1

loading...

Kamis, 02 November 2017

MAKALAH PSIKOLOGI

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN “Teori Perkembangan”

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembanga psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan mati.  Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
Sehinnga ketika besok kita sudah menjadi guru atau orang tua tidak salah dalam mendidik atau menanggapai tingkah laku anak didik atau anak kita sendiri. Karena banyak kasus yang salah dalam pengambilan tindakan yang dilakukan guru atau orangtua terhadap anak didiknya atau anaknya sendiri. Yaitu salah dalam hal memahami keinginan atau tindakan “super” (anak berkebutuhan khusus) dari peserta didik atau anak kita sendiri.
Sehinnga disuatu kesempatan kita tidak menghambat langkah dari anak-anak tersebut. Yaitu ketika anak sudah pintar berlari kita malah baru mengajarinya berjalan, dan ketika para anak-anak sudah dapat terbang kita sebagai guru atau orang tua malah baru mengajarinya berlari.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan?
2.      Bagaimana fungsi dan hubungan perkembangan?
3.      Apa hubungan teori dan data empirisme?
4.      Apa saja isu-isu utama dalam psikologi perkembangan?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan perkembangan
2.      Untuk mengetahui fungsi dan hubungan perkembangan
3.      Untuk mengetahui hubungan teori dan data empirisme
4.      Untuk mengetahui isu-isu utama dalam psikologi perkembangan

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perkembangan
Perkembangan menunjukkan adanya perubahan, adanya masa yang dilalui, menunjukkan suatu proses.  Proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia.  Perkembangan mengacu pada perubahan sepanjang waktu selama manusia hidup (change over times). Perkembangan menunjukkan perubahan yang sifatnya progresif.[1]
Yang dimaksud progresif adalah perkembangan manusia bergerak maju yang sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Pada masa tua kondisi fisik yang mengalami penurunan, hal tersebut kemudian mempengaruhi kondisi psikisnya. Pada hakikatnya orang tersebut tetap mengalami perkembangan secara progresif.
Beberapa pengertian mengenai perkembangan :
1.      Elizabeth Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
2.      Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan yang sistematik atau terorganisir dalam diri individu.
3.      Mussen cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi ada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits, yang terjadi secara teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang lebih terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih kompeten dan lebih efisien.
Secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu.


B.     Fungsi  dan Hubungan Perkembangan
Perkembangan yang terjadi tidak hanya diakibatkan oleh adanya perubahan fisik dari tubuh individu akan tetapi juga dari lingkungannya. Interaksi individu dengan keluarga, masyarakat, kehidupan sosial budaya dilingkungannya memiliki peran dalam perkembangan fungsionalnnya. Secara bersama sama fungsi fisik, fungsi psikologis, dan fungsi sosial membentuk aktivitas fungsional.
1.      Fungsi fisik: keterampilan sensomotorik yang berperan dalam aktivitas sehari hari seperti berpakaian, makan, merawat diri, dll
2.      Fungsi psikologis: berperan dalam aktivitas intelektual, motivasi, konsentrasi, problem solving, dan tingkah laku, atau prilaku
3.      Fungsi social: mempengaruhi kemampuan interaksi individu dengan lingkungan sekitar
Dari skema diatas, dapat di tafsirkan bahwa untuk membentuk status fungsional, tidak satupun dari katagori fungsi yang dapat berdiri sendiri, akan tetapi ketiganya saling berhubungan dan saling ketergantungan. Banyak fungsi-fungsi sosial yang sangat tergantung oleh kemampuan dari fungsi fisik (mobilitas pada interaksi sosial) dan fungsi psikologis (intelegensi, status emosional, dan motivasi).

C.    Hubungan Teori dan Data Empiris
Perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani (fisio-psikis) manusia yang menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Proses-proses perkembangan yang berkaitan dengan kegiatan belajar diantaranya:
1.      Motor Development (Perkembangan Motor) Siswa
Dalam psikologi, motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan pada otot-otot dan gerkan-gerakannya, juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya. Dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang menigkatkan atau menghasilkan stimulasi / rangsangan terhadap organ-organ fisik. Motor Development (perkembangan motor) merupakan perkembangan progresif dan berhubungan dengan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
Keterampilan motorik (Motor skill). Orang yang memiliki keterampilan motorik mampu melakukan suatu gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan motor skills yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu: [2]
a)      Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf
Pertumbuhan syaraf dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi anak meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola tingkahlaku baru. Semakin baik perkembangan system syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimikinya
b)      Pertumbuhan otot-otot
Penigkatan tonus (tegangan otot) anak dapat menimbulakan perubahan dan penigkatan aneka ragam kemampuan dan kakuatan jasmaninya. Pendayagunaan otot-otot tersebut tergantung pada kualitas pusat system syaraf dalam otaknya
c)      Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar-kelenjar endoktrin (endocrine glands). Kelenjar endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam tubuh yang memproduksi dalam hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam tubuh melalui aliran darah. Lawan endokrin adalah eksokrin (excocrine) yang memiliki pembuluh tersendiri untuk meyalurkan hasil sekresinya (proses pembuatan cairan atau getah)seperti kelenjar ludah (Gleitman, 1987). Perubahan fungsi kelenjar akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya.
d)     Perubahan struktur jasmani
Pengaruh Perubahan fisik seseorang juga tampak pada sikap dan perilaku terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self concept) siswa tersebut. Self concept ialah totalitas sikap dan presepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. [3]
2.      Cognitive Development (Perkembangan Kognitif) Siswa
Cognitive berasal dari kata cognition yang pandannya Knowing, berarti mengetahui, dalam arti yang luas cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser, 1976).
Kognitif adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak. Istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecah masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Aktivitas ranah kognitif juga mempengaruhi bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni kapasitas motor dan kapasitas sensori. Aktifitas ranah kognitif manusia itu pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masa bayi, yakni rentang kehidupan antara 0-2 tahun.
Ranah Kognitif (cognitive domain) menurut Bloom Dan Kawan-Kawan adalah:
(1)    Pengetahuan: Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
(2)    Pemahaman: mencakup pengetahuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
(3)    Penerapan: mencakup kemampuan untuk menagkap kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/ problem yang konkret atau baru
(4)    Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga setruktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik
(5)    Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru
(6)    Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.
Sedangkan perkembangan kognitif, menurut Jeen Piaget, pakar disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak mengklasikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu:
a)      Tahap Sensori-Motor (0 – 2 tahun)
Pada umumnya bayi yang berusia dibawah usia 18 bulan, belum memiliki Object permanence. Artinya benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar selalu dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada ditempat lain.
Ketika seorang bayi berinteraksi dengan lingkungannya, ia akan mengasimilasi sekema sensori motor sedemikian rupa dengan mengarahkan kemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai ekuilibrium yang memuaskan kebutuhannya.
Pada fase ini aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman langsung dari panca indra.
b)      Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun)
Pada tahap ini anak akan merepresentasikan dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gamabar-gambar ini menunjukan adanya penigkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi dan sensor dan tindak fisik. Perkembangan ini bermula ketika anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence.
Sekema kognitif anak yang masih terbatas itu ialah bahwa pengamatan dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan yang ia tanggapi sangat ditanggapi oleh watak egocentrism. Maksudnya anak tersebut belum bisa memahami pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya sendiri. Gejala ini disebabkan masih terbatasnya conservation (koservasi/ pengekalan) yakni operasi kognitif yang berhubungan dengan pemahaman anak terhadap aspek dan dimensi kuantitatif materi lingkungan yang ia respon.
c)      Tahap konkret operasional (7 – 11 tahun)
Anak saat ini dapat berfikir seara logis tentang peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Pada fase ini bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang berlaku dan anak masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang diberikannya.
Pada tahap konkret operasional terdapat system operasi kognitif yang meliputi:
(1)   Conservation
Conservation (konservasi/ pengekalan)adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah.
(2)   Addition of classes
Addition of class (penambahan golongan benda) yakni kemampuan anak dalam memahami cara mengombinasikan beberapa golonagan benda
(3)   Multiplication of classes                                 
Multiplication of classes (pelipat gandaan golongan benda),  yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda.
d)     Tahap formal operasional (11 – 15 tahun)
Pada fase ini, anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, mampu berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak. Mampu menangkap arti simbolis, kiasan dan menyimpulkan suatu berita dan sebagainya.

D.    Isu-Isu Penting Dalam Psikologi Perkembangan
Isu adalah kabar yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya. Pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana perkembangan manusia, apakah dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Hal-hal tersebut yang akhirnya mengganggu pemikiran para psikolog sejak berkembangnya ilmu psikologi, selanjutnya perdebatan para psikolog sering kali terjadi, diantaranya :
1.      Bawaan dan Lingkungan (Nature Vs Nurture)
Salah satu pokok permasalahan yang sering diperdebatkan diantara para ahli psikologi ialah mengenai kotroversi bawaan-lingkungan (nature-nurture controversy) yakni, apakah perkembangan utama yang terjadi pada tiap-tiap individu lebih dipengaruhi oleh bawaan ataukah lebih dipengaruhi oleh lingkungan.[4]
a.       Paham “Bawaan”
Psikolog yang menganut paham “Bawaan” mengatakan bahwa  manusia itu berkembang secara teratur sesuai dengan gen yang dimiliki oleh tiap individu hingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangannya memiliki kesamaan dengan gen tersebut.
Paham bawaan, banyak dipengaruhi oleh pendapat plato (427-346 SM) yang menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetik. Potensi individu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Artinya sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang dapat di kembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan. Baginya, pendidikan tidak lain hanyalah upaya untuk menarik potensi itu keluar, namun tidak menambahkan sesuatu yang baru.
Contohnya, dengan memberikan stimulasi ringan pada telapak tangan bayi muda-belia dapat menimbulkan gerakan menggenggam pada tangan bayi tersebut.
Respon dalam bentuk menggenggam yang diberikan oleh bayi tersebut, merupakan perintah yang diberikan oleh DNA kepada syaraf-syaraf atau reseptor yang berada di telapak tangan.
Pada bayi yang baru lahir, gerakan-gerakan yang dimunculkan adalah gerakan reflek dan instink. Gerakan instink digunakan untuk mempertahankan (kehidupan) diri. Yaitu, instink untuk makan dan minum. Untuk keperluan-keperluan yang lain, dia sangat menggantungkan diri pada lingkungannya. Kesempatan untuk mendapatkan pertolongan dengan respon menangis sebagai gerakan refleknya.
Anak-anak dianggap oleh paham ini sebagai miniatur orang dewasa. Secara sosial anak-anak juga diperlakukan layaknya orang dewasa. Selain itu proses-proses yang mendasari cara berpikir dan perbuatan yang dilakukan  oleh anak tersebut dianggap sama seperti orang dewasa. Dan apabila ia melakukan perbuatan menyimpang dari standart orang dewasa, anak tersebut dianggap bodoh dan tolol. Sementra jika anak melakukan perbuatan ang melanggar norma sosial dan moral, maka ia dianggap telah melakukan sebuah kejahatan dan menerima hukuman seperti orang dewasa.[5]
Paham ini juga menyatakan bahwa lingkungan ekstrim, yakni berupa kondisi psikolois yang hampa dan bermusuhan, merpakan faktor yang dapat menghambat laju perkembangan individu. Akan tetapi, mereka tetap yakin bahwa  kebutuhan akan pertumbuhan dasar pada individu tersebut telah terpenuhi.
b.      Paham “Lingkungan”
Berlawanan dengan paham bawaan tersebut, pada paham kedua, psikolog lain mengemukakan bahwa perkembangan pada tiap individu lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar pada perkembangan individu.
Seluruh tingkah laku yang muncul, merupakan tingkah laku yang telah dipelajari sebelumnya atau dengan kata lain di butuhkan adanya pengalaman belajar terhadap lingkungan. Dan proses perkembangan tersebut tidak tergantung pada faktor hereditas. Faktor hereditas hanya merupakan sebagian kecil yang dapat mempengarihi perkembangan manusia
Paham lingkungan, dipengaruhi oleh pendapat John Locke (1632-1704), yang mengemukakan pendapat bahwa pengalaman dan pendidikan merupkan faktor yang peling menentukan dalm perkembangan anak. Ia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan (innate knowledge). Ia mengibaratkan isi kejiwaan anak ketika dilahirkan layaknya secarik kertas kosong, dimana bentuk dan corak krtas tersebut nantinya sangat ditentukan oleh bagaimana kertas itu ditulisi.
Pengalaman yang dimaksud ialah mencakup pengalaman terhadap lingkungan biologis anak-gizi, perawatan kesehatan, obat dan kecelakaan fisik, sampai pada lingkungan sosial-keluarga, teman sebaya, sekolah, masyarakat, media dan budaya.
Contohnya, seorang anak yang merasa takut dengan adanya orang yang baru/asing yang tak pernah ia kenal/tidak akrab dengannya. Menurut Hebb dalam bukunya a Text Book of Psychology. Dalam penelitiannya mengenai contoh tadi, menyatakan bahwa ketakutan yang dirasakan anak tersebut, merupakan hasil dari pembelajarannya selama ini untuk menyukai seseorang. Dan ketika orang yang ditemui tersebut adalah orang yang jarang jarang atau tidak pernah didekatnya, maka anak tersebut cenderung akan merasa asing dan ketakutan sebagai bentuk respon yang ia berikan.[6]
2.      Kontinuitas dan Diskontinuitas
Permasalahan atau isu yang kedua ialah bagaimana laju perkembangan itu sendiri. apakah berjalan secara kontinyu ataukah diskontinyu. Dalam buku Life Span Development, John W. Santrock, memberikan dua opsi. Yang pertama, mengibaratkan  pertumbuhan manusia itu secara berangsur layaknya pertumbuhan bibit hingga menjadi sebuah pohon raksasa, dimana pertumbuhannya berjalan lambat. Ia juga menggambarkan bahwa pertumbuhan manusia itu layaknya ulat yang kemudian berubah menjadi kupu-kupu, dimana perkembangannya berjalan lebih cepat.
a)      Paham “Kontinuitas”
Sebagian psikolog berpendapat bahwa perkembangan manusia itu berjalan secara kontinyu. Maksud dari kontinuitas perkembangan (continuity of development) adalah pandangan bahwa perkembangan meliputi perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, dari pembuahan hingga kematian.
Paham ini mengatakan bahwa perkembangan manusia itu berjalan secara mulus dari waktu ke waktu melalui tahapan-tahapan perkembangan secara urut. Proses yang berjalan merupakan suatu proses pembelajaran bagi manusia dengan tujuan meraih kesuksesan tahap selanjutnya.
Contohnya, ketika seorang anak berhasil berjalan dengan jarak tiga langkah kaki orang dewasa menuju pada ibunya yang sedang membawa susu, itu semua merupakan hasil dari latihan yang dia lakaukan selama beberapa waktu. Ia juga telah melewati beberapa tahapan secara urut seperti tengkurap, duduk, merangkak hingga berjalan.
b)      Paham “Diskotinuitas”
Paham kedua mengenai laju perkembangan yakni diskontinuitas, yang memiliki pandangan yang bertentangan dengan pandangan yang pertama. Diskontinuitas perkembangan yaitu perkembangan yang meliputi tahapan-tahapan yang khas atau berbeda dalam masa hidupnya. Dalam paham ini individu di gambarkan memiliki kemampuan lebih besar pada suatu tahapan.[7]
Contohnya pada suatu saat anak berubah dari tidak mampu berpikir abstrak mengenai dunia tiba-tiba ia mampu berpikir abstrak abstrak mengenai dunia. Maksudnya berfikir abstrak adalah memikirkan sesautu yang sulit dibuktikan dan diwujudkan. Dan perubahannya cenderung mengarah pada kondisi psikis.
3.      Stabilitas dan perubahan
Permasalahan yang ke-3 ialah apakah perkembangan itu stabil ataukah mengalami perubahan selama beberapa waktu.
a)      Paham Stabilitas
Stabilitas perkembangan ialah perkembangan yang terjadi pada diri inividu sejak kecil hingga mencpai usia yang lebih tua tidak mengalami perbedaan atau tetap.
Contohnya : seorang anak TK, yang cenderung merasa malu-malu untuk berkenalandengan teman hingga ketika ia memasuki perguruan tinggi pun, ia tetap merasakan malu terhadap kontak sosial dilingkungan baru, ia akan bersikap dengan sikap yang sama, malu-malu.
b)      Paham Perubahan
Paham perubahan mengatakan bahwa perkembangan manusia itu mengalami perubahan perkembangan pada diri individu hingga mengakibatkan adanya perbedaan dengan masa-masa sebelumnya.
Klaus Riegel (1975) berpendapat bawa perubahan, bukan stabilitas merupakan kunci untuk mengalami perkembangan. Pandangan Riegel Tersebut dikenal dengan model Dialegtis (Dialectical Model) yang mencatakan bahwa setiap individu terus berubah karna brbagai kekuatan yang mendorong dan menarik perkembangn kedepan, dalam model dialektis ini tiap orang dipandang bertindak berdasarkan dan bereaksi terhadap kondisi2 sosial kesejahteraan.[8]
4.      Pengalaman sebelum dan pengalaman kemudian
a.       Pengalaman sebelumnya.
Beberapa ahli perkembangan menyatakan bahwa bila bayi tidak mengalami pengasuhan dari pemeliharaan yang hangat pada tahun pertama kehidupan perkembangan mereka tidak akan pernah optimal (Bowbly,1989)
Pengalaman pada masa pertama kehidupan memberikan pengaruh yang sangat besardalam perkembangan individu. Pengalaman-pengalaman tersebut merupakan pembekalan awal untuk proses perkembangan selanjutnya.
b.      Pengalaman kemudian
Para ahli yang mendukung paham ini menyatakan bahwa anak-anak dapat di tempa sepanjang perkembangan dan pengasuhan sebelum dan kemudian berkedudukan sama pentingnya.
Ahli perkembangan masa hidup menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman sebelumnya merupakan penyumbang penting bagi perkembangan, tetapi tidak lebih penting dari pada pengalaman-pengalaman kemudian (Baltes, 1987).
5.      Pengaruh Masa Prenatal terhadap perkembangan individu dalam jangka panjang.
Perkembangan manusia pada masa prenatal ini sangatlah penting dan sangatlah besar pengaruhnya bagi perkembangan individu dalam tahap-tahap perkembangan kehidupan selanjutnya. Pada masa ini kondisi rahimlah yang sangat menentukan perkembangan janin.
Pada umumnya rahim merupakan lingkungan yang sangat nyaman dan terlindung dari setiap gangguan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika kondisi tersebut berubah disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar hingga akibat terparah yang akan terjadi pada janin ialah kerusakan-kerusakan pada sel yang sedang terbentuk pada janin tersebut. Dan pada akhirnya bayi tersebut akan terlahir dengan kondisi cacat atau mengalami kelatarbelakangan mental.

E.     Evaluasi Isu Perkembangan
Proses perkembangan manusia hendaknya tidak dipandang sepenuhnya sebagai salah satu saja, apakah dari hereditas atau dari lingkungan atau sebagainya. Kebanyakan para ahli perkembangan masa hidup mengakui bahwa sikap (posisi) yang ekstrim dalam isu ini tidak bijaksana, perkembangan tidak semuanya kontinyu atau semuanya diskontinyu, dan tidak semuanya stabilitas dan perubahan. Karena semua itu menandai perkembangan kita sepanjang siklus masa hidup.
Lingkungan nutritif selama masa prenatal, memberikan dampak atau pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan individu di masa depannya. Faktor gen, kematangan embrio, faktor psikiologis, serta asupan-asupan dari sang ibu. Seluruh faktor tersebut sangat menunjang dan menentukan bagaimana dan seperti bayi akan terlahir nantinya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang berlangsung sepanjang hidup.
2.      Perdebatan mengenai apakah perkembangan utamanya dipengaruhi oleh bawaan atau lingkungan.
3.      Para ahli menggambarkan perkembangan sebagai kontinyu (perkembangan yang berangsur-unsur, sedikit demi sedikit) atau diskontinyu (tiba-tiba, urutan tahapan).
4.      Apakah perkembangan sebaiknya digambarkan sebagai stabil atau berubah. Suatu aspek khusus itu stabilitas perubahan ialah sejauh mana perkemagan ditentukan oleh pengalaman sebelumnya atau pengalaman kemudian. Dalam prespektif masa hidup, pengalaman-pengalaman sebelumya dan pengalaman-pengalaman kemudian memberikan sumbangan yang pentin kepada perkembangan.
5.      Kebanyakan para ahli perkembangan mengakui bahwa pengambilan posisi ekstrim dalam isu-isu bawaan dan lingkungan, kontinuitas dan diskontinuitas, stabilitas dan perubahan adalah tidak bijaksana.
6.      Lingkungan nutritif khususnya pada masa prenatal sangat mempengaruhi perkembangan anak dimasa yang akan datang.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi rekan pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dasmita. Psikologi Perkembangan. (PT. Rosda Karya : Bandung. 2009)

