MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari pematangan. Di sini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Tugas perkembangan
adalah berbagai tugas dari perkembangan yang diharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap
masa dalam periode perkembangannya. Tugas perkembangan difokuskan pada upaya
peningkatan sikap dan perilaku peserta didik serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku sesuai fasenya.
Pada
umur-umur tertentu seseorang dapat dengan lebih cepat dan mudah memperoleh
kecekatan dalam memperoleh keterampilan-keterampilan
tertentu dalam mempelajari pola-pola tingkah
laku tertentu. perkembangan individu semenjak lahir tidak
mengalir ibarat aliran air,
melainkan
berlangsung secara bertahap, yang mana setiap tahap perkembangan mempunyai
sifatnya sendiri memunculkan
masalah atau krisis-krisis tertentu yang berbeda dari tahapan sebelumnya,
setiap tahap mengandung tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus
diselesaikannya, yang mana jika tugas-tugas perkembangan pada tahapannya tidak
diselesaikan dengan baik maka akan berakibat negatif terhadap perkembangan
selanjutnya maka individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan sesuai tahap perkembangannya, dan sebab itu pula
individu akan dapat didik.
Dalam keseluruhan proses hidupnya
individu akan berusaha melakukan tugas perkembangan agar dia menemukan
kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiap fase pertumbuhan perkembangan
memiliki tugas perkembangan sendiri. Tugas ini timbul pada suatu periode
tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilan dalam mencapai tugas itu dapat
membawa kebahagiaan dan berhasil dalam tugas berikutnya.
Sedangkan
bila gagal dalam mencapai tugas itu akan membawa ketidak bahagiaan dan
kekecewaan dalam masyarakat serta menemui kesulitan dalam tugas berikutnya.
Tentu saja bentuk utama tugas perkembangan berakar pada pembentukan organ
biologis yang kelak berkembang karena pengaruh faktor biologis, psikologis, dan sosiologis. Kekuatan dari dalam (biologis) dan kekuatan luar
(psikologis-sosiologis) menempatkan individu kepada serangkaian tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar menjadi manusia yang berhasil.
Oleh karena itu, bagi
seorang pendidik haruslah tahu keadaan peserta didiknya dan harus bisa
mengarahkan pada hal-hal yang positif sehingga peserta didik pada usia remaja
akan terarah pada hal-hal yang positif, pendidik juga harus mengetahui
gejala-gejala yang terdapat pada peserta didik usia tersebut dan bisa
memberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi keadaan peserta didik seperti
itu maka oleh karena itu diperlukan konsep dan tugas perkembangan peserta
didik.
Untuk
mengembangkan potensi peserta didik dan
menciptakan generasi-generasi
masa depan yang berkualitas, maka diperlukan adanya pemahaman tentang perkembangan
dan pertumbuhan peserta
didik. Dengan demikian, sebagai pendidik kita diharuskan mengetahui dan
memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan peserta didik itu?
2.
Apa saja faktor pendorong tugas perkembangan peserta didik?
3.
Bagaimana tugas perkembangan peserta didik terjadi pada setiap fase usia
tingkat PAUD, SD, SMP dan SMA?
4.
Bagaimana upaya memfasilitasi tugas-tugas perkembangan?
C. Tujuan Masalah
1.
Agar memahami apa itu tugs-tugas perkembangan peserta didik.
2.
Mengetahui faktor pendorong dari tugas perkembangan peserta didik.
3.
Untuk mengetahui tugas perkembangan peserta didik dalam setiap fase.
4.
