
pertolongan dari orang lain.Bagi yang akhir inilah Bimbingan & konseling
sangat di perlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, Robert L. dan Marianne H. Mitchell.
2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komalasari, Gantina dkk. 2011. Teori dan
Teknik Konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Latipun. 2006. Psikologi Konseling.
Malang: Penerbitan UMM.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Andi Offset.
[2] Gibson, Robert
L. dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment