1

loading...

Tuesday, October 30, 2018

MAKALAH KECERDASAN JAMAK “JENIS KECERDASAN JAMAK”


MAKALAH KECERDASAN JAMAK   “JENIS KECERDASAN JAMAK”

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dulu keberhasilan seseorang untuk masa depan diukur dari tingkat kecerdasan. Padahal dulu kecerdasan hanya ditinjau dari aspek intelektual. Padahal di otak kira terdapat beberapa kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Di Indonesia pengembangan kecerdasan anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau kesuksesan dalam berhasil itu ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem pendidikan Indonesia menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika (logika) dan bahasa. Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai dari aspek tersebut. Hal ini adalah satu pemikiran kecerdasan yang masih tradisional.
Setelah adanya kekeliruan di pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak. Padahal sekolah-sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan tinggi. Dengan adanya kekeliruan tentang kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu matematika (logika) dan bahasa. Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga meliputi beberapa aspek yang lain yaitu kinestis, musical, visual-spatial, interpersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan tersebut disebut dengan kecerdasan jamak (multiple intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner tahun 1983.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu pengertian kecerdasan jamak
2.      Apa saja jenis-jenis kecerdasan jamak

C.    Tujuan Penulis
1.      Mengetahui apa itu pengertian kecerdasan jamak
2.      Mengetahui apa saja jenis-jenis kecerdasan jamak


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kecerdasan Jamak
Kecerdasan seringkali dimaknai sebagai kemampuan memahami sesuatu dan kemampuan berpendat Dalam hal ini kecerdasan dipahami sebagai kemampuan intelektual yang menekankan logika dalam memecahkan masalah.
Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu kemampuan, dengan proses kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan masalah yang spesifik di dunia. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa orang yang memiliki jenis kecerdasan tertentu, kecerdasan musikal misalnya, akan menunjukkan kemampuan tersebut dalam setiap aspek hidupnya. Dikatakan lebih lanjut bahwa setiap orang memiliki delapam jenis kecerdasan dalam tingkat yang berbeda-beda. Kedelapan jenis kecerdasan itu memiliki komponen inti dan ciri-ciri. Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar profil kecerdasannya. Dalam kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan muncul bersama-sama atau berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Dalam kasus khusus, ditengarai adanya individu savant, yakni orang yang memiliki tingkat kecerdasan yang sangat tinggi pada satu jenis kecerdasan, namun rendah dalam kecerdasan yang lain.
Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan jamak merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki setiap individu dengan tingkatan yang berbeda-beda.
Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena dianggap lebih melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak. Konsep MI menjadikan pendidik lebih arif melihat perbedaan, dan menjadikan anak merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep ini “menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut konsep ini, semua anak hakikatnya cerdas. Hanya saja konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan landasan baru
Teori kecerdasan jamak sangat menekankan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna karena menghargai seluruh kecerdasan anak. Dengan demikian, anak mampu memahami dan mengimplementasikan pelajaran dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Selain itu, juga dilakukan agar kecerdasan majemuk anak bisa berkembang secara maksimal, sehingga anak yang dalam beberapa kecerdasan kurang menonjol dapat dibantu dan dibimbing untuk mengembangkan kecerdasan - kecerdasan tersebut.

B.     Jenis-Jenis Kecerdasan Jamak
Kecerdasan jamak adalah teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner untuk menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak kecerdasan. Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Adapun kecerdasan – kecerdasan tersebut yaitu :
1.      Kecerdasan Linguistik (Verbal Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik atau disebut juga dengan kecerdasan verbal adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks, misalnya cerdas bahasa secara lisan seperti pendongeng, narator atau politisi, maupun cerdas bahasa secara tertulis, seperti sastrawan, editor, penulis drama atau wartawan. Siswa yang mempunyai kecerdasan ini mampu menggunakan bahasa secara lisan atau tulisan yang memberikan kesan Ia pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya. Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a)      Berkomunikasi lisan & tulis
b)      Mengarang cerita
c)      Mudah mengingat ucapan, ayat
d)     Tidak mudah salah tulis atau salah eja
e)      Pandai membuat puisi
f)       Tepat dalam tata bahasa
g)      Menulis secara jelas