John. W. Santrock. Perkembangan Remaja, (Adollense. Erlangga : Jakarta. 1997)

Ahmadi. Abu, Sholeh. Munawar. Psikologi Perkembangan. (PT. Rineka Cipta : Jakarta. 2005)





[1] Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorrain McCune. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi PEmbelajaran I). hal 56.
[2] Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorrain McCune. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan Anak-Anak  … hal 70
[3] Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorrain McCune. Mengembangkan Kepribadian & Kecerdasan Anak-Anak  … hal 71
[4] Dasmita. Psikologi Perkembangan. (PT. Rosda Karya : Bandung. 2009) h. 14
[5] John. W. Santrock. Perkembangan Remaja, (Adollense. Erlangga : Jakarta. 1997) h. 27
[6] John. W. Santrock. Perkembangan Remaja,  … h. 28
[7] Dasmita. Psikologi Perkembangan.  … h. 16
[8] Ahmadi. Abu, Sholeh. Munawar. Psikologi Perkembangan. (PT. Rineka Cipta : Jakarta. 2005) h. 84

MAKALAH FILSAFAT

MAKALAH FILSAFAT  “Interelasi filsafat agama, pengetahuan dan budaya” (Dosen Pembimibing :  Sa’adah Mardiyanti, M)


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Kata filsafat berasal dari bahasa yunani,” philosophia” philein artinya cinta, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya “cinta akan kebijaksanaan”. Kata filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Arti kata filsafat yaitu cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.
            Ketika kita bicara filsafat, maka kita bicara hakikat. Hakikat dari segala sesuatu yang hendak kita fikirkan. Filsafat adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas segala sesuatu secara mendalam. Berbagai pandanganpun muncul mengenai filsafat, salah satunya pandangan hujjatul islam al-Ghazali dengan munculnya kitab “tahafutul falasifah” yang berarti kesalahan para filosof. Bahkan beliau mengatakan bahwa orang yang berfilsafat maka dia termasuk kaum zindiq, kenyataan tersebut membuat paradigma di sebagian masyarakat bahwa antara filsafat, ilmu, dan agama itu bertentangan. Mengapa demikian? Padahal dalam agama islam terdapat ajaran-ajaran tentang pentingnya berfikir dan menuntut ilmu, sehingga dalam beberapa ayat allah memuji orang-orang yang mampu berfikir dengan benar (ulil albab) dan meninggikan derajat orang-orang beriman lagi berilmu (al-mujadalah: 9).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat
2.      Bagaimana hubungan filsafat agama, pengetahuan dan kebudayaan
3.      Bagaimana pendapat para filsuf tentang agama
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat
2.      Untuk mengetahui hubungan filsafat agama, pengetahuan dan kebudayaan
3.      Untuk mengetahui pendapat para filsuf tentang agama

