1

loading...

Wednesday, November 1, 2017

MAKALAH PSIKOLOGI

MAKALAH SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah Singkat Pisikologi Perkembangan
Perhatian dan pengamatan anak-anak oleh para filsuf sebenarnya sudah sejak abad ke-5 Sebelum Masehi. Hal ini dapat dibuktikan apabila secara teliti mempelajari pendapat pendapat antara lain: Plato (427-347 Sebelum Masehi). Orang pertama kali yang menyususn teori pendidikan secara teratur, Aristoteles (384-322 SM). Orang yang menghendaki pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga ia menitikberatkan perkembangan individu. Scorates (469-399 SM) ia adalah sebagai eletak abad-abad itu di Yunani dan Romawi. Walaupun kebanyakan mereka itu masih menganggap sama antara anak-anak da orang dewasa, perbedaan antara keduanya hanya terletak pada ukuran fisiknya belaka.
Akan tetapi setidak-tidaknya perhatian dan anggapan mereka terhadap anak-anak itu, menunjukkan bukti bahwa pemikiran tentang perkembangan anak pada zaman itu. Pemikiran dan pendapat para filsuf terhadap anak pada waktu itu masih menyatu dengan filsafat (induk dari segala ilmu), belum merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Baru pada akhir abad ke-18 pisikologi perkembangan menyusul sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Lahirnya ilmu ini diawali dengan timbulnya aliran philanthropinisme, suatu paham yang mencintai sesama manusia terutama terhadap anak-anak, pendiri aliran ini adalah Johan Bernhard Basedow (1723-1970 Jerman). Pendapat yang paling penting dari aliran ini adalah:
a.         Pengajaran harus diselaraskan dengan jalan perkembangan anak.
b.         Manusia itu pada dasarnya baik.
c.         Pengajaran harus dimulai dengan bendanya (peragaan).
d.        Pengajaran harus mengembirakan dan menarik.
Pengikut aliran ini antara lain : Rochim Heinrich Campe (1746-1818) Christian Gotthilf Salzman (1744-1811) Gust-muths (1759-1839) karena pendapatnya tersebut, aliran philanthropinisme inilah yang lahirnya pisikologi perkembangan. Yang diseponsori oleh wilhelem preyar,(1842-1897) yang berkarya meneliti selama tiga tahun dan menulisnya hasil penelitian tersebut secara sistematis  dengan judul : Die Seele Des Kindes (The minf of the child) yang berarti jiwa anak, dan diterbitkan pada tahun 1882. Disebabkan buah karya ilmiahnya itulah ia dikenal sebagai bapak pisikologi perkembangan.

B.  Metode Pisikologi Perkembangan[1]
Teknik dan cara penyelidikan yang dipakai dalam pisikologi perkembanagan, pada prinsipnya sama dengan cara penelitian yang di gunakan dalam ilmu pengetahuan lainnya, sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini, antara lain :
a.         Metode eksperimen dan tes
Penerapan metode ini yakin dengan mengadakan percobaan-percobaan kepada seorang anak untuk selanjutnya disimpulkan hasilnya. Dan biasanya diadakan percobaan ulan untuk mendapatkan hasil untuk dicocokan dengan hasil pertama (di tes) melalui setandar atau ukuran-ukuran tertentu. Metode ini pernah dilakukan oleh A. Binet, A. Gesell, Simon, dan lain-lain.
b.         Metode klinis
Metode ini ditetapkan dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk selanjutnya, dapat diberikan pengobatan biasanya dilakukan melalui percakapan, pemberian tugas, permainan. Umumnya metode ini digunakan di rumah sakit bagi pasiennya yang dilakukan oleh para pisikiater. Metode ini pernah dilakukan oleh Jean Piaget.
c.       Metode observasi
Pada dasarnya metode ini adalah metode yang paling dasar dilakukan dari semua metode yang ada. Yakni mengamati secara cermat, dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Agar semua kativitas anak yang diselidiki selalu wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.  Metode ini pernah digunakan oleh : Wilhelem Preyer, William Stern bersama istrinya dan lain-lain.
d.      Metode cross section methode
Pelaksanaan metode ini dengan meneliti seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan staraf lainnya, dan kemudian disimpulkan sebagai wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah digunakan oleh Arnold Gesell.
e.       Metode longitudinal – method
Oprasionalisasi dari metode ini adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak tertentu dimulai dari dalam kandungan, sampai lahir hinga dewasa, tanpa diadakan cross(silang). Di dalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan kontinuitas penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan lainnya. Metode ini pernah digunakan oleh Willard C.Olson.
f.       Metode interview
Mengunakan metode ini sangat lazim dan praktis digunakan oleh para orang tua. Pendidik untuk menyelidiki kondisi anak-anak didiknya dengan mengadakan tanya jawab atau wawancara. Walaupun tampanya sederhana metode ini membutuhkan adanya ketrampilan tersendiri dan menghindari kesan yang dibuat-buat, sehingga menyulitkan diperolehnya data yang dikehendaki yakni data yang asli.
g.      Metode questionnaire atau angueto
Pengunaanya cukup dengan menyodorkan pertanyaan yang sudah sistematis sedemikian rupa dan diselaraskan dengan tujuan penelitian, untuk dijawab secara tepat dan benar. Yang perlu diperhatikan pada metode ini antara lain bahasa untuk dapat dimengerti oleh anak. Setelah jawaban diperoleh, selanjutnya menarik kesimpulan.
h.      Metode colection
Ini dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karya atau kegemaran anak-anak, antara lain : surat-surat catatan harian (dairy), karangan, perangko, lukisan foto, dan lainya. Dari bahan tersebut sangat bermanfaat unyuk dipelajari selanjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan. Kegiatan ini pernah dilakukan oleh J. Sully dan lain-lain.
Setelah mengunakan metode-metode tertentu sebagaimana telah diterangkan di atas, akan memperoleh sejumlah data yang di perlukan. Untuk selanjutnya dianalisis dalam rangka memperoleh kesimpulan hasil penyelidikan gejala jiwa anak. Agar dapat diperoleh hasi yang lebih baik, mka penelitian dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.        Mampu mendeskripsikan atau mengasosiasikan keadaan gejala jiwa yang timbul pada diri anak.
2.        Menganalisi atau menelaah gejala jiwa tersebut, dengan mendasarkan pada teori-teori pisikologi, secara cermat.
3.        Menarik kesimpulan, untuk dapat menentukan alternatif kebijaksanaan penyelesaian yang harus segera di ambil.