2.      Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logika-matematika merupakan kemampuan dalam logika, abstraksi, penalaran, berfikir kritis, menghitung, mengukur mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika. Hal ini juga berkaitan dengan memiliki kapasitas untuk memahami prinsip-prinsip yang mendasari beberapa jenis sistem kausal , misalnya akuntan, programer komputer, ilmuwan, ahli statistik, dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan logical-mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      Menghitung, menganalisis hitungan
b)      Menemukan fungsi-fungsi dan hubungan
c)      Memperkirakan, memprediksi, bereksperimen
d)     Mencari jalan keluar yang logis
e)      Membuat langkah-langkah
f)       Bermain permainan yang perlu strategi
g)      Berpikir abstrak dan menggunakan simbol abstrak
h)      Menggunakan algoritme

3.      Kecerdasan Spasial Visual (Spatial-Visual Intelligence)
Kecerdasan ini berkaitan dengan penilaian spasial-visual dan kemampuan untuk memvisualisasikan dengan pikiran secara akurat. (misalnya sebagai pramuka, pemandu, pemburu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya dekorator, desainer interior, arsitek, seniman). Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menghasilkan atau menguraikan informasi grafik. Siswa dengan kecerdasan spasial visual yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      Arsitektur, bangunan
b)      Dekorasi
c)      Apresiasi seni, desain, denah
d)     Membuat dan membaca chart, peta
e)      Kordinasi warna
f)       Membuat bentuk, patung dan desain tiga dimensi lainnya
g)      Menciptakan dan interpretasi grafik
h)      Dapat membayangkan secara detil benda-benda
i)        Melukis, membuat sketsa
j)        Berpikir dalam image atau bentuk, memindahkan bentuk dalam angan-angan

4.      Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Karir yang sesuai dengan mereka dengan kecerdasan ini meliputi pengrajin, pemahat, penjahit, mekanik, atlit, penari, musisi, aktor, polisi, dan tentara dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan ini yang di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      mengekspresikan dalam mimik atau gaya
b)      atletik, menari dan menata tari
c)       kuat dan terampil dalam motorik halus
d)     koordinasi tangan dan mata
e)      motorik kasar dan daya tahan
f)       mudah belajar dengan melakukan
g)      mudah memanipulasikan benda-benda (dengan tangannya)
h)      pandai menggunakan bahasa tubuh   

5.      Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdesan musikal atau musical intelligence atau menurut Gardner disebut musical–rhythmic and harmonic adalah kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan, misalnya penyanyi, komposer, penikmat musik, dan lain-lain. Siswa dengan kecerdasan musikal yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beatlagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosa kata musikal dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a)      menyusun/mengarang melodi dan lirik, mudah mengenal ritme
b)      bernyanyi kecil, menyanyi dan bersiul
c)      belajar dan mengingat dengan irama, lirik
d)      menyukai mendengarkan dan mengapresiasi music
e)      memainkan instrumen music, mengenali bunyi instrument
f)        mampu membaca musik (not balok, dll)
g)      mengetukkan tangan, kaki,  memahami struktur music

6.      Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Karir yang sesuai dengan kecerdasan ini mencakup politisi, manajer, guru, konselor dan pekerja sosial. Orang yang memiliki kecerdasan ini akan mampu mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, dan motivasi serta perasaan orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain . Pemikiran Gardner tentang kecerdasan jamak mengenai kecerdasan interpersonal di atas ditempatkan oleh Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      mengasuh dan mendidik orang lain
b)       berkomunikasi, berinteraksi, berteman
c)      beremphati dan bersimpati
d)     memimpin dan mengorganisasikan kelompok
e)       menyelesaikan dan menjadi mediator konflik
f)       menghormati pendapat dan hak orang lain
g)      melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang
h)      sensitif atau peka pada minat dan motif orang lain
i)        kerjasama dalam tim

7.      Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam bertindak berdasarkan pemahaman tersebut, merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Siswa dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      berfantasi, “bermimpi”
b)      menjelaskan tata nilai dan kepercayaan, mengontrol perasaan
c)      mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda
d)     menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, merenung dan introspeksi
e)      mengetahui dan mengelola minat dan perasaan
f)       mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, memotivai diri
g)      mematok tujuan diri yang realistis
h)      memahami konflik dan motivasi diri

8.      Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis ialah kemampuan untuk mengenali, membedakan, menggolongkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun di lingkungan. Kecerdasan ini adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kecakapan dalam mengenal, mengklasifikasi flora fauna dan benda-benda alam lainnya serta memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      menganalisis persamaan dan perbedaan
b)      menyukai tumbuhan dan hewan, mengenali berbagai spesies
c)      menemukan pola dalam alam dan mengidentifikasi pola dalam alam
d)     melihat sesuatu dalam alam secara detil
e)      meramal cuaca
f)       menjaga lingkungan, memahami ketergantungan lingkungan
g)      melatih dan menjinakkan hewan

