1

loading...

Friday, March 16, 2012

Skripsi Konsistensi Tugas Pokok dan Fungsi Guru Agama Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMPN 07 Terasterunjam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan formal selalu berusaha memajukan pendidikan masyarakat, karena dengan pendidikan yang memadai diharapkan akan melahirkan manusia-manusia sebagai generasi penerus yang bertanggung jawab dan kreatif, sebagaimana dijabarkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tentang sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bab II Pasal 3, mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup Bangsa yang sedang membangun, yang berbunyi sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan sertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta sertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003: 5). Dalam merumuskan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, mengandung ciri-ciri pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang mempunyai mutu tinggi. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan secara aktif dalam usaha membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga yang profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang, dalam arti kata bahwa pada setiap diri guru itu terletak suatu beban dan tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu tingkat kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiyah Derajat dalam bukunya karangan Ramayulis (2006: 58) mengatakan, “seorang pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik. Dalam rangka itu guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menentukan siswa dalam belajar” (Mulyasa, 2008: 40). Berkaitan dengan itu maka sebenarnya guru memiliki peranan yang sangat unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usaha untuk mengantarkan siswa atau anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat dikembangkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. Guru sebagai tenaga profesional yang mempunyai tugas dan perang di bidang pendidikan di samping memahami hal yang bersifat filosofis dan konseptual juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknik, ini termasuk kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi dalam proses belajar-mengajar. Selain itu pula dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Secara lebih rinci tugas guru berpusat pada: (Ahmadi, Widodo Supriyono, 2004: 104-105). 1. Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan. 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai. 3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi. Dari uraian diatas, jelas bahwa peranan guru telah meningkat dari segala pengajar menjadi direktur (pengarah) belajar. Sebagai direktur belajar, tugas dan tanggung jawab guru menjadi lebih meningkat yang kedalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar, dan sebagai pembimbing. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru bidang studi merupakan sebuah konsistensi harus dimiliki setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. dalam arti kata guru yang terampil tentu harus memiliki pribadi yang baik dan bisa melakukan hubungan baik selain kepada murid juga kepada masyarakat. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yagn memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa (Usman, 2005: 7). Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh sekolah, sarana prasarana dan kurikulum saja, tetapi sebagian besar keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh kemampuan guru dalam menerapkan ilmunya dalam proses pembelajaran tersebut. Guru yang melaksanakan sesuai dengan tugas dan peran akan lebih mampu untuk menciptakan lingkungan belajar siswa yang aktif, menyenangkan dan lebih mampu mengelola interaksi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan optimal. Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 07 Teras Terunjam dalam pelaksanaan pembelajaran mengacu pada kurikulum yang telah diberlakukan pemerintah, sehingga di bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu bahan ajar pokok di SMPN 07 Teras Terunjam tersebut, yang bertujuan sesuai dengan tujuan dari pendidikan Agama Islam dan tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri. Sehubungan dengan itu bahwa yang terjadi di SMPN 07 Teras Terunjam belum sepenuhnya siswa-siswanya mencapai tujuan pendidikan. Hal ini terlihat bahwa, masih ada sebagian guru mata pelajaran tertentu harus mengajar pada pelajaran lain yang bukan bidangnya, hal ini dikarenakan antara jumlah jam pelajaran dengan jumlah guru bidang studi tidak sebanding, sehingga pada pelaksanaannya guru bidang studi tertentu harus mengajar bidang lain yang bukan ahlinya. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut maka penulis merasa tertarik mengadakan penelitian di SMPN 07 Teras Terunjam. Hal ini bermaksud untuk melihat sejauh mana konsistensi guru agama dalam pembelajaran PAI dalam judul penelitian “KONSISTENSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU AGAMA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 07 TERAS TERUNJAM” B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana konsistensi tugas pokok dan fungsi guru agama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 07 Teras Terunjam ? b. Apa saja Faktor-faktor yang menghambat dan pendukung dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru agama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan apa upaya pencegahannya? 2. Batasan Masalah Supaya tidak terlalu luasnya dalam penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penerapan konsistensi tugas pokok dan fungsi guru agama yang mengajar di kelas VIII A. 2. Faktor-faktor yang menghambat dan pendukung serta upaya pencegahnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 07 Teras Terunjam. C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Ingin mengetahui bagaimana Konsistensi tugas pokok dan fungsi guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 07 Teras Terunjam. b. Ingin mengetahui Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan pendukung dalam menjalankan konsistensi tugas pokok dan fungsi guru agama dalam pembelajaran pendidikan agama Islam serta upaya pencegahnya. 2. Kegunaan penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1) pada Ilmu Pendidikan Agama Islam. b. Untuk melatih diri dan mengembangkan yang telah diperoleh dari teori serta mempraktekkannya di lapangan . c. Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan informasi khususnya kepada guru Pendidikan Agama Islam bahwa konsistensi tugas pokok dan peran guru itu sangat penting dalam pendidikan. D. Sistematika pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh sistematika penyusunan skripsi, dapat penulis jelaskan sebagai berikut : Bab I, merupakan pendahuluan. Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II, merupakan bab landasan teori yang berisikan pengertian konsistensi, tugas pokok dan fungsi guru, pembelajaran pendidikan agama Islam pengajaran, serta hasil penelitian yang relevan. Bab III, Merupakan bab metodologi penelitian yang berisikan, jenis penelitian, jenis dan sumber data , metode pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV, Berisikan tentang temuan dan pembahasan penelitian. Bab V, membahas tentang kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian konsistensi, tugas pokok dan fungsi guru 1. Pengertian konsistensi Pengertian Konsisten menurut KBBI adalah tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai: perbuatan hendaknya–dng ucapan (Depdiknas, 2005: 589). 2. Tugas pokok guru Tugas guru menurut Abdullah Nasih Ulwan yang dikutip Aly (1999: 95) adalah "melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu pengetahuan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia". Dengan demikian, tugas guru hendaklah memberikan pendidikan dan wawasan manusia seutuhnya. Masalah tentang tugas guru telah dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu mengkaji dalam mengajarkan ilmu agama. Hal ini telah dijelaskan Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 79.            ••                 Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia Berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya (Depag RI, 1989: 89). Berbagai pandangan tentang tugas guru disampaikan oleh para ahli, akan tetapi pada intinya tugas tersebut adalah menjadi peserta didik manusia yang sertakwa kepada Allah SWT. Namun demikian secara formal tugas tersebut harus diikuti dengan bukti-bukti tertentu misalnya skala peningkatan hasil belajar, atau bukti-bukti tertulis lainnya, sehingga tugas guru agama Islam selain kepada peserta didik juga kepada atasannya dengan memperlihatkan keberhasilannya memiliki administrasi penilaian dan kemampuan siswa. Atas dasar pandangan tersebut, maka dalam hal ini penulis membagi tugas guru agama Islam 4 komponen penting yaitu sebagai pendidik, sebagai pengajar, sebagai pembimbing, sebagai administrator. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: 1. Sebagai Pendidik Mendidik mempunyai unsur yang lebih luas dari mengajar, karena mengajar pada dasarnya proses transfer ilmu dan usaha yang dilakukan hanyalah sekitar pelaksanaan pengajaran. Sedangkan mendidik "Sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya baik secara jasmani maupun rohani" (Sardiman AM, 1990: 53). Berdasarkan pendapat tersebut berarti guru terutama guru agama pada dasarnya adalah pendidik karena dalam pekerjaannya la tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan, mental atau sikap anak didiknya. Dengan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang diikuti dengan contoh-contoh sikap dan perilaku gurunya, diharapkan anak didik akan lebih menghayati kemudian menimbulkan rasa memiliki suatu ilmu. Menurut Uhbiyati (1997: 72), tugas-tugas pendidik meliputi: 1) Membimbing si-terdidik yakni mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya. 2) Menciptakan situasi untuk pendidik yakni suatu keadaan di mana dengan hasil yang memuaskan. Seorang guru bukan hanya mentransfer ilmu tapi mentransfer nilai-nilai ilmu tersebut, guru bukan hanya membawa ilmu pengetahuan, akan tetapi menjadi contoh atau tauladan dalam membawakan atau menerapkan ilmu pengetahuan itu. 2. Sebagai Pengajar Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru yang sudah menjadi tradisi adalah mengajar, karenanya sering orang salah menduga, bahwa tugas guru hanyalah mengajar. Nasution (1994: 43), mengemukakan bahwa : Mengajar pada umumnva usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan yang telah ditentukan. Sebagai tenaga pendidik, guru mempunyai menyelenggarakan proses belajar mengajar. Tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan yang pada garis besarnya meliputi empat pokok, yaitu: 1) Menguasai bahan pengajaran 2) Merencanakan program belajar mengajar 3) Melaksanakan, memimpin dan mengelola Pembelajaran 4) Menilai kegiatan belajar mengajar (Depag RI, 2002: 3) Sebagai pengajar agama Islam, guru bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru mengetahui bahwa pada akhir setiap tahun pelajaran kadang-kadang hanya terjadi perubahan dan perkembangan pengetahuan saja, sedangkan efek dan transfernya kepada keseluruhan perkembangan sikap dan kepribadian berlangsung di luar situasi belajar mengajar itu sendiri. Hal demikian itu tampaknya bersifat umum. walaupun sesungguhnya kurang memenuhi harapan dari pengajaran agama. 3. Sebagai Pembimbing Sebagai pembimbing seorang guru agama harus mampu mengadakan berbagai pendekatan kepada bimbingannya, dalam hal ini adalah siswa. sehingga siswa tidak ragu atau takut untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai keinginan dan bakat yang dimilikinya. Karma menurut Sukardi (1983: 21), bimbingan adalah "Proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan.) yang dimiliki, mengenali diri sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara sertanggungjawab tanpa tergantung kepada orang lain". Sebagai pembimbing, guru lebih suka jika mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan murid didalam interaksi belajar mengajar. la memberi dorongan dan menyalurkan semangat dari diri ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. Di sekolah guru Bering berhadapan dengan sekelompok kecil murid atau bahkan hanya seorang muridnya. Bagi murid yang memerlukan bantuan khusus secara individu yang dilakukan pada tempat yang disediakan dinamakan penyuluhan. Perlu diingat bahwa pemberian bimbingan itu bagi guru agama meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap keagamaan, dengan harapan agar setiap round insyaf dan termotivasi untuk lebih giat belajar Serta memahami potensi yang ada pada dirinya. 4. Sebagai Administrator Sebagai administrator guru mempunyai tugas untuk selalu mengagendakan semua kegiatan dan perkembangan anak didiknya. Seperti disebutkan dalam Kamus Bahasa Indonesia "Administrator adalah pengurus; penata usaha, orang yang mempunyai kemampuan memerintah yang sangat baik, pemimpin dalam di bidang pelaksanaan peraturan; prosedur; dan kebijakan" (Depdiknas, 2001: 9). Guru bertugas sebagai tenaga administrasi, bukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagai pengelola kelas atau pemimpin interaksi belajar mengajar, yang mampu mengambil kebijakan pada saat tertentu sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau keadaan yang dialami dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar. 3. Fungsi guru a. Guru sebagai motivator Guru sebagai motivator diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa agar lebih aktif dalam belajar, balk di sekolah maupun di luar sekolah. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa adalah sebagai berikut : 1) Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pelajaran. 2) Menjelaskan tujuan dan manfaat materi pelajaran yang diajarkan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 3) Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak membuat PR/tugas lainnya. b. Guru sebagai organisator Peran guru sebagai organisator adalah pengelola bahan pelajaran secara beruntun dan sistematis, serta menyusun program pengajaran yang baik. Tujuannya adalah agar tidak terjadi pengulangan dalam penyampaian materi yang dapat mengakibatkan kebosanan dalam diri anak yang belajar. c. Guru sebagai sumber informasi Guru harus menjadikan dirinya sebagai sumber pemberi sejumlah pengetahuan dan sebagai tepat bagi para siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk melakukan pesan ini, seorang guru dituntut memiliki pengetahuan yang luas, terutama yang menyangkut mata pelajaran yang diajarkannya. Oleh karena itu, guru dianjurkan untuk banyak membaca dan terus belajar, sehingga memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas sebagai suatu modal dalam menyampaikan pengetahuannya kepada anak didik. Kewajiban belajar terus menerus ini telah diperintahkan di dalam Islam, melalui hadits Nabi Muhammad SAW: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ (رواه المسلم) Mencari ilmu itu wajib atas setiap orang muslim laki-laki dan muslimah perempuan (HR. Muslim) Orang tua, guru, pemimpin atau individu yang berfungsi sebagai pendidik yiatu: 1) Mendorong dinamika siswa dalam pergaulan ke arah yang lebih positif. 2) Mengorganisir pergaulan siswa dengan baik sehingga memungkinkan menimbulkan hubungan komunikasi timbal batik antara pendidik dan anak didik. 3) Mengenal anak didik secara lebih baik dengan menemukan bawaan dan kemampuan yang ada pada diri anak didik. 4) Membatasi perkembangan buruk pada diri anak didik. Jadi, konsistensi tugas pokok dan fungsi guru adalah ketepatan guru dalam rangka melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu pengetahuan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. B. Pembelajaran pendidikan agama Islam 1. Pengertian pendidikan, pembelajaran dan pengajaran a. Pengertian pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Hamalik, 1994: 2). Pendidikan merupakan Aktifitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar sedangkan pengajaran merupakan Aktifitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar. b. Pengertian pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 1994: 57). Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil (skillful) yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. c. Pengertian pengajaran Pengajaran adalah bentuk kegiatan di mana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan (khususnya guru/pengajar) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan (Hamalik, 1994: 2). Atau dengan kata lain, Pengajaran adalah proses belajar atau proses menuntut ilmu. Ada dosen, guru, ustadz yang mengajar atau menyampaikan ilmu kepada murid yang belajar. Hasilnya murid menjadi pandai, dan berilmu pengetahuan (‘alim). Pendidikan adalah proses mendidik yang melibatkan penerapan nilai-nilai. Di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman, penghayatan, penjiwaan, dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh terutama ilmu agama dicoba untuk difahami dan di hayati hingga tertanam dalam hati dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut tentang akhlak. Sedangkan perbedaan antara ketiganya yaitu: Pendidikan merupakan Aktifitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar sedangkan pengajaran merupakan Aktifitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar. Sedangkan Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. 2. Teori teori pembelajaran Hilgard dalam Wina Sanjaya (2008: 235) mengungkapkan: "Learning is the process by with an activity originates or changed through training procedure (wether in the laboratory or in the naural environment) as distinguished from changes by faktors not atributable to training". Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak lapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyak¬sikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya ketika seorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun seper¬tinya seorang siswa memerhatikan dengan saksama sambil mengangguk-¬anggukan kepala, maka belum tentu yang bersangkutan belajar. Mungkin mengangguk-anggukan kepala itu bukan karena ia memerhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru, akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa Sanjaya (2008: 235-236). Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan respons (S-R ). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Teori-teori belajar yang termasuk ke dalam kelompok behavioristik (Sanjaya, 2008: 238) diantaranya: a. Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Thorndike sekitar tahun 1913. Menurut teori belajar ini, belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-R). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respons sebanyak-banyaknya (Ali, 1987: 16). Dalam teori ini, Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar sebagai berikut 1. Hukum kesiapan (law of readiness) 2. Hukum latihan (law of exercise) 3. Hukum akibat (law of effect) (Ali, 1987: 1). b. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop. Seperti halnya Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu. Pavlov melakukan percobaan dengan seekor anjing. Dalam perco¬baannya Pavlop ingin membentuk tingkah laku tertentu pada anjing. Bentuk percobaan yang dilakukan adalah kira-kira sebagai berikut: Dalam keadaan lapar, sebelum diberikan makanan dibunyikan lonceng, diper¬lihatkan makanan dan air liur anjing keluar. Keadaan ini terus-menerus diulang: Bunyikan lonceng-perlihatkan makanan, air liur anjing keluar. Setelah beberapa kali dilakukan, ternyata pada akhirnya, setiap lonceng berbunyi air liur anjing keluar, walaupun tanpa diberi makanan. Dalam keadaan ini, anjing belajar bahwa kalau lonceng berbunyi pasti ada ma¬kanan sehingga menyebabkan air liurnya keluar. c. Operant conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner Teori operant conditioning yang dikembangkan oleh Skinner, meru¬pakan pengembangan dari teori Stimulus Respons. Berbeda dengan teori¬-teori yang telah dikembangkan tokoh-tokoh yang lain, Skinner membeda¬kan dua macam respons, yakni respondent response (reflexive: response) dan operant response (instrumental respons). Responder response adalah respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya pe¬rangsang stimulus makanan menimbulkan keluarnya air liur. Respons ini relatif tetap. Artinya setup ada stimulus semacam itu akan muncul respons tertentu. Dengan demikian perangsang-perangsang yang demi¬kian itu mendahului respons yang ditimbulkannya. Operant response atau instrumental nstrurnental response adalah respons yang timbal dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Peran¬sang yang demikian yang dischilt reinforcer, karena tersebut memperkuat response yang telah dilakukan organisme. jadi dengan demikian, perangsang yang itu mengikuti dan memperkuat Suatu tingkah laku yang telah dilakukan. Misalnya, jika seseorang telah belajar melakukan sesuatu, lalu mendapat hadiah sebagai reinforcer, maka ia akan menjadi lebih giat dalam belajar. Sedangkan teori-teori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif Wholistik di antaranya: a. Teori Gestalt, dengan tokohnya Kofka, Kohler dan Wertheimer. Seperti yang telah dikemukakan, teori Gestalt termasuk pada Morn¬pok aliran Kognitif Wholistik. Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, kohler dan Wertheimer. Teori ini berbeda dengan teori-teori yang telah dijelaskan terdahulu. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mc¬ngembangkan insight (Ali, 1987: 19). Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antara bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda engan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah ¬laku. b. Teori Medan (Field Theory) dengan tokohnya Lewin. Teori medan dikembangkan oleh Kurt lewin, sama seperti teori Gestalt, teori medan menganggap bahwa belajar adalah proses pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah menurut lewin dalam belajar adalah: a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif b) Pentingnya motivasi c. Teori Konstruktivistik Belajar menurut teori konstruktivistik bukanlah sekadar menghafal akan tetapi, proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil "pemberian" dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap indi¬vidu. Pengetahuan hasil dari pemberitahuan tidak akan menjadi penge¬tahuan yang bermakna. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat sedangkan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki dua dan binatang berkaki empat. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema" dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema; dan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skama barn. Semua itu (asimilasi dap. akomodasi) terbentuk berkat pengalaman siswa. (Sanjaya, 2008: 246). 3. Guru dan proses pembelajaran pendidikan agama Islam a. Pengertian Guru. Secara etimologi guru adalah "utama, pimpinan, anutan". (Ramayulis, 2002: 56) Menurut Istilah, secara umum "guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta memberikan jalan yang baik demi kemajuan". (Ramayulis, 2002: 58) Sedangkan guru agama adalah "Warga Indonesia yang diangkat pemerintah RI sebagai pegawai negeri sipil yang diberi tugas untuk mengajar agama”. (Depag RI, 2006: 37) Dengan demikian berarti ruang lingkup pengertian ini sangat sempit dan sangat bertentangan dengan pengertian guru agama secara umum, dimana guru agama adalah seseorang yang mentransferkan ilmu agama kepada orang lain. Dan pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa guru adalah orang yang dapat dijadikan contoh dan memberikan contoh yang baik dan guru agama adalah orang yang bertugas menyampaikan ilmu agama baik ditunjuk oleh pemerintah atau dengan kesadaran sendiri. b. Syarat-syarat menjadi guru agama Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang besar terhadap keberhasilan pembelajaran pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal (Mulyasa, 2008: 35). Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan. Oleh sebab itu dituntut berbagai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu meliputi : a. Persyaratan fisik yaitu sehat jasmani b. Persyaratan psyikhis yaitu sehat rohaninya c. Persyaratan mental yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi guru, mencintai mengabdi dedikasikan pada tugas jabatannya. d. Persyaratan moral yaitu dan budi pekerti yang luhur. e. Persyaratan intelektual atau akademik yaitu mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai pendidikan keguruan. Dan secara khusus syarat-syarat guru agama meliputi : a. Dia harus orang yang beragama b. Dia harus mampu sertanggung jawab untuk kesejahteraan agama. c. Tidak kalah dengan guru lain dalam membentuk negara yang demokratis. d. Dia harus memiliki perasaan panggilan murni. (Arifin, 2003: 15) Semua persyaratan di atas harus dipenuhi oleh seorang guru, maka setelah semua itu dipenuhi berarti ia adalah guru yang sebenarnya yaitu sebagai pembimbing, pengajar dan pemimpin dalam kelas. c. Fungsi, Peranan dan Kedudukan Guru PAI Pekerjaan guru bukan hanva semata-mata mengajar, sehingga seorang guru harus menyadari tugas-tugas profesional yang diembannya. Tugas dan tanggung jawab guru itu sangat berat terutama guru agama. Selain sertanggung jawab terhadap perkembangan anak didiknya, bangsa dan negara guru agama sertanggung jawab terhadap kesejahteraan agama yang dianutnya. Dia harus menjaga kesucian dan kebenaran agamanya. Guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan menetapkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sehingga sesuai dengan tuntutan masyarakat dewasa ini. Dalam arti khusus di dalam diri seorang guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa siswa ke arah dewasa atau ke taraf kematangan tertentu. Oleh sebab itu guru tidak hanya sebagai pengajar yang memindahkan pengetahuan saja tetapi guru itu adalah sebagai pendidik dan pembimbing yang memberikan arah dan tuntutan pada siswa dalam belajar. Guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Gurulah yang sangat berperan dalam pelaksanaan pendidikan. Menurut Fullions dan Young (1968) dalam bukunya “a teacher is menu things” , guru berperan sebagai "teaching is many things dan the teaching is many person". Guru sebagai many things dan many person digambarkan dengan 14 fungsi yaitu : a. Guru adalah pemandu b. Guru adalah pengajar c. Guru adalah pelopor d. Guru adalah contoh, teladan e. Guru adalah pencari, ilmu, kebenaran f. Guru adalah penasehat g. Guru adalah pencipta h. Guru adalah seorang ahli i. Guru adalah pembangkit aspirasi j. Guru adalah pelaksanaan tugas rutin k. Guru adalah pencetus ide-ide baru l. Guru adalah ahli cerita m. Guru adalah seorang yang bisa menghadapi kenyataan n. Guru adalah seorang penilai hasil didikannya Dari beberapa uraian di atas jelaslah bahwa seorang guru bukan hanya mengajar tapi juga seorang penasehat, guru memberikan arahan dan tuntutan kepada anak didiknva supaya selalu melakukan hal-hal bersifat positif dan tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Serta guru harus menjadi teladan bagi anak didiknya dengan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan jabatannya sebagai seorang guru agama. Guru juga seorang penilai dari hasil didikannya guru juga harus tahu perkembangan dan perubahan pada anak didiknya setelah menerima pelajaran darinya dan guru juga sebagai pembangkit aspirasi bagi anak didiknya, guru harus berupaya supaya anak didiknya selalu bersemangat dalam belajar. Guru yang merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan, karena itu seorang guru agama di mana ia sangat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan agama, maka perlu bagi seorang guru agama mengetahui dan menyadari serta memahami fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru agama. Dan seorang guru akan menunaikan tugasnya dengan baik apabila pada dirinya terdapat berbagai kompetensi keguruan dan dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang guru. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain "Kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan kompetensi dalam cara-cara mengajar". (Daradjat, 1996: 263) Ketiga kompetensi tersebut haruslah dimiliki seorang guru. Dan secara garis besar fungsi dan tanggung jawab guru agama dapat digambarkan sebagai berikut : a. Guru agama bertugas mengajar dan mendidik Guru agama sebagai tenaga pengajar di sekolah bertugas membina perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan anak didiknya dan menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang bermoral dan sertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana disebutkan dalam buku pedoman pelaksanaan pendidikan agama yaitu: "Tugas guru agama, di samping harus menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang berkepribadian muslim, tidak saja sertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air, tetapi juga sertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa." (Ramayulis, 2003: 225) b. Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan Guru agama harus berfungsi dan sertanggung jawab sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan. Oleh karena itu seorang guru agama harus peka terhadap sikap dan perilaku anak didiknya. Bimbingan bagi guru agama meliputi bimbingan belajar dan bimbingan keagamaan. Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan murid-murid di dalam interaksi belajar mengajar. Dan sebagai pemberi bimbingan guru lebih sering berhadapan dengan kelompok-kelompok kecil dari murid-murid atau bahkan hanya seorang saja. Guru agama harus mendorong timbulnya iman dan rasa syukur kepada Allah SWT, serta memberikan motivasi-motivasi atau kisah-kisah teladan para nabi agar melakukan perbuatan yang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. c. Guru agama bertugas sebagai administrasi Guru agama berfungsi dan sertanggung jawab pengelola kelas atau pengelola interaksi belajar mengajar sekurang-kurangnya yang harus dilakukan seorang guru agama secara terus menerus adalah suasana keagamaan, rasa persatuan, perasaan puas pada murid terhadap pekerjaan dan kelasnya. Selain harus memiliki kompetensi-kompetensi tersebut di atas guru harus memiliki beberapa sifat yang baik antara lain yaitu : 1. Memiliki sifat zuhud, dan mengajar karena mencari ridho Allah Guru memiliki kedudukan mulia dan dimuliakan dan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya haruslah semata-mata karena mencari ridha Allah bukan karena mengharapkan imbalan dan balasan dari orang lain. 2. Guru harus bersih dan suci Seorang guru hendaknya (dalam hal ini wajib) suci badan dan anggota tubuhnya, menjaga diri dari perbuatan dosa, suci jiwanya dengan membebaskan diri dari perilaku sombong, dengki, permusuhan, pemarah, dan sifat-sifat tercela lainnya. 3. Ikhlas dalam melaksanakan tugas Keikhlasan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya merupakan sarana yang paling ampuh untuk kesuksesan para muridnya dalam proses belajar. 4. Bersikap murah hati Seorang guru hendaknya bersifat penyantun dan pemurah hati terhadap murid-muridnya dan guru juga harus mengendalikan dirinya dari bersikap marah, serta guru harus lebih banyak bersabar dalam menghadapi anak didiknya. 5. Memiliki sikap tegas dan terhormat Agar seorang guru menjadi lebih sempurna, la harus memiliki sikap tegas dan terhormat. Guru harus memiliki keistimewaan-keistimewaan dan juga harus menghindarkan diri dari hal-hal yang jelek yang dapat merusak kehormatannya sebagai seorang guru. 6. Menjadi sikap kebapakan sebelum menjadi guru Seorang guru hendaknya menyenangi para muridnya sama dengan menyenangi anak-anaknva dan memikirkan mereka sarna seperti memikirkan anak-anaknya. 7. Memahami karakteristik Guru hendaknya menguasai dan memahami karakteristik dan kecenderungan para muridnya, termasuk kebiasaan, rasa atau perasaan, dan pikirannya, ini dibutuhkan agar guru di dalam melaksanakan tugasnya tidak keliru arah. 8. Guru harus menguasai materi pelajaran Guru harus menguasai materi yang akan diajarkan. oleh karena itu, ia harus terus menerus belajar (Hamalik, 2005: 49). Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah pada khususnya. Karena gurulah yang akan banyak menentukan terlaksana tidaknya proses tujuan mengajar serta terjadi atau tidaknva interaksi antara siswa dengan guru atau interaksi induktif dalam proses belajar mengajar tersebut. Bagaimana keterlibatan siswa dalam interaksi belajar mengajar banyak tergantung kepada kemampuan guru dalam memainkan perannya. Peranan guru dalam proses belajar mengajar dapat dirinci sebagai berikut : a. Guru sebagai informator Guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisir. Guru sebagai organisator pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. c. Motivator. Guru harus dapat memberi rangsangan dan motivator (dorongan) pada siswa dalam proses belaiar mengajar. d. Pengarah/direktor. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator yaitu guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Transmitter, fasilitator dan mediator (Sardiman, 2002: 140-142). Guru sebagai fasilitator memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar dan sebagai mediator adalah sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. (Sardiman, 2002: 142-143) Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat. E. Mulyasa mengatakan : Guru adalah harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Yakni membuat ilustarasi, mendefensikan, menganalisis, mensintesis, sertanya, merespon, mendengarkan, mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberi pandangan yang bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan nada perasaan (Mulyasa, 2008: 39-40). Jadi, dengan demikian dapatlah dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab guru tidak saja hanya mengajar dan transfer ilmu pengetahuan pada anak didik, tetapi lebih dari itu yakni dengan mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta dan menjauhkan diri dan keburukan dan selalu mendekatkan diri pada Allah serta menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. Bila ditelusuri secara mendalam, proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. 1) Guru 2) Isi atau materi pelajaran 3) Siswa (Ali, 2000: 4) Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasana seperti metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru yang memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar setidak-tidaknya menjalankan 3 macam tugas utama yaitu: d. Merencanakan e. Melaksanakan pengajaran f. Memberikan balikan (Ali, 2000: 5) Peranan guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai dipertanyakan konsistensinya. Hal ini antara lain disebabkan oleh munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara moral cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja. (Nata, 2003: 135-136) Para ahli pendidikan, pada umumnya memasukkan guru sebagai pekerja profesional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam diskusi pemgembangan model pendidikan profesional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri suatu profesi, yaitu: 1) Memiliki fungsi dan signifikansi sosial 2) Memiliki keahlian atau keterampilan tertentu 3) Keahlian atau keterampilan diperoleh menggunakan teori dan metode ilmiah 4) Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas 5) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama 6) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional 7) Memiliki kode etik 8) Kebebasan untuk memberikan jugment dalam memecahkan masalah dalam lingkungan kerjanya 9) Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi 10) Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan. (Nata, 2003: 141) Maka, khusus untuk profesi seorang guru salah satu garis besarnya adalah harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya. (Nata, 2003: 143) 3. Hasil Penelitian Yang Relevan Terdapat beberapa tulisan yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Peranan guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa MI (Tugas Akhir) oleh Rita Risnawati NIM: 205 320 3363 tahun 7007 menyimpulkan bahwasanya peran guru dalam menigkatkan siswa adalah memberi angka, hadiah, saingan sehat, hasrat dalam belajar, guru juga