1

loading...

Friday, March 16, 2012

Skripsi Pendekatan Pakem Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan hanya merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan, tapi juga makna dan nilai. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan adanya suatu rancangan yang lebih profesional, karena dalam pembelajarannya tidak hanya dalam batas penyampaian secara kognitif, tapi juga sampai pada ranah afektif dan psikomotorik. Materi-materi yang ada di dalamnya merupakan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Tuhan, sehingga kita harus dapat menanamkan dalam diri dan melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan. Maka dalam permasalahan yang komplek ini dibutuhkan kualitas pengajaran yang lebih efektif, supaya materi yang disampaikan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengefektifkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, maka dari tenaga pengajar, kurikulum dan sistem yang dipakai dalam lembaga tersebut harus bisa menjadi pedoman dalam proses belajar mengajar. Tidak adanya dikotomi antara pelajaran umum dan pelajaran agama, itu merupakan solusi yang cukup efektif bagi pengembangan pembelajaran secara menyeluruh. Agama dalam arti luas merupakan wahyu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, dan lingkungan hidup baik fisik, sosial maupun budaya secara global yang mempunyai seperangkat aturan-aturan atau prinsip-prinsip dasar yang disebut syari’at. Kitab suci Al-Qur’an merupakan petunjuk etika, moral, akhlak, kebijaksanaan dan dapat menjadi teologi ilmu serta grand theory ilmu. Sehingga dalam hal ini ilmu agama dan ilmu umum memang tidak dapat dipisahkan karena sumber pengetahuan itu ada dua yaitu pengetahuan yang berasal dari Tuhan dan yang berasal dari manusia (Abdullah, 2004:10-11). Dalam integrasi, implementasinya dapat dipilah menjadi empat tataran, (Bagir, dkk, 2005. 109-110) yaitu: 1) Institusional, 2) Konsepsional, 3) Operasional, 4) Arsitektural. Dan untuk merealisasikan tujuan pendidikan Islam yang dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional, Islam telah memberikan arahan agar manusia mampu memanfaatkan potensinya dan kesempatan hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kedudukan Pendidikan Agama Islam dan kurikulum sangat penting serta strategis dalam pelaksanaan pendidikan di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Menurut Azyumardi Azra dalam Abdul Majid dan Dian Andiyani (2005: 164) bahwa kedudukan pendidikan Islam dalam berbagai tingkatnya mempunyai kedudukan yang penting dalam Sistem Pendidikan Nasional untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Lebih lanjut Azra dalam Madjid (2005: 164) mengatakan materinya sarat dengan muatan nilai-nilai yang perlu menampilkan figur atau keteladanan. Dengan demikian, guru harus mengubah paradigma dalam proses pembelajaran yang tidak hanya terfokus pada aspek kognitif, yaitu dengan pendekatan yang lebih menyeluruh menyentuh aspek emosional (afektif) dan psikomotor. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah umum masih mempunyai peranan yang sangat kecil karena dalam penyampaiannya hanya diberikan waktu dua jam dalam seminggu. Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia yang nota bene mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Sehingga implementasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sangat kurang, akibatnya masih banyak manusia yang memiliki moral rendah. Ini disebabkan masih adanya pengajaran yang hanya mengejar target materi dan mengabaikan pembentukan kepribadian anak didik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 “tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta mempunyai rasa tanggung jawab”. (Depdiknas, 2003: 5-6) Dari sini dapat dipahami bahwa pendidikan nasional memiliki dua tujuan dasar yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yakni adanya saling melengkapi antar ilmu umum dan ilmu agama. Dalam hal ini, guru harus menentukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus di capai. Kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh guru menunjuk variasi juga tidak sama antara jenis belajar yang satu dan yang lain, meskipun adapula kondisi yang paling dominan dalam segala jenis belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik, serta menciptakan pembelajaran Aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) SDN se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko berusaha melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan pembelajaran Aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yaitu dengan integrasi ilmu agama dan umum (keterpaduan). Dengan usaha tersebut diharapkan pendidikan agama Islam tidak dipahami secara parsial saja, namun dapat dipahami secara menyeluruh hingga sampai pada tahap aplikasi dalam kehidupan. Konsep pembelajaran yang ditawarkan di SDN tersebut tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang cerdas saja, akan tetapi juga sekaligus penuh kearifan. Masalahnya adalah bagaimana memerankan pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik agar bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi selain cerdas juga kaya dengan pengalaman hidup dan penuh kearifan. Pendidikan Agama Islam selama ini masih belum mampu mengembangkan pribadi peserta didik yang seharusnya dapat mengubah kemampuan intelektual menjadi sarat akan makna dan nilai yang terinternalisasi dalam diri anak didik. Kemudian makna dan nilai itu dapat menjadi sumber motivasi untuk berani berbuat secara konkret dalam kehidupan sehari-hari, yang tentunya sesuai dengan syariat Islam. Oleh sebab itu sangat perlu adanya model pembelajaran yang tepat untuk mewujudkannya, salah satunya dengan diterapkannya kurikulum terpadu seperti yang diterapkan di SDN se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko untuk mengintegrasikan antara ilmu umum dan ilmu agama. Dari uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pendekatan PAKEM dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko? 2. Apa faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko? C. Batasan Masalah Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penulisan ini, maka penulis perlu membatasi pembahasan ini. yaitu; 1. Pendekatan PAKEM dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibatasi pada: a. Persiapan pembelajaran mata pelajaran agama Islam b. Membentuk siswa dalam suatu kelompok belajar c. Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan 2. Hambatan dan peluang metode PAKEM pada Pembelajaran mata pelajaran agama dibatasi pada: a. Kemampuan siswa dalam memahami pelajaran b. Mental siswa dalam pelaksanaan PAKEM 3. pendukung pada pelaksanaan metode PAKEM pada Pembelajaran mata pelajaran agama dibatasi pada: a. Ke-kreatifitasan siswa b. Efisisiensi waktu c. Suasana yang menyenangkan 3. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendekatan PAKEM pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Muko-Muko Utara Kabupaten Muko-Muko b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung melalui Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Muko-Muko Utara Kabupaten Muko-Muko 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Hasil penelitian terhadap masalah-masalah diatas merupakan harapan bagi penulis untuk memahami dan mengerti secara jelasa mengenai Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Muko-Muko Utara Kabupaten Muko-Muko b. Secara praktis 1) Manfaat bagi guru a) Mengubah sikap dan perilaku guru yang belum sesuai dengan karakteristik pendidikan yang diharapkan b) Mendorong munculnya inovasi dan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengembangkan iklim pendidikan yang kondusif di kelompok belajar. 2) Manfaat bagi sekolah Dapat memberi dorongan kepada guru-guru lainnya untuk melakukan metode PAKEM yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Manfaat bagi DIKNAS Dapat menggunakan dorongan sekolah-sekolah lain agar menggunakan metode PAKEM dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa 4) Manfaat bagi siswa a) Menikmati pembelajaran secara menyenangkan sehingga dapat menguasai materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. b) Dapat memberikan pangalaman langsung secara sama rata antar peserta didik. 4. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh sistematika penyusunan skripsi, dapat penulis jelaskan sebagai berikut : Bab I, merupakan bab pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II, merupakan bab landasan teori, yang berisikan pengertian metode pengajaran, pengertian PAKEM, dan prestasi belajar. Bab III, merupakan bab metodologi penelitian, yang berisikan: jenis penelitian, responden, teknik pengumpulan data, dan analisa data. Bab IV, berisi tentang laporan hasil penelitian yang meliputi penyajian data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V, membahas tentang kesimpulan, saran-saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian metode pengajaran Dari segi pengertian metode pengajaran, beberapa ahli mendefinisikan, yaitu sebagai berikut : a. Menurut Tafsir (1999: 9), “metode adalah untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dalam melakukan sesuatu”. b. Menurut Bernadib (2000: 3), ”metode ialah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. c. Menurut Knox yang dikutip oleh Sukarno (1981: 39), “metode adalah suatu cara untuk melangkah maju dengan terencana dan teratur untuk mencapai tujuan tertentu, yang dengan sadar mempergunakan pengetahuan-pengetahuan sistematis untuk keadaan yang berbeda-beda”. d. Menurut Pasaribu, “metode adalah cara sistematis yang dipergunakan untuk mencapai tujuan”. Dari pendapat diatas, maka metode pengajaran adalah suatu cara atau tekhnik yang digunakan oleh seorang guru, sebelum menyampaikan materi pelajaran. Agar dapat menyampaikan materi tersebut dapat di terima oleh murid, sesuai dengan apa yang diharapkan guru dan sekolah, dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah umum masih mempunyai peranan yang sangat kecil karena dalam penyampaiannya hanya diberikan waktu dua jam dalam seminggu. Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia yang notabenenya mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Sehingga implementasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sangat kurang, akibatnya masih banyak manusia yang memiliki moral rendah. Ini disebabkan masih adanya pengajaran yang hanya mengejar target materi dan mengabaikan pembentukan kepribadian anak didik. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta mempunyai rasa tanggung jawab. (Undang-undang Republik Indonesia (Depdiknas, 2003: 5-6) Dalam hal ini, guru harus menentukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus di capai. Kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh guru menunjuk variasi juga tidak sama antara jenis belajar yang satu dan yang lain, meskipun adapula kondisi yang paling dominan dalam segala jenis belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik, serta menciptakan pembelajaran Aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) B. Pengertian PAKEM Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas, kreatifitas, dan kearipan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan. Saylor (1998: 227) mengata¬kan bahwa "Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational setting". Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajar¬an, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keteram¬pilan menilai hasil belaiar, serta memilih dan meng¬gunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara intensif (Mulyasa, 2006: 189-190). Konsep-konsep yang harus dikuasai dan dikembang¬kan telah ditetapkan dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), yang indikatornya harus dikem¬bangkan oleh guru dan dikemas, dalam program pembe¬lajaran. Dalam hal ini, perlu dikemukakan bahwa pe¬nguasaan kompetensi oleh guru ternyata mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dikemukakan oleh Peters bahwa proses dan hasil belajar peserta didik bergantung kepada kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya. Oleh karena itu, guru harus mampu mengaktualisasikan KYD dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM); memilih pendekatan pem¬belajaran; melakukan pembentukkan kompetensi; mene¬tapkan kriteria keberhasilan; serta mengembangkan organisasi dan manajemen pembelajaran. PAKEM adalah metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif disini yaitu bahwa seorang siswa tidak bisa belajar hanya dengan mendengarkan saja, tetapi seorang siswa akan lebih berhasil dalam belajar. Sedangkan kreatif disini, menekankan pada kreatifitas dari guru dan siswa. Menyenangkan disini adalah belajar terus-menerus akan lebih cepat, lebih singkat dan lebih mudah dan mudah di pahami. a. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalam¬an yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompeten¬sinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari¬hari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai barn yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam model pembelajaran aktif, guru lebih mem¬posisikan dirinya sebagai facilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, se¬dangkan guru lebih banyak memberikan arahan, dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. Ada sebuah pernyataan sederhana dari Konfusius yang telah dimodifikasikan oleh Melven L. Silgerman yang sering disebut paham belajar aktif. a. Yang saya dengar, saya lupa b. Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit lupa c. Yang saya dengar, lihat dan pertanyaan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. d. Dari saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan e. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai Dari paham belajar aktif ini, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa tidak bisa belajar hanya dengan mendengarkan saja, tetapi seorang siswa akan lebih berhasil dalam belajar jika ikut aktif dalam belajar itu. Menurut Jhon Holt (1976), proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal berikut : a. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri. b. Memberikan contohnya. c. Mengenalinya dalam berbagai macam bentuk-benuk situasi. d. Melihat karton antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain. e. Menggunakannya dengan beragam cara. f. Memprediksikan sejumlah Konsekuensinya. g. Menyebutkan lawan atau kebalikannya. Kegiatan belajar aktif tidak dapat berlangsung tanpa partisipasi siswa. Ada semacam cara untuk menyusun diskusi dan mendapatkan respon dari siswa pada saat kapan saja dalam pelajaran. Sebagian sangat cocok bila waktunya terbatas atau ketika siswa perlu dorongan supaya berpartisipasi, seorang guru juga dapat mempertimbangkan penggabungan metode-metode sebagai berikut : a) Diskusi terbuka Mengajukan pertanyaan dari lembaran kepada seluruh kelompok tanpa melakukan pengaturan lebih lanjut. b) Mitra belajar Perintahkan siswa untuk mengerjakan tugas atau mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan utama dengan siswa yang duduk disebelahnya. c) Permainan Gunakan latihan yang menyenangkan atau permainan kelas untuk memancing pendapat pengetahuan atau keterampilan siswa. d) Kartu jawaban Bagikan kartu indeks dan mintakan jawaban atas pertanyaan anda tanpa menyertakan nomor. e) Jejak pendapat Susunlah sebuah survey singkat yang di isi dan di hitung hasilnyaditempat itu juga atau lakukan pemungutan suara secara lisan. f) Diskusi kelompok Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok yang terdiri dari tiga anggota atau lebih untuk berbagi (dan mencatat) informasi. g) Menyemangat Di datangi semua kelompok dan mintai jawaban singkat atas pertanyaan utama. h) Panel Perintahkan sejumlah siswa untuk mengemukakan pendapat mereka di depan kelas. i) Ruang terbuka Perintahkan sebagian siswa untuk membentuk lingkungan diskusi dan perintahkan sebagian untuk membentuk lingkaran pendengar di sekeliling mereka. j) Memanggil pembicara selanjutnya Perintahkan siswa tunjuk jari ketika ingin berbagi pendapat dan perintahkan agar pembicara yang sekarang untuk menunjuk pembicara berikutnya. Pembelajaran aktif memang dituntut banyak aktivitas, tetapi yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah bagaimana caranya agar semua aktivitas tidak hanya memahami atau yang mereka pelajari. Banyak nilai guna dari kegiatan belajar aktif yang berasal dari tindakan memikirkan kegiatan manakala sudah usai sebaliknya seorang guru membahas makna dari aktivitas belajar yang sudah dilakukan, selain itu biasanya pembelajarn aktif ini sering menyita banyak waktu, jadi peran gurulah yang harus memperhatikan/ menghindari terbuangnya waktu dengan sia-sia. Pembelajaran aktif juga akan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompeten¬sinya. Selain itu belajar aktifjuga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis Berta mampu merumuskan nilai-nilai barn yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri. Model pendekatan ini hampir tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran self discovery learning yakni pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan sebagai nilai barn yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan peserta didik. Pembelajaran ini meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di kelas. Guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. peserta didiklah yang banyak berperan dalam proses pembelajaran tersebut dan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan saja. b. Pembelajaran kreatif Pembelajaran kreatif menekankan pada kreatifitas dari guru dan siswanya dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Seorang guru harus mampu menciptakan cara yang konkret untuk menyusun kegiatan, membuat variasi dan mengundang partisipasi siswa. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembe-lajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Pembelajaran ini merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memuncul¬kan kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif misalnya kerja kelompok, pemecahan problem dan sebagainya. Pembelajaran kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreativitas baik dalam konteks kreatif berpikir maupun dalam konteks kreatif mela¬kukan sesuatu. Kreatif dalam berpikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berpikir kreatif selalu berawal dari berpikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelum¬nya tidak baik. Berpikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar peserta didik terbiasa dengan kreativitas. Terdapat 4 tahap dalam peningkatan kebiasaan kreatif yakni: a. Persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji. b. Inkubasi yakni suatu rentang waktu untuk merenung¬kan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. c. Iluminasi yakni kondisi menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar. d. Verikasi yakni pengujian kembali hasil hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi. (Junaedi, 2007: 208) Dengan demikian kreatif dalam hal ini adalah kemam¬puan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktivitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, balk dalam me¬ngembangkan keeakapan berpikir maupun dalam me¬lakukan suatu tindakkan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan mela¬hirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau mem¬perbaiki sesuatu (Mulyasa, 2007: 191). Beberapa strategi dalam pembelajaran kreatif : 1) Kegiatan belajar dalam satu kelas penuh, yaitu suatu proses pembelajaran dalam satu kelas yang di bombing oleh guru yang interaktif dan melibatkan siswa secara keseluruhan. Contohnya : memperaktikkan materi yang diajarkan. 2) Menstimulasi diskusi Menggali cara-cara untuk mengintensifkan dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama dalam materi yang diajarkan. 3) Pengajuan pertanyaan Cara membantu siswa agar mau mengajukan pertanyaan 4) Belajar bersama Cara untuk merancang tugas belajar yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompok kecil. 5) Pengajaran sesama siswa Cara yang memungkinkan siswa untuk mengajar satu sama lainnya. 6) Belajar secara mandiri Terkait dengan aktifitas belajar yang dilakukan oleh siswa secara individual dan pribadi. 7) Pengembangan keterampilan Membahas tentang keterampilan mempelajari dan mempraktikkan baik tehknis maupun non tehknis. Pengalaman belajar yang baik terdiri musik, visual, namun guru yang benar-benar hebat, guru yang merancang banyak kegiatan, partisipasi dan gerakan. c. Pembelajaran yang efektif Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika siswa mengalami pengalaman baru dan perilakunya berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. (Mulyasa, 2007: 193) Menurut Kennet D. Moore, ada 7 (tujuh) dalam mengimplementasikan pembelajaran efektif, yakni : a. Perencanaan b. Perumusan tujuan c. Pemaparan perencanaan pembelajaran kepada peserta didik d. Proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi e. Penutupan proses pembelajaran f. Evaluasi Selain itu, untuk menciptakan proses pembelajaran efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal yang mendasar antara lain adalah : a) pengelolaan tempat belajar b) pengelolaan siswa c) pengelolaan kegiatan pembelajaran d) pengelolaan isi materi pembelajaran Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif, yang artinya pengaruh atau ada akibatnya. Menurut Hermansyah (2005: 8), efektivitas adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Pembelajaran ini dikatakan efektif karena peserta didik mengalami berbagai pengalaman baru dan perilakunya menjadi berubah menuju tink akumulasi kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai lika guru melibatkan peserta didik dalam merencanakan dan proses pembelajaran. peserta didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dan tidak ada peserta didik yang tertinggal, sehingga suasana kelas betul¬betul kondusif, karena melibatkan semua peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas (Junaedi, 2007: 210). Beberapa prosedur yang dapat dilakukan dalam melakukan proses pembelajaran efektif antara lain: a. Melakukan apersepsi (pemanasan) Apersepsi ini dilakukan untuk menjajagi penge¬tahuan dan memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorongnya untuk menge¬tahui hal-hal yang baru. b. Eksplorasi Eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan ini dapat ditempuh dengan: 1) Memperkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimillki oleh peserta didik. 2) Mengkaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik. 3) Menggunakan metode yang paling tepat dan variatif untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standar dan kompetensi baru. c. Konsolidasi pembelajaran Pembelajaran ini merupakan kegiatan untuk meng¬aktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-¬langkah sebagai berikut: 1) Mendorong peserta didik agar menerapkan konsep, pengertian dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 2) Mempraktikkan pembelajaran langsung dengan melibatkan peserta didik aktif agar dapat memba¬ngun kompetensi, sikap dan perilaku baru. 3) Menerapkan strategi pembelajaran yang variatif dan tepat yang berorientasi pada perubahan kompetensi, sikap dan perilaku peserta didik. d. Penilaian Penilaian dimaksudkan sebagai kegiatan menghim¬pun fakta-fakta dan dokumen belajar peserta didik yang dapat dipercaya untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Penilaian juga dapat berarti proses menyim¬pulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertim¬bangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijak¬an tentang informasi peserta didik. Untuk menciptakan poses pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal yang mendasar antara lain: 1. Pengelolaan tempat belajar Pengelolaan tempat belajar meliputi pengelo¬laan beberapa obyek yang ada dalam ruang belajar seperti meja-kursi, pajangan sebagai hasil karya peserta didik, perabot atau sumber belajar yang ada di kelas. Pengelolaan meja kursi dapat disusun secara kelompok bentuk "U" atau bentuk berjajar atau secara berbaris. Susunan ini bergantung strategi yang akan digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Namun demikian jika menginginkan intensitas interaksi antar peserta didik yang tinggi, disarankan untuk tidak menggunakan bentuk berjajar-berbaris. Tempat belajar seperti ruang kelas yang me¬narik merupakan hal yang sangat disarankan dalam pembelajaran yang efektif. Desain kelas dapat dila¬kukan dengan memajangkan hasil pekerjaan peserta didik untuk memenuhi ruang kelas. Pemajangan hasil pekerjaan diharapkan dapat memotivasi untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan atau kelompok. pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan dan lain-lain. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan dan ditata dengan balk dapat membantu guru dalam kegiatan belajar mengaiar karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu problem. 2. Pengelolaan peserta didik Pengelolaan ini dilakukan dalam beragam bentuk seperti individual, berpasangan, kelompok kecil atau klasikal. Beberapa pertimbangan perlu di perhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan peserta didik antara lain jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan peserta didik, waktu belajar dan keterse¬diaan sarana prasarana. Hal yang sangat penting perlu diperhitungkan adalah keberagaman karakteristik peserta didik. Guru harus memahami bahwa setiap peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda. Untuk itu perld dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan setiap peserta didik memperoleh peluang yang sama untuk menun¬jukkan dan mengembangkan potensinya. 3. Pengelolaan kegiatan pembelajaran Dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alas belajar yang menantang, pemberian umpan balik dan persediaan program penilaian yang memungkinkan semua peserta didik mampu unjuk kemampuan kinerja sebagai hasil belajar. Inti dari penyediaan tugas me¬nantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanya¬an yang mendorong peserta didik mengembangkan nalar atau melakukan kegiatan ilmiah (Junaedi, 2007: 213) Para Ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai pertanyaan produktif. Karena itu dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua peserta didik terlibat balk secara mental maupun secara fisik. Dengan demikian sedikitnya ada tiga hal strategis yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran: a. Penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi Alat mengajar yang paling murah tetapi ampuh adalah bertanya. pertanyaan dapat mcm¬buat peserta didik berpikir. Namun demikian dalam mengajukan pertanyaan hendaknya guru memperhatikan apakah tujuan pertanyaan yang diajukan itu kepada peserta didik. Jika salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk berpikir maka tujuan ber¬tanya hendaknya lebih pada merangsang peserta didik berpikir. Merangsang berpikir maksudnya adalah merangsang peserta didik menggunakan gagasan sendiri dalam menjawab. Bukan mengulangi gagasan yang sudah dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis per¬tanyaan ini antara lain pertanyaan produktif, terbuka dan imajinatif. pertanyaan ini dapat digunakan untuk tujuan merangsang peserta didik berpikir. b. Penyediaan umpan balik yang bermakna Umpan balik adalah respon atau reaksi guru terhadap perilaku peserta didik. Yakni respon guru terhadap pertanyaan, penclapat, hasil kerja, bahkan kesalahan peserta didik. Umpan balik yang baik adalah respon guru yang bersifat tidak memvonis seperti salah, bukan, tidak baik atau tidak betul. Umpan balik yang bersifat memvonis menjadikan peserta didik tergantung pada guru. Ucapan peserta didik yang berbunyi "pak/bu ini betul tidak?", "Ini boleh tidak?" merupakan ungkapan yang menunjukkan ketergantungan peserta didik kepada guru. Mereka tidak dapat atau tidak berani memutuskan sendiri apa yang dilakukannya. Sedangkan umpan balik yang tidak memvonis membuat peserta didik merasa dihargai, dapat berpikir dan bertanggung jawab untuk menilai mutu gagasan sendiri. c. Penyediaan penilaian yang memberi peluang semua peserta didik mampu melakukan unjuk perbuatan. Menilai adalah mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik tentang apa yang sudah dikuasai dan belum dikuasai peserta didik. Informasi tersebut diperlukan agar guru dapat menentukan tugas atau bantuan apa yang perlu diberikan berikutnya kepada peserta didik agar pengetahuan, kemampuan dan sikap mereka lebih berkembang lagi. Oleh karena itu penilalan, sebaiknya dilakukan secara alami dalam, konteks guru mengajar dan peserta didik belajar, tidak diadakan secara khusus dalam waktu yang khusus, terpisah dari kegiatan belajar-mengajar, seperti tes. Jika penilaian dimaksudkan untuk mengu¬kur belajar peserta didik, sedangkan belajar itu unik bagi tiap peserta didik, maka modus atau medium untuk penilaian tidak cukup satu jenis. Satu jenis tugas dapat mengungkap hasil belajar seseorang peserta didik tetapi belum tentu bagi peserta didik lainnya. 4. Pengelolaan isi/materi pembelajaran Agar guru dapat menyajikan pelajaran dengan baik dalam mengelola isi pembelajaran paling tidak guru harus menyiapkan rencana operasional KTSP dalam wujud silabus terlebih dahulu. pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran (Junaedi, 2007: 216). Jadi suatu usaha dikatakan efektif jika, usaha itu mampu mendekati perencanaan yang telah ditentukan. Sebaliknya, usaha itu tidak efektif, jika usaha itu jauh makin jauh dari apa yang direncanakan. Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar, belajar agar dapat dicapai secara optimal apabila dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran, kondisi ini harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan, dan kembali kepada kondisi yang optimal, apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik didalam kelas. d. Belajar yang menyenangkan Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) meru¬pakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik dalam proses pem¬belajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini dimungkinkan, karena pesatnya perkembangan teknologi informasi tidak memungkinkan lagi guru untuk men¬clapatkan informasi lebih cepat dari peserta didiknya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis, dan tidak ada beban baik bagi guru maupun peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. (Mulyasa, 2007 193-194) Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menye¬nangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal. Seorang siswa yang belajar terus menerus akan dapat belajar lebih cepat, lebih singkat dan lebih mudah jika seorang guru bukan hanya sebagai penceramah tetapi juga bertindak sebagai fasilitator yang mengkonsentrasikan faktor sebagai berikut : 1. Kondisi terbaik untuk belajar Guru-guru yang profesional akan tahu bagaimana cara menyiapkan ruang kelas yang menyediakan fasilitas belajar yang menyenangkan, terkadang mereka menggunakan bunga-bunga sebagai untuk menciptakan aroma dan aneka warna dan juga menghiasi dinding dengan berbagai poster berwarna, menyuguhkan seluruh poin penting yang harus dipelajari dalam bentuk-bentuk kaca-kaca maupun gambar sehingga akan memudahkan proses belajar untuk mencapai tujuan. Kebanyakan guru juga menggunakan kaset yang disiapkan khusus untuk melalui sesi belajar lewat kata dan gambar menggunakan yang sesuai dengan musik itu dengan mendorong timbulnya pembelajaran yang menyenangkan. 2. Kunci-kunci presentasi yang baik Semua presentasi yang baik harus berorientasi pada siswa dan dikaitkan dengan tujuan-tujuan mereka dan pengetahuan yang ada. Gaya belajar yang paling diabaikan hampir seluruh sistem sekolah adalah gerakan setiap para pelajar yang paling efetif sekalipun tidak akan selalu dapat menyadari apakah mereka tahu apa yang mereka pelajari salah satu cara untuk membawa mereka pada kesadaran itu, adalah dengan bermain lempar bola pada akhir pelajaran, atau dengan mengajukan quisioner-quisioner tentang pelajaran yang baru saja dipelajari. Ini akan menyentak memori siswa tentang seluruh hasil yang penting pada hari itu, sebuah tinjauan ulang atas pelajaran yang dipelajari yang mencakup seluruh poin yang telah di bahas lalu, tiba saatnya melakukan suatu langkah terpenting yaitu evaluasi mandiri. Evaluasi mandiri merupakan metode untuk proses yang lebih tinggi. 3. Pikirkan sesuatu dan memori terdalam akan menyimpannya Mempelajari dan berpikir adalah bagian penting dari setiap program pendidikan. Guru yang baik menggunakan permainan berpikir dan permainan pikiran sebagai menciptakan perubahan suasana. Untuk penyimpan memori dalam, konser aktif dan pasif ala Lozanoun adalah yang paling unggul. 4. Ekspresi hasil belajar Penyimpan informasi hanya merupakan satu bagian dalam proses belajar mengajar. Jadi,langkah berikutnya logika pengaktifkan dan disini permainan lakon pendek, diskusi dan drama dapat digunakan untuk mengaktifkan bank memori dan memperkuat jalur pembelajaran, sekali lagi ini tidak perlu membebani guru, bahikan sebaliknya para siswa bisa bersenang hati membuat sendiri drama presntase, debat dan permainan. 5. Praktekkan Kuncinya adalah menggunakan proses belajar itu dan menerapkannya dalam situasi tertentu, terutama dalam kehidupan nyata., misalnya siswa belajar bermain piano dan memainkan sebuah piano, maka ia akan lebih cepat mengerti. C. Prestasi belajar a. Pengertian prestasi Untuk memahami pengertian prestasi, terlebih dahulu penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian prestasi, diantaranya : Menurut Wasty Soemanto (1987 : 99), bahwa prestasi adalah “hasil yang telah diperoleh dengan jalan keuletan belajar”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah “Hasil yang telah dicapai (dari jalan yang dilakukan, dikerjakan)”. (Depdikbud, 1997: 787). Dari Beberapa pendapat diatas, maka dapat di ketahui bahwa prestasi adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh dari suatu hal yang dikerjakan. b. Pengertian belajar Pengertian belajar ini banyak dikemukakan oleh pakar pendidikan diantaranya adalah : a) Menurut Slameto (2003: 1) Belajar adalah : “Suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secra keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. b) Sardiman. AM (1988 : 3) “Belajar adalah berubah, perubahan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyususnan. c) Oemar Hamalik (2005 : 27) Menurut pandangannya tradisional belajar adalah “Usaha untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Sednagkan menurut pandangan modern adalah proses perubahan tingkah lau berkait interaksi dengan lingkungannya. Jadi, suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil, maka setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum yang belaku dan telah disempurnakan, yaitu bahwa “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat tercapai. Di dalam tujuan instruksional khusus, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai instruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Ada beberapa hal yang menjadi petunjuk dalam proses belajar mengajar dianggap berhasil, diantaranya : a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. b. Perilaku yang diajarkan dalam tujuan pengajaran atau TIK telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok. Indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur adalah daya serap siswa. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, maka tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut : a) Tes formatif : Penilaian ini dapat digunakan untuk menukur satu atau beberapa pook bahasan tertentu. Tujuannya : untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap pokok bahasan. Hasil tes ini dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. b) Tes submatif : tes ini meliputi sejumlah bahasan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya : untuk memperoleh gambaran daya serap siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport. c) Tes sumatif : tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan. Tujuannya : untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam proses periode belajar tertentu. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah. Dari berbagai macam jenis pengukuran hasil belajar diatas maka, untuk lebih memperjelas tingkat keberhasilan belajar siswa ini dapat dilihat dari hasil. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif (mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti dengan menunjukkan bukti-bukti). Menggunakan model penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang bermaksud memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 2009: 26). B. Informan Informan utama dalam penelitian ini adalah guru dan murid, Penentuan subyek penelitian berdasarkan pada sejauh mana keterlibatan informan dalam pembelajaran menggunakan metode PAKEM pada pelajaran agama di SDN sekecamatan Mukomuko Utara, Kabupaten Mukomuko. Adapun yang menjadi informan adalah: a. Guru Pendidikan agama Islam SDN 01 dan Kepala SDN 02 kecamatan Mukomuko Utara. Infoman ini diambil karena guru tersebut, dalam pembelajaran agama Islam menggunakan metode PAKEM. b. Kepala Sekolah SDN 01 dan Kepala Sekolah SDN 02 kecamatan Mukomuko Utara. Informan ini diambil karena kedudukan kepala sekolah sebagai pimpinan di lembaga sekolah. c. Siswa-siswi SDN 01 dan siswa-siswi SDN 02 kecamatan Mukomuko Utara. Informan ini diambil karena siswa-siswa tersebut sebagai penerima proses pembelajaran yang ditransfer oleh gurunya. Dan pada penelitian ini, karena terlalu luasnya cakupan penelitinan yaitu Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara dan karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan fikiran, maka peneliti menggunakan sampel secara random. Berdasarkan data yang telah diperolah nanti selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, maka penelitian ini hanya dilakukan dengan di SDN 01 dan 02 Mukomuko Utara. C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Moleong, 2009: 26). Adapun instrumen yang digunakan adalah: 1. Observasi Metode observasi adalah metode dengan proses pengambilan data yang dilakukan dengan pengamatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti, artinya disengaja, terencana bukan hanya melihat sepintas. (Maleong, 1996: 36) Jenis metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non participant, pengamat tidak terlibat dalam kegiatan yang sedang dialami, peneliti hanya sebagai pengamat saja. Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai letak geografis sekolah, keadaan fisik gedung sekolah dan lingkungannya, sarana dan prasarana yang dimiliki, serta bagaimana proses pembelajaran PAI dengan metode PAKEM. Saat observasi, peneliti menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan sebelum penelitian dimulai. 2. Wawancara Wawancara sering disebut juga interview adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan (terwawancara) (Arikunto, 1989: 202). Wawancara juga bisa diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, yang pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Saat wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. (Sugiyono, 2005:74) Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah berdiri dan berkembangnya SDN sekecamatan Mukomuko Utara, serta untuk memperoleh data yang berkenaan dengan proses pembelajaran dengan menggunakan metode PAKEM. Informan dalam penelitian ini antara lain adalah kepala sekolah, guru agama Islam, karyawan dan siswa SDN 17 Mukomuko Utara, Kabupaten Mukomuko. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan lain sebagainya. ( Hadi, 1989: 64) Jadi metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berupa catatan yang dapat dijadikan sebagai bukti. Metode dokumentasi di dalam penelitian ini dipergunakan untuk mendapatkan data yang bersifat dokumenter, seperti struktur organisasi, visi misi, jumlah siswa, jumlah guru, sarana pendidikan yang dimiliki dan lain-lain. D. Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Moleong, 2005: 248) Analisis data deskriptif kualitatif yaitu dilakukan secara berangsur sampai selesai mendapatkan sekumpulan data dari wawancara, observasi atau dokumen dengan menguraikan data-data yang diperoleh kemudian diambil kesimpulan. Maka dalam proses analisis ini dapat diperoleh data yang ilmiah, yaitu yang sesuai dengan apa yang ada di lapangan yang kemudian disimpulkan. Penerapan teknik dalam analisis data adalah sebagai berikut : a. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok difokuskan pada hal-hal yang penting dan disusun secara sistematis sehingga memberikan gambaran yang jelas untuk hasil penelitian. Ini dilakukan dengan merangkum kegiatan guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 01 Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko. Data yang diperoleh di lapangan ditulis dengan uraian kemudian dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan dicari tema atau polanya. Kemudian data-data tersebut disederhanakan menjadi data-data pokok dari proses belajar mengajar. b. Display data yaitu data disistematiskan secara jelas guna membantu peneliti dalam menguasai data yang diperoleh. c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari obyek yang diteliti dari obyek penelitian. Proses penarikan kesimpulan didasarkan pada hubungan informasi yang tersusun dalam satu bentuk yang di padu pada penyajian data. Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat apa yang diteliti dan menentukan kesimpulan yang benar sebagai obyek penelitian. Dalam menganalisis data kualitatif peneliti menggunakan pola berfikir induktif yakni pola berfikir yang bertolak dari fakta-fakta khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Maksud dari analisis secara induktif adalah penelitian kualitatif yang tidak dimulai dari teori tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti langsung ke lapangan untuk mempelajari, menganalisa, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena-fenomena yang ada di lapangan. (Hadi, 1989: 47) d. Keabsahan Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan jalan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2005: 330-331) Dalam proses triangulasi ini peneliti melakukan perbandingan antara hasil observasi dengan hasil wawancara, kemudian hasil wawancara dibandingkan dengan apa yang ada dalam proses belajar mengajar oleh pendidik (yang diamati), dan terakhir adalah dengan membandingkan antara observasi, wawancara dan dokumentasi yang terkait dengan permasalahan. BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Karena terlalu lausnya penelitian dan juga keterbatasan tenaga, waktu, dan fikiran, maka peneliti menggunakan sampel sebagai objek yang dipelajari atau sebagai sumber data. Dan dari penelitian ini akan digeneralisasikan ke populasi, tempat penelitian ini adalah Sekolah Dasar 01 Mukomuko utara dan Sekolah Dasar 02 Mukomuko Utara. 1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Mukomuko Utara a. Sejarah singkat SDN 01 Mukomuko Utara Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Mukomuko Utara pertama kali berdiri pada tahun 1950. Kepala sekolah pertama adalah Bapak Dahlan. Gedung SDN ini dulunya adalah merupakan markas pasukan Belanda pada masa penjajahan Belanda. Pada masa Penjajahan Inggris, gedung inipun digunakan sebagai markas pasukan Inggris. Pada tahun 1980-an jumlah murid SDN 01 ini terns bertambah hingga mencapai 400 orang murid dengan 12 ruangan. Karena semakin banyaknya murid dan penambahan lokal tidak memungkinkan dikarenakan lokasi sekolah sempit maka pada tahun 2006-2007 SDN 01 Mukomuko Utara dipecah men.jadi 2 SDN yaitu SDN 01 Mukomuko Utara dan SDN 21 Mukomuko Utara. Pada saat ini tahun ajaran 2008-2009 SDN 01 Mukomuko Utara dipimpin oleh Bapak Marijo, S.Pd. sejak tahun 2007-2008. Ruang belajar yang dimiliki 12 ruang. dengan rincian, 2 buah ruang kelas 1, 1 buah ruang kelas II, 1 buah ruang kelas III, I buah ruang kelas IV, 2 buah ruang kelas V, dan 2 buah ruang kelas VI. Dengan Jumlah siswa 275 orang. (Dokumen SDN 01 Mukomuko Utara). b. Keadaan guru dan tata usaha SDN 01 Mukomuko Utara Jumlah guru secara keseluruhan di Sekolah Dasar Negeri 01 Mukomuko Utara Pada tahun ajaran 2008-2009 sebanyak 16 orang tenaga 15 orang tenaga pendidlik. Terdiri dari 1 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di Sekolah Dasar Negeri 01 MukoMuko Utara, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Keadaan guru SDN 01 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Nama guru L/P Tgs mengajar Lama Mengajar Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jarni, Z. A.Ma. Pd Ernawati, A.Ma. Pd Riskawati, A.Ma. Pd Kaminah, A.Ma. Pd Inadrawati, A.Ma Zulhaini, A.Ma. Pd Sukasni, S.Pd Yusliani, A.Ma. Pd Mulkaziah, S.Pd Irdawani, A.Ma. Pd Julaila, A.Ma. Pd Subanianto, A.Ma. Pd Risnalni, S.Pd Nevi mailani, S.Pd. Ing Murniati P P P P P P P P P P P L P P p Wali kls VA Wali kls Wali kls Wali kls Guru agama Wali kls Wali kls Wali kls Wali kls Wali kls Bis. Studi MM Bis. Studi OR Bis. Studi MM Bis. Studi Ing Bis. Studi kes 29 Tahun 25 Tahun 27 Tahun 24 Tahun 23 Tahun 23 Tahun 23 Tahun 23 Tahun 21 Tahun 20 Tahun 11 Tahun 6 Tahun 3 Tahun 2 Tahun 2 Tahun Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru M. Pel Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru M. Pel Guru M.Pel Guru B. Ing Guru Honor Daerah Sumber: Dokumen SDN 01 Mukomuko Utara Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa guru SDN 01 Mukomuko Utara pada tahun pelajaran 2008-2009 mayoritas berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan Jumlah tenaga administrasi di SDN 01 Mukomuko Utara ada 3 orang, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Tabel 2 Tenaga administratif SDN Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Nama P. Terakhir Tugas Masa Tugas 1 2 3 Rosalia Susita Jodi Apriadi Yuyun Winarto SLTA SLTA SLTA TU Penjaga Op. Komputer 5 tahun 5 tahun 2 tahun Unsur-unsur organisasi SDN 01 Mukomuko Utara: 1. Kepala Sekolah : Marijo, S.Pd 2. Wakil kepala sekolah : Jarni. Z. A. Ma.Pd 3. Urusan kurikulum : Mulkaziah, S.pd. 4. Guru 5. Wali kelas 6. Tata usaha : Rosdilia Susita 7. Pembina UKS : Zulhaini, A.Ma. Pd 8. Pembina Pramuka : Jarni, Z, A.Ma. Pd 9. Pustakawan Sekolah : Julaila. A.Ma. Pd c. Keadaan siswa SDN 01 Mukomuko Utara Keadaan siswa dari tahun ke tahun, yaitu mulai tahun pelajaran 2005/2006 sampai dengan 2008-2009 adalah sebagai berikut: Tabel 3 Keadaan siswa SDN 01 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Tahun Ajaran Kelas Jumlah siswa I II III IV V VI 1 2 3 4 5 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 2008-2009 71 66 36 43 61 69 67 35 36 38 77 69 31 36 34 78 65 24 38 36 616 68 33 70 44 41 66 24 47 60 379 401 193 270 275 Sumber: dokumen TU SDN 01 Mukomuko Utara tahun 2009 Berdasarkan tabel diatas, bahwa ada peningkatan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2005-2006, tetapi pada tahun pelajaran 2006-2007 ada penurunan jumah siswa dari 401 orang siswa menjadi 193 orang siswa. Kemudian ada peningkatan di tahun pelajaran 2007-2008 menjadi 270 siswa dan juga pada tahun 2008-2009 menjadi 75 siswa. d. Keadaan sarana dan prasarana SDN 01 Mukomuko Utara Untuk memperlancar proses belajar mengajar di SDN 01 Mukomuko Utara, maka diperlukan sarana dan prasarana berupa fasilitas proses belajar mengajar maupun fasilitas yang dapat mendukung kelancaran persekolahan. Adapun keberadaan sarana dan prasarana di SDN 01 Mukomuko Utara sudah cukup memadai dalam usahanya mendukung dalam kelancaran persekolahan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, akan tetapi masih perlu penambahan dan penyempurnaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Fasilitas SDN 01 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Fasilitas Jenis Kuantitas kualitas 1 2 3 5 6 7 Ruang kelas Ruang guru Ruang kepala Sekolah UKS Toilet Tempat parkir Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Semi Permanen 9 1 1 1 1 1 Cukup memadai Baik Baik Belum memadai Cukup memadai Baik 2. Sekolah dasar Negeri (SDN) 02 Mukomuko Utara a. Sejarah singkat SDN 02 Mukomuko Utara Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Mukomuko Utara pertama kali berdiri pada tahun 1967. Kepala sekolah pertama adalah Ibu Nuraini. Dahulunya SDN ini bernama SDN 03 dan gedung SDN ini dulunya ada 6 lokal. Pada tahun 1984 sekolah mengalami pergantian kepala sekolah yakni dari Ibu Nuraini ke Ibu Sariyani dan pada tahun 2002 SDN 03 ini berubah nama menjadi SDN 02 dengan kepala sekolah Ibu Aisyah. Dan pada waktu itu sudah ada penambahan-penambahan lokal menjadi 9 lokal dan pada tahun 2005 ada pergantian atau mutasi kepala sekolah dan SDN 02 dipimpin oleh Ibu Fitri Sari Dedi, S.Pd sampai sekarang. b. Keadaan guru dan tata usaha SDN 02 Mukomuko Utara Jumlah guru secara keseluruhan di Sekolah Dasar Negeri 02 Mukomuko Utara Pada tahun ajaran 2008-2009 sebanyak 17 orang tenaga pendidik. Terdiri dari 5 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan tenaga administarasi ada 2 orang dan ditambah 1 orang penjaga sekolah. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di Sekolah Dasar Negeri 01 Mukomuko Utara, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Keadaan guru SDN 02 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Nama guru L/P Lama Mengajar Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Yusminar Kazaim Jainati Nurazima Isjarnila Ariani Yusni Jannati Maryani Syahrial Ratna Juita Novriadi Fitri yunita Sosnawiti Novyardi Darmawati Andes wijaya L P P P P P P P P L P L P P L P L 32 Tahun 28 Tahun 24 Tahun 23 Tahun 23 Tahun 23 Tahun 25 Tahun 23 Tahun 21 Tahun 20 Tahun 11 Tahun 6 Tahun 3 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2 Tahun 2 Tahun Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru M. Pel Guru kelas Guru Agama Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru kelas Guru M. Pel Honda Honda Honda Guru Agama Honda Sumber: Dokumen SDN 02 Mukomuko Utara Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa guru SDN 02 Mukomuko Utara pada tahun pelajaran 2008-2009 mayoritas berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan Jumlah tenaga administrasi di SDN 01 Mukomuko Utara ada 3 orang, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Tabel 2 Tenaga Administratif SDN 02 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Nama P. Terakhir Tugas Masa Tugas 1 2 3 Novyardi Sosnawiti Andes Wijaya SLTA SLTA SLTA penjaga Penjaga TU 2 tahun 5 tahun 2 tahun Sumber: Dokumen SDN 02 Mukomuko Utara Unsur-unsur organisasi SDN 02 Mukomuko Utara: 1. Kepala Sekolah : Fitri Sari Dewi 2. Wakil kepala sekolah : Yusmawardi 3. Urusan kurikulum : Jannati 4. Guru 5. Wali kelas 6. Tata usaha : Andes Wijaya 7. Pembina UKS : Yusmawari 8. Pustakawan Sekolah : Yusni c. Keadaan siswa SDN 02 Mukomuko Utara Keadaan siswa dari tahun ke tahun, yaitu mulai tahun pelajaran 2006/2007 sampai dengan 2008-2009 adalah sebagai berikut: Tabel 3 Keadaan siswa SDN 02 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Tahun Ajaran Kelas Jumlah siswa I II III IV V VI 1 2 3 2006-2007 2007-2008 2008-2009 30 27 59 30 32 20 30 25 32 46 18 22 42 30 18 39 33 32 217 165 183 Sumber: dokumen TU SDN 02 Mukomuko Utara tahun 2009 Berdasarkan tabel diatas, bahwa ada penurunan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2006-2007 ada penambahan pada tahun ajaran 2008-2009 siswa dari 165 orang siswa menjadi 183 orang siswa. d. Keadaan sarana dan prasarana SDN 02 Mukomuko Utara Untuk memperlancar proses belajar mengajar di SDN 02 Mukomuko Utara, maka diperlukan sarana dan prasarana berupa fasilitas proses belajar mengajar maupun fasilitas yang dapat mendukung kelancaran persekolahan. Adapun keberadaan sarana dan prasarana di SDN 01 Mukomuko Utara sudah cukup memadai dalam usahanya mendukung dalam kelancaran persekolahan agar berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, akan tetapi masih perlu penambahan dan penyempurnaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Fasilitas SDN 02 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No Fasilitas Jenis Kuantitas kualitas 1 2 3 4 5 6 Ruang kelas Ruang guru Ruang kepala sekolah UKS Toilet Tempat parkir Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Semi Permanen 9 1 1 1 1 1 Cukup memadai Baik Baik Belum memadai Cukup memadai Baik Sumber: dokumen SDN 02 Mukomuko Utara B. Penyajian hasil penelitian a. Pelaksanaan Pendekatan Pakem Pada Pembelajaran Agama 1. Apakah Bapak/Ibu guru selalu melakukan persiapan dalam mengajar? Berdasarkan hasil wawancara penulis di lapangan, data responden yang berhasil temui yaitu Guru Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Mukomuko utara, Inadrawati mengungkapkan “Saya selalu mempersiapkan bahan ajar sebelum saya mengajar karena saya berharap dengan persiapan maka diharapkan akan terkonsep dengan sistematis sehingga memudahkan anak didik mencerna dan memahami apa yang saya ajarkan” (wawancara, 2 Juni 2009). Pertanyaan ini juga saya ajukan kepada Yusni seorang guru Agama di SDN 02 Mukomuko utara (wawancara 2 Juni 2009), beliau mengungkapkan: Saya bukan saja menyiapkan bahan ajar sebelum saya mengajar akan tetapi saya sudah menyiapkan alat-alat bantu atau pendukung untuk memudahkan proses pengajaran saya, karena saya berharap dengan persiapan dan ditambahkan lagi dengan alat peraga maka diharapkan akan terkonsep dengan sistematis sehingga memudahkan anak didik mencerna dan memahami apa yang saya ajarkan Hasil observasi penulis pada tanggal 2 Juni 2009 kedua guru tersebut memang selalu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang diajarkannya pada hari itu. Pertanyaan ini juga saya ajukan kepada Marijo (wawancara, 2 Juni 2009) sebagai kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa guru-guru di sekolahnya diwajibkan untuk membuat Rencana pelaksana Pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang akan disampaikan kepada muridnya. Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka diketahui bahwa pada pembuatan Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pokok yang penting dalam rencana pembelajaran karena dengan itu bisa menentukan berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar. 2. Apakah metode yang dipakai Bapak/Ibu dalam mengajar mata pelajaran agama Menurut Inadrawati (3 Juni 2009) pada setiap pembelajaran Agama Islam saya selalu menggunakan metode yang bervariasi atau dengan kata lain tidak menetapkan bahwa setiap saya mengajar agama hanya terfokus dengan satu metode saja, akan tetapi biasanya saya selalu menggunakan pembelajaran Kontekstual sehingga kalau mengajar selalu menggunakan alat bantu dan melibatkan siswa dalam kegiatan dengan cara membangkitkan siswa untuk memiliki daya aktif dan kreatif dan tentunya akan sangat menyenangkan. Pertanyaan ini juga saya ajukan kepada Darmawati seorang guru agama di SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara 3 juni 2009), beliau mengatakan: Pada Pembelajaran Agama Islam saya selalu menggunakan metode yang berbeda-beda atau dengan kata lain saya melihat kondisi dan situasi yang ada baik itu pada diri saya juga keadaan murid yang memungkin adanya variasi dalam metode pembelajaran, bahwa setiap saya mengajar agama Islam tidak hanya terfokus dengan satu metode saja, akan tetapi biasanya saya selalu mengajar selalu menggunakan alat bantu dan melibatkan siswa dalam kegiatan dengan cara membangkitkan siswa untuk memiliki daya aktif dan kreatif dan tentunya akan sangat menyenangkan. Pertanyaan ini juga saya ajukan kepada Fitri Sari Dewi sebagai Kepala sekolah SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara, 4 Juni 2009) Menegaskan bahwa beliau menganjurkan kepada setiap guru untuk selalu aktif dalam melihat kondisi keadaan siswa yang memungkinkan untuk menggunakan metode yang sesuai karena yang menjadi tujuan dalam pendidikan ini adalah peserta didik yang mampu untuk memahami segala ilmu diajarkan. Pertanyaan serupa ajukan juga saya ajukan Siswono salah seorang siswa di SDN 01 (wawancara, 5 Juni 2009) mengatakan bahwa dirinya dan teman-teman sering kali dilibatkan setiap kali guru itu mengajar dan itu sangat menyenangkan sekali, membuat kami tidak jenuh dan tidak membosankan Hasil observasi penulis pada tanggal 5 Juni 2009, memang pada saat mengajar guru agama Islam membawa alat peraga berupa gambar tuntunan atau tata cara berwudlu. Dari wawancara dan observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pelaksanaan pembelajaran agama Islam tidak terfokus pada metode tertentu, akan tetapi setiap guru diharuskan untuk selalu aktif dalam melihat kondisi keadaan siswa yang memungkinkan untuk menggunakan metode yang sesuai karena yang menjadi tujuan dalam pendidikan ini adalah peserta didik. 3. Bagaimana cara Bapak/ibu dalam melaksanakan metode PAKEM dalam pembelajaran agama Menurut Inadrawati (3 Juni 2009) pada setiap kali mengajar agama terutama pada materi seperi ibadah saya selalu memberikan praktek yang kontinue agar peserta didik benar-benar paham tentang shalat yang benar dan salalu membawa gambar praktek shalat agar peserta didik benar-benar mengetahui cara takbir, ruku’, sujud dan sebagainya. Pertanyaan serupa juga diajukan kepada kepada Darmawati seorang guru agama di SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara 3 juni 2009) belian mengatakan: Pada Pembelajaran Agama Islam saya selalu membawa alat bantu atau hal-hal apa saja yang bisa diperbuat atau dipraktekkan anak didik, seperti halnya belajar berwudhu, saya selalu memberikan petunjuk yang disertai gambar tentang tatacara berwudlu yang baik dan benar disertai urutan-urutannya setelah itu anak didik mempraktekkan tatacara berwudhu. Pertanyaan serupa juga diajukan kepada oleh Fitri Sari Dewi sebagai Kepala sekolah SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara, 4 Juni 2009) menegaskan bahwa beliau menganjurkan kepada setiap guru untuk selalu aktif untuk menggunakan metode PAKEM untuk mencapai tujuan yang diinginkan Pertanyaan serupa juga diajukan kepada Siswono salah seorang siswa di SDN 01 (wawancara, 5 Juni 2009) dia mengatakan bahwa dirinya dan teman-teman sering kali dilibatkan setiap kali guru itu mengajar dan itu sangat menyenangkan sekali, membuat kami tidak jenuh dan tidak membosankan serta benar-benar mengerti dengan materi yang diajarkan oleh guru. Hasil observasi penulis pada tanggal 5 Juni 2009, memang pada saat mengajar guru agama Islam membawa alat peraga berupa gambar tuntunan atau tata cara berwudlu, pada saat mempraktekkan bagaimana cara berwudhu terlihat peserta didik sangat antusias sekali dan ini membuat terasa ramai dan menyenangkan Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pelaksanaan pembelajaran agama Islam dalam pelaksanaan metode PAKEM ini sering kali mengajar peserta didik untuk mempraktekkan materi yang diajarkan. b. Hambatan guru agama dalam melakukan metode PAKEM 1. Apa Hambatan dalam pelaksanaan metode PAKEM pada mata pelajaran agama? Dalam hal hambatan dalam pelaksanaan PAKEM Yusni sebagai guru agama di SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara, 5 Juni 2009) mengatakan bahwa segala proses dalam kita menjalankan memang kadang tak terlepas dari kendala-kendala namun pada pelaksanaan pendekatan PAKEM ini tidak lain adalah masih adanya peserta didik yang enggan atau tidak mau melakukan eksperimen atau percobaan di depan kelas dan peserta didik kadang selalu mengikuti kebiasaan yang salah dan karena terlalu senang kadang peserta didik bermain sesamanya. Pertanyaan serupa diajukan kepada Yusni seorang guru agama di SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara, 05 Juni 2009) beliau mengatakan: Setiap kali saya menggunakan PAKEM kendalanya adalah masih adanya peserta didik yang enggan atau tidak mau melakukan eksperimen atau percobaan di depan kelas, dan saya pikir ini karena memang ia merasa malu untuk melakukan percobaan atau mengeluarkan gagasan. Hal ini juga senada dengan Inadrawati seorang guru agama dari SDN 01 Mukomuko Utara (wawancara, 05 Juni 2009), beliau mengatakan: Kendala setiap kali saya menggunakan PAKEM adalah masih adanya peserta didik yang enggan atau tidak mau melakukan eksperimen atau percobaan di depan kelas, dan saya pikir ini karena memang ia merasa malu untuk melakukan percobaan atau mengeluarkan gagasan sehingga terjadi karena memang karakter peserta didik yang sifatnya pemalu dan sifatnya tidak mudah bergaul dengan sesama kawannya Hasil observasi penulis pada tanggal 5 Juni 2009, penulis melihat ketika mereka mempraktekkan materi pelajaran ada sebagian anak yang merasa nyaman dan terbuka untuk bertanya apa yang dia tidak pahami, dan sebagian lagi merasa enggan atau malu untuk melakukan praktek tersebut. Penulis juga melihat terhadap anak didik ini memang mempunyai sifat pemalu dan pemalas. Dari hal-hal tersebut diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa kendala dalam pelaksanaan PAKEM di SDN tersebut adalah peserta didik yang enggan atau tidak mau melakukan eksperimen atau percobaan di depan kelas, ia merasa malu untuk melakukan percobaan atau mengeluarkan gagasan. 2. Bagaimana upaya pencegahan terhadap hambatan pada PAKEM? Menurut Darmawati seorang guru agama 02 Mukomuko Utara (wawancara, 8 Juni 2009) menerangkan bahwa upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan memberikan perlakukan yang berbeda kepada setiap individu sesuai dengan keadaan peserta didik karena dalam memberikan perhatian kepada setiap peserta didik yang memungkinkan memiliki perbedaan waktu untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini juga diungkapkan Inadrawati seorang guru agama di SDN 01 Mukomuko Utara menambahkan bahwa setiap peserta didik memang mempunyai memiliki keadaan yang berbeda dan pada setiap kondisinya memungkinkan untuk memiliki minat dan motivasi belajar yang berbeda-beda sehingga bagi seorang guru harus pintar dan jeli mengenali siswa dan memfokuskan pada pesan yang akan disampaikan pada setiap kali guru akan mengajar. Pertanyaan serupa juga diajukan kepada Marijo sebagai kepala sekolah SDN 01 Mukomuko Utara (wawancara, 8 juni 2009) beliau menegaskan: Upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan memberikan perlakukan yang berbeda kepada setiap individu siswa sesuai dengan keadaan peserta yang berbeda pula tentunya karena dalam hal ini pedidik dalam memberikan perhatian kepada setiap peserta didik yang memungkinkan memiliki perbedaan waktu untuk mencapai ketuntasan belajar Dari wawancara diatas dapat penulis simpulkan bahwa upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan memberikan perlakukan yang berbeda kepada setiap individu siswa sesuai dengan keadaan peserta yang berbeda. 