1

loading...

Friday, March 16, 2012

Skripsi Pemanfaatan Sarana Prasarana Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SDN 18 Mukomuko Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Adapun proses belajar di selenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana (Arsyad, 1997: 1). Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi antara guru dan siswa dan menggunakan sarana dan prasarana dan media untuk mengatur langkah-langkah kemampuan serta umpan balik. Jenis media tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran umum, tetapi dalam pernbelajaran pada mata pelajaran agama sangat penting. Apalagi pada anak usia sekolah dasar untuk mencari perhatian anak dalam proses belajar mengajar dan memudahkan anak untuk memahami suatu materi pelajaran. Media juga salah satu usaha untuk mengatasi kurangnya minat belajar, karena fungsi media di samping untuk sebagai informasi, sikap, juga untuk keserasian dalam penerimaan informasi (Ramayulis, 2006: 203). Agar tujuan pendidikan tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung proses belajar. Untuk itu perlu sekali dalam proses pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik benar-benar tertarik dan aktif dalam proses belajar. Dalam kaitannya menciptakan suasana kondusif media pembelajaran mempunyai peranna yang sangat penting. Sebab media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama pada indra penglihat dan pendengar. Adanya indra akan mempercepat proses pembelajaran dan membuat murid cepat paham. Begitu juga yang dialami oleh pendidik di SDN l8 Mukomuko Utara, pemanfaatan media sangat diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar dalam pendidikan agama Islam. Dengan adanya sarana prasarana di SDN 18 Mukomuko Utara digunakan sebagai media dalam proses belajar mengajar. Juga tingkat pemanfaatannya sebagai media untuk mentransfer ilmunya kepada anak didik. Tujuan peildidikan Islam seiring dengan tujuan Allah menciptakan manusia, yakni rnengabdi kepadanya. Kemudian Allah juga menciptakan manusia sebagai khalifah dan dituntut menjadikan sifat-sifat Allah bagian dari karakteristik kepribadiannya untuk mendukung terwujudnya kemakmuran. Pengabdian dan ketakwaan kepada Allah merupakan jembatan untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Agar murid aktif seorang guru harus mengusahakan agar murid-murid berpartisipasi yang aktif akan menanamkan hasil pengajaran secara mendalam, Al-Qur'an mengemukakan ada dampak positif dari kegiatan berupa partisipasi aktif. Firman Allah SWT (Q.S. Al-Tin: 6):           "Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh bagi mereka pahala yang tidak terhingga" (QS. At-Tiin: 6). Masalah dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang ikut mempengaruhinya Salah satu faktor tersebut diantaranya adalah guru komunikasi memegang peranan penting dalam pengajaran. Agar komunikasi antara guru dan siswa berlangsung baik dan informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa, guru perlu menggunakan media dalam proses pembelajaran. Seperti yang ada pada SDN 18 Mukomuko Utara memanfaatkan sarana prasarana yang ada digunakanu ntuk menjadi media dalam penyampaian materi, namun ada juga faktor pendukung dan penghambat dalam menggunakan sarana dan prasarana sebagai media. Sarana dan prasarana yang ada di SDN 18 Mukomuko Utara seperti: lingkungan sekolah itu sendiri, dan alat-alat untuk memudahkan dalam penyampaian materi ajar dan mudah diterima oleh siswa (media). Menurut Al-Ghazali: seperti yang disitir oleh Fathiyah Hasan Sulaiman terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai orang yang diteladani yaitu: amanah dan tekun bekerja bersifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid, pengetahuan luas dan istikomah terhadap prinsip. Adapun kegunaan dan manfaat media dalam pendidikan dan proses belajar mengajar, jelas sekali bahwa peranan media itu sangat penting artinya alat media sudah barang tentu di dalam pendidikan Islam bukan hanya gambar-gambar tetapi diterangkan, misalnya gambar anak yang sedang berwudhu maka dijelaskan bagaimana berwudhu dengan baik dan benar. Dengan menggunakan media dalam proses belajar mengajar, bisa membuat anak memiliki ahlak yang luhur, ini menggunakan media bukan berupa benda tetapi berupa contoh ketauladanan. Dengan demikian apabila pendidikan agama Islam memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran tersebut dalam pelaksanaan pendidikannya maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapat, juga memiliki moral atau akhlak yang tinggi. Besar kemungkinan dengan memperhatikan media pembelajaran itu tujuan pendidikan agama Islam akan tercapai secara efektif dan efisien. Jadi dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul "Pemanfaatan Sarana Prasarana Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 18 Mukomuko Utara’’. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana bentuk dan upaya guru dalam pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara? b. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat upaya pemanfaatan sanana yang ada sebagai media dalam pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara? 2. Batasan Masalah Agar tidak terjadinya perluasan masalah maka penulis membatasi masalah ini sebagai berikut: a. Bentuk dan Upaya guru dalam pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara. b. Apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat upaya pemanfaatan sarana yang ada sebagai media dalam pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan yaitu: a. Untuk mengetahui bentuk dan upaya pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara. b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat upaya pemanfaatan sanana yang ada sebagai media dalam pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ialah: a. Untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Tarbiyah STAIN Benglulu. b. Untuk menambah ilmu pengetahuan serta pemahaman dalam penulisan karya ilmiah. c. Untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. D. Penjelasan Judul Untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami Maksud judul maka penulis menjelaskan arti kata-kata dalam judul: Pemanfaatan adalah: kegunaan atau kegunaannya dalam menggunakan sarana prasarana. Media adalah alat pendidikan untuk memudahkan anak didik untuk menerima pelajaran. Pembelajaran menurut Syaiful Sagala, adalah membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pendidikan agama Islam adalah satu pelajaran yang mengajarkan tentang agama Islam. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa judul di atas menjelaskan manfaat atau kegunaan sarana prasarana sebagai media pembelajaran PAI di sekolah SD. E. Sistematika penulisan Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, yang menguraikan tentang media pendidikan dan proses belajar mengajar yang meliputi: pengertian media pendidikan, proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi. Pengertian Sarana dan Prasana, pemanfaatan sarana dan prasarana sebagai media pembelajaran pendidikan agama Islam. Urgensi pemanfaatan media pembelajaran dalam pendidikan agama. Bab III Metodologi Penelitian, yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan tehnik analisa data. Bab IV Pembahasan, yang membahas tentang deskripsi wilayah dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran-saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Media Pendidikan dan Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian Media Pendidikan Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan (Sadiman, 1996: 6). Beberapa ahli dalam Sadiman (1996: 6) memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dalam dunia pendidikan, konsep komunikasi tidak banyak berbeda kecuali dalam aspek kontek berlangsungnya komunikasi itu. Dalam proses pembelajaran, sumber informasi adalah dosen, guru, mahasiswa, siswa, bahan bacaan, dan lain sebagainya. Penerima informasi mungkin juga dosen, guru, mahasiswa, siswa atau orang lain. Maka dalam hal ini media mendapat definisi lebih khusus, yakni "teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran" atau sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran (Yamin, 2008: 151). Satu komponen lain yang perlu mendapat tempat dalam proses pembelajaran di kelas adalah Metode sebagaimana yang penulis utarakan, metode adalah prosedur yang sengaja dirancang untuk membantu siswa, mahasiswa belajar lebih baik, dan mencapai tujuan¬-tujuan pembelajaran. Misalnya, jika seorang guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan OHP melalui pendekatan diskusi, maka OHP tersebut adalah media pendidikan, sedangkan pendekatan diskusi adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan sebaik¬-baiknya. Manakala kita lihat manfaat media dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah mempelancar proses interaksi antara guru dengan siswa, dalam hal ini membantu siswa belajar secara optimal. Tetapi di samping itu ada beberapa manfaat lain yang lebih khusus. Kemp dan Dayton, mengidentifikasi tidak kurang dari delapan manfaat media dalam kegiatan pembelajaran, yaitu; 1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian tentang suatu ilmu melalui media yang sama akan menerima informasi yang persis sama seperti yang diterima teman-temannya. 