harus memberikan ulangan harian kepada anak didiknya, juga memberi pujian, hukuman dan minat. Dan metode pengjaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar adalah metode ceramah, diskusi, alat raga, tanya jawab, tugas di sekolah dan di rumah, evaluasi harian dan umum. 2. Konsep pendidikan agama Islam yang profesional dalam kepribadian (Tugas Akhir) Satriyani, NIM: 204 310 2809, tahun 2006. menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam yang ideal adalah keseluruhan identitas yang dimiliki seorang guru agama Islam sebagai ciri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif (mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti dengan menunjukkan bukti-bukti). Menggunakan model penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang bermaksud memahami fenomena dalam suatu keadaan alamiah yang oleh subjek penelitian dengan suatu konteks khusus yang alamiah. (Moleong, 2009: 26) Penelitian ini dilakukan di SMPN 07 Teras Terunjam di Kabupaten Mukomuko. B. Jenis dan Sumber data a. Jenis data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua macam yakni Primer dan Sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, seperti: tentang konsistensi tugas pokok dan peran guru Agama Islam dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tugas pokok dan peran guru Agama Islam dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sedangkan data Sekunder yang dimaksud adalah data penunjang yang dikumpul penulis dari dokumentasi, seperti: geografis dan historisnya, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana. b. Sumber data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain (Moleong, 2009: 157) Adapun yang dimaksud dengan sumber disini adalah subyek dari data yang diperoleh, seperti Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, karyawan-karyawan, guru-guru dan siswa-siswa. C. Metode Pengumpulan data Untuk memperoleh data yang konkrit dan akurat penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti” (Moleong, 2009: 174) Hal yang diobservasi adalah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekaligus mengamati penerapan kompetensi professional guru dalam menyampai materi, pengelolaan kelas dan yang lainnya. b. Wawancara Wawancara adalah “Tanya jawab lisan antara 2 orang atau lebih secara langsung” (Moleong, 2009: 186) Dalam hal ini penulis langsung menanyakan atau bicara langsung dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah guru-guru dan para siswa. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah “pengambilan data yang diperoleh melalui dokumentasi atau dokumen-dokumen”. (Moleong, 2009: 216) Dalam hal ini penulis melihat data yang tersedia pada dokumentasi yang ada di SMPN 07 Terasterunjam, seperti: sejarah berdirinya SMPN 07 Terasterunjam, letak geografisnya, keadaan guru, keadaan karyawan, keadaan siswa, struktur organisasi, sarana dan prasarana. D. Analisis data Teknik analisis data yang digunakan adalah secara kualitatif, yaitu uapaya dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dana menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari pada pola fikir induktif, deduktif dan komperatif. (Moleong, 2009: 248) Sebelum melakukan analisis data, dari data yang diperoleh terlebih dahulu melakukan langkah-langkah untuk menganalisis data selanjutnya. Data yang dikumpul dari semua responden disusun dan diolah secara sistematis agar data tersebut dapat memberikan informasi atau memberikan arti terhadap penelitian yang dilakukan. E. Uji keabsahan Data Dalam penelitian ini untuk mengetahui keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan jalan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. (Moleong, 2009: 330-331) Dalam proses triangulasi ini peneliti melakukan perbandingan antara hasil observasi dengan hasil wawancara, kemudian hasil wawancara dibandingkan dengan apa yang ada dalam proses belajar mengajar oleh pendidik (yang diamati), dan terakhir adalah dengan membandingkan antara observasi, wawancara dan dokumentasi yang terkait dengan permasalahan. BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMPN 07 Teras Terunjam. SMPN 07 Teras Terunjam yang berlokasi Wilayah Pemerintahan Kabupaten Mukomuko, kecamatan teras terunjam yang bertempat di desa Teras Terunjam, SMP Negeri 07 Teras Terunjam pertama kali didirikan sebagian sekolah kelas jauh dari SMP Negeri 05 Mukomuko yang sekarang menjadi SMP 02 Teras Terunjam. Usulan ini di sampaikan langsung oleh Bapak Jodi, Bapak Agusalim (sebagai guru SDN 1 Teras Terunjam) dan Bapak Yakup (sebagai tokoh masyarakat). Pada akhir tahun pelajaran 2001/2002. melalui rapat tokoh masyarakat dan wali murit SD Negeri 1 Teras Terunjam mendapat kata sepakat untuk meggusulkan kelas jauh ini serta Bapak Subroto, S. pd. Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Mukomuko. Dan akhirnya mendapat respon positif, akhirnya sebelum tahun ajaran baru T/P 2002/2003 di adakan rapat bersama antara wali murit SD Negeri 1 Teras Terunjam dan disepakati berdirinya kelas jauh SMP Negeri 2 Teras Terunjam. Bapak Subroto sebagai Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bapak Janam,S.pd. pengelola di Bantu Bapak Samsu Fajri selaku Wakasek urusan kurikulum dan guru serta Tp SMP 5 Mukomuko yang berlokasi di SD Negeri 1 Teras Terunjam. Pada saat itu proses belajar mengajar diadakan sore hari mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Pada Tahun Pelajaran. 2001/2002 jumlah siswa 47 siswa, Tahun Pelajaran 2002/2003 jumlah siswa 56 siswa. Tahun Pelajaran. 2003/2004 jumlah siswanya 40 siswa, Tahun Pelajaran 2004/2005 jumlah siswanya 67 siswa, Tahun Pelajaran 2005/2006 jumlah siswanya 93 siswa, dan tahun Tahun Pelajaran 2006/2007 jumlah siswanya adalah 112 siswa. Setelah enam tahun berdirinya SMP kelas jauh ini, akhirnya pada tahun 2006/2007 kepala sekolah SMP Negeri 2 Teras Terunjam diganti oleh Bapak Irman Jaya Putra, S.pd. dan pengelola kelas jauh pun jelaslah seperti pertama kali di adakan Hanya Kepala Sekolahlah yang diganti. Pada tanggal 13 juli 2007 dengan SK Bupati Mukomuko No 195 tahun 2007 kelas jauh SMP Negeri 2 Teras Terunjam di Negerikan menjadi SMP N 7 Teras Terunjam dengan jumlah siswa pada TP 2007/2008 adalah 138 siswa dan Bapak Syamsuar Diman, S.pd sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Teras Terunjam. Serta wakil kepala sekolah Bapak Samsu Fajri, S.pd. dengan tenaga pengajar adalah 29 orang guru dan di Bantu dengan 5 orang tata usaha (TU). Pada tahun 2007 SMP Negeri Teras Terunjam yang di kepalai oleh Bapak Syamsuar Diman,S.pd. sampai sekarang beliau masih sebagai kepala sekolah SMP Negeri 7 Teras Terunjam. 2. Letak Geografis SMP Negeri 7 Teras Terunjam. SMP N 7 Teras Terunjam terletak di jalan raya No 1 desa Teras Terunjam kecamatan Teras terunjam kabupaten Mukomuko. Letak SMP ini berkisar antara 200 meter dari jalan raya teras terunjam, dan jarak dari pusat kecamatan 0,5 Km serta jarak ke pusat kota 0,2 Km.SMP Negeri 7 Teras Terunjam terletak di perbatasan desa pondok kopi dengan desa lubuk suang, jadi SMPN 7 teras terunjam jauh dari kebisingan walaupun SMP mengalami renovasi namun dari segi letak dan posisinya tidak berpindah dari desa teras terunjam kecamatan teras terunjam. Adapun luas tanah yang dimiliki SMP N 7 teras terunjam ini adalah seluas 300 M. yakni 200 M panjang dan lebar 100 M yang berbatasan dengan: 1. Sebelah utara berbatasan dengan kebun sawit milik bapak mol. 2. Sebelah selatan berbatasan denga tanah bapak rusli. 3. Sebelah barat berbatasan dengan kebun sawit bapak mandalas. 4. Sebelah timur berbatasan dengan kebun sawit bapak tarmizi. Memperhatikan keadaan geografis SMP Negeri 7 Teras Terunjam seperti di atas, maka SMP Negeri 7 Teras Terunjam berada pada posisi yang sangat seterategis yang menciptakan suasana belajar mengajar yang lebih baik dan menciptakan sekolah yang nyaman dan dapat menunjang kelancaran proses belajar mengajar. 3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa. a. Keadaan Guru. Adapun keadaan guru di SMP Negeri 7 Teras Terunjam pada saat ini berdasarkan hasil yang di peroleh penelitian saat meneliti di SMP Negeri 7 teras terunjam seluruhnya berjumlah 22 orang yang terdiri dari 4 orang guru PNS, 17 orang guru honorer sekolah. Adapun guru-guru tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 1 Keadaan Guru SMP N 07 Teras Terunjam Tahun Ajaran 2008/2009 No Nama Bidang studi Yang diajarkan 1 Syamsuardirman, S.Pd. Kepala Sekolah - 2 Syamsu fajri. S, Pd. W. Kepala Sekolah Matematika 3 Sentot Subiono, S.Pd. PNS Biologi 4 Helda Arsoni, S.Pd PNS B. Inggris 5 Imelda Sari, S.Pd HONDA (Honor Daerah) B. Indonesia 6 Henderson, S.Pd HONDA IPS 7 Nelli Kusnita, S.Pd.I HONDA PAI/ B. Indonesia 8 Suryal Kanto, A.Ma.Kep. HONDA PPKN 9 Darmi Sagala, S.Pd HONDA B.Inggris 10 Zulpahmi, SE Honor Murni Ekonomi 11 Kasihati, A.Ma Honor Murni Muatan Lokal 12 Nanar Novelia, S.Pd HONDA Fisika 13 Rori Albades, S.Sos HONDA Sejarah 14 Feri, A.Ma Honor Murni Olahraga 15 Yolanda sari,S.pd CPNS (magang) Fisika 16 Yulia sari, S.Pd CPNS (magang) Geografi (sumber data : Dokumentasi SMP Negeri 07 Teras Terunjam 2008/2009). Dilihat dari tabel di atas jumlah guru yang ada di SMP Negeri 07 Teras Terunjam memiliki tenaga guru yang kurang sehingga di sana banyak guru yang memegang pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, seperti guru mata pelajarana Bahasa Indonesia yang mengajar Pendidikan Agama Islam. b. Keadaan Karyawan Keadaan Karyawan di SMP Negeri 07 Teras Terunjam ini berjumlah 5 orang, mereka bekerja sebagai administrative yang bertugas untuk menertibkan administrasi yang ada di SMP Negeri 07 Teras Terunjam. Untuk lebih jelasnya mengenai karyawan tata usaha (TU) Teras Terunjam di lihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Keadaan Karyawan dan Karyawati SMP Negeri 07 Teras Terunjam Tahun 2008/2009 No Nama Jabatan Pendidikan 1. 