Agar dapat memahami bagaimana upaya dalam memfasilitasi tugas-tugas
perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan Peserta Didik
Tugas
perkembangan adalah sesuatu yang bisa diduga timbul dan konsisten atau sekitar
periode tertentu dalam kehidupan individu. Konsep perkembangan didasari asumsi
bahwa perkembangan manusia, termasuk peserta didik, dalam masyarakat modern
ditandai oleh serangkaian tugas dimana individu harus belajar sepanjang
hidupnya. Beberapa dari tugas perkembangan ini memiliki kesamaan dimasa
kanak-kanak dan remaja. Sedangkan yang lain timbul pada saat ,mansusia memasuki
usia dewasa dan usia tua. Keberhasilan pencapaian tugas perkembangan tertentu
diharapkan dapat melahirkan kebahagiaan dan kesuksesan bagi individu untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan itu dapat mengakibatkan ketidakbahagiaan
bagi individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan dengan tugas-tugas
berikutnya.[1]
Menurut Havighurts tugas perkembangan yaitu tugas yang
timbul pada saat sekitar suatu periode tertentu dari pada kehidupan seseorang,
kemajuan yang baik dalam tugas akan membawa kebahagiaan dan akan berhasil dalam
tugas-tugas yang akan datang. Sedangkan kegagalan akan membawa kekecewaan pada
seseorang, penentangan dari masyarakat, dan akan menemui kesukaran dalam
tugas-tugas berikutnya.[2]
Tugas-tugas perkembangan peserta didik yaitu suatu
tugas dimana setiap individu akan menghadapi serangkaian tugas-tugas yang akan
ia jumpai dalam setiap fase berkembangannya. Dimana dalam menjalankan tugas yang
baik akan membawa keberhasilan dan kebahagiaan dalam tugas yang selanjutnya.
Sedangkan jika menjalankan tugas tersebut tidak berhasil atau gagal, maka akan
menimbulkan kekecewaan dan kesulitan dalam menghadapai tugas yang selanjutnya.
Menurut Abu Ahmad dan Munawar Sholeh, yang dimaksud
dengan tugas-tugas perkembangan anak dalam pembahasan ini adalah tinjauan
teoritas mengenai dinamika dari perkembangan anak. Penjelasan dibawah ini akan
menerangkan tentang daya dinamis yang mendasari perkembangan anak, sehingga
anak mau secara aktif mengadakan percobaan-percobaan. Ia akan berusaha mencoba
segenap potensi kemampuan untuk mencari pengalaman barunya. Sebab dengan
kekayaan pengalaman yang dimiliki, anak akan tumbuh dan berkembang jiwanya
secara cepat dan sehat.
Dengan demikian bagi anak yang sehat itu seperti
halnya manusia sehat lainnya, yakni akan selalu melibatkan dirinya dengan
kegiatan proses perkembangan dan proses realisasi diri untuk mencapai tujuan
hidupnya. Jika mekanise untuk merangkak pada diri anak sudah matang, maka
dengan sendirinya ia akan belajar merangkak, sekalipun tidak ada rangsangan
didepannya. Jika kedua kakinya sudah cukup kuat untuk menyangga tubuhnya, maka
ia akan berusaha berdiri sekalipun masih ada kesulitan.
Jika intelektualnya sudah mulai berkembang maka anak
akan mulai belajar berbicara, dan seterusnya. Yang demikian ini disebabkan anak
merupakan subjek yang aktif dalam memfungsikan segenap kemampuannya dalam
proses perkembangannya. Segala sesuatu yang berlangsung selama perkembangan,
sebenarnya akan membuahkan hasil sempurna bagi anak jika diproduksi oleh adanya
interaksi faktor hereditas dan faktor lingkungan. Sehingga tampak betapa
perlunya bagi orang tua atau pendidikan untuk selalu memperhatikan bakat dalam
rangka pendidikan anak.
Didalam proses pengembangan diri seorang anak dapat
menengok pada pengalaman-pengalaman masa
lampau, masa kini untuk kemudian membantu rencana hari esok ( cita-cita hidup)
). Sekalipun dalam kenyataan, lingkungan sosial ikut mempengaruhi perkembangan
dirinya, tetapi sebagai subjek anak bebas menentukan pilihan antara hal yang
perlu ditolak dan diterima. Oleh karena itu, dalam hal seorang anak melakukan
latihan segenap kemampuan dan fungsi psiko fisiknya perlu adanya kelonggaran
sedemikian rupa. Sebab anak adalah penguasa (author) bagi dirinya sendiri untuk
hari sekarang dan hari mendatang.
Dra. Kartini Kartono berpendapat bahwa eksistensi anak
dipastikan oleh adanya:
a.
Segenap kualitas hereditas.
b.
Pengalaman masa lampau dan masa sekarang, dalam suatu
lingkungan sosial tertentu dan sebagai produk proses belajar secara kontinu.
c.
Idealitas dan tujuan yang ingin dicapai.
Maka pada
prinsipnya, keyakinan anak manusia bahwa dirinya mampu berbuat pilihan dan keputusan sendiri itu
akan menumbuhkan rasa bangga, senang dan bahagia. Serta lambat laun akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk terus maju melaksanakan tugas-tugas
perkembangan dalam hidupnya.
Robert J.