2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses atau prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap. Me¬dia juga dapat menghadirkan "masa lampau" ke masa kini, menyajikan gambar dengan warna-warna yang menarik. Media dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang mereka untuk beraksi terhadap penjelasan guru, membuat mereka terbawa atau ikut sedih, memungkinkan mereka menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mereka mengkonkretkan sesuatu yang abstrak, dan sebagainya. Dengan demikian media dapat membantu guru menghidupkan suasana kelasnya dan menghindar suasana monoton dan membosankan. 3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif. Media harus dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara "satu arah" kepada siswa saja. Namun dengan media, para guru dapat mengatur kelas mereka sehingga bukan hanya kelas dominasi guru atau guru yang aktif, tetapi juga siswa yang lebih banyak berperan. 4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi. Seringkali para guru menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media pendidikan dengan baik. 5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan. Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar-mengajar lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran secara lebih mendalam dan utuh. Dengan mendengar gurunya saja, siswa sudah memahami permasalahannya dengan baik. Tetapi, bila pemahaman itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami melalui media, pemahaman mereka terhadap isi pelajaran pasti akan lebih baik lagi. 6. Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program audio¬visual atau program komputer yang saat ini banyak tersedia di pasaran adalah contoh media pendidikan yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri. 7. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Dengan media, proses belajar-mengajar menjadi lebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu itu sendiri. 8. Peran guru dapat berubah ke arah yang Iebih positif dan produktif. Pertama, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan mereka bila media digunakan dalam pembelajaran. Kedua, dengan mengurangi uraian verbal (lisan), guru dapat memberi perhatian lebih (Yamin, 2008: 151-154). Media pendidikan merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan murid menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang professional dan mampu menyelaraskan antara media pendidikan dan metode pendidikan. 2. Macam-Macam Media Pembelajaran Teknologi terus berkembang dari waktu ke waktu, baik dari segi jumlah, tingkat kerumitannya, maupun dari segi kemampuannya. Media pendidikan sebagai produk dari teknologinya pun semakin bervariasi, mulai dari teknologi yang sederhana hingga teknologi canggih. Meskipun perkembangan media pendidikan semakin maju dan berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi media itu sendiri, namun tidak ada teknologi media yang paling bagus untuk mencapai tqjuan pembelajaran, mengingat keunggulan dan keterbatasan masing-masing teknologi. Maka pemilihan dan penggunaannya dalam pendidikan haruslah bersifat pragmatic karena teknologi cepat sekali berkembang. Menurut Martin dan Briggs (Muhaimin, 2004: 267) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan peserta didik. Media bisa berupa perangkat keras, seperti computer, televisi, radio, OHP, proyektor film dan perangkat lunak yang menyertai perangkat keras itu. Menurut Chute dalam Mukhtar (2003: 106) mengelompokkan teknologi untuk pendidikan mulai dari yang sederhana sampai ke yang paling canggih adalah sebagai berikut: 1. Teknologi Audio 2. Teknologi audio dan data 3. Teknologi vidio 4. Computer based Training 5. Konferensi komputer 6. Pendidikan dan pelatihan di Internet. Teknologi yang digambarkan oleh chute ini yang paling rendah adalah teknologi audio, yakni komunikasi melalui pendengar saja, seperti teknologi interaktif telepon. Sedangkan yang paling tinggi internet, ini merupakan teknologi yang memberikan landasan yang kuat bagi penciptaan lingkungan belajar yang kaya dan luwes serta mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan latihan. Menurut Djamarah (2000: 19) media atau alat bantu pengajaran berupa globe, pagan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide, video, dan sebagainya. Berkenaan dengan jenisnya, Mukhtar (2003: 110) menyatakan media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi media audio, media cetak, dan media elektronik. Menurut penulis penggolongan (klasifikasi) media ini cukup sederhana dan mudah dipahami, baik media yang paling sederhana maupun dari yang paling canggih tidak bisa terlepas dari tiga klasifikasi ini. Audio berkaitan dengan pendengaran, segala sesuatu bentuk media yang bisa didengar melalui telinga, seperti radio, tipe recorder/alas perekam. Sedangkan media cetak, dimaksudkan segala media yang dapat berbentuk tercetak. Ini banyak wujudnya, seperti buku bacaan, buku referensi, gambar-gambar, poster, dan lain-lain. Pembelajaran agama Islam dapat saja berupa: tulisan pada karton yang memuat huruf Hijaiyah (huruf alif sampai ya'), tajwid (hukum nun mati/tanwin bila bertemu dengan huruf hijaiyah (huruf alif sampai ya'), tajwid (hukum nun mati/tanwin bila bertemu dengan huruf hijaiyah, ada yang dibaca idzhar, ikhfa', iqlab, idgham, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik, dapat dipahami segala bentuk media yang berbentuk elektronik, bisa radio, televisi, computer, internet, dan masih banyak lagi. Menurut Hamalik dalam Usman dan Asnawir (2002: 29) ada empat klasifikasi dalam media pengajaran, yaitu: 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya film strip, transparansi, micro projection, pagan tulis, buletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe. 2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya: phonograph record, transkripsi elektris, radio, rekaman pada tipe recorder. 3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan, misalnya; model, spicemens, bak pasir, peta electris. 4. Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, sandiwara boneka dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan penggolongan pertama dengan kedua di atas, maka yang satu menggolongkan kedalam media cetak, yang kedua menggolongkan ke dalam media visual, sama-sama dapat ditampakkan atau dilihat, namun bedanya kalau media visual kadang kala masih perlu memakai alat untuk membacanya seperti film strip, kertas transparansi. Yang pertama hanya menyebutkan media audio, pendapat yang kedua menyebutkan audio dengan visual (alat yang bisa didengar dan dilihat sekaligus) sebenarnya penggolongan ini hampir sama, hanya ragam jenis dalam mengklasifikasinya saja yang bentuknya agar berbeda. Berbagai media penggolongan/klasifikasi media itu mungkin baru beberapa bentuk media yang sudah dipergunakan sebagai alat untuk membantu dalam proses belajar mengajar, terutama dalam pendidikan agama Islam, terlebih-lebih lagi untuk ditingkat SD, bisa jadi hanya berbentuk visual, yaitu gambar anak shaleh, gambar pahlawan, tulisan huruf-huruf arab, kaligrafi, dan peragaan orang berwudhu', perasaan shalat, dan lain-lain. 3. Proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi Proses belajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan, sumber pesan, saluran/media dan peneriman pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media, saluran media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru (Sadiman, 1996: 11-12). Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth (1992: 35) dalam bukunya Your Child’s Scholl, ada tujuh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yakni: a. Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah b. Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf, c. Proses belajar-mengajar yang efektif, d. Pengembangan staf yang terpogram, e. Kurikulum yang relevan, f. Memiliki visi dan misi yang jelas, g. Iklim sekolah yang kondusif. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan serta perubahan sikap masyarakat membawa pengaruh yang besar dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong setiap lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya lebih maju dengan memanfaatkan teknologi modern dan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai media pembelajaran. Dari pemikiran di atas sudah jelas media pendidikan itu berkaitan dengan kemajuan suatu pendidikan yang meliputi sebagai berikut: 1. Arti, fungsi dan nilai media pendidikan. 2. Tujuan pendidikan. 3. Psikologi belajar. 4. Bentuk media pendidikan. Pembahasan ini akan dimulai dari pengertian media pendidikan sebagai alat komunikasi. Alat komunikasi selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan majunya ilmu pengetahuan (Asnawir, 2002: 29). Kaitannya dengan media pendidikan mempunyai fungsi yang besar di berbagai kehidupan, baik di kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan seni kebudayaan (Agus, 1996: 36). Dalam kehidupan pendidikan media komunikasi memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan maupun peningkatan mutu di suatu lembaga pendidikan. Dengan memakai media tersebut anak didik akan mudah mencerna dan memahami suatu pelajaran. Dengan demikian melalui pendekatan ilmiah sistematis, dan rasional tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pendidikan tersebut guru memberikan peran yang penting untuk menghantarkan keberhasilan anak didik, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan murid, untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan guru yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode pengajaran sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik (Toha, 1998: 20). Jadi, tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajar dan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi. 1. Arti dan Fungsi Media Pendidikan Secara harfiah media diartikan “perantara” atau “pengantar”. AECT (Association for Educational Communication and Technology) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Robert Hanick dan kawan-kawan dalam Hamalik (2005: 200) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dalam sudut yang sama Kemp dan Dayton mengemukakan peran media dalam proses komunikasi sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). Sedangkan Oemar Hamalik (2005: 200) mendefinisikan, media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah. Mengenai fungsi media itu sendiri pada mulanya kita hanya mengenal media sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, mudah dipahami. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut : a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru. b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret). c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan). d. Semua indera murid dapat diaktifkan. e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar. f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya. Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar (Nana, 1990: 50). Sebagai seorang pendidik fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integral dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembanan, maupun pemanfaatan. Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa. Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut: a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan dikuasai siswa. c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi verbal. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan. Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa. Berfikir siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan. Menurut Ensiclopedi of Educational Research, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut: a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas. b. Memperbesar perhatian siswa. c. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap. d. Memberikan pengalaman yang nyata. e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu. f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa. g. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain. h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid. i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti. j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar. 2. Tujuan Pendidikan Pendidikan ditujukan untuk menghantarkan para siswa menuju pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam lingkungan sekolah akan dibimbing dan diarahkan oleh guru dan siswa berperan aktif. Filsafat pendidikan memberikan kontribusi yang besar mengenai tujuan pendidikan, karena di dalam filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita yang mengatur tingkah laku atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan, bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Grafika, 2003: 5). Berdasarkan pada uraian di atas maka tujuan pendidikan adalah: a. Memperbaiki mental, moral, budi pekerti memperkuat keyakinan agama. b. Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan. c. Membina atau memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat. d. Membangun warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab Sebagai seorang pendidik, perumusan tujuan pembelajaran merupakan suatu hal yang pokok sebelum melakukan kegiatan pengajaran. Untuk meneruskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Berorientasi pada kepentingan siswa, dengan bertitik tolak pada perubahan tingkah laku. 2) Dinyatakan pada kata kerja yang operasional artinya menunjukkan pada hasil perbuatan yang dapat diamati atau hasilnya dapat diukur dengan alat ukur tertentu. 3) Psikologi Belajar Pada umumnya belajar dapat kita lihat dari jenis pandangan, yakni tradisional dan pandangan modern. Pertama, pandangan tradisional, belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” memegang peranan yang penting dalam hidup manusia, pengetahuan adalah kekuasaan siapa saja yang memiliki banyak pengetahuan maka ia akan mendapat kekuasaan. Kedua, pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah laku perekat interaksi dengan lingkungannya. Seorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku. Jadi, dengan demikian belajar merupakan suatu keharusan untuk manusia agar memperoleh ilmu pengetahuan sebagai proses perubahan tingkah laku yakni berintelektual tinggi serta berakhlakul karimah. B. Pengertian Sarana dan Prasarana Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (Junaedi, 2007: 287) Dipertegas lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). (Yustisia, 2009: 14) Pada Bidang Sarana dan Prasarana, memiliki tugas yang mencakup kegiatan: 1) Penyediaan dan seleksi buku pegangan guru, 2) Layanan perpustakaan dan laboratorium, 3) Penggunaan alat peraga, 4) Kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah, 5) Keindahan dan kebersihan kelas, dan 6) Perbaikan kelengkapan kelas (Yustisia, 2009: 14). C. Pemanfaatan Sarana Dan Prasana Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tujuan pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah menurut Ramayulis (2005: 35) adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan perupakan pengetahuan, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agarna Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun dimensi tujuan pendidikan agama islam yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama islam. b. Dimensi dan penalaran serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. c. Dimensi penghayatan dan pengamalan batin yang dirasakan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. Dimensi pengamalan ajaran agama Islam dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aplikasi dari pendidikan Islam yaitu identik dengan dasar atau tujuan yang hendak dicapai oleh ajaran agama Islam. Dimana di dalam ajaran agama Islam itu sendiri ingin menjadikan seluruh manusia selalu mengabdi kepada Allah SWT. Konsep ajaran Islam tersebut, dilakukan melalui penanaman keimanan kepada diri manusia yang mengabdi kepada Allah SWT sebagai hamba-Nya. Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1. Ruang kelas, 2. Ruang perpustakaan, 3. Laboratorium IPA, 4. Ruang pimpinan, 5. Ruang guru, 6. Tempat beribadah, 7. Ruang UKS, 8. Jamban, 9. Gudang, 10. Ruang sirkulasi, 11. Tempat bermain/berolahraga. Dimensi pengamalan ajaran agama Islam dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aplikasi dari pendidikan Islam yaitu identik dengan dasar atau tujuan yang hendak dicapai oleh ajaran agama Islam. Dimana di dalam ajaran agama Islam itu sendiri ingin menjadikan seluruh manusia selalu mengabdi kepada Allah SWT. Konsep ajaran Islam tersebut, dilakukan melalui penanaman keimanan kepada diri manusia yang mengabdi kepada Allah SWT sebagai hamba-Nya. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan, dan pemanfaatan sarana prasana sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah guna mendorong siswa menjadi orang yang berkualitas di bidang keilmuan, berakhlak yang mulia dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi manusia yang mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. D. Urgensi pemanfaatan media pembelajaran dalam pendidikan Agama Menurut Sadiman dkk (1986: 17-18). Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistic (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: a. objek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model; b. objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan thnelapse atau high-speed photography; d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; e. objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat dijadikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. 3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: a. menimbulkan kegairahan belajar; b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak, didik dengan lingkungan dan kenyataan, c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya a. memberikan perangsang yang sama; b. mempersamakan pengalaman; c. menimbulkan persepsi yang sama. Encyclopedia of Education Research dalam Hamalik (1994: 15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut: 1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme 2. Memperbesar perhatian siswa 3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap 4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup 6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa 7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih baik banyak lagi. Di dalam pendidikan Islam, alat/media itu jelas diperlukan. Sebab alat/media pengajaran itu mempunyai peranan yang besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manfaat atau kegunaan dari alat/media ini dalam pendidikan atau dalam proses belajar mengajar Yusuf Hadi Miarso dkk (Ramayulis, 2006: 212) menyatakan bahwa alat/media itu mempunyai nila-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain: (1) membuat konkrit konsep yang abstrak, (2) membawa obyek yang sukar didapat kedalam lingkungan belajar siswa, (3) menampilkan obyek yang terlalu besar, (4) menampilkan obyek yang tak dapat diamati dengan mata telanjang, (5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa, (7) membangkitkan motivasi belajar, dan (8) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpang menurut kebutuhan. Sementara itu, Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah (1) mampu mengatasi kesulitan-¬kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, (2) mampu mem¬permudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik. (3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan, menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu, (4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat. memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta (5) menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya, mem¬perhalus perasaan dan cepat belajar (Ramayulis, 2006: 212-213). Dari uraian pendapat-pendapat di atas, jelas peranan media itu penting sekali. Begitu pentingnya arti alat media itu maka sudah barang tentu di dalam pendidikan Islam perlu dilengkapi dengan gambar-gambar, tidak hanya sekedar diterangkan saja. Contoh lain yang biasa diambil juga adalah pemberian meteri tentang pelaksanaan haji. Pelajaran akan lebih mengena jika disajikan dalam bentuk demontrasi film atau video. Selain itu juga pelajaran membaca al-Qur'an akan lebih tertunjang dengan dibantu tape recorder dengan merekam seseorang yang fasih dalam membaca al Qu'ran. Begitu juga dengan pelajaran-pelajaran yang lain. Selain alat media yang berupa benda perlu dikembangkan dalam pendidikan Islam, alat media yang bukan berupa benda pun perlu juga mendapatkan perhatian yang serius, sebab pada umumnya alat media yang bukan berupa benda lebih banyak tujuannya untuk pembentukan pribadi yang baik atau sempurna, dan pendidikan Islam sangat berperan sekali untuk tugas itu. Sehingga murid-murid akan memiliki akhlak, moral yang luhur. Itulah yang membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya. Dengan demikian, apabila pendidikan Islam memanfaatkan dan mengembangkan alat/media pengajaran tersebut di dalam pelaksanaan pendidikannya, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak yang tinggi. Sehingga besar kemungkinan dengan memperhatikan alat/media pengajaran itu tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara efektif dan efisien. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan model penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kualitatif seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, cacatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, melalui analisis komparasi, sepanjang tidak menghilangkan data aslinya. Hasil analisis berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungannya (Nana Sudjana 1989: 198). B. Sumber Data 1. Sumber data primer Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari guru agama. 2. Sumber data sekunder Sumber data sekunder yang diambil yaitu dari kepala sekolah, guru-guru yang berjumlah 17 orang dan murid dengan jumlah 147 orang dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. C. Metode Pengumpulan Data 1. Metode observasi Observasi atau pengamatan yaitu meliputi kegiatan perhatian terhadap suatu subjek dengan menggunakan seluruh alat indra. Apa yang dikatakan sebenarnya adalah pengamatan langsung. (Arikunto, 1993: 146-147) Karena berkaitan dengan proses pembelajaran maka diperlukan kegiatan observasi secara langsung agar diperoleh data yang valid tentang pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif (participant observation) atau menurut Kuntjaraningrat dalam bukunya Lexy. J. Moleong disebut “pengamatan terlibat” (Moleong, 2005: 9) yaitu mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada hal yang kecil. Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah terkait dengan letak dan keadaan geografis Sekolah Dasar Negeri 18 Mukomuko sebagai daerah obyek penelitian beserta sarana prasarana pendidikan, metode mengajar, keadaan siswa, guru dan khususnya melihat dengan dekat berlangsungnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Wawancara Interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dari terwawancara yang memberikan jawaban (Arikunto, 1993: 145). Metode ini diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan jalan komunikasi secara langsung dengan subyek. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum Sekolah Dasar Negeri 18 Mukomuko, sejarah berdirinya, visi, misi, keadaan guru, karyawan dan siswa, struktur organisasi serta proses belajar mengajar dengan media yang digunakan. 3. Dokumentasi Dalam metode ini peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. (Arikunto, 1993: 149) Peneliti berusaha mendapatkan informasi dengan berbagai bahan yang berbentuk tulisan. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui, proses berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunan sarana dan prasana sebagai media pembelajarannya, serta perangkat pengajaran guru bidang studi Pendidikan Agama Islam. D. Teknik Analisis data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Analisis data deskriptif kualitatif yaitu dilakukan secara berangsur sampai selesai mendapatkan sekumpulan data dari wawancara, observasi atau dokumen dengan menguraikan data-data yang diperoleh kemudian diambil kesimpulan. Maka dalam proses analisis ini dapat diperoleh data yang ilmiah, yaitu yang sesuai dengan apa yang ada di lapangan yang kemudian disimpulkan. Penerapan teknik dalam analisis data adalah sebagai berikut : a) Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2005: 92). Ini dilakukan dengan merangkum kegiatan guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 18 Mukomuko Utara. Data yang diperoleh di lapangan ditulis dengan uraian kemudian dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan dicari tema atau polanya. Kemudian data-data tersebut disederhanakan menjadi data-data pokok dari proses belajar mengajar. b) Display data yaitu data disistematiskan secara jelas guna membantu peneliti dalam menguasai data yang diperoleh. Dengan mendisplay data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut (Sugiyono, 2005: 95). c) Pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari obyek yang diteliti dari obyek penelitian. Proses penarikan kesimpulan didasarkan pada hubungan informasi yang tersusun dalam satu bentuk yang di padu pada penyajian data. Melalui informasi tersebut peneliti dapat melihat apa yang diteliti dan menentukan kesimpulan yang benar sebagai obyek penelitian. Dalam menganalisis data kualitatif peneliti menggunakan pola berfikir induktif yakni pola berfikir yang bertolak dari fakta-fakta khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Maksud dari analisis secara induktif adalah penelitian kualitatif yang tidak dimulai dari teori tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti langsung ke lapangan untuk mempelajari, menganalisa, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena-fenomena yang ada di lapangan (Hadi, 1989: 47). 6. Keabsahan Data Dalam penelitian ini untuk mengetahui keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, yaitu dengan jalan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2005: 330-331). Dalam proses triangulasi ini peneliti melakukan perbandingan antara hasil observasi dengan hasil wawancara, kemudian hasil wawancara dibandingkan dengan apa yang ada dalam proses belajar mengajar oleh pendidik (yang diamati), dan terakhir adalah dengan membandingkan antara observasi, wawancara dan dokumentasi yang terkait dengan permasalahan. BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian 1. Sejarah singkat SD N 18 Mukomuko Utara Warga Negara tranmigrasi diberangkatkan dari pulau jawa tidak serempak ada beberapa tahap, yakni pada 15 januari 1992 adalah tahap pertama, tanggal 29 januari 1992 tahap kedua, tanggal 1 februari 1992 tahap ketiga. Rata-rata warga tranmigrasi itu mempunyai anak usia sekolah. Pada akhirnya ada beberapa orang terpangil untuk mendidik anak bangsa tersebut, kemudian dilakukan pendataan anak sekolah dan dimulai pada tanggal 4 Februari 1992 setelah dihimpun data tersebut di ajukan ke Kepala Kantor Camat (Kakancam) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Mukomuko Utara, akhirnya pada tanggal 17 Februari 1992 mendapat pengakuan dan pengesahan dari Kakancam Mukomuko utara. Pada awalnya sekolah dasar tersebut mendapat urutan SD Negeri Mukomuko Utara I/E SP 2. Kepala sekolahnya yang pertama pada tahun 1992-1997 M. Supomo dan wakil Aris Suroso, pada saat itu ruang belajar masih mengunakan fasilitas desa, Balai Desa dan rumah-rumah warga yang belum di tempati. Pada intinya antsra kelas 1 sampai dengan kelas VI itu berbeda dan jauh letaknya. Dengan kondisi yang seperti itu pada tahun 1994 mendapat bantuan gedung 3 ruang belajar dan dan 2 perumahan guru, dari tahun ke tahun akhirnya bertambah menjadi 6 lokal. Pada tahun ajaran 1998 sampai 2002 berubah menjadi SDN 38 Mukomuko Utara di pimpin kepala sekolah yang ke 2 Zuainiah, A. Ma. Wakil Aris Suroso, dan mendapat 3 ruang belajar. Pada tahun 2002-2007 menjadi SDN 18 Mukomuko Utara di pimpin oleh kepala sekolah Suparja. S, Pd. Yang memiliki 9 lokal untuk belajar perumahan dan 3 lokal ruang belajar belum permanen. Pada tahun ajaran 1998-2009 di pimpin oleh kepala sekolah yang ke 4 adalah Aris Suroso, A.Ma, dan mendapat bantuan 1 unit sebanyak 3 lokal ruang belajar, jadi memiliki 12 ruang belajar permanen dan 4 ruang belum permanen, kelas 1 sampai VI memiliki siswa sebanyak 24 orang, setiap kelas memiliki 2 lokal A dan B. 2. Keadaan Guru Dan Karyawan SDN 18 Mukomuko Utara. Jumlah guru secara keseluruhan di SDN 18 Mukomuko Utara tahun ajaran 2008-2009 sebanyak 17 tenaga pendidik. Adapun guru laki-laki berjumlah 7 orang sedangkan guru perempuan berjumlah 10 orang. Untuk lebih jelasnya tentang tenaga pendidik SDN 18 Mukomuko Utara pada dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Keadaan Guru SD Negeri 18 Mukomuko Utara Tahun Ajaran 2008-2009 No Nama Guru L/P Pendidikan terakhir Tugas Mengajar Lama Mengajar Ket 1 Aris Suroso L DII PGSD PPKN 17 Tahun K.Sek 2 Pandia L DII PGSD Guru Kelas 17 Tahun Wasek 3 Barid Baroroh P DII PGAI Agama 17 Tahun Guru 4 Fatimah P DII PGSD Guru Kelas 16 Tahun Guru 5 Marizon P DII PGSD Guru Kelas 16 Tahun Guru 6 Sahudi L DII PGSD Guru Kelas 2 Tahun Guru 7 Manzalmi L DII PGPJSD Guru Penjas 13 Tahun Guru 8 Suanti P DII PGSD Guru Kelas 14 Tahun Guru 9 Nurmiliani P DII PGSD Guru Kelas 14 Tahun Guru 10 T. Subarjo L SI, MM Guru Kelas 14 Tahun Guru 11 Ipiron Sianawati P DII PGSD Guru Kelas 13 Tahun Guru 12 Nurma Wati P DII PGSD Guru Kelas 17 Tahun Guru 13 Purmi P SPG Guru Kelas 17 Tahun Guru 14 Indra,F.Sasmita L SMA Guru B I 7 Tahun Guru 15 Siti Rohimah P DII PGMI Guru Kelas 3 Tahun Guru 16 Rusma Yunita P DII PGSD Guru Kelas 1 Tahun Guru 17 Wahyumi,M. P DII PGSD Guru IPS 1 Tahun Guru Sumber : Dokumen SD Negeri 18 Mukomuko Utara 2009. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tenaga pendidik di SD Negeri 18 Mukomuko Utara pada tahun ajaran 2008-2009 mayoritas berstatus pegawai negeri sipil (PNS), dan hanya 5 orang yang bersetatus non pegawai negeri sipil (honorer). Adapun jenjang pendidikan yang di miliki guru yaitu Sarjana Strata Satu (S1) adalah sebanyak 1 orang yang berpendidikan Sarjana Muda (diploma) 14 orang yang SPG dan 1 orang dan SMA 1 orang. Dari segi pengalaman guru mengajar di SD Negeri 18 Mukomuko Utara yaitu : - Guru yang mempunyai pengalaman mengajar 17 tahun sebanyak 5 orang. - Guru yang mempunyai pengalaman mengajar 16 tahun sebanyak 2 orang - Guru yang mempunyai pengalaman mengajar 14 tahun sebanyak 3 orang - Guru yang mepunyai pengalaman mengajar 13 tahun sebanyak 2 orrang - Guru yang mempunyai pengalamn mengajar 7 tahun 1 orang 3 tahun 1 orang 2 tahun 1 orang, dan 1 tahun 2 orang. Tabel 2 Keadaan Karyawan SD N Mukomuko Utara Tahun Ajaran 2008/2009 No Nama Pndkk terakhir Tugas Masa tiga 1 Herma Wati DI Tata usaha 2 Wahyuni.M DII Perpustakaan 3 Tabingin MAN Penjaga Sek Sumber : Dokumen SD N 18 Mukomuko Utara. Unsur organisasi SD Negeri 18 Mukomuko Utara yaitu sebagai berikut : 1. Kepala sekolah 2. Wakil kepala