3. Bagaimana proses guru dalam pelaksanaan PAKEM? Hasil wawancara dengan Inadrawati seorang guru agama di SDN 01 Mukomuko Utara (wawancara 08 Juni 2009) mengatakan pada proses pelaksanaan PAKEM beliau mengatakan: Saya sebagai guru selalu memberikan motivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama proses belajar berlangsung, menggali kreativitas disini tidak lain adalah dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu yang diharapkan selalu memiliki daya imajinasi namun rasional Pertanyaan serupa diajukan kepada oleh Yusni seorang guru Agama di SDN 02 Mukomuko utara (wawancara 08 Juni 2009) beliau mengatakan: Saat mengajar kelas menjadi agak ramai karena peserta didik memang lebih berperan dalam pembelajaran ini, dalam hal saya memberi kesempatan bertanya, mungkin banyak sekali peserta didik yang mengangkat tangan untuk bertanya dan saya agak kerepotan dalam hal ini tapi sungguh saya sangat senang melihat peserta didik dapat menanggapi pelajaran agama Islam dengan tanggap Pertanyaan serupa juga diajukan kepada Fitri Sari Dewi sebagai kepala sekolah SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara 08 Juni 2009) menjelaskan bahwa “memang pada saat menerapkan model PAKEM berlangsung suasana kelas agak ramai karena peserta didik memang lebih berperan dalam pembelajaran ini. Dalam ini peserta didik diajak untuk menggali kreativitas disini tidak lain adalah dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu yang diharapkan selalu memiliki daya imajinasi namun rasional”. Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pada prosesi pembelajaran agama Islam memang agak ramai karena peserta didik lebih berperan dan lebih menyimak bahkan memiliki daya potensi yang tinggi. c. Faktor pendukung dalam melakukan metode PAKEM dalam pembelajaran PAI 1. Apa Faktor pendukung dalam melakukan metode PAKEM dalam pembelajaran PAI? Menurut Inadrawati (08 Juni 2009) mengatakan bahwa yang menjadi faktor pendukung melakukan metode PAKEM adalah dalam pembelajaran agama siswa selalu dilibatkan dan membuat suasana ini ramai dengan suasana mencari ilmu. Inilah yang membuat saya semangat dan termotivasi untuk selalu menggunakan metode PAKEM. Pertanyaan serupa juga diajukan kepada kepada Darmawati seorang guru agama di SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara 3 juni 2009) beliau mengatakan: Pada Pembelajaran Agama Islam yang mendukung saya melakukan metode PAKEM adalah siswa selalu aktif dan merasa enjoy alias menyenangkan. Pertanyaan serupa juga diajukan kepada oleh Fitri Sari Dewi sebagai Kepala sekolah SDN 02 Mukomuko Utara (wawancara, 4 Juni 2009) menegaskan bahwa beliau menganjurkan kepada setiap guru untuk selalu aktif untuk menggunakan metode PAKEM karena ini terlihat selain terasa menyenangkan juga membuat siswa kreatif. Pertanyaan serupa juga diajukan kepada Susi salah seorang siswa di SDN 01 (wawancara, 5 Juni 2009) dia mengatakan bahwa dirinya dan teman-teman sering kali dilibatkan setiap kali guru itu mengajar dan itu sangat menyenangkan sekali. Observasi penulis pada tanggal 5 Juni 2009, antara guru dan murid merasakan adanya hubungan yang lebih dari metode PAKEM yang telah dilaksanakan. Selain membuat murid merasa enjoy dan mudah memahami pelajaran, guru agama juga merasa puas dengan tingkat pemahaman siswa yang dicapainya. Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam menggunakan metode PAKEM dalam pembelajaran agama Islam ini adalah adanya timbal balik yang sesuai antara murid dan guru sehingga dalam pembelajaran ini selain membuat siswa menjadi aktif, kreatif, efektif juga menyenangkan. C. Pembahasan hasil penelitian Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dalam penyajian diatas, maka dapat penulis analisa bahwa guru agama Islam di SDN sekecamatan Mukomuko Utara dalam pendekatan PAKEM pada pembelajaran PAI di telah sesuai dengan tujuan pendidikan. Dalam menerapkan model PAKEM guru dapat merencanakan suatu pola yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas, hal ini sesuai dengan Joyce yang dikutip Trianto (2002: 137) mengatakan bahwa setiap model pembelajaran akan mengarahkan kita merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dalam menggunakan Metode PAKEM pelaksanaan pembelajaran agama Islam se-Kecamatan Mukomuko Utara sering kali mengajar dengan menggunakan pembelajaran Kontekstual sehingga menjadikan peserta didik untuk mempraktekkan materi yang diajarkan. Yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dalam menggunakan metode PAKEM itu adalah baik itu dari pihak sekolah, guru agama dan peserta didik merasa besar sekali manfaatnya dalam pendekatan pelaksanaan PAKEM dalam pelajaran agama Islam karena dapat merangsang aktivitas dan kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan Zahorik dalam Mulyasa (2006: 219) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode PAKEM 1) pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik, 2) pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagian secara khusus, 3) pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, 4) pembelajaran harus ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. 5) adanya refleksi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari. Dan yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan PAKEM di SDN tersebut adalah peserta didik yang enggan atau tidak mau melakukan eksperimen atau percobaan di depan kelas, ia merasa malu untuk melakukan percobaan atau mengeluarkan gagasan. Sedangkan upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan memberikan perlakukan yang berbeda kepada setiap individu siswa sesuai dengan keadaan peserta yang berbeda. Dan menerapkan model PAKEM berlangsung suasana kelas agak ramai karena peserta didik memang lebih berperan dalam pembelajaran ini. Dalam ini peserta didik diajak untuk menggali kreativitas disini tidak lain adalah dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu yang diharapkan selalu memiliki daya imajinasi namun rasional. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari data hasil penelitian dan analisa penulis, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko saat menerapkan model PAKEM dengan menggunakan pembelajaran secara kontekstual yang berlangsung suasana kelas ini menjadi ramai karena guru sering kali mengajar peserta didik untuk mempraktekkan materi yang diajarkan seperti pada materi ibadah (shalat dan wudhu). 2. Faktor penghambat pelaksanaan Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko masih adanya peserta didik yang enggan atau tidak mau melakukan eksperimen atau percobaan di depan kelas, ia merasa malu untuk melakukan percobaan atau mengeluarkan gagasan. Dan faktor pendukungnya adalah baik pihak kepala sekolah maupun guru Agama yang mengajar, dan peserta didik itu sendiri merasa bahwa dalam pelaksanaan model PAKEM ini memang banyak manfaatnya. 3. Faktor pendukung pelaksanaan Pendekatan PAKEM dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mukomuko Utara Kabupaten Mukomuko pihak sekolah, guru agama dan peserta didik merasa besar sekali manfaatnya dalam pendekatan pelaksanaan PAKEM dalam pelajaran agama Islam karena dapat merangsang aktivitas dan kreatifitas belajar peserta didik serta dilaksanakan dengan efektif dan menyenangkan B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, maka penulis memberikan saran kepada: 1. Guru Agama Islam agar mempertahankan prestasi dalam hal ini meningkatkan metode PAKEM yang digunakan untuk memotivasi peserta didik dan mendorong daya kreatifitas siswa. 2. Kepada pihak sekolah untuk dapat meningkatkan dan melakukan pembenahan terhadap sarana dan prasarana pendidikan, sehinnga tidak menghambat guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Kepada Departemen pendidikan Nasional untuk dapat mengadakan pelatihan terhadap guru-guru di setiap kabupaten maupun di setiap pedesaan agar mereka meningkatkan kreatifitasnya dan siswa dalam proses belajar mengajar 4. Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama agar menempatkan guru-guru Agama yang potensial, lulusan Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) karena guru adalah peletak pondasi pembinaan moral dikalangan siswa.

No comments:

Post a Comment