Havighurst (1953) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang itu ditandai ditandai
oleh adanya tugas-tugas yang harus
dipenuhi. Tugas-tugas ini dalam batas-batas tertentu bersifat khas (spesifik)
untuk masa-masa kehidupan seseorang. Secara garis besar, Havighurst menegaskan
bahwa tugas-tugas perkembangan yang dilakukan seseorang dalam masa kehidupan
tertentu adalah disesuaikan dengan norma-norma kebudayaannya.
Tugas-tugas
perkembangan tadi menuntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan
yang diterima anak, serta norma-norma sosial budaya yang ada. Sebab konsep diri
dan harga seseorang akan dianggap turun jika ia tidak dapat melaksanakan
tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Maka orang tersebut akan mendapatkan
kecaman dan celaan dari masyarakat sekelilingnya. Selanjutnya orang tadi akan
merasa sedih dan tidak bahagia. Akan tetapi apabila seseorang berhasil
melaksanakan tugas-tugas perkembangan, maka orang tersebut akan membawa perasaan
bahagia, rasa ia berhasil dalam hidupnya. Misalnya, jika mekanisme untuk
berjalan pada diri anak telah matang, anak dapat melakukan berjalan dengan
baik, maka ia akan bahagia, begitu pula sebaliknya. Jika seorang anak pada masa
adolescence berhasil menemukan “teman hidup” maka ia akan merasa bahagia, dan
jika gagal akan berakibat sebaliknya pula dan seterusnya.[3]
Dalam tugas-tugas perkembangan ini mempunyai tiga
peranan atau manfaat, yaitu: Pertama,
sebagai petunjuk bagi individu untuk membuat dirinya mengetahui apa yang
dituntut oleh lingkungan dan perilaku yang diharapkan dalam periode tertentu. Kedua, sebagai sumber motivasi bagai
individu untuk mewujudkan suatu perilaku yang diharapkan oleh lingkungan. Ketiga, tugas perkembangan memberikan
petunjuk kepada individu tuntutan apa yang terbentang dihadapan dan apa yang
diharapkan dilakukan untuk mencapai tugas dalam tahapan selanjutnya.[4]
Banyak tugas-tugas perkembangan itu tergantung pada
kenyataan-kenyataan bio-sosial dan pada telitinya penguraian. Ada dua alasan
tentang tugas-tugas perkembangan itu bermanfaat bagi pendidik menghadapi masa
peka anak (the teachable moment),
yaitu:
1.
Menolong kita untuk menentukan dan menerangkan maksud
dan tujuan disekolah. Pendidikan dapat dipandang sebagai usaha dari masyarakat
melalui sekolah untuk membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan
tertentu.
2.
Menetapkan waktu bagi usaha-usaha pendidikan. Apabila
tubuh sudah matang, masyarakat membutuhkan, dan diri sudah siap untuk mencapai
suatu tugas tertentu. Usaha-usaha mengajar yang mungkin sia-sia apabila
datangnya terlampau cepat, akan memberikan hasil yang memuaskan apabila
dijalankan pada masa peka dari pada tugas yang harus dipelajari itu.[5]
Dalam
peranan atau manfaat dari tugas-tugas perkembangan peserta didik yaitu, dimana
dengan adanya tugas-tugas perkembangan menjadikan individu pada setiap fasenya memberikan petunjuk
agar individu dapat membuat dirinya mengetahui apa yang menjadi tuntutan dari
lingkungan dan dapat memberikan motivasi dalam menjalankan tugas perkembangan
pda setiap fase. Tugas tersebut harus di iringi dengan adanya proses belajar
disekolah agar bisa membantu setiap individu menentukan maksud dan tujuan serta
mencapai tugas perkembangan tersebut.
B. Faktor Pendorong Tugas Perkembangan Peserta Didik
Faktor
pendorong tugas perkembangan peserta didik adalah hal yang pasti, bahwa setiap
fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring
dengan kegiatan belajar. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase
perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara
otomatis, seperti kegiatan belajar keterampilan melakukan sesuatu pada fase
perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada manusia normal. Dalam fase-fase
perkembangan yang beriringan dan proses belajar itu terdapat tugas-tugas
perkembangan. Selanjutnya, ada faktor-faktor pendorong yang memicu timbulnya
tugas-tugas perkembangan tersebut, yaitu:
1.
Faktor kematangan fisik tertentu pada fase
perkembangan tertentu.