sekolah 3. Bendahara 4. Tata usaha 5. Perputakaan 6. Wali kelas 7. Komite sekolah 8. Guru bidang studi 9. Penjaga Struktur Organisasi SD N 18 Mukomuko Utara Tahun Ajaran 2008-2009 3. Keadaan siswa SD N 18 Mukomuko Utara Tahun Ajaran 2008-2009. Keadaan siswa SD N 18 Mukomuko Utara tahun ajaran 2008-2009 adalah sebagai berikut: Tabel 3 Keadaan siswa SD N 18 Mukomuko Utara Tahun ajaran 2008-2009 No kls Juli Agustus Sep Oktbr Nop Des Januari Feb Maret April 1 1A 24 24 24 24 24 24 24 24 24 25 2 1B 23 24 25 25 25 25 25 25 25 25 3 11A 18 18 18 18 18 18 18 18 18 19 4 11B 17 17 17 17 17 19 20 20 20 20 5 IIIA 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 6 IIIB 22 22 22 24 24 24 24 24 24 24 7 IVA 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 8 IVB 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 9 VA 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 10 VB 23 23 23 23 23 23 23 2323 23 23 11 VIA 14 14 14 15 15 15 15 15 15 15 12 VIB 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 Jumlah 236 237 238 239 241 244 245 245 245 147 Sumber : Dokumen SD N 18 Mukomuko Utara. Berdasarkan tabel di atas, pada tahun ajaran 2008-2009 antara semester 1 dan 2 selalu mendapat peningkatan dan sampai bulan april sekarang murid di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 18 Mukomuko Utara berjumlah 147 orang. 4. Keadaan Fasilitas SD N 18 Mukomuko Utara Fasilitas merupakan salah satu komponen yang menunjang dalam proses belajar mengajara suatu lembaga pendidikan adapun fasilitas yang ada di SD N 18 Mukomuko Utara adalah dapat dilihat pada tabel berukut ini : Tabel 5 Fasilitas SD N 18 Mukomuko Utara Tahun Ajaran 2008-2009 No Fasilitas Jenis Kuantitas Kualitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ruang kelas Ruang guru Ruang TU Ruang perpus Ruang UKS Ruang computer Toilet Lapangan voli Tempat parkir Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Tidak permanen Tidak permanen 12 1 1 1 1 1 4 1 2 Cukup memadai Baik Belum memadai Cukup baik Cukup Baik 2 baik 2 rusak Kurang Kurang Sumber : Observasi di SDN 18 Mukomuko Utara B. Penyajian hasil penelitian 1. Pengertian sarana dan prasarana Menurut Barid Baroroh, seorang guru agama di SDN 18 Mukomuko Utara (Wawancara, 10 Juni 2009) “sarana dalam pendidikan adalah alat-alat yang bisa berguna dalam kelengkapan pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah yang sifatnya wajib seperti gedung sekolah, ruang belajar, ruang tata usaha, tempat ibadah dan lain-lain”. Menurut Kepala Sekolah SDN 18 Mukomuko Utara, Aris Suroso mengatakan “menurut saya pengertian sarana adalah alat-alat untuk membantu fasilitas belajar yang dapat dipindah-pindah dan prasarana adalah fasilitas yang menjadi dasar atas terselenggaranya proses pendidikan seperti ruang belajar dan lain-lain”. Berdasarkan wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana adalah kelengkapan baik berupa bangunan yang sifatnya menetap dan bisa berpindah-pindah untuk menjalankan fungsi pembelajaran di sekolah. 2. Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam setiap aktivitas pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 10 Juni 2009) “Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam setiap aktivitas pembelajaran karena tanpa adanya prasana misalnya, bagaimana proses pembelajaran ini akan berjalan dengan lancar dan dan nyaman, tanpa ruang sekolah misalnya, dimana guru dan murid akan melakukan komunikasi pembelajaran, tanpa whiteboard atau papan tulis bagaimana berjalan lancar proses pembelajaran ini. Menurut Aris Suroso (wawancara, 10 Juni 2009) “Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam setiap aktivitas pembelajaran sangat penting sekali untuk kelancaran dan kenyamanan proses pembelajaran, sarana dan prasarana ini akan sangat membantu dan memang harus memiliki kelengkapan sarana dan prasarana agar guru dan anak didik dapat melakukan proses belajar mengajar dengan baik”. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam setiap aktivitas pembelajaran karena dengan sarana dan prasarana itulah yang menjadikan proses pembelajaran ini akan terasa nyaman dan tanpa kendala 3. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah Barid Baroroh (wawancara, 10 Juni 2009) mengatakan “sarana dan prasana yang di miliki sekolah ini memang sederhana dan bisa dikategerikan minim sekali diantaranya adalah Ruang kelas, Ruang guru, Ruang TU, Ruang perpustakaan, Ruang Unit Kesehatan Siswa, Ruang computer, Toilet, Lapangan voli, Tempat parkir. Untuk prasarana ibadah saja seperti masjid atau mushalla untuk ibadah shalat dhuhur misalnya, kami melakukannya di perpustakaan. Untuk sarana sekolah kami yang ada hanyalah perabot peralatan pendidikan, media pendidikan, buku-buku sumber belajar”. Hal senada juga diungkapkan Aris Suroso (wawancara, 10 Juni 2009) “Alhamdulillah sekali, kami bisa belajar dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada meskipun masih sangat minim sekali, diantaranya Ruang kelas, Ruang guru, Ruang TU, Ruang perpustakaan, Ruang Unit Kesehatan Siswa, Ruang computer, Toilet, Lapangan voli, dan tempat parkir. Sedangkan sarananya adalah perabot peralatan pendidikan seperti whiteboard, spidol, media pendidikan, buku-buku sumber belajar. Seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: No Data sarana prasana yang dimiliki Kuantitas kualitas 1 Whiteboard 15 Cukup memadai 2 Spidol 50 Cukup memadai 3 Buku-buku 1500 Cukup memadai 4 Al-Qur’an 25 Baik 5 Buku Iqra’ 50 45 baik, 5 rusak 6 Meja 185 170 baik, 15 rusak 7 Kursi 185 180 baik, 5 rusak 8 Ruang kelas 12 Cukup memadai 9 Ruang guru 1 Baik 10 Ruang TU 1 Belum memadai 11 Ruang perpus 1 Cukup baik 12 Ruang UKS 1 Cukup 13 Ruang computer 1 Baik 14 Toilet 4 2 baik, 2 rusak 15 Lapangan voli 1 Kurang baik 16 Tempat parkir 2 Kurang baik Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana yang dimiliki sekolahan ini adalah Ruang kelas, Ruang guru, Ruang TU, Ruang perpustakaan, Ruang Unit Kesehatan Siswa, Ruang computer, Toilet, Lapangan voli, dan tempat parkir, sedangkan prasarana yang dimilikinya adalah perabot peralatan pendidikan, media pendidikan, buku-buku sumber belajar”. 4. Pengertian media pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 11 Juni 2009) “media pembelajaran adalah perantara atau alat penyampai pesan antara guru dan siswa untuk memudahkan mendapatkan informasi terhadap anak didik”. Menurut Aris Suroso (wawancara, 11 Juni 2009) “media adalah alat yang menjadi penghubung atau penyampai pesan agar apa yang menjadi tujuannya itu mudah sampai kepada yang di tuju, dalam hal ini, seorang guru menggunakan media dalam pembelajaran adalah medianya itu menjadi alat penghubung atau penyampai pesan kepada peserta didiknya. Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah media adalah alat yang menjadi penghubung atau penyampai pesan. 5. Media pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 11 Juni 2009) mengatakan bahwa “tentu menjadi sangat penting sekali bahwa media pembelajaran atau pendidikan itu di terapkan karena dengan media saya rasa akan menjadi lebih lancar dari pada tidak memakai media, disini perbedaan yang sangat besar sekali, dan ini menjadikan media ini menjadi faktor penting dalam pembelajaran karena apa yang menjadi pesan pendidikan akan tersampaikan dengan mudah”. Menurut Aris Soroso (wawancara, 11 Juni 2009) mengatakan bahwa tentu bukan saya mengakui bahkan mungkin hampir guru berpendapat sama dengan saya bahwa media adalah faktor yang penting bagi pendidikan karena media adalah penghubung atau pelantara antara pendidik dan peserta didik dalam hal penyampaian ilmu agar lebih mudah, terencana sehingga membuat peserta didik mudah dan cepat meneriman pesan yang disampaikan guru. Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah faktor yang penting dalam pembelajaran, karena dengan media proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru atau keberlansung pendidikan akan sampai dengan mudah kepada peserta didik. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. 