MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR “PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN ”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal
dari bahasa sansekertayaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara istilah, budaya adalah
hasil cipta karsa manusia yang dihasilkan melalui proses belajar dan dijadikan
milik bersama.
Wujud dari kebudayaan
ini adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain.
Kebudayaan ini sendiri berfungsi untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang tersebut di atas, maka setidaknya
ada beberapa masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari
kebudayaan dan ISBD?
2. Dalam problematika kebudayaan
apa saja hambatan-hambatan kebudayaan yang terjadi?
3. Apasaja problematika yang
terkait dengan kebudayaan?
4. Apakah yang dimaksud dengan
pewarisan, perubahan, dan penyebaran kebudayaan?
5. Bagaimana sikap Etnosantrisme dan
tradisionalisme?
6. Bagaimanakah problematika kebudayaan
di Indonesia?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini untuk mengetahui makna
kebudayaan, apa saja problematika kebudayaan, apasaja hambatan yang terjadi
dalam kebudayaan, serta bagaimana problematika kebudayaan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ISBD
ISBD merupakan sebagai program umum yang bersifat mengantar mahasiswa
yamg memiliki kemampuan personal.Kemampuan personal merupakan kaitan dengan
kemampuan individu untuk menempatkan diri sebagai anggota masuyarakat yang
tidak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri.
ISBD juga merupakan sebagai integrasi dari ISD dan IBD yang
memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada
mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusian, dan
budaya. Pendekatan ISBD juga merupakan akan memperluas pandangan bahwa masalah
sosial, kemanusian, dan budaya dapat didekati dari berbagai sudut
pandang. Dengan wawasan sehingga mampu mengkaji sebuah masalah
kemasyarakatan yang lebih kompleks, demikian pula dengan solusi
pemecahannya.
Problematika kebudayaan adalah sesuatu yang indah jika kebudayaan
yang merupakan harta yang turun temurun dari nenek moyang kita, dapat kita
pertahankan kelestariannya. Tapi perkembangan jaman tidak dapat dibendung,
seiring dengan berjalanya waktu, maka kelestarian kebudayaan tersebut harus
dijaga karena kebudayaan hanyalah identitas diri dan merupakan identitas
bangsa. Bangsa yang memiliki identitas akan menjadi bangsa yang kuat dan
menjadi bangsa yang tidak mudah untuk dijajah oleh bangsa lain. Problematika
kebudayaan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati
diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur
dan dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita
harus mempertahankan identitas bangsa kita yaitu kebudayaan. Mulailah dengan
mencintai kebudayaan daerah, dan serukan dalam hati yaitu: Aku Cinta Indonesia.
B.
Pengertian Kebudayaan
Budaya adalah bentuk jama’ dari Budi dan Daya yang berarti Cinta,
kasra, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta Budaya yaitu
bentuk jama’ dari kata Budhi yang berarti budi atau akal.
Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata Culture, dalam
bahasa Latin berasal dari kata Colera. Colera berarti
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti Culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kebudayaaan atau budaya menyangkut
keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian
besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan
besar sangat di pengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu
suatu teori yang menyatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan
yang sederhana menuju tahapan yang lebih konpleks.
C.
Problematika Kebudayaan
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah
yang berbeda-beda menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup
manusian (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang
berbeda dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok
manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan
demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka memenuhi hidupnya manusia akan berinteraksi dengan
manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula
terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusiadari waktu ke waktu dan
terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula
mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
Bahwa dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi
dengan sesama,masyarakat dengan masyarakat lain yang terjadi
antar persekutuan hidup manusia sepanjang hidup manusia. Berkaitan dengan
hal tersebut kita mengenal adanya tentang kebudayaan yaitu:
1. Pewaris kebudayaan yaitu proses
pemindahan, penerusan, pemilikan dan pemakaian dari generasi ke generasi
2. Perubahan kebudayaan yaitu
perubahan yang terjadi karena ketidaksesuaian diantara unsur-unsur
budaya
3. Penyebaran kebudayaan atau
difusi adalah proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaa dari suatu kelompok ke
kelompok yang lain atau dari masyarakat ke masyarakat yang lain.
Berikut beberapa promblematika yang
berkaiatan dengan kebudayaan:
1. Hambatan budaya yang berkaitan
dengan pandangan hidup dan sitem kepercayaan. Keterkaitan orang jawa terhadap
tanah yang mereka tempati secara turun-temurun di yakini sebagai peberi berkah
kehidupan. Mereka enggan meninggalakankampong halamannya atau beralih pola
hidup hidup sebagai petani, padahal hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya berkaitan
dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang. Hambatan budaya yang berkaitan
dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Contonhnya: Program keluarga KB semula
di tolak masyarakat, mereka beranggapan banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya yang berkaitan
dengan faktor psikologo atau kejiwaan. Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk
dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini di
sebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yamg baru hidup
mereka lebih sengsara di bandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.
