1

loading...

Thursday, November 1, 2018

MAKALAH USHUL FIQH "PUASA"


  MAKALAH USHUL FIQH "PUASA"

BAB I PENDAHULUAN
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya Ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melakasanakan puasa hanya sekedar melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa. Hasilnya,pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah mendapatkan rasa lapar saja.

A.   Latar belakang
·       Pengertian puasa
·       Syarat dan hukum puasa
·       Macam-macam puasa
·       Hikmah puasa

B.   Rumusan masalah
                               I.            Apa pengertian puasa?
                            II.            Sebutkan syarat-syarat puasa?
                         III.            Sebutkan macam-macam puasa?
                        IV.            Apa hikmah dari puasa?
BAB II 
PEMBAHASAN   

A.    Pengertian puasa

Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.

Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Puasa dalam Al Quran dan Sunnah berarti meninggalkan dan menahan diri. Dengan kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang boleh meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Puasa dalam Al Quran dan Sunnah berarti meninggalkan dan menahan diri. Dengan kata lain menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang boleh meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


B.     Syarat dan rukun puasa
A.     Syarat
Puasa Ramadhan wajib hukumnya bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat. Sebagaimana hukum puasa dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 183
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana  atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 183) Serta hadits Rasulullah SAW

“ Berpuasalah kamu apabila kamu melihat anak bulan dan berbukalah kamu (berhari raya) apabila kamu melihatnya. Jika anak bulan terlindung daripada pandangan kamu, cukupkanlah bilangan bulan Sya’ban kepada 30 hari.”

Jika seseorang telah memenuhi syarat wajib puasa yakni islam, baligh, berakal sehat dan tidak dalam perjalanan dan ia tidak berpuasa maka ia berdosa karena puasa wajib hukumnya dan termasuk dalam rukun islam yang harus dipenuhi. Adapun syarat sah puasa ramadhan diantaranya adalah :

1)      islam
Puasa termasuk puasa ramadhan hanya sah jika dilakukan oleh orang islam atau muslim. Adapun puasa orang non-muslim tidak sah hukumnya. Seseorang yang kafir atau murtad (keluar agama islam) maka puasanya tidak sah. Adapun puasa seorang mualaf atau orang yang masuk islam adalah sah berdasarkan hukum islam.

2)      Menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa

Puasa seseorang sah apabila ia dapat menjauhi dan meninggalkan perkara-perkara yang dapat membatalkan puasa diantaranya adalah makan, minum, muntah dengan sengaja, mengeluarkan mani dengan sengaja maupun bersetubuh dengan pasangan. Orang yang melanggar perkara tersebut harus mengganti atau mengqadha puasanya dikemudian hari sedangkan orang yang bersetubuh harus membayar kifarat diantaranya adalah berpuasa selama dua bulan berturut-turut, atau memebri makan 60 orang miskin atau memerdekakan budak.

3)      Suci dari haid dan nifas
Wanita yang sedang haid dan nifas kemudian dia berpuasa maka tidak sah puasanya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi

“Dari Mu’adzah dia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, ‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Maka Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.”

Berdasarkan hadits tersebut maka wanita yang sedang haid atau nifas boleh meninggalkan puasa akan tetapi ia wajib untuk menggantinya atau mengqadhanya dilain hari selain bulan ramadhan.

4)      Mumayyiz

Mumayyiz dalam bahasa arab artinya dapat membedakan perkara yang baik dan buruk. Usia seseorang yang sudah diperkirakan memiliki sifat mumayyiz adalah berkisar usia 5 hingga 11 tahun. Dalam usia tersebut biasanya anak-anak sudah mampu membedakan mana hal yang baik dan hal yang buruk sehingga jika anak telah mencapai usia tersebut dan ia berpuasa maka sah ibadah puasanya meskipun mereka belum berkewajiban untuk menunaikan ibadah puasa. Meskipun demikian orangtua wajib mendidik anak dalam islam sejak dini termasuk melatih anaknya untuk berpuasa

5)      Niat

Sebagian ulama berpendapat bahwa niat juga termasuk dalam syarat sah puasa selain juga merupakan rukun puasa. Niat adalah syarat sah puasa karena puasa adalah salah satu bentuk ibadah sedangkan suatu ibadah tidaklah sah tanpa adanya niat. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya” dan hadits lainnya yang menyebutkan bahwa ”Dari Hafshah, dari Nabi saw. sesungguhnya beliau telah bersabda: Siapa yang tidak membulatkan niat puasanya sebelum fajar, maka puasanya tidak sah. (HR. Ahmad)

B.     Rukun puasa
1. Niat
Seseorang yang hendak berpuasa harus berniat untuk berpuasa saat malam hari sebelum puasa dimulai. Tanpa adanya niat maka puasa seseorang tidaklah sah. Hal ini dikarenakan niat adalah suatu hal yang penting dalam melakukan ibadah dan ibadah tersebut tergantung pada niatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam dalil-dalil berikut ini
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (men-jalankan) agama yang lurus”  (Al- Bayyinah: 5)
Juga disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
.لُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَىإِنَّمَا اْلأَعْمَا
“Sesugguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat ganjaran atas amalnya sesuai dengan niatnya.”
Harus selalu diingat bahwa niat berpuasa harus dilakukan saat malam hari dan sebelum terbit fajar pada bulan Ramadhan. Hal ini juga berdasarkan hadits Hafshah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum terbit fajar, maka tidak ada puasa baginya.”
2. Menahan Diri dari Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Saat berpuasa seseorang harus menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasanya sebagaimana yang disebutkan dalam Firman Allah pada surat Albaqarah ayat 187.
بَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا آَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَآُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَ مَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
“Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu dan makan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam” [Al-Baqarah: 187]
A.    Macam-macam puasa