9.      kecerdasan Eksistensial (Eksistencial Intelligence)
kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia, misal sering muncul pertanyaan dalam diri sendiri mengapa aku ada, apa makna dari hidupku ini, bagaimana seseoramg bisa mencapai tujuan hidup yang sejati, mengapa seseorang harus mati, bila sudah mati ke mana. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal :
a)      anak suka bertanya soal kebenaran dan inti persoalan
b)      kritis
c)      suka merenung
d)     melakukan refleksi diri
e)      senang berdiskusi mengenai hakekat hidup.
Menurut Gardner, setiap orang memiliki semua tipe kecerdasan tersebut, tetapi dalam tingkatan yang bervariasi. Akibatnya, kita cenderung mempelajari dan memproses informasi dengan cara yang berbeda-beda. Orang mampu belajar dengan baik ketika mereka dapat mengaplikasikan keunggulan kecerdasan mereka dalam tugas ini.
Penerapan teori Gardner tentang kecerdasan ganda dalam pendidikan anak adalah memungkinkan mereka menemukan dan mengeksplorasi bidang-bidang dimana mereka memiliki keingintahuan dan bakat alami.
Menurut Garner, seandainya para guru memberi anak-anak kesempatan untuk menggunakan tubuh, imajinasi, dan indra mereka, hampir setiap siswa akan menemukan bahwa dirinya sangatlah ahli dalam suatu hal tertentu.
Bahkan seorang siswa yang tidak memahami satu bidang ilmupun akan menemukan bahwa dirinya memiliki kekuatan-kekuatan yang setara dengan orang lain. Seperti di Key School di Indianapolis, setiap siswa dipaparkan pada materi-materi yang didesain untuk menstimulasi keahlian bahasa, matematika dan permainan fisik. Terlebih lagi, mereka didorong untuk memahami diri sendiri dan orang lain.
McKenzie menggunakan roda domain kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagau kecerdasan. Pertama, kecerdasan dikelompokkan kedalam 3 wilayah, atau domain, yakni interaktif, analitik, dan introspektif. Ketiga domain ini dimaksudkan untuk menyelaraskan kecerdasan dengan siswa yang ada.
Domain Interaktif, yang terdiri atas kecerdasan verbal, interpersonal, dan kinestetik. Seseorang biasanya menggunakan kecerdasan ini untuk mengekspresikan diri dan mengeksplorasi lingkungan mereka.
Domain Analitik, terdiri atas kecerdasan musik, logis, dan naturalistik, yang digunakan oleh seseorang dalam menganalisis data dan pengetahuan. Kecerdasan ini banyak digunakan untuk menganalisis dan menggabungkan data ke dalam skema yang sudah ada.
Domain Introspektif, terdiri atas kecerdasan intrapersonal dan visual. Kecerdasan ini memerlukan keteribatan seseorang untuk melihat sesuatu lebuh dalam dari sekedar memandang melainkan harus mamou membuat hubungan emosional antara yang mereka pelajari dengan pengalaman masa lalu.












BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian, anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi yang hanya mengukur kemampuan anak dalam bidang verbal linguistik dan logis matematis. Akan tetapi anak memiliki sejumlah kecerdasan yang berwujud dalam berbagai keterampilan dan kemampuan, yakni kecerdasan jamak.
Kecerdasan jamak adalah teori kecerdasan yang menyatakan bahwa individu memiliki paling tidak 9 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, eksistensial, dan naturalis.
Masing-masing kecerdasan dapat berkembang optimal secara bersamaan jika mendapat kesempatan untuk di kembangkan. Teori kecerdasan jamak perlu dipahami oleh guru, orang tua dan para pendidik lainnya agar dapat membantu mengembangkan macam-macam kecerdasan yang dimiliki anak. Jadi tidak hanya mengembangkan kecerdasan verbal linguistik dan logis matematis saja. Kecerdasan jamak dapat diaplikasikan dengan berbagai cara dan berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Gardner, Howard. Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander Sindiri. Batam: Interaksari. 2003.
Nurlaili N.Q. dan Yul Iskandar. Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Ghara. 2004.
http://karakteristik-kecerdasan-dalam-perspektif hazar31.wordpress.com (diakses pada 2011)
http://konsep kecerdasan majemuk menurut gardner Asahan News (diakses pada 2011)



No comments:

Post a Comment