2.
Faktor dorongan cita-cita psikologi manusia yang
sedang berkembang itu sendiri.
3.
Faktor tuntutan kultural masyarakat sekitar.
Dalam rangka memanfaatkan tahap-tahap perubahan yang
menyertai perkembangannya, manusia harus belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan
tertentu mislanya kebiasaan belajar berjalan dan berbicara pada usia 1-5 tahun.
Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada masa perkembangan yang
tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut selalu diperhitungkan secara cermat oleh para
orang tua dan guru sebagai sesuatu yang harus terjadi secara alamiah dan tepat
pada waktunya[6]
Adapun sumber dari pada tugas-tugas perkembangan
meliputi:
1.
Kematangan jasmaniah, misalnya belajar berjalan,
belajar bersikap yang patas terhadap teman dan jenis kelamin pada masa remaja,
serta penyesuaian diri pad saat menopause dimana dewasa lanjut (untuk
perempuan).
2.
Tugus-tugas yang berasal dari tekanan budaya dari
masyarakat, misalnya belajar membaca dan belajar mengambil bagian didalam
masyarakat sebagai seorang warga negara yang bertanggung jawab.
3.
Nilai-nilai pribadi dan cita-cita seseorang yang
merupakan sebagaian dari keperibadiannya.[7]
Tugas-tugas perkembangan manusia, termasuk peserta didik, muncul dari tiga
sumber yang berbeda. Pertama,
kematangan fisisk, misalnya untuk belajar berjalan. Kedua, kekuatan sosiostruktual dan budaya, misalnya umur minimum
untuk perkawinan, umur minimum untuk memperoleh surat izizn mengemudi (SIM)
dsan sebagainya. Ketiga, nilai-nilai
pribadi dan aspirasi. Faktor-faktor pribadi merupa kan hasil dari interaksi
antara faktor-faktor ontogenetic dan lingkungan, dan memainkan peran aktif
dalam munculnya tugas perkembangan tertentu, misalnya memilih jalur pekerjaan
tertentu.[8]
Tugas-tugas
perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku dan ketentrmpilan idealnya harus
dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase usia perkembangannya. Tugas-tugas
perkembangan individu bersumber pada faktor-faktor kematangan fisik, tuntutan
kultural kemasyarakatan, cita-cita dan norma-norma agama.
1.
Kematangan fisik
a.
belajar berjalan
karena kematangan otot-otot kaki;
b.
belajar
bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang bebeda pada
masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.
2.
Tuntutan
masyarakat secara kultural
a.
belajar membaca
b.
belajar menulis
d.
belajar berorganisasi.
3.
Tuntutan dari
dorongan dan cita-cita individu sendiri
a.
memilih pekerjaan
b.
memilih teman
hidup.
4.
Tuntutan
norma-norma agama
a.
taat beribadah
kepada Allah SWT
Menurut C. Chifford T. Morgan berpendapat bahwa
motivasi adalah dorongan keinginan, sekaligus sebagai sumber daya penggerak melakukan sesuatu yang
berasal dari dalam dirinya, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika
kebutuhan (need) baik yang bersifat biologis atau sosiokultural tersebut belum
terpenuhi, maka akan timbul ketegangan, iritasi (sakit hati) atau frustasi,
maka terjadi keadaan tidak seimbang pada dirinya (disequilubrium). Maka motif
utama dalam kehidupan manusia adalah usaha menghilangkan segenap ketegangan,
iritasi dan frustasi guna mencapaikeseimbangan (equilibrium) kembali.[10]
Dalam upaya
mewujudkan tugas-tugas perkembangan peserta didik, kegiatan mendorong dan
memungkinkan hal-hal sebagai berikut: pertama, agar individu dapat mengenal dan memahami siapa dirinya, meliputi kekuatan
dan kelemahan dirinya, serta masalah-masalah yang sedang atau mungkin dialami. Kedua, supaya individu dapat mengenal
dan memahami lingkungannya, seperti lingkungan keluarga, tetangga dan
lingkungan sekitarnya, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial dan budaya. Ketiga, pengenalan dan pemahaman
terhadap diri sendiri dan lingkungan itu diarahkan untuk pengembangan diri
siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk pengembangan arah karir yang
hendak diraihnya dimasa yang akan datang.