4. Masyrakat yang tersaing dan
kurang komunikasi dengan masyarakat luas. Masyarakat daerah-daerah terpencil
yang kurang komunikasi dengan masyarakat luas, karena pengetahuan serba
terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program pembangunan.
D.
Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan,
pemilikan, dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara
berkesinambungan. Pewarisan budaya bersifat vertical artinya budaya diwariskan
dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya untuk digunakan, dan
selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan datang.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan mmelaluiekulturasi dan
sosialisasi, enkulturasi, atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan
menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan
peraturan hidup dalam kebudayaan. Proses enkulturasi di mulai sejak dini, yaitu
masa kanak-kanak, bermulai dari lingkungan keluarga, teman-teman sepermainan,
dan masyarakat luas.
Dalam hal pewarisan budaya bisa muncul masalah antara lain: sesuai
atau tidaknya budaya barisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang,
penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya
budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
Dalam suatu khusus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang
hendak diwariskan oleh generasi pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi
sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap bertolak
belakang dengan nilai-nilai budaya baru yang diterima sekarang ini.
E.
Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat
adanya katidaksesuaian di antara unsur-unsur budaya yang saling berbeda
sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan. Perubahan
kebudayaan mencakup banyak aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak
perubahan, dan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan kebudayaan di dalamnya
mencakup perkembangan kebudayaan. Pembangunan dan modernisasi termasuk pula
perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara
lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regres (kemunduran)
bukan progres (kemajuan); perubahan bisa berdampak buruk atau
menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar
kendali manusia.
F.
Penyebaran kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difuusi adalah proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu
masyarakat ke masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah
bisa menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat
barat (Negara-Negara Eropa) masuk dan mempengaruhi kebudayaan timur (bangsa
Asia dsan Afrika). Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran
suatu kebudayaan secara meluas.
Dalam hal penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J.
Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut.
Pertama, aspek atau unsur budaya
selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan individual. Kebudayaan barat
yang masuk ke dunia timur pada abad ke-19 tidak masuk secara keseluruhan. Dunia
timur tidak mengambil budaya barat secara keseluruhan, tetapi unsur tertentu,
yaitu teknologi. Teknologi merupakan unsur yang paling mudah di serap.
Industrialisasi di Negara-negar timur merupakan pengaruh dari kebudayaan barat.
Kedua, kekuatan menermbus suatu buda bebanding terbalik dengan nilainya.
Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh
religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen) sulit di
terima oleh orang timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan
lapisan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan
lapis luar dari budaya.
Ketiga, jika satu unsure budaya masuk
maka akan menarik unsure budaya lain. Unsure teknologi asing yang diadopsi akan
membawa masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang bekerja di
industri teknologi tersebut.
Keempat, aspek
atau unsur budaya yang ditanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi berbahaya
bagi masyarakat yang di datangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan contoh
nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi sosial budaya yang menjadi
sebab tumbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah
system kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan dan kekhalifahan di Timur
tengah.
Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah.
Masyarakat penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat
kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari
kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya
global yang dapat memberi dapat negatif bagi perilaku sebagian masyarakat
Indonesia. Misalnya, pola hidup konsumtif, hedonism, pragmatis, dan
individualistic. Akibatnya, nilai budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya, divusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan.
Selain difusi, kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi.
Akulturasi berarti pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda.
Akulturasi merupakan kontak antar kebudayaan, namun masing-masing
memperlihatkan unsure-unsur budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar
kebudayaan yang bertemu. Asimilasi terjadi karna proses yang berlangsung lama
dan intensiif antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa,
dan kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.
G.
Sikap Etnosantrisme
Sikap Etnosantrisme yang
mengagung-agungkan budaya, suku bangsa sendiri dan menganggap rendah suku
budaya lain. Sikap ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara. Yakni
pertentangan suku, agama, ras dan antar golongan.
1. Sikap
tradisionalisme
Sikap ini sangat
mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal
baru itu merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara
turun-temurun.
Perkembangan
IPTEK sebagai hasil kebudayaan, sering kali disalah gunakan oleh manusia,
sebagai contoh: Nuklir dan Bom di buat justru untuk saling menyakiti bahkan
saling membunuh bukan untuk melestarikan generasi. Dan obat-obatan diciptakan
dalam salah gunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.
Unsur-Unsur
Kebudayaan
Kebudayaan
mengandung unsur antara lain; Kenyakinan, Mata pencarian, Bahasa, pengetahuan,
Teknologi, Sistem sosial, Kekerabatan, penanggalan, Tata pemukiman. Berkembangnya kebudanyaan
dikarenakan adanya kesadarn manusia, kondisi masyarakat dan hubungan dan
kebudaan lain.