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat
            Menurut etimologi (bahasa) filsafat berasal dari bahasa yunani “philosopia”. Yang terdiri dari dua kata yaitu “philos” dan “shopos”. Philos artinya cinta, shopos artinya kebijaksanaan atau kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosopy yang biasanya diberi arti “cinta kearifan”.
            Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena filsafat harus berlangsung supaya upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.
            Rene Descartes filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
            Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.
            Konsep al-farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada (al-ilmu bil-maujudat bi ma hiya al-maujudat)
B.     Pemaduan Filsafat dan Agama
            Salah satu usaha al-kindi memperkenalkan filsafat ke dalam dunia islam dengan cara mengetok hati umat supaya menerima kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya kita tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan martabat orang yang menerimanya.
            Telah dipaparkan bahwa Al-kindi orang islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing dari keduanya adalah ilmu tentang kebenaran, sedangkan kebenaran itu adalah satu . ilmu filsafat meliputi ketuhanan, keesaan-nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan apa-apa yang jauh dari mudarat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para rasul allah, dan juga mereka menetapkan keesaan allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-nya.
            Atas dasar itulah menurut Al-kindi kita wajib berterima kasih kepada para pendahulu kita yang memberi kita ukuran kebenaran. Jika mereka tidak membekali kita dengan dasar-dasar pikiran yang membuka jalan untuk kebenaran, pastilah kita tidak akan dapat. Sekalipun kita melakukan penyelidikan yang lama dan tekun, menemukan primsip utama yang benar atas dasar penarikan kesimpulan, dan yang dari generasi ke generasi telah terbuka sejak dahulu hingga sekarang.
            Tujuan ungkapan Al-kindi di atas adalah untuk menghalalkan filsafat bagi umat islam. Usaha yang ia lakukan cukup menarik dan bijaksana. Ia mulai dengan membicarakan kebenaran sesuai dengan anjuran agama yang mengajarkan bahwa kita wajib menerima kebenaran dengan sepnuh hati tanpa mempersoalkan sumbernya sekalipun sumber itu dari orang asing. Kemudian, usaha berikutnya ia masuk pada persoalan pokok, yakni filsafat. Telah dijelaskan bahwa tujuan filsafat sejalan dengan ajaran yang di bawa oleh rasul. Oleh karena itu, sekalipun ia datang ke yunani maka kita wajib mempelajarinya, bahkan lebih jauh dari itu, kita wajib mencarinya.
            Agaknya untuk memuaskan semua pihak, terutama orang-orang islam yang tidak senang pada filsafat, dalam usaha pemanduannya ini, Al-kindi juga membawakan ayat-ayat Al-qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan anjuran Al-qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala fenomena di alam semesta ini.
            Dalam tulisannya Kammiyat Kutub Aristoteles, Al-kindi mengemukakan beberapa perbedaan antara filsafat dan agama sebagai berikut:
1. filsafat adalah  ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh filosof
1.      Pengertian Agama dan Pengetahuan
            Definisi agama yang pertama adalah menekankan segi rasa iman dan kepercayaan. Yang kedua ialah menekankan segi agama tentang peraturan hidup. Jadi, kedua-keduanya merupakan definii yang lebih  memadai tentang agama. Agama ialah sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dapat juga agama ialah peraturan tentang cara hidup, lahir-batin. Sedangkan agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
            Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai hukum-hukum dan yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu.
C.    Hubungan Antara Filsafat dengan Agama
            Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spiritual, yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara berfikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai tuhan.
            Di samping itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk membuka jalan yang  menuju kepada al-Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa ketika manusia telah mati.
            Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud disini adalah bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman untuk mengatur kehidupannya. Kemudian kita kembali kepada arti harfiah dari agama itu.
            Dapatkah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan berkembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan dan alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama disini pada umumnya adalah agama-agama yang bersifat universal. Artinya, para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah.
D.    Hubungan Filsafat Dengan Kebudayaan
            Filsafat dan budaya Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Budhayah. Kata ini berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi artinya akal, tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah. Sementara daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Dalam bahasa Arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan adalah al-Hadlarah, as Tsaqafiyah / Tsaaqafah yang artinya juga peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk kata kebudayaan adalah Culture (Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur (Belanda). Secara istilah, banyak pengertian tentang kebudayaan di antaranya 1) kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu; 2) aspek ekspresi simbolik perilaku manusia atau makna bersama yang memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
            Manusia, masyarakat, dan kebudayaan berhubungan secara dialektif. Ketiganya berdampingan dan berimpit saling menciptakan dan meniadakan. Satu sisi manusia menciptakan sejumlah nilai bagi masyarakatnya, pada sisi yang lain secara bersamaan, manusia secara kodrati senantiasa berhadapan dan berada dalam masyarakatnya, homosocius. Masyarakat telah ada sebelum seorang individu dilahirkan dan masih akan ada sesudah individu mati. Lebih dari itu, di dalam masyarakat dan sebagai hasil proses sosial, individu menjadi sebuah pribadi. Ia memperoleh dan berpegang pada suatu identitas. Manusia tidak akan eksis bila terpisah dari masyarakat.Dengan kata lain, masyarakat diciptakan oleh manusia, sedangkan manusia sendiri merupakan produk dari masyarakat. Kedua hal itu menggambarkan adanya dialektika dari fenomena masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan dialektika sosial. Dalam kehidupan berbudaya, manusia melakukan proses objektivasi ini. Menurut Miller, melibatkan hubungan antar subjek, kebudayaan, sebagai bentuk eksternal, dan artefak, sebagai objek ciptaan manusia.
            Pada dasarnya kebudayaan adalah semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan. Sedangkan pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu proses pengoperan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia, aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi kepribadian anak didik. Sedangkan landasan pendidikan adalah filsafat.
            Jadi, hubungan pendidikan dengan kebudayaan terdapat pada hubungan nilai demokrasi, dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
            Oleh karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
1. suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. pembeda manusia dengan binatan
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak, berbuat,       menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Filsafat dalam pandangan barat diperkirakan  muncul pada abad ke- 7 sebelum masehi di yunani. dalam Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan disekitar  mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
            Hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami menerima kritik maupun saran yang membangun agar dalam tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, alih bahasa Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Kencana, 1986).
Gazalba, Sidi, 2001, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Zar, Sirajuddin. 2012. Filsafat islam, pemaduan filsafat dan agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kaelan, M.S. 1998. Filsafat bahasa, pengertian filsafat, yogyakarta: PARADIGMA
Achmadi, Asmoro, 2013. Filsafat umum, kedudukan ilmu, filsafat dan agama, Jakarta: Rajawali pers