C. Tugas Perkembangan Peserta Didik Pada Setiap Fase
1. Tugas Perkembangan Fase Kanak-kanak (PAUD/TK)
Masa usia prasekolah atau kanak-kanak terbagi menjadi
dua, yaitu: Pertama Masa Vital yaitu
pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya. Masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan
individu disebut Freud sebagai masa oral (mulut) karena mulut dipandang sumber
kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pada
tahun kedua, anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai ruang, mulai
dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh. Pada tahun ketiga,
terjadi pembiasaan terhadap kebersihan. Melalui latihan kebersihan, anak
belajar mengendalikan implus-implus atau dorongan-dorongan yang datang dari
dalam dirinya. Kedua yaitu Masa
Estetik yaitu dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anak
bereksplorasi dan belajar melalui pancaindranya. Pada masa ini, panca indranya
masih sangat peka.[11]
Secara
kronologis, masa kanak-kanak berlangsung dari usia setahun hingga usia antara
lima atau enam tahun. Tugas-tugas perkembngan pada fase ini meliputi
kegiatan-kegiatan belajar sebagai berikut:
a.
Menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya.
b.
Masa belajar pada tahun pertama dalam kehidupan
individu atau masa oral (mulut), karena mulut pertama dipandang sebagai sumber
kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
c.
Belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai
ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang jauh.
d.
Pembiasaan terhadap kebersihan.
e.
Mengendalikan implus-implus atau dorongan-dorongan
yang datang dari dalam dirinya.
f.
Perkembangan rasa keindahan.
g.
Bereksplorasi dan belajar melalui panca indra, karena
pengindraan masih sangat peka.[12]
2. Tugas Perkembangan Fase Anak-anak (SD)
Masa
anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun. Tugas-tugas perkembangan pada
masa perkembangan kedua ini meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal
berikut:
a.
Adanya korelasi positif yang tertinggi antara keadaan
jasmani dengan prestasi.
b.
Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan
tradisional.
c.
Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d.
Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e.
Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka
soal itu dianggap tidak penting.
f.
Pada masa ini ( termasuk usia 6-8 tahun) anak
menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
g.
Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkrit.
h.
Amat realistic, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
i.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada
hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat
khusus.
j.
Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas
usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
untuk menyelesaikannya.
k.
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
l.
Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama.
Dalam permainan itu mereka tidak terkait lagi dengan aturan permainan
tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.[13]
3. Tugas Perkembangan Fase Remaja
Masa remaja
(adolescence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub masa
perkembangan seperti sub perkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun
sebelum masa puber, perkembangan puber selama sua setengah sampai tiga setengah
tahun dan perkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah
lambat tapi masih erus berlangsung pada bagian-bagaian organ tertentu. Saat ini
merupakan akhir masa puber yang memulai menampakkan tanda-tanda kedewasaan.
Proses
perkembangan pada masa emaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun,
mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja
yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan
saja bagi remaja sendiri, melainkan juga bagi para orangtua, guru, dan
masyarakat sekitar. Bahkan tak jarang para penegak hukum pun turut direpotkan
oleh ulah dan tindak tanduknya yang dipandang menyimpang.[14]
a.
Remaja Awal (10-12 tahun)
Sarwono mendefinisikan bahwa Remaja awal (early adolescent) adalah Seorang remaja pada tahap ini masih
terheran-heran akan perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Tugas
perkembangn pada masa remaja awal yaitu dengan menerima keadaan fisik dirinya
dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada masa
tersebut meengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis,
seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang
organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut,
payudara, panggul, dan sebagainya.
Secara umum, tugas perkembangan pada remaja awal adalah upaya untuk
menghilangkan sifat-sifat ke kanak-kanakan serta berusaha untuk menepati
kemampuan untuk bersikap dan berperilaku secara dewasa. Pada masa perkembangan
remaja awal mereka membutuhkan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlindungan
keamanan fisiknya. Kondisi fisik sangat penting dalam perkembangan dan
pembentukan pribadi seseorang.
Menurut Havighurst, remaja mempunyai
tugas perkembangan sebagai berikut:
- Mencapai perkembangan diri sendiri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Mempersiapkan diri menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
- Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perananya sebagai pria dan wanita.
- Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas
- Mengenal kemampuan bakat dan minat serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
- Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
- Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional sosial dan ekonomi.
- Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.[15]
Pada fase remaja awal ini, disana remaja awal tersebut dapat mempersiapkan
dirinya, baik dari segi fisik dan psikisnya yang terjadi yaitu seperti
perubahan-perubahan pada diri nya sendiri serta dalam fase ini juga, remaja
awal dapat mengembangkan kemampuan, pengatahuan, keterampilan, minat dan bakat
yang terdapat pada dirinya.
b.
Remaja Tengah
atau Madya (13-15 tahun)
Menurut Sarwono, beliau
berpendapat bahwa remaja tengah pada tahap
ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam
kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis,
dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat
hubungan dengan kawan-kawan.
Sedangkan menurut Havigurst, bahwa setiap tahap perkembangan memiliki tugas-tugas perkembangan. Tugas-tugas
perkembangan memiliki peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang
normal. Remaja diharapkan untuk dapat mencapai kemandirian emosional dari orang
tua dan orang-orang dewasa lainnya. Pada masa awal, remaja masih belum mampu
untuk mengatasi masalahnya sendiri, namun pada usia enam belasan remaja sudah
mulai menunjukkan kemandirian, khususnya secara emosional.
Remaja
diharapkan dapat mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sesuai dengan
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat. Remaja harus mampu untuk
mengendalikan perilakunya sendiri. Piaget menekankan bahwa usia remaja harus
sudah mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu
masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu proposisi.
Tugas-tugas perkembangan fase
remaja tengah (madya)
a.
Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta yang terjadi pada
diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
c.
Mencapai pola kehidupan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya
sebagai pria dan wanita.
d.
Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam
kehidupan sosial yang lebih luas.
e.
Mengenal kemampuan bakat, dan minat serta arah kecenderungan karier dan
apresiasi seni.
f.
Mengebangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk
mengikuti dan melanjutkan pelajaran dana tau mempersiapkan karier serta
berperan dalam kehidupan masyarakat.
g.
Mengenal gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional,
sosial dan ekonomi.
h.
Mengenal sistem etika dan nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai
pribadi, anggota masyarakat dan minat manusia.[16]
Berdasarkan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja tengah orientasi
tugas perkembangan lebih memfokuskan pada kemampuan individu untuk mencapai
kemandirian secara emosional serta untuk lebih bertanggung jawab dengan
perilakunya dalam bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan
lebih bertanggung jawab.
c.
Remaja Akhir (16-21 tahun)
Remaja akhir (late adolescent) yaitu, Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan
pencapaian lima hal yaitu :
a.
Minat yang makin mantap terhadap
fungsi-fungsi intelek.
b.
Egonya mencari kesempatan untuk
bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
c.
Terbentuk identitas seksual yang
tidak akan berubah lagi.
d.
Egosentrisme (terlalu memusatkan
perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri
sendiri dengan orang lain.
e.
Tumbuh ”dinding” yang memisahkan
diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum.
Menurut
pendapat para ahli psikologi tugas dari fase remaja akhir yaitu:
a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mencapai
kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai
pria dan wanita.
c. Mencapai
kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
d. Mengembangkan
penguasaan ilmu, teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum,
persiapan karier dan melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e. Mencapai
kematangan dalam pilihan karier.
f. Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial,
intelektual dan ekonomi.
g. Mencapai
kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
h. Mengembangakan
kemampuan komunikasi sosial dan intelektual serta aspirasi seni.
i.
Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.[17]
Untuk fase remaja ahkhir ini, remaja sudah mencapai tingakat kematangan,
yaitu dari segi hubungan dengan teman sebaya, pemilihan karier, pertumbuhan
jasmaniah yang sehat, dapat
mengembangkan ilmu yang sudah didapat serta remaja mampu mempersiapkan karier
atau dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga
menjadikan remaja tersebut mempunyai wawasan yang lebih luas lagi serta dapat
lebih baik lagi dalam ber etika dan memiliki nilai-nilai yang lebih baik lagi
dari yang sebelumnya.
D. Upaya Memfasilitasi Tugas-Tugas Perkembangan
Penuntasan
tugas - tugas perkembangan tidak selau berjalan mulus, karena adanya berbagai
hambatan yang muncul, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang terkait
dengan individu itu sendiri seperti contoh anak yang dari kecilnya menderita
sakit, mungkin
tugas perkembangannya akan tersendat. Sementara faktor eksternal adalah yang
berasal dari ingkungan, contohnya keluarga. Keluarga yang memperlakuakn anak
secara otoriter akan menghambat tugas perkembangan anak dalam aspek
kemandirian, atau kemampuan bergaul dengan orang lain secara baik. Faktor
eksternal lainnya
adalah
sekolah. Pihak sekolah, mulai dari kepala sekolah, wakil, wali kelas,guru -
guru, peru memiliki pemahaman dan komitmen untuk memfasilitasi peserta didik
untuk mencapai tugas tugas perkembangannya. Beberapa upaya yang seharusnya diperhatikan oleh
pihak sekolah adalah sebagi berikut:
a.