1.      Puasa bulan Ramadhan
Pengertian puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan pengertian puasa menurut istilah adalah menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan puasa seperti makan, minum, muntah dengan sengaja, hubungan suami istri, onani dari terbit fajar hingga terbenamnya.Puasa adalah salah satu menahan hawa nafsu kita dari segala hal seperti makan, minum, nafsu sampai pada batas yang sudah ditetapkan. Pengertian puasa ramadhan adalah melakukan suatu amal ibadah yang dilakukan untuk menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa yang dilakukan di bulan suci Ramadhan. Kita melakukan puasa ramadhan ini setiap bulan ramadhan dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan disertai niat karena Allah
2.      Puasa Qadha
Puasa Qadha adalah menggantikan puasa wajib yang telah ditinggalkan sama ada disengajakan mahupun tidak tanpa keuzuran. Puasa yang ditinggalkan wajib digantikan sebanyak hari yang ditinggalkan. Puasa qadha boleh dilakukan pada bila-bila masa kecuali pada hari diharamkan berpuasa. Ia wajib disegerakan sebelum masuk Ramadhan yang baru. Jika qadha puasa hendak dikerjakan pada Syawal ia boleh dilakukan selepas 1 Syawal (Hari Raya Aidil Fitri) . Waktu berniat puasa ganti ini adalah sama dengan waktu puasa Ramadhan iaitu pada waktu malam dan berakhir ketika masuk Subuh. Kalau berniat selepas Subuh, maka tidak sah puasa ganti itu. Keadaannya sama macam puasa Ramadhan.. cuma bezanya, kalau berjimak waktu puasa ganti tu, tidaklah dikenakan kifarah.
3.                  Puasa kafarat (membayar kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
                                  I.      Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama tiga hari.
                                  II.                              Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut
4.      Puasa Nadzar
Puasa Nadzar merupakan puasa yang wajib ditunaikan oleh orang yang telah melakukan janji untuk berpuasa, misalnya seseorang bernadzar untuk berpuasa jika lulus dalam ujian. Namun jika seseorang itu tidak mampu untuk melakukan nadzarnya maka ia dikenai denda atau kafarat.
Macam-macam Puasa Nadzar

Puasa nadzar terdiri dari 3 macam,yaitu:
                                  I.            Puasa Nadzar Nafsi
Artinya melakukan puasa yang berkaitan dengan pribadi masing-masing orang. Puasa ini tidak untuk berjamaah, dan nadzar nafsi dilaksanakan apabila menginginkan sesuatu atau ber-nadzar. 
                                  II.            Puasa Nadzar Ahli
Artinya melakukan suatu puasa nadzar yang bekaitan dengan orang lain maksudnya bukan untuk dirinya sendiri. Misalnya: ada seseorang yang kita nadzarkan, dan dengan nadzar kita orang itu dari perbuatan yang tidak baik menjadi baik.
                         III.            Puasa Nadzar Juriat
Artinya melakukan sesuatu nadzar kepada tempat ibadah. Yang dimaksud tempat ibadah di sini ialah tempat-tempat yang suci seperti:
a. Bernadzar ke Baitullah
b. Bernadzar ke Masjid Nabawi
c. Bernadzar ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha

B.  Hikmah puasa
Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani.
Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar makan-minumnya.
Berikut ini hikmah yang kita dapatkan setelah berjuang seharian sacara umum:
  1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur’an kita lakukan sesuai waktunya. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.
  2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
    dan amal-amal sunat.
  3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti persaudaraan, dan silaturahmi.
  4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.
  5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.
  6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
  7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, terutama yang mengandung dosa.
  8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan.
  9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.
  10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasa dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena  terbatasnya  pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap dari teman-taman agar daapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami selalu penulis makalah demi kesempurnaan makalah inii dan penulisannya. Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat danmenambah pengetahuan teman-teman. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dan penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti dan lugas. Karena kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutupn dari kami semoga dapat diterima dari hati, kami ucapkan terima kasih.

KESIMPULAN
ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat. Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib melaksanakannya namun pada kenyataannya banyak umat islam yang tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa, dan bagaimana menjalankan puasa dengan baik dan benar.
Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya. Adapun macam-macam puasa yaitu puasa ramadhan, Puasa Qadha , puasa kafarat dan puasa qadha.  Adapun syarat-syarat puasa yaitu niat, tidak nifas, tidak haid dll.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Kuliah fiqh ibadah oleh Syakir Jamaluddin, MA.
  2. Fiqih Empat Madzhab (bagian ibadah) oleh Drs. H. Moh. Zuhri, Dipil. Tafl dkk.
  3. Buku puasa lahir dan batin oleh Malaki Tabrizi
  4. Terjemah ihya’ ulumiddin oleh imam ghazali

No comments:

Post a Comment