MAKALAH PSIKOLOGI

MAKALAH SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Singkat Pisikologi Perkembangan
Perhatian dan pengamatan anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah sejak abad ke-5 Sebelum Masehi. Hal ini dapat dibuktikan apabila secara teliti mempelajari pendapat pendapat antara lain: Plato (427-347 Sebelum Masehi). Orang pertama kali yang menyususn teori pendidikan secara teratur, Aristoteles (384-322 SM). Orang yang menghendaki pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembangan individu. Scorates (469-399 SM) ia adalah sebagai eletak abad-abad itu di Yunani dan Romawi. Walaupun kebanyakan mereka itu masih menganggap sama antara anak-anak da orang dewasa, perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran fisiknya belaka.
Akan tetapi setidak-tidaknya perhatian dan anggapan mereka terhadap anak-anak itu, menunjukkan bukti bahwa pemikiran tentang perkembangan anak pada zaman itu. Pemikiran dan pendapat para filsuf terhadap anak pada waktu itu masih menyatu dengan filsafat (induk dari segala ilmu), belum merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Baru pada akhir abad ke-18 pisikologi perkembangan menyusul sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Lahirnya ilmu ini diawali dengan timbulnya aliran philanthropinisme, suatu paham yang mencintai sesama manusia terutama terhadap anak-anak, pendiri aliran ini adalah Johan Bernhard Basedow (1723-1970 Jerman). Pendapat yang paling penting dari aliran ini adalah:
a.         Pengajaran harus diselaraskan dengan jalan perkembangan anak.
b.         Manusia itu pada dasarnya baik.
c.         Pengajaran harus dimulai dengan bendanya (peragaan).
d.        Pengajaran harus mengembirakan dan menarik.
Pengikut aliran ini antara lain : Rochim Heinrich Campe (1746-1818) Christian Gotthilf Salzman (1744-1811) Gust-muths (1759-1839) karena pendapatnya tersebut, aliran philanthropinisme inilah yang lahirnya pisikologi perkembangan. Yang diseponsori oleh wilhelem preyar,(1842-1897) yang berkarya meneliti selama tiga tahun dan menulisnya hasil penelitian tersebut secara sistematis  dengan judul : Die Seele Des Kindes (The minf of the child) yang berarti jiwa anak, dan diterbitkan pada tahun 1882. Disebabkan buah karya ilmiahnya itulah ia dikenal sebagai bapak pisikologi perkembangan.