Menciptakan iklim religious yang dapat memfasilitasi
perkembangan kesadaran beragam, akhlak mulia, etika atau karakter peserta
didik.pihak sekolah perlu menyedikan sarana dan prasarana peribadatan,
memberikan contoh atau suritauladan dalam melaksanakan ibadah, dan berakhlak
mulia, seperti menyangkut aspek kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, keindahan,
kejujuran, dan tanngung jawab.
b.
Membangun suasana sosio-emosional yang kondusif bagi
perkembangan keterampilan sosial dan kematangan emosi peserta didik, seperti
memelihara hubungan yang harmonis antara kepala sekolah dengan guru-guru.
Guru-guru bersikap ramah dan respek terhadap peserta didik, begitu pun peserta
didik kepada guru.
c.
Membangun iklim intelektual yang memfasilitasi
perkembangan berfikir, nalar, dan kemampuan mengambil keputusan yang baik.
Penciptaan iklim untelektual ini bisa berlangsung dalam proses pembelajaran
dikelas (seperti, guru menerapkan metode pembelajaran yang variatif,
menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan multimedia atau memanfaatkan
laboratorium secara efektif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat atau gagasan). Dan kegiatan kelompok-kelompok belajar
sesuai dengan minat dan kemampuannya.
d.
Mengoptimalkan program bimbingan dan konsling untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik, baik menyangkut aspek pribadi, sosial,
belajar atau akademik, maupun karir (sekolah lanjutan atau dunia karir).[18]
Setiap
individu dituntut untuk dapat menuntas setiap tugas-tugas perkembangan dalam
tahapan-tahapan yang telah ditentukan, namun penuntasan tersebut tidak
selamanya berjalan mulus, karena sering terjadinya hambatan-hambatan baik dari
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal terkait dengan kondisi
individu itu sendiri sedangkan faktor eksternal adalah yang berasal dari
lingkungan, seperti faktor keluarga.
Jika dilihat
dari tugas perkembangan bagi setiap periode/usia perkembangan, sebenarnya
penuntasan perkembangan anak dan remaja dipengaruhi juga oleh pencapaian tugas
orang dewasa. Jika mereka telah berhasil menuntaskan tugas-tugas perkembangan
tersebut, berarti secara tidak langsung telah memfasilitasi anak dalam
menuntaskan tugas-tugas perkembangannya. Upaya sekolah untuk memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa, akan
berjalan dengan baik apabila disekolah tersebut telah tercipta iklim atau
atmosfer yang sehat atau efektif, baik yang menyangkut aspek manajemennya,
maupun profesionalisme para personalnya.
Menurut David W. Johnson sekolah yang efektif dapat didefinisikan melalui
pengukuran tentang:
a.
Biaya pendidikan bagi
setiap siswa untuk mencapai tingkat kompetensi atau sosialisasi pendidikan
tertentu.
b.
Motivasi atau semangat
para personel sekoah dan siswa.
c.
Kemampuan sekolah untuk
memiliki personel fasilitas material dan siswa yang baik.
d.
Kemampuan sekoah untuk
menempatkan para lulusannya ke sekolah lanjutan (perguruan tinggi) atau dunia
kerja.[19]
Sekolah yang efektif yaitu sekolah yang memajukan, meningkatkan dan
mengembangkan prestasi akademik, keterampilan sosial, sopan santun, sikap
positif terhadap belajar, rendahnya angka absen siswa, dan memberikan
keterampilan-keterampilan yang memungkinkan siswa dapat bekerja. Sedangkan
sekolah yang sehat didefinisikan sebagai kemampuan sekolah untuk berkembang dan
berubah dalam cara-cara yang produktif.