C.  Pengertian Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup, dan “logos” yang berarti Ilmu. Jadi, secara harfiah “psychology” berarti “ilmu jiwa.[2]
Sedangkan perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (Maturation) yang berlangsung secara sitematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (Rohaniah).
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif,  dan berkesinambungan adalah sebagai berikut:
1)      Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organism (fisik dan psikis) dan merupakan suatu kesatuan yang harmonis.
2)      Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3)      Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berkangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada secara keseluruhan proses perubahan dan potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan cirri-ciri yang baru.dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Beberapa definisi Psikologi perkembangan menurut beberapa Ahli:
1.      Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. knoers, dan Prof. Dr. Siti rahayu Haditoro dalam Psikologi Perkembangan adalah suatu Ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi seseorang, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.
2.      Menurut Dra. Kartini Kartono dalam psikologi anak: psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai masa dewasa.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut kiranya dapat diambil pemahaman yang lebih sederhana tentang pengertian Psikologi Perkembangan Yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala-gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan ataupun kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.
D.  Objek Psikologi Perkembangan
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, atau diselidiki atau suatu unsur  yang ditentukan, sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal yang konkret (misalnya kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Gerungan merinci Objek material pada fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok  yang nyata dipelajari dan diselidiki oleh ilmu pengetahuan.j
Objek formal adalah cara memandang, meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prnsip yang digunakannya. Jadi sudut dari mana objek material itu disoroti disebut objek formal. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa objek formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dengan yang lain.[3]
Jadi intinya, objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagi person. Disamping itu para psikolog juga tertarik akan masalah sampai seberapa jauhkah perkembangan masyarakatya. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan “ secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia
E.  Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan
Jika dipahami secara cermat dari penjelasan pengertian tentang psikologi perkembangan sebagaimana telah dibeicarakan di muka, maka dapatlah dimengerti tentang ruang lingkup dari pembahasan ilmu ini bahwa psikologi perkembangan merupakan:
a.       Cabang dari psikologi
b.      Objek pembahasannya ialah prilaku atau gejala jiwa seseorang
c.       Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa
Psikologi perkembangan, yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup :
1.   Psikologi Anak (mencakup masa bayi) bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan. Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
a.   Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode perkembangan.
b.   Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan janin.
c.   Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
d.   Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
Dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun disebut dengan masa bayi. Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Setelah itu berlanjut dengan masa kanak-kanak. Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD. Kemudian akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah.
2.   Psikologi Puber dan Addolesensi (psikologi pemuda)
Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai umur 15,0 atau 16,0. Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki. Ada empat perubahan tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
a.   Perubahan besarnya tubuh.
b.   Perubahan proporsi tubuh.
c.   Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
d.   Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
Sobur, Alex, Psikologi umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Baharuddin. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.


[1] Baharuddin. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2009. Hlm 31
[2]Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hlm 1.
[3]Alex Sobur, Psikologi umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003),hlm 40-41.

No comments:

Post a Comment