B.  Metode Pisikologi Perkembangan[1]
Teknik dan cara penyelidikan yang dipakai dalam pisikologi perkembanagan, pada prinsipnya sama dengan cara penelitian yang di gunakan dalam ilmu pengetahuan lainnya, sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini, antara lain :
a.         Metode eksperimen dan tes
Penerapan metode ini yakin dengan mengadakan percobaan-percobaan kepada seorang anak untuk selanjutnya disimpulkan hasilnya. Dan biasanya diadakan percobaan ulan untuk mendapatkan hasil untuk dicocokan dengan hasil pertama (di tes) melalui setandar atau ukuran-ukuran tertentu. Metode ini pernah dilakukan oleh A. Binet, A. Gesell, Simon, dan lain-lain.
b.         Metode klinis
Metode ini ditetapkan dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk selanjutnya, dapat diberikan pengobatan biasanya dilakukan melalui percakapan, pemberian tugas, permainan. Umumnya metode ini digunakan di rumah sakit bagi pasiennya yang dilakukan oleh para pisikiater. Metode ini pernah dilakukan oleh Jean Piaget.
c.       Metode observasi
Pada dasarnya metode ini adalah metode yang paling dasar dilakukan dari semua metode yang ada. Yakni mengamati secara cermat, dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Agar semua kativitas anak yang diselidiki selalu wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.  Metode ini pernah digunakan oleh : Wilhelem Preyer, William Stern bersama istrinya dan lain-lain.
d.      Metode cross section methode
Pelaksanaan metode ini dengan meneliti seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan staraf lainnya, dan kemudian disimpulkan sebagai wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah digunakan oleh Arnold Gesell.
e.       Metode longitudinal – method
Oprasionalisasi dari metode ini adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak tertentu dimulai dari dalam kandungan, sampai lahir hinga dewasa, tanpa diadakan cross(silang). Di dalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan kontinuitas penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan lainnya. Metode ini pernah digunakan oleh Willard C.Olson.
f.       Metode interview
Mengunakan metode ini sangat lazim dan praktis digunakan oleh para orang tua. Pendidik untuk menyelidiki kondisi anak-anak didiknya dengan mengadakan tanya jawab atau wawancara. Walaupun tampanya sederhana metode ini membutuhkan adanya ketrampilan tersendiri dan menghindari kesan yang dibuat-buat, sehingga menyulitkan diperolehnya data yang dikehendaki yakni data yang asli.
g.      Metode questionnaire atau angueto
Pengunaanya cukup dengan menyodorkan pertanyaan yang sudah sistematis sedemikian rupa dan diselaraskan dengan tujuan penelitian, untuk dijawab secara tepat dan benar. Yang perlu diperhatikan pada metode ini antara lain bahasa untuk dapat dimengerti oleh anak. Setelah jawaban diperoleh, selanjutnya menarik kesimpulan.
h.      Metode colection
Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya atau kegemaran anak-anak, antara lain : surat-surat catatan harian (dairy), karangan, perangko, lukisan foto, dan lainya. Dari bahan tersebut sangat bermanfaat unyuk dipelajari selanjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan. Kegiatan ini pernah dilakukan oleh J. Sully dan lain-lain.
Setelah mengunakan metode-metode tertentu sebagaimana telah diterangkan di atas, akan memperoleh sejumlah data yang di perlukan. Untuk selanjutnya dianalisis dalam rangka memperoleh kesimpulan hasil penyelidikan gejala jiwa anak. Agar dapat diperoleh hasi yang lebih baik, mka penelitian dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.        Mampu mendeskripsikan atau mengasosiasikan keadaan gejala jiwa yang timbul pada diri anak.
2.        Menganalisi atau menelaah gejala jiwa tersebut, dengan mendasarkan pada teori-teori pisikologi, secara cermat.
3.        Menarik kesimpulan, untuk dapat menentukan alternatif kebijaksanaan penyelesaian yang harus segera di ambil.

C.  Pengertian Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang berarti Ilmu. Jadi, secara harfiah “psychology” berarti “ilmu jiwa.[2]
Sedangkan perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (Maturation) yang berlangsung secara sitematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (Rohaniah).
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif,  dan berkesinambungan adalah sebagai berikut:
1)      Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organism (fisik dan psikis) dan merupakan suatu kesatuan yang harmonis.
2)      Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3)      Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berkangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada secara keseluruhan proses perubahan dan potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru.dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Beberapa definisi Psikologi perkembangan menurut beberapa Ahli:
1.      Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. knoers, dan Prof. Dr. Siti rahayu Haditoro dalam Psikologi Perkembangan adalah suatu Ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.
2.      Menurut Dra. Kartini Kartono dalam psikologi anak: psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai masa dewasa.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut kiranya dapat diambil pemahaman yang lebih sederhana tentang pengertian Psikologi Perkembangan Yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala-gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan ataupun kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.
D.  Objek Psikologi Perkembangan
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, atau diselidiki atau suatu unsur  yang ditentukan, sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal yang konkret (misalnya kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Gerungan merinci Objek material pada fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok  yang nyata dipelajari dan diselidiki oleh ilmu pengetahuan.j
Objek formal adalah cara memandang, meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prnsip yang digunakannya. Jadi sudut dari mana objek material itu disoroti disebut objek formal. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa objek formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dengan yang lain.[3]
Jadi intinya, objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagi person. Disamping itu para psikolog juga tertarik akan masalah sampai seberapa jauhkah perkembangan masyarakatya. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan “ secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia
E.  Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan
Jika dipahami secara cermat dari penjelasan pengertian tentang psikologi perkembangan sebagaimana telah dibeicarakan di muka, maka dapatlah dimengerti tentang ruang lingkup dari pembahasan ilmu ini bahwa psikologi perkembangan merupakan:
a.       Cabang dari psikologi
b.      Objek pembahasannya ialah prilaku atau gejala jiwa seseorang
c.       Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa
Psikologi perkembangan, yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup :
1.   Psikologi Anak (mencakup masa bayi) bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan. Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
a.   Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
b.   Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin.
c.   Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
d.   Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
Dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun disebut dengan masa bayi. Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Setelah itu berlanjut dengan masa kanak-kanak. Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD. Kemudian akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah.
2.   Psikologi Puber dan Addolesensi (psikologi pemuda)
Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai umur 15,0 atau 16,0. Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki. Ada empat perubahan tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
a.   Perubahan besarnya tubuh.
b.   Perubahan proporsi tubuh.
c.   Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
d.   Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
Sobur, Alex, Psikologi umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Baharuddin. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.


[1] Baharuddin. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2009. Hlm 31
[2]Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hlm 1.
[3]Alex Sobur, Psikologi umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003),hlm 40-41.