Aktivitas Kebudayaan
Terminologi yang menunjukanaktifitas kebudayaan antara akulturasi,
asimilasi, difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia
hidup yang dinamis dan tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun
dapat terkena kematian. Kematian kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu
hidup di dalam sebuah kebudayaan, meninggalkan – baik secara sadar atau tidak –
kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan kepada kebudayaan lain.Manusia
adalah “jiwa” kebudayaan.Ketika manusia meninggalkan kebudayaan yang telah
melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.
Keunggulan kebudayaan Indonesia
1) Kekayaan akan keragaman
kebudayaan daerah Indonesia
2) Sumber daya alam yang melimpah
dan berkualitas
3) Wilayah yang strategis
H.
Problematika Kebudayaan
Indonesia
Menelusuri pergulatan
kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah fenomena yang lazim dihidupi
yaitu, ke-rendah-diri-an masyarakat Indonesia terhadap kebudayaannya sendiri.
Ke-rendah-diri-an ini muncul dari hubungan antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan
daerah di Indonesia, Barat yang sering diposisikan sebagai pihak superior dan
kebudayaan daerah di Indonesia sebagai pihak inferior.Rendah diri ini
disebabkan oleh penjajahan, kerusakan perilaku masyarakat Indonesia, dan
pencitraan yang kuat dari media tentang keunggulan kebudayaan Barat. Namun,
dari beberapa sebab tersebut, yang terus terjadi hingga saat ini dan yang
paling mendasar adalah pencitraan. Dikatakan mendasar karena pada saat
penjajahan pun sudah terjadi pencitraan tersebut.
Ungkapan khusus seperti,
ilmiah, keren, funky, dan gaul adalah ungkapan yang menujukkan kondisi rendah
diri. Ungkapan-ungkapan tersebut seringkali dilekatkan kepada kebudayaan Barat,
sedangkan kebudayaan daerah di Indonesia, sepertinya jauh dari
ungkapan–ungkapan tersebut. Hal ini memang tidak sepenuhnya bermasalah, karena
Barat memang memiliki keunggulan dalam bidang-bidang tertentu, seperti sains.
Namun, penilaian kebudayaan Barat lebih superior dan kemudian fenomena
masyarakat Indonesia meninggalkan kebudayaan yang sudah lama dihidupi, tentu
menjadi suatu masalah. Kebudayaan daerah di Indonesia ditingglakan hanya karena
dicitrakan tidak ilmiah, keren dan sebagainya. Padahal, mulai disadari bahwa
kebudayaan daerah di Indonesia memiliki keunggulan–mulai dari pandangan tentang
alam hingga pranata sosial. Dan juga masyarakat Barat mulai menyadari
kekurangan kebudayaan mereka sendiri-yang terlihat lewat gairah dan
ketertarikan kebudayaan Timur sebagai penawar kegelisahan mereka.
Secara singkat, dapat dikatakan
permasalahan ini muncul karena pencitraan dan harus juga diselesaikan dengan
pencitraan. Sudah saatnya kita melihat bahwa kebudayaan Indonesia memiliki
kesejajaran dengan kebudayaan Barat, hanya saja kebudayaan Indonesia kurang
dicitrakan dan kurang dikenali oleh sebagian masyarakat Indonesia yang hidup
mulai masa 70-an. Tentu, usaha untuk mengenali kebudayaan Indonesia adalah
tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia.Pengenalan ini merupakan
salah satu modal untuk memiliki dan mengembangkan kebudayaan Indonesia.
Minimnya pengenalan ini, merupakan salah satu faktor yang membuat rendahnya
rasa kepemilikan dan keinginan untuk mengembangkan kebudayaan. Mengembangkan
kebudayaan, adalah hal yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Jangan
tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaannya menunggu untuk dikenali,
dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu
pernah dimiliki.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan pembahasan tentang “Problematika
Kebudayaan“ maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :
Problematika itu adalah hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan
dalam mengebangkan pola pikir dan pola hidup dalam masyarakat. Di Negara kita,
Indonesia juga sering di jumpai hal-hal yang menghambat atau hal-ahal yang
berkaitan dengan problematika kebudayaan.
B. Saran
Marilah kita menjaga dan melestarikan kebudayaan kita sehingga apa
yang menjadi milik kita tidak di a mbil alih oleh Negara lain, karna apa
yang menjadi milik kita harus kita jaga dengan sepenuhnya, jangan setelah
di ambil alih oleh Negara lain kita baru bertindak.
DAFTAR PUSTAKA
Hermanto.,Winarno.(2011).Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar, jakarta:Penerbit Bumi Aksara.
Puturistik(2010).problematikakebudayaan.from http://puturistik.blogspot.com/2 010/06/promatika kebudayaan.html
Yahwaki,(2011).problematikakebudayaan.from
http://yahwa ki.blogspot.com/2011/07/problematika kebudayaan.html
No comments:
Post a Comment