1

loading...

Tuesday, December 11, 2018

MAKALAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA KHALIFAH ABI BIN ABI THALIB


MAKALAH KEBUDAYAAN ISLAM MASA KHALIFAH ABI BIN ABI THALIB 

MAKALAH
Kebudayaan Islam Masa Khalifah Abi bin Abi Thalib

 
BAB I
PENDAHULUAN
       A.        Latar Belakang
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah ke empat dari kekhalifahan islam. Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah setelah meninggalnya khalifah Usman bin Affan dalam peristiwa pembunuhan yang terjadi dirumah khalifah Usman bin Affan.
Pertama kali yang dirasakan kaum muslimin ketika mengkaji sejarah tentang Ali bin Abi Thalib adalah kerumitan-kerumitan yang menjadi tanda tanya besar. Pada waktu itu, terjadi berbagai konflik atau tepatnya fitnah di kalangan para sahabat, seperti Perang Jamal (terjadi antara golongan Ali dan Aisyah) dan perang Shifin (terjadi antara golongan Ali dan Muawiyah). Generasi sahabat yang disebut di dalam al-Qur’an sebagai Khairu Ummah mengalami peristiwa yang benar-benar tidak terduga, bahkan oleh para sahabat di masa itu sekali pun. Hal itu menimbulkan banyak pertanyaan yang harus diselesaikan oleh kaum muslim, terutama para pengkaji sejarah Islam.
Membahas khalifah Ali dalam sebuah makalah yang sederhana tidaklah akan cukup dan memuaskan. Namun, belajar dari uraian buku-buku yang kami baca, kami berusaha untuk memberikan beberapa analisa dengan menggunakan buku-buku itu, untuk kemudian menguatkan atau bahkan mengkritisi, bila memang terdapat pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan data-data sejarah yang ada. Kami bahas tentang pemerintahan Ali dan berbagai peristiwa penting yang terjadi. Di makalah ini juga, kami akan menghadirkan biografi Ali sebagai pengetahuan sepintas, sebab tidak pantas rasanya kalau kita membahas seseorang tetapi tidak mengetahui biografinya.

      B.   Rumusan Masalah
1.        Bagaimana biografi Ali bin Abi Thalib?
2.        Bagaimana proses pembai’atan Ali bin Abi Thalib?
3.        Bagaimana sistem pemerintahan pada masa Ali bin Abi Thalib?
4.        Masa akhir jabatan Ali bin Abi Thalib?

      C.       Tujuan dan Manfaat
a.       Dapat memahami dan menjelaskan tentang biografi Ali bin Abi Thalib.
b.      Dapat memahami dan menjelaskan tentang proses pembai’atan Ali bin Abi Thalib.
c.       Dapat memahami dan menjelaskan tentang sistem pemerintahan pada masa Ali bin Abi Thalib.
d.      Dapat memahami dan menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan pada masa Ali bin Abi Thalib.


BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Biografi Ali bin Abi Thalib
               Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib ibn Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abd Manaf bin Qusay al-Quraisy. Ibunya adalah Fatimah binti Asad bin Hisyam, masuk islam dan ikut hijrah bersama Nabi. Ia lahir dimekah 32 tahun setelah kelahiran Rasulullah atau 10 tahun sebelum bi’tsah ( pengakatan sebagai rasul ). Ali adalah keponakan dan segaligus menantu Nabi dari putri beliau Fatimah. Fatimah adalah satu-satunya putri Rasulullah mempunyai keturunan sampai sekarang.
            Ali bin Abi Thalib adalah termasuk salah seorang yang pertama masuk islam ( as-sabiqun Al-awwalun ) dari kalangan anak-anak ( sekitar berumur 8-10 tahun ),dan termasuk salah seorang sahabat Nabi yang dijanjikan masuk surga. Sejak kecil ia di didik dengan adab dan budi pekerti islam, karna kedekatannya dengan Nabi. Ia oaratur ulung, hidupnya penuh asketis ( al-ulama ar-rahbaniyah rabbana al-ummah ),berani,salah seorang yang banyak meriwayatkan hadist ,pengetahuannya, keagamaannya sangat luas, fatwa-fatwanya menjadi pedoman bagi para khalifah dan sahabat-sahabat pada masa Abu Bakar, Umar dan Utsman.