2. 3. 4. 5. Rita .T. Sukamto Desi Rahayu Zaili Purwanto Mandalas Tata Usaha Perpustakaan Perpustakaan Urusan Komputer Penjaga Sekolah MAN SMA SMK SMA SMP (sumber data : Dokumentasi SMP N 07 Teras Terunjam 2008/2009). c. Keadaan Siswa Keadaan siswa di SMP Negeri 07 Teras Terunjam kabupaten Mukomuko, memiliki jumlah siswa 108 orang, yang terdiri dari 85 orang laki-laki dan 73 orang perempuan. Dari jumlah tersebut di atas terdiri dari 3 kelas antara lain kelas VII, VIII, dan IX. Ketiga kelas tersebut di bagi 6 lokal, yang mana untuk kelas VII = 2 lokal (VIIA dan VIIB), kelas VIII = 2 lokal (VIIIA dan VIIIB) dan kelas IX =2 lokal (IXA dan IXB) untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 Data Siswa SMP N 07 Teras Terunjam Tahun Ajaran 2008/2009. Kelas Siswa Jumlah Ket. Laki - Laki Perempuan XII A B 14 14 13 12 27 26 - - VIII A B 13 14 10 10 23 24 - - IX A B 14 16 15 13 29 29 - - Jumlah 85 73 158 - (Sumber data : Dokumen SMP N 07 Teras Terunjam 2008/2009) 4. Struktur Organisasi Sebagai sebuah lembaga pendidikan formal maka SMP Negeri 07 Teras Terunjam mempunyai struktur yang jelas dan teratur antara guru dengan karyawan, guru dengan kepala sekolah, siswa dengan kepala sekolah termasuk Pembina dan komite sekolah. Untuk lebih jelasnya hubungan kerja yang ada di SMP Negeri 07 Teras Terunjam dapat di lihat pada struktur organisasi berikut ini : B. Penyajian Hasil Penelitian Untuk menjawab masalah yang ada, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik wawancara ini penulis gunakan untuk mengetahui konsistensi tugas pokok dan fungsi guru Agama Islam dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 07 Teras Terunjam Kabupaten Mukomuko yang meliputi: 1. Guru dalam Menjalankan tugas pokok a. Bagaimana Bapak/Ibu guru menjalankan tugas sebagai pendidik? Menurut wawancara (29 Juni 2009) dengan Guru Pendidikan Agama di SMP 07 Teras Terunjam NK, mengatakan bahwa; “saya mengadakan pendekatan secara pribadi antara siswa-siswi di sekolah, dengan melakukan pengenalan agar lebih dekat, mencari tahu bakat dan minat siswa, dan mendorong siswa untuk lebih giat lagi dalam hal berusaha. selain itu, yang saya lakukan bukan saja mentransfer ilmu tapi juga memberikan nilai-nilai ilmu itu sendiri”. Untuk mempertegas apa yang diungkapkan guru tersebut, maka saya juga menanyakan kepada salah seorang murid di SMPN 07 Teras Terunjam AY (wawancara, 29 juni 2009) bahwa “ibu guru selalu dekat dengan saya, bahkan dengan yang lain juga, ibu guru selalu memberikan motivasi untuk kami lebih giat lagi dari yang sekarang ini”. Hal senada juga diungkapkan kepala sekolah SMPN 07 Teras Terunjam Sy, menurut wawancara (29 Juni 2009) mengatakan bahwa “guru agama di sekolah kami melakukan tugasnya sebagai pendidik, ini terlihat dari kedekatan guru tersebut dengan siswa-siswinya, bukan hanya terlihat antara seorang guru dan murid, bahkan bisa dikatakan kedekatan antara mereka seperti orang tua dan anak”. Selanjutnya dari observasi yang penulis lakukan pada (29 Juni 2009), yakni seorang guru agama tersebut telah melaksanakan tugas pokoknya sebagai pendidik, ini dibuktikan obsevasi penulis dalam pengamatan di lapangan dan melihat sendiri kedekatan seorang guru agama terhadap pendidik. Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa guru agama di sekolah SMPN 07 Teras Terunjam sudah melakukan tugas sebagai pendidik. Ini terlihat dari pendekatan guru agama terhadap murid di SMP tersebut terlihat bahwa guru agama selalu mendorong siswa untuk lebih giat lagi belajar. b. Bagaimana Bapak/Ibu guru menjalankan tugas sebagai pengajar? Menurut wawancara (29 Juni 2009) dengan Guru Pendidikan Agama di SMP 07 Teras Terunjam NK, mengatakan bahwa; “Saya sebagai guru agama telah melaksanakan tugas saya sebagai pengajar, karena saya sebelum melaksanakan proses belajar mengajar saya telah menyiapkan perangkat dan bahan-bahan pengajaran seperti merencanakan, memimpin dan menggelola kelas serta menilai hasil setelah kegiatan belajar supaya saya mengetahui hasil dari apa yang telah saya ajarkan. Menurut wawancara (29 juni 2009) dengan salah seorang dari murid SMPN 07 Teras Terunjam kelas VIII A MI “mengatakan bahwa ibu guru Agama kami dalam menggajar, ibu selalu menguasai materi, melaksanakan dan memimpin proses belajar dengan baik, mengapa saya katakan demikian, karena saat proses belajar berlangsung kami mengerti dan memahami apa-apa saja materi pelajaran yang ibu sampaikan, dan juga sebelum proses pembelajaran dimulai ibu guru juga menggadakan apersepsi yaitu menanyakan lagi pelajaran minggu lalu, oleh karena itu kami jadi mengingat lagi pelajaran yang di sampaikan minggu sebelumnya, dan juga setelah proses belajar selesai ibu guru memberikan latihan kepada kami dan menilainya selain itu juga ibu guru memberikan PR kepada kami untuk di ulang-ulang lagi di rumah. Hasil observasi penulis pada tanggal 29 Juni 2009, bahwa seorang guru agama itu telah melaksanakan tugasnya sebagai pengajar ini dapat dibuktikan langsung oleh penulis pada observasi seorang guru agama itu pada saat mengajar, merencanakan program pengajaran, melaksanakan, memimpin dan mengelola pengajaran serta menilai kegiatan belajar mengajar. Dan penulis juga melihat satuan pembelajaran yang dimiliki guru agama tersebut. Dari hasil wawancara dan observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa guru agama telah melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan melakukan persiapan perangkat dan bahan-bahan pengajaran seperti merencanakan, memimpin dan mengelola kelas serta menilai hasil setelah kegiatan belajar supaya saya mengetahui hasil dari apa yang telah saya ajarkan. c. Bagaimana Bapak/Ibu guru menjalankan tugas sebagai pembimbing? Menurut wawancara (30 juni 2009) dengan guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam NK “Bahwa dia mengatakan sebenarnya saya telah membimbing anak sesuai dengan profesi saya sebagai guru tetapi ini tidak semuanya berhasil dan mau apa yang saya bimbing, karena tidak semua anak mau mendengarkan dan mau mengikuti apa yang saya berikan atau saya contohkan. Dalam membimbing saya selalu menyediakan waktu luang bagi peserta didik untuk konsultasi atau semacam penyuluhan, misalnya ketika ada beberapa peserta didik ingin belajar bagaimana tata cara shalat yang baik, maka saya mengajarinya yang cermat tentang bagaimana takbiratul ihram, ruku, sujud, duduk antara dua sujud dan duduk tahiyat dan lain-lain. Menurut MI, salah seorang dari murid SMPN 07 Teras Terunjam kelas VIII A (wawancara, 29 Juni 2009) mengatakan bahwa ibu guru Agama memang membimbing kami untuk menjadi anak-anak berbakat dan berminat serta berkemampuan sehingga mempunyai akhlak yang baik dan dorongan serta menyalurkan semangat dan memotivasikan kami untuk lebih giat lagi belajar, kami juga memahami benar yang di katakan ibu Neli, memang ada beberapa orang dari kelas kami yang susah di atur dan terkadang ibu sering menegur kawan-kawan yang nakal padahal ibu sudah memberikan bimbingan kepada kawan-kawan untuk lebih baik dan giat belajar, tetapi pada akhirnya kawan-kawan itu masih saja melanggar dari apa yang ibu sampaikan. Hal senada yang di ungkapkan kepala sekolah (wawancara, 30 Juni 2009) Sy mengatakan bahwa bahwa guru agama kami memang telah membimbing peserta didik, ini terlihat dari beberapa anak yang akhlaknya baik dan mempunyai bakat dan kemampuan dan giat belajar ini juga terlihat dari fakta di lapangan serta hasil nilai yang baik. yang kami sesalkan juga ada beberapa anak yang susah sekali untuk dibimbing. itu juga sebenarnya tugas kami untuk membuat peserta didik untuk lebih baik lagi. Dari hasil observasi penulis dilapangan tanggal 30 Juni 2009, dapat dikatakan bahwa seorang guru agama tersebut belum sepenuhnya berhasil dalam hal membimbing anak ini dapat dilihat langsung oleh penulis ada beberapa peserta didik yang menganggap remeh seperti berbuat semaunya tanpa memandang orang lain, dan jarang mengerjakan tuga yang diberikan guru dan tidak peduli terhadap apa yang telah disampaikan oleh guru agama baik itu berupa nasihat agar berbuat sopan terhadap orang yang lebih tua maupun agar rajin belajar. Dari wawancara dan observasi diatas, dapat disimpulan bahwa guru agama dan kepala sekolah telah membimbing anak untuk menjadi anak secara keseluruhan. akan tetapi, ada kendala yang dimiliki oleh