Dengan adanya sekolah memfasilitasi tugas-tugas
perkembangan, maka dapat menjadikan setiap individu bisa berjalan dengan aktif
dan efesien dalam menjalankan tugasnya,
serta dalam sebuah lembaga pendidikan harus ada Bimbingan Konseling (BK) untuk
memecahkan atau mengatasi setiap masalah
serta memberikan arahan yang baik untuk kemajuan yang lebih baik lagi
dan kesuliatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan secara dinamis dan
konstrukti
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas-tugas perkembangan peserta didik yaitu suatu
tugas dimana setiap individu akan mrnghadapi serangkaian tugas-tugas yang akan
ia jumpai dalam setiap fase berkembangannya. Dimana dalam menjalankan tugas
yang baik akan membawa keberhasilan dan kebahagiaan dalam tugas yang
selanjutnya. Sedangkan jika menjalankan tugas tersebut tidak berhasil atau
gagal, maka akan menimbulkan kekecewaan dan kesulitan dalam menghadapai tugas
yang selanjutnya.
Dalam upaya
mewujudkan tugas-tugas perkembangan peserta didik, kegiatan mendorong dan
memungkinkan hal-hal sebagai berikut: pertama, agar individu dapat mengenal dan memahami siapa dirinya, meliputi kekuatan
dan kelemahan dirinya, serta masalah-masalah yang sedang atau mungkin dialami. Kedua, supaya individu dapat mengenal
dan memahami lingkungannya, seperti lingkungan keluarga, tetangga dan
lingkungan sekitarnya, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial dan budaya. Ketiga, pengenalan dan pemahaman
terhadap diri sendiri dan lingkungan itu diarahkan untuk pengembangan diri
siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk pengembangan arah karir yang
hendak diraihnya dimasa yang akan datang.
Kemudian fase dan tugas dari perkambangan peserta
didik yaitu dimulai dari fase bayi, prasekolah, remaja, dewasa, setengah sebaya
dan usia tua. Dimana dalam setiap fase mempunyai tugas nya sesuai dengan setiap
fase. Dengan adanya sekolah memfasilitasi tugas-tugas perkembangan, maka dapat
menjadikan setiap individu bisa berjalan dengan aktif dan efesien dalam menjalankan tugasnya, serta dalam sebuah
lembaga pendidikan harus ada Bimbingan Konseling (BK) untuk memecahkan atau
mengatasi setiap masalah serta
memberikan arahan yang baik untuk kemajuan yang lebih baik lagi dan kesuliatan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
B. Saran
Pembaca
yang budiman, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam
pembelajaran Perkembangan Peserta Didik khususnya pada pembahasan Perkembangan
Peserta Didik. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu.(2005).Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Baharuddin. (2014). Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Danim Sudarwan dan Khairil. (2010). Psikologi Pendidikan (dalam perspektif baru),
Bandung: ALFABETA.
Danim, Sudarwan.(2011).Perkembangan Peserta Didik. Bandung: ALFABETA,CV
Hikmawati, Fenti. (2012). Bimbingan Konseling, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Surya, Mohamad. (2014), Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi Dari Guru, Untuk Guru.Bandung:
ALFABETA, CV.
Syah, Muhibbin. (2014). Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSEDA.
Yusuf L.N, Syamsu dan
Sugandhi M. Nani.(2014).Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSEDA.
[1]
Sudarwan Danim, Perkembangan
Peserta Didik, (Bandung: CV, ALFABETA, 2011), hlm. 96
[3] Abu
Ahmadi – Munawar Sholeh, Psikologi
Perkembangan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 67-70
[4] Mohamad
Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi
dari Guru Untuk Guriu, (Bandung: CV, ALFABETA, 2014), hlm.29.
[5]
Baharudin, Pendidikan &
psikologi perkembangan, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm.79.
[6] Muhibbin
Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 70-71.
[9] Sudarwan
Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan
(dalam perspektif Baru), (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 83.
[10] Abu
Ahmadi – Munawar Sholeh, Psikologi
Perkembangan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 67-68.
[12]
Sudarwan Danim dan Khairil, Psikologi
Pendidikan (dalam perspektif baru), (Bandung: ALFABETA, 2010), hlm. 85-86.
[13]
Ibid, hlm. 86-87.
[14] Muhibbn syah,
Psikologi Pendidikan dengan pendekatan
baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 49-51.
[15]
Sudarwan Danim - Khairil, Psikologi
Pendidikan (dalam perspektif baru), (Bandung: Alfabeta, 2010).hlm.87-89.
[18]
Syamsu Yusuf L.N dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2014),
hlm. 18-20.
[19]
Fenti Hikmawati, Bimbingan
Konseling, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2012), hlm.16-18.
No comments:
Post a Comment