6. Media dan tempat yang sering digunakan dalam pembelajaran agama Menurut Barid Baroroh (wawancara, 12 Juni 2009) “dalam pembelajaran saya pada mata pelajaran agama sering menggunakan media gambar karena bagi saya ini mempermudah saya untuk memberikan materi dan nampaknya murid-murid mudah mengerti dan proses pemahaman ini lebih cepat dari pada model mengajar biasa. Dan saya sering memanfaatkan perpustakaan untuk praktek ibadah shalat karena di sekolah ini belum memiliki prasarana berupa masjid atau mushalla. Menurut Aris Suroso (wawancara, 12 Juni 2009) “pada pembelajaran agama saya menekankan untuk memakai perpustakaan sekolah untuk bisa di fungsikan untuk pembelajaran agama, disamping bangunan masjid atau mushalla belum ada juga untuk pemanfaatan perpustakaan lebih optimal”. Dari wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran pada mata pelajaran agama sering menggunakan media gambar karena bagi saya ini mempermudah saya untuk memberikan materi dan nampaknya peserta didik mudah mengerti dan proses pemahaman ini lebih cepat. Dan tempat yang sering digunakan adalah perpustakaan sekolah karena tempat ini lebih optimal. 7. Manfaat menggunakan media sebagai proses pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 13 Juni 2009) manfaat yang saya rasakan banyak sekali diantanya adalah pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guu, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan dan lain-lain dan ini akan memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Menurut Aris Suroso (wawancara, 13 Juni 2009) manfaat menggunakan media pendidikan adalah media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, media dapat meningkatkan dan mengarahkan anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar dan dapat mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, media pembelajaran juga dapat memberikan kesamaan pengalaman. Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat melaksanakan media pembelajaran adalah pembelajaran akan lebih menarik dan dapat menumbuhkan motivasi siswa, lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guu, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan dan lain-lain dan ini akan memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. 8. Fokus pengembangan media dalam pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 16 Juni 2009) dalam pembelajaran agama islam tidak terfokus pada satu media saja, ini tergantung dari materi yang diajarkan, kadang memakai media gambar seperti poster atau foto dan papan info, kadang juga memakai media cetak seperti buku teks, majalah ilmiah dan lain-lain. Seperti halnya pada mata pelajaran shalat, di kelas dan di ruang perpustakaan terdapat gambar tatacara dan urutan shalat yang benar. Juga papan info yang dimiliki sekolahan sering memuat gambar-gambar tentang ibadah seperti memberi sedekah kepada fakir miskin dan lain-lain. Menurut Aris Suroso (wawancara, 16 Juni 2009) media yang dipilih oleh guru agama tidak terfokus pada satu media saja, kadang memakai media gambar dan buku teks seperti majalah. Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran agama tidak terfokus pada satu media saja. Ini tergantung dari materi yang diajarkan, kadang memakai media gambar seperti poster atau foto dan papan info, kadang juga memakai media cetak seperti buku teks, majalah ilmiah dan lain-lain. 9. Bentuk pemanfaatan sarana dan prasarana sebagai media pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 16 Juni 2009) “dalam pembelajaran agama, sarana prasarana yang sering dimanfaatkan adalah kitab suci Al-qur’an, buku pelajaran, gambar dan poster yang ada diruang sekolah ini berjenis media visual karena memiliki gambar, garis dan simbol yang merupakan suatu kemudahan yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Kemudian jenis papan tulis, ini adalah benda nyata yang ada di setiap ruang kelas. Juga di lingkungan sekolah itu sendiri terutama ruang perpustakaan untuk melakukan proses pembelajaran, karena ruang perpustakaan banyak buku-buku tentang agama ini selain satu-satunya tempat yang ada selain ruang belajar yang sesuai untuk proses pembelajaran dan praktek, tempat ini juga selalu terjaga, bersih dan nyaman. Masing- masing sarana prasana yang digunakan akan memiliki nilai sebagai media ketika masing-masing sarana prasarana tersebut digunakan sebagai alat atau perantara untuk penyampaian pesan dalam pembelajaran. Menurut Aris Suroso (wawancara, 16 Juni 2009) dalam pembelajaran agama, sarana prasarana yang sering dimanfaatkan oleh guru agama adalah gambar, poster dan perpustakaan. Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk pemanfaatan sarana dan prasarana sebagai media pembelajaran adalah berupa Al-Qur’an, buku pelajaran, gambar, dan poster yang ada diruang sekolah dan papan tulis juga ruang perpustakaan. Masing- masing sarana prasana yang digunakan akan memiliki nilai sebagai media ketika masing-masing sarana prasarana tersebut digunakan sebagai alat atau perantara untuk penyampaian pesan dalam pembelajaran. 10. Faktor pendukung dan sejauh mana kualitas dalam pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan Menurut Barid Baroroh (wawancara, 16 Juni 2009) Faktor pendukung dalam pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan adalah dari faktor sarana prasarana yang dimiliki sekolah sudah cukup memadai, kemudian dari faktor murid, mereka tidak bosan dan jenuh terhadap guru yang tidak selalu menggunakan bicaranya saja dalam memberikan pembelajaran dan siswa dapat memahami dengan cepat dan menumbuhkan motivasi belajar siswa serta memberikan gambaran yang sesuai dengan sempurna. Dan dari faktor guru, akan ada penghematan waktu dalam pembelajaran dan dalam penyampaiannya mudah sekali diserap atau dipahami siswa. Sedangkan tingkat kualitas pemanfaatannya adalah cukup efektif dan efisien karena dari ketiga faktor pendukung tersebut menilai sisi positif yang lebih baik. Menurut Aris Suroso (wawancara, 16 Juni 2009) Faktor pendukung dalam pemanfaatan sarana prasana sebagai media pendidikan adalah peserta didik dapat memahami dengan cepat, menumbuhkan motivasi belajar siswa, memberikan gambaran yang sesuai dengan sempurna. Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa Faktor pendukung dalam pemanfaatan sarana prasana sebagai media pendidikan adalah sarana prasarana yang dimiliki sekolah sudah cukup memadai, siswa dapat memahami dengan cepat dan menumbuhkan motivasi belajar siswa serta memberikan gambaran yang sesuai dengan sempurna dan anak didik tidak bosan dan jenuh terhadap guru yang tidak selalu menggunakan bicaranya saja dalam memberikan pembelajaran dan siswa dapat memahami dengan cepat dan menumbuhkan motivasi belajar siswa serta memberikan gambaran yang sesuai dengan sempurna. Sedangkan tingkat kualitas pemanfaatannya adalah cukup efektif dan efisien karena dari ketiga faktor pendukung tersebut menilai sisi positif yang lebih baik. 11. Faktor penghambat dalam upaya pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan Menurut Barid Baroroh (wawancara, 16 Juni 2009) Faktor penghambat dalam upaya pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini, seperti tempat ibadah (masjid). Buku-buku dan majalah-majalah tentang ibadah kurang banyak. Dan dari pihak guru penghambatnya adalah guru harus mencari alternatif lain jika sarana prasana yang akan digunakan sebagai media itu memang tidak ada. Dari faktor murid adalah siswa merasa adalah adanya ketidak sesuaian antara materi yang disampaikan dengan media yang digunakan seperti mata pelajaran shalat misalnya karena tidak adanya masjid maka digunakanlah ruang perpustakaan sebagai pengganti masjid tersebut. Menurut Aris Suroso (wawancara, 16 Juni 2009) Faktor penghambat dalam upaya pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan adalah karena tidak adanya bangunan yang permanen untuk tempat ibadah, dan kurangnya buku-buku. Hal ini juga sesuai dengan observasi penulis (16 Juni 2009) bahwa bangunan tempat ibadah seperti masjid atau mushalla memang tidak ada. Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa Faktor penghambat dalam upaya pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan adalah karena tidak adanya bangunan masjid atau mushalla untuk tempat ibadah dan kurangnya buku-buku dan majalah tentang ibadah. guru harus mencari alternatif lain jika sarana prasana yang akan digunakan sebagai media itu memang tidak ada. Dari faktor murid adalah siswa merasa adalah adanya ketidak sesuaian antara materi yang disampaikan dengan media yang digunakan seperti mata pelajaran shalat misalnya karena tidak adanya masjid maka digunakanlah ruang perpustakaan sebagai pengganti masjid tersebut. 12. Mengadakan evaluasi di akhir pembelajaran Menurut Barid Baroroh (wawancara, 16 Juni 2009) evaluasi merupakan kunci bagi guru dalam melihat tingkat keberhasilan yang dicapai baik guru maupun bagi siswa, sehingga dengan adanya evaluasi tersebut diketahui titik kelemahan dalam mengajar dan dalam menentukan keberhasilan. Oleh sebab itu di akhir pelajaran, saya selalu melakukan evaluasi tingkat pemahaman yang telah saya ajarkan. Menurut Aris Suroso (wawancara, 16 Juni 2009) setiap akhir pembelajaran guru agama dan guru-guru yang lain saya minta untuk melakukan evaluasi dan itu memang dilakukannya, dengan cara bertanya pada siswa tentang pelajaran yang telah disampaikan agar mengetahui sampai dimana pemahaman siswa, apakah mereka paham atau tidak? Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa guru agama di SDN 18 Mukomuko Utara selalu memberikan evaluasi di setiap akhir pembelajaran, karena evaluasi merupakan titik awal untuk menentukan umpan balik bagi proses belajar mengajar selanjutnya. C. Pembahasan hasil penelitian Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka penulis dapat menganalisa bahwa menurut guru agama di SDN 18 Mukomuko Utara bahwa sarana dan prasarana adalah kelengkapan baik berupa bangunan yang sifatnya menetap dan bisa berpindah-pindah untuk menjalankan fungsi pembelajaran di sekolah. dan sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam setiap aktivitas pembelajaran karena dengan sarana dan prasarana itulah yang menjadikan proses pembelajaran ini akan terasa nyaman dan tanpa kendala. Sarana yang dimiliki SDN 18 Mukomuko Utara adalah Ruang kelas, Ruang guru, Ruang TU, Ruang perpustakaan, Ruang Unit Kesehatan Siswa, Ruang computer, Toilet, Lapangan voli, dan Tempat parkir, sedangkan prasarana yang dimilikinya adalah perabot peralatan pendidikan, media pendidikan, buku-buku sumber belajar”. Media pendidikan adalah media adalah alat yang menjadi penghubung atau penyampai pesan. Dan media merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran, karena dengan media proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru atau pendikan akan sampai dengan mudah kepada peserta didik. Pembelajaran pada mata pelajaran agama di SDN 18 Mukomuko Utara sering menggunakan media gambar karena bagi saya ini mempermudah saya untuk memberikan materi dan nampaknya peserta didik mudah mengerti dan proses pemahaman ini lebih cepat. Dan tempat yang sering digunakan adalah perpustakaan sekolah karena tempat ini lebih optimal. Menurut guru agama di SDN 18 Mukomuko Utara manfaat melaksanakan media pembelajaran adalah pembelajaran akan lebih menarik dan dapat menumbuhkan motivasi siswa, lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guu, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, memerankan dan lain-lain dan ini akan memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Pemanfaatan sarana dan prasarana sebagai media pembelajaran adalah berupa Al-Qur’an buku pelajaran gambar dan poster yang ada diruang sekolah dan di lingkungan sekolah itu sendiri dan ruang perpustakaan. Dalam pembelajaran agama tidak terfokus pada satu media saja, ini tergantung dari materi yang ajarkan, kadang memakai media gambar seperti poster atau foto dan papan info, kadang juga memakai media cetak seperti buku teks, majalah ilmiah dan lain-lain. Faktor pendukung dalam pemanfaatan sarana prasana sebagai media pendidikan di SDN 18 Mukomuko Utara adalah faktor sarana prasarana yang dimiliki sekolah sudah cukup memadai, kemudian dari faktor murid, mereka tidak bosan dan jenuh terhadap guru yang tidak selalu menggunakan bicaranya saja dalam memberikan pembelajaran dan siswa dapat memahami dengan cepat dan menumbuhkan motivasi belajar siswa serta memberikan gambaran yang sesuai dengan sempurna. Dan dari faktor guru, akan ada penghematan waktu dalam pembelajaran dan dalam penyampaiannya mudah sekali diserap atau dipahami siswa. Faktor penghambat dalam upaya pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini, seperti tempat ibadah (masjid). Buku-buku dan majalah-majalah tentang ibadah kurang banyak. Dan dari pihak guru penghambatnya adalah guru harus mencari alternatif lain jika sarana prasana yang akan digunakan sebagai media itu memang tidak ada. Dari faktor murid adalah siswa merasa adalah adanya ketidak sesuaian antara materi yang disampaikan dengan media yang digunakan seperti mata pelajaran shalat misalnya karena tidak adanya masjid maka digunakanlah ruang perpustakaan sebagai pengganti masjid tersebut. Guru agama di SDN 18 Mukomuko Utara selalu memberikan evaluasi di setiap akhir pembelajaran, karena evaluasi merupakan titik awal untuk menentukan umpan balik bagi proses belajar mengajar selanjutnya. Selain itu juga guru agama selalu memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat dalam belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik. Dalam hal ini upaya guru dalam pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pendidikan sudah dilaksanakan secara maksimal karena guru agama dalam pembelajarannya selalu menggunakan media baik itu papan tulis, poster, gambar, papan info dan menggunakan ruang perpustakaan sebagai alternatif pengganti karena tidak adanya masjid atau mushalla. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisa penulis, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Bentuk pemanfaatan sarana prasarana sebagai media pembelajaran PAI di SDN 18 Mukomuko Utara adalah berupa kitab suci Al-qur’an, buku pelajaran, gambar dan poster yang ada diruang sekolah. Media semacam ini adalah media visual karena memiliki gambar, garis, dan simbol yang merupakan suatu kemudahan yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Sedangkan media yang lain seperti papan tulis adalah benda nyata yang ada di setiap ruang kelas di lingkungan sekolah juga terdapat ruang perpustakaan untuk melakukan proses pembelajaran. Di ruang perpustakaan banyak terdapat buku-buku tentang agama. Tempat ini selalu terjaga, bersih dan nyaman. Masing-masing sarana prasana yang digunakan memiliki nilai sebagai media yang digunakan sebagai alat atau perantara untuk penyampaian pesan dalam pembelajaran. 2. Faktor pendukung dalam pemanfaatan sarana prasana sebagai media pendidikan di SDN 18 Mukomuko Utara adalah karena tersedianya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yang sudah cukup memadai, selain itu karena faktor murid yang tidak bosan dan jenuh terhadap guru yang selalu menggunakan media pembelajaran. Sedangkan faktor penghambatnya adalah karena tidak adanya bangunan masjid atau mushalla untuk tempat ibadah dan kurangnya buku-buku dan majalah tentang ibadah. Dari faktor murid adalah siswa merasa adalah adanya ketidak sesuaian antara materi yang disampaikan dengan media yang digunakan seperti mata pelajaran shalat misalnya karena tidak adanya masjid maka digunakanlah ruang perpustakaan sebagai pengganti masjid tersebut. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis memberikan saran kepada: 1. Guru Pendidikan Agama Islam agar lebih meningkatkan dalam menggunakan media pendidikan yang sesuai dan fasilitas yang ada. 2. Kepada pihak sekolah untuk dapat mengusahakan kelengkapan saran dan prasana yang harus dimiliki sekolah seperti masjid dan melengkapi fasilitas guna menunjang proses belajar mengajar menjadi lebih mudah dan mudah dicerna oleh murid 3. Kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk memberikan bantuan berupa bangunan berupa masjid atau mushalla serta fasilitas lain guna menunjang keberlangsungan proses belajar mengajar.

No comments:

Post a Comment