       B .     Pola Pengangkatan Ali bin Ali Thalib
         Tragedi pembunuhan khalifah Utsman bin Affan yang dilakukan oleh para pemberontak menimbulkan konflik dikalangan kaum muslimin. Hal ini berpengaruh terhadap khalifah berikutnya, yaitu Ali bin Abi Thalib. Hal itu dapat dilihat sesudah Utsman bin Affan terbunuh, Madinah berada di bawah kendali para pemberontak. Kepemimpinan mengalami kekosongan untuk sementara waktu.
          Dalam tragedi genting pasca pembunuhan Ustman bin Affan, beberapa orang yang terindikasi sebagai pembunuh khalifah Utsman bin Affan baik secara langsung maupun tidak. Menunjukan Ali bin Abi Thalib orang yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam tragedi pembunuhan Utsman bin Affan kebanyakan dari mesira. Mereka mendesak Ali bin Abi Thalib menerima menjabat sebagai khalifah ,pengganti Utsman bin Affan.
          Pengisian pemimpin umat islam sesuatu yang harus dilakukan karena umat islam tidak dapat dibiarkan tanpa pemimpin. Untuk mengisi kekosongan tersebut, para pemberontak yang mengendalikan kondisi Madinah justru berpendapat orang yang pantas menjadi khalifah adalah Ali bin Abi Thalib. Para pemberontak yang mengusai madinah tersebut selanjutnya pergi kerumah Ali bin Abi Thalib. Mereka mendesak Ali bin Abi Thalib untuk menerima jabatan untuk menjadi khalifah.
         Pada awalnya, Ali bin Abi Thalib menolak permintaan mereka karena tidak ada pemuka islam yang mendukungnya. Namun demikian, dukungan dan desakan dari kaum pemberontak tersebut mengalir dan karena kuatnya desakan mereka akhirnya Ali bin Abi Thalib tersebut. Kemudian, mereka melakukan baiat terhadap Ali bin Abi Thalib. Atas baiat pemberontakan itu, Ali bin Abi Thalib ditetapkan menjadi khalifah keempat dalam jajaran Khulafaur Rasyidin.
   Menanggapi pembaiatan Ali bin Abi Thalib, para sahabat terkemuka terbagi menjadi beberapa kelompok. Pertama, mereka yang mau  berbaiat walaupun pada mulanya enggan menyatakan persetujuannya. Yang termasuk golongan ini antara lain Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah. Mereka mau membaiat Ali bin Abi Thalib karena desakan kaum pemberontak.
Kedua, mereka tidk mau berbaiat karena menuntut pengusutan terhadap pembunuhan Utsman bin Affan. Yang termasuk golongan ini antara lain Aisyah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Hasan bin Sabit, Ka’ab bin Malik, Abu Sa’id al- Khudriy, dan Muhammad bin Maslamah. Ketiga, mereka yang tidak mau menyatakan pendiriannya untuk berbaiat atau tidak. Yang termasuk kelompok ini anatara lain Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdullah bin Umar, Zaid bin Sabit dan Usamah bin Zaid.
 Setelah masyarakat memberikannya baiat, Ali bin Abi Thalib berpidato, “Wahai sekalian manusia kamu semua telah membaiat saya sebagaimana yang kamu lakukan terhadap ketiga khalifah sebelumku saya hanya boleh menolak sebelumpilihan ditetapkan. Apabila penunjukan sudah diputuskan, penolakan tidak diizinkan lagi. Imam harus teguh dan rakyat harus patuh. Baiat terhadap diriku adalah merata dan umum. Barang siapa yang ingkar, terpisahlah ialah dari islam.’’

      C.    Sistem Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sudah diketahui bahwa Ali binAbi Thalib memiliki sikap yang kokoh, kuat pendirian dalam membela yang hak. Setelah dibaiat sebagai khalifah, dia cepat mengambil tindakan. Dia segera mengeluarkan perintah yang menunjukan ketegasan sikapnya.
Langkah awal yang dilakukan khalifah Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita Abu