guru agama di SMPN 07 Teras Terunjam yaitu ada beberapa anak yang susah untuk di bimbing dikarenakan anak-anak tersebut nakal dan menganggap itu remeh apa yang dikatakan guru. d. Bagaimana Bapak/Ibu guru menjalankan tugas sebagai administrator? Menurut NK, seorang guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 30 Juni 2009) mengungkapkan bahwa saya sebagai guru memang bertugas juga sebagai administrator yaitu mengagendakan semua kegiatan serta mengikuti langkah perkembangan anak didik. Dalam mengajar saya selalu mengabsensi anak untuk kehadiran dan mengisi jurnal, dan saya selalu mengarsipkan semua itu sebagai nilai kehadiran dan tak lupa juga setelah mengajar saya selalu memberikan latihan atau tugas untuk pedoman saya dalam memberikan nilai anak pada pengisian nilai rapor. Hal senada juga diungkapkan Kepala Sekolah SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 30 Juni 2009) bahwa dia mengatakan memang seorang guru harus mengagendakan dan mengarsipkan perkembangan anak didik, mengapa demikian hal itu memang telah ditetapkan untuk seorang guru dalam melihat perkembangan anak didiknya untuk satu syarat pemberian nilai kepada peserta didikk. ini juga terlihat dari ibu Neli dalam memberikan nilai anak yang tidak asal-asalan dan dia mempunyai bukti dari administrasi yang dia miliki. Juga diungkapkan oleh MI, salah seorang murid SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 30 Juni 2009) mengatakan bahwa setiap kali sebelum pelajaran berlangsung ibu guru selalu mengabsensi kami. Dari hasil observasi penulis dilapangan tanggal 30 Juni 2009, bahwa seorang guru agama tersebut telah melaksanakan tugasnya sebagai administrator ini dapat dibuktikan langsung oleh penulis dengan melihat agenda-agenda perangkat pengajaran. Dari wawancara dan observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa guru agama dan kepala sekolah (30 JUNI 2009) bahwa ibu neli kusnita telah melengkapi persyaratan administrasinya hal ini sudah penulis buktikan sendiri melihat absensi anak, jurnal pelajaran, perangkat pengajarn,arsip-arsip nilai dan analisis soal serta prangkat-peragkat lainya penunjang untuk m emberikan nilai peserta didik. 2. Guru dalam menjalankan fungsinya a. Bagaimana Bapak/Ibu guru menjalankan fungsi guru sebagai motivator bagi siswa? Menurut NK guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 01 juli 2009) mengatakan bahwa sebagai guru agama memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti halnya saya dalam melaksanakan proses belajar, saya selalu menjelaskan secara konkrit kepada siswa untuk dapat di laksanakan pada akhir pelajaran saya juga menjelaskan tujuan dan manfaat materi pelajaran yang saya sampaikan serta berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan setelah saya memberikan materi saya juga menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas berupa PR kepada siswa untuk dikerjakan, tetapi apabila ada anak yang tidak mengerjakan tugas tersebut maka saya beri hukuman kepada anak tersebut untuk tidak masuk kelas sebelum tugas tersebut dikerjakan, kalau seandainya juga tidak dikerjakan juga maka saya panggil orang tuanya pakai surat perjanjian untuk tidak mengulagi lagi karena tidak mengerjakan tugas. Menurut FR, salah seorang dari murid SMPN 07 Teras Terunjam kelas VIII A (Wawancara, 01 Juli 2009) mengatakan bahwa ibu Neli dalam menjelaskan pelajaran dengan jelas dan dapat di mengerti berserta tujuan dari pelajaran tersebut dan di akhir pelajaran ibu juga mengaitkan materi yang di ajarkan dengan kehidupan sehari-hari, ibu juga memberikan kami tugas PR untuk dikerjakan dan dikumpul pada pertemuan berikutnya, ibu juga menjanjikan apabila tidak dikerjakan maka ibu akan memberikan hukuman kepada anak-anak yang tidak mengerjakan tugas tersebut. Dari hasil wawancara antara guru agama dan murid kelasVIII A bahwa guru agama di SMPN 07 Teras Terunjam dapat disimpulkan bahwa memang telah menjalanlan fungsi gurunya sebagai motivator, ini di buktikan dari wawancara penulis (01 Juli 2009 ) dengan melihat bukti buku tugas anak-anak. b. Bagaimana Bapak/Ibu guru menjalankan fungsi guru sebagai organisator bagi siswa? Menurut NK, guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 02 juli 2009) mengatakan bahwa saya sebagai guru agama di SMPN 07 Teras Terunjam ini telah melaksanakan peran sebagai guru yang organisator yaitu mengelola kelas, menyiapkan dan mengajar pelajaran secara berurutan dan sistematis serta menyusun program pelajaran dengan baik. ini saya lakukan karena saya tidak mau materi yang saya ajarkan bolak-balik yang mengakibatkan siswa siswi saya menjadi bosan. Hal ini juga penulis wawancari dengan WH salah seorang siswa kelas VIII A (02 Juli 2009) dia mengatakan ibu NK mengajar kami cukup baik karena cara ibu guru mengajar pelajaran yang itu tidak membosankan karena ibu memberikan materi pelajaran secara berurutan dari bab ke bab berikutnya. Dari wawancara guru agama dan salah seorang murid kelas VIII A SMPN 07 Teras Terunjam dapat penulis simpulkan bahwa guru agama telah melaksanakan tugasnya sebagai organisator yaitu mengelola kelas, menyiapkan bahan pelajaran secara berurutan serta sistematis dan menyusun program pengajaran dengan baik dapat penulis buktikan di saat penulis mewawancari anak dan melihat bukti dari susunan program pengajarannya. c. Bagaimana bapak/ibu guru dalam menjalanka fungsi guru sebagai sumber informasi? Menurut NK (Wawancara, 03 Juli 2009) saya sebagai guru agama memang telah memiliki ilmu pengetahuan yang menurut saya itu belum cukup oleh karena itu saya masih mencari ilmu yang bermanfaat melalui belajar serta memperbanyak pengetahuan melalui buku-buku sehingga saya memperoleh ilmu untuk saya dan untuk orang lain juga terutama untuk peserta didik yang saya bimbing. saya juga berusaha mendorong siswa untuk bergaul yang lebih baik terhadap orang yang lebih tua darinya. saya juga berusaha mengenal anak didik saya sehingga saya menemukan kemampuan yang ada pada diri anak serta membatasi perkembangan buruk pada diri anak didik tersebut. Menurut MI salah seorang murid di SMP Negeri 07 Teras Terunjam (wawancara, 03 Juli 2009) Ibu NK memang selalu memberi ilmu yang bermanfaat kepada kami dengan cara memberikan arahan-arahan yang baik kepada kami dengan memberi contoh perilaku yang baik untuk kami sehingga kami bisa menjadi anak yang lebik mengenal ilmu agama. Seperti ketika sedang hangat-hangatnya video tentang anak durhaka kepada orang tuanya yang kemudian anak tersebut berubah menjadi ikan, ibu NK selalu memberi informasi tersebut kepada kami dan memberi nasihat agar kami tidak menjadi anak yang durhaka kepada orang tua. Dari wawancara guru di atas, dapat penulis simpulkan bahwa guru agama SMPN 07 Teras Terunjam telah menjalankan tugasnya sebagai guru yang memberkan sumber informasi kepada anak murid ini dapat di buktikan dari wawancara penulis dengan guru beserta siswa siswi SMPN 07 Teras Terunjam. 3. Faktor penghambat dan pendukung bagi guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dan upaya pencegahannya a. Apa saja yang menjadi penghambat Bapak/Ibu guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai guru? Menurut NK, guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 04 Juli 2009) mengatakan bahwa “saya sebagai guru agama telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan tugas dan fungsi saya sebagai guru tetapi dalam hal ini saya katakan memang saya mengalami beberapa hambatan seperti saya dalam membimbing peserta didik, karena hal membimbing anak untuk memiliki bakat, minat dan kemampuan itu sangat sulit, sebab itulah hanya beberapa peserta didik saja yang bisa saya bimbing, yang lainnya itu sangat susah sekali dibimbing dikarenakan faktor lingkungan peserta didik yang kurang disiplin dan kurang mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menyebabkan anak didik tersebut berbuat semaunya tanpa memperhatikan orang lain. Hal senada juga diungkapkan kepala sekolah bahwa penghambat Bapak/Ibu guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai guru adalah karena karakter peserta didik yang berbeda-beda, dan yang menjadi penghambat adalah peserta didik yang termasuk kategori nakal atau anak yang sering menyepelekan perintah guru dan berbuat semaunya sendiri. Dari hasil observasi penulis (05 Juli 2009) mengenai peserta didik yang susah diatur dan sering menyepelekan perintah guru adalah memang keberadaan faktor lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan ini menyebabkan anak kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Dari hasil wawancara dan observasi penulis maka dapat disimpulkan bahwa guru agama belum sempurna berhasil menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru, dikarenakan dalam hal membimbing peserta didik masih ada beberapa murid yang belum berhasil di bimbing olehnya dikarenakan peserta didik itu sering menyepelekan apa yang diperintahkan oleh guru, dan berbuat semaunya tanpa menghiraukan orang lain juga menggangap remeh apa-apa yang disampaikan oleh guru. b. Apa saja yang menjadi pendukung Bapak/Ibu guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai guru? Menurut NK, guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 04 Juli 2009) mengatakan bahwa “yang menjadi pendukung saya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi saya sebagai guru agama adalah sarana prasarana sekolah, seperti buku-buku penunjang dalam proses pembelajaran, mushola serta media-media lainnya yang membantu proses pembelajaran. Dan faktor lingkungan yang kondusif dan jauh dari keramaian kemudian kepemimpinan kepala sekolah yang bagus telah dijalani oleh kepala sekolah dengan mengayomi guru-guru dan peserta didik. Hal senada juga diungkapkan kepala sekolah bahwa dalam menjalankan tugasnya saya selalu melakukan pendekatan dengan guru-guru dengan melakukan rapat dengan menjelaskan perkembangan sekolah secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan observasi penulis (04 Juli 2009) bahwa di sekolahan ini memang jauh dari keramaian, dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan keharmonisan antara kepala sekolah dan guru-guru memang terlihat jelas dengan selalu menegur dan bercerita tentang perkembangan yang ada. Dari hasil wawancara dan observasi tersebut guru agama SMPN 07 diatas maka dapat penulis menyimpulkan bahwa yang mendukung guru agama akan menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah kelengkapan sarana prasarana sekolah dalam proses pembelajaran seperti buku-buku penunjang dalam proses pembelajaran, mushola serta media-media lainnya yang membantu proses pembelajaran. Dan faktor lingkungan yang kondusif dan jauh dari keramaian kemudian kepemimpinan kepala sekolah yang bagus telah dijalani oleh kepala sekolah dengan mengayomi guru-guru dan peserta didik. c. Apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam upaya pencegahan terhadap faktor penghambat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai guru? Menurut NK, guru pendidikan agama Islam SMPN 07 Teras Terunjam (Wawancara, 04 Juli 2009) mengatakan bahwa upaya saya mencegah terjadinya penghambat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi saya sebagai guru agama adalah saya harus berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjalankan tugas pokok saya sebagai pendidik dengan mencari jati diri peserta didik dan menciptakan situasi untuk pendidik dengan hasil yang memuaskan, sebagai pengajar saya sudah menguasi, merencanakan, melaksanakan, serta menilai hasil kegiatan belajar mengajar. Sebagai pembimbing saya selalu mengembangkan potensi minat dan bakat serta kemampuan peserta didik untuk menjadi yang terbaik dan sebagai administrator saya selalu menjadi pemimpin interaksi belajar mengajar yang mampu mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau keadaan yang dialami dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar. Dan terhadap anak yang susah diatur saya selalu melakukan pendekatan yang khusus terhadap anak tersebut dengan harapan anak tersebut dapat berubah menjadi lebih baik. Pendekatan ini biasanya saya memanggil ke ruangan dengan memberikan nasihat-nasihat yang baik. Dari hasil wawancara dan observasi penulis maka dapat guru agama SMPN 07 diatas maka dapat penulis menyimpulkan bahwa ibu NK seleu berusaha penuh untuk menjalakan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang guru agama sebagai pendidik, pengajar, membimbing dan administrator, serta menjalankan juga fungsi sebagai guru motivator, organisator dan sebagai sumber informasi bagi peserta didik. C. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini, maka dapat penulis analisa bahwasanya guru agama di sekolah SMPN 07 Teras Terunjam sudah melakukan tugas sebagai pendidik. Ini terlihat dari pendekatan guru agama terhadap murid di SMP tersebut terlihat bahwa guru agama selalu mendorong siswa untuk lebih giat lagi belajar. Dalam hal melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dia melakukan persiapan perangkat dan bahan-bahan pengajaran seperti merencanakan, memimpin dan mengelola kelas serta menilai hasil setelah kegiatan belajar supaya mengetahui hasil dari apa yang telah di ajarkan. Dalam hal menjalankan tugasnya sebagai administrator beliau selalu mengabsensi anak, jurnal pelajaran, perangkat pengajaran, arsip-arsip nilai dan analisis soal serta prangkat-peragkat lainya penunjang untuk memberikan nilai peserta didik. Dalam hal melaksanakan fungsinya nya sebagai organisator, guru selalu yaitu mengelola kelas, menyiapkan bahan pelajaran secara berurutan serta sistematis dan menyusun program pengajaran dengan baik dapat penulis buktikan di saat penulis mewawancari anak dan melihat bukti dari susunan program pengajarannya. Faktor penghambat dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai guru tetapi dalam hal mengalami beberapa hambatan seperti dalam membimbing peserta didik, karena hal membimbing anak untuk memiliki bakat, minat dan kemampuan itu sangat sulit, sebab itulah hanya beberapa peserta didik saja yang bisa dibimbing, yang lainnya itu sangat susah sekali dibimbing dikarenakan faktor lingkungan peserta didik yang kurang disiplin dan kurang mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menyebabkan anak didik tersebut berbuat semaunya tanpa memperhatikan orang lain. Sedangkan faktor pendukung guru agama akan menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah kelengkapan sarana prasarana sekolah dalam proses pembelajaran seperti buku-buku penunjang dalam proses pembelajaran, mushola serta media-media lainnya yang membantu proses pembelajaran. Dan faktor lingkungan yang kondusif dan jauh dari keramaian kemudian kepemimpinan kepala sekolah yang bagus telah dijalani oleh kepala sekolah dengan mengayomi guru-guru dan peserta didik. Dan upaya pencegahan terhadap penghambat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai guru agama adalah harus berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjalankan tugas pokok sebagai pendidik dengan mencari jati diri peserta didik dan menciptakan situasi untuk pendidik dengan hasil yang memuaskan, sebagai pengajar sudah menguasi, merencanakan, melaksanakan, serta menilai hasil kegiatan belajar mengajar. Sebagai pembimbing selalu mengembangkan potensi minat dan bakat serta kemampuan peserta didik untuk menjadi yang terbaik dan sebagai administrator selalu menjadi pemimpin interaksi belajar mengajar yang mampu mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau keadaan yang dialami dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar. Dan terhadap anak yang susah diatur dengan selalu melakukan pendekatan yang khusus terhadap anak tersebut dengan harapan anak tersebut dapat berubah menjadi lebih baik. Pendekatan ini biasanya dipanggil ke ruangan dengan memberikan nasihat-nasihat yang baik. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari data hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1. Konsistensi tugas pokok dan fungsi guru agama dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah SMPN 07 Teras Terunjam dikategorikan sudah sepenuhnya dijalankan dengan baik, tapi dikarenakan faktor keluarga dan lingkungan yang ada membuat peserta didik tersebut susah diatur dan selalu menyepelekan apa-apa yang di sampai oleh guru agama. 2. Faktor penghambat dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai guru adalah sebagia peserta didik sulit sekali dibimbing dikarenakan faktor lingkungan peserta didik yang kurang disiplin dan kurang mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga menyebabkan anak didik tersebut berbuat semaunya tanpa memperhatikan orang lain. Dan upaya pencegahan terhadap penghambat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai guru agama adalah guru harus berusaha semaksimal mungkin untuk selalu menjalankan tugas pokok sebagai pendidik dengan mencari jati diri peserta didik dan menciptakan situasi untuk pendidik dengan hasil yang memuaskan, sebagai pengajar sudah menguasai, merencanakan, melaksanakan, serta menilai hasil kegiatan belajar mengajar. Sebagai pembimbing selalu mengembangkan potensi minat dan bakat serta kemampuan peserta didik untuk menjadi yang terbaik dan sebagai administrator selalu menjadi pemimpin interaksi belajar mengajar yang mampu mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan pendidikan atau keadaan yang dialami dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar. B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis memberikan saran kepada: 1. Guru Pendidian Agama Islam agar memberikan ilmu yang sempurna dengan siswa-siswinya karena dengan itu siswa-siswinya akan mendapatkan ilmu dan bermanpaat tentang agama. 2. Kepada pihak sekolah untuk dapat memberiakan yang terbaik untuk sarana perasarana sekolah karena sarana prasarana sekolah sangat menunjang proses pembelajaran dan guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 3. Kepada departemen pendidikan nasional dan departemen agama agar menempatkan guru-guru agama Islam yang profesional dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru agama karena guru agama peletak pondasi dasar pembinaan moral di kalangan peserta didik.

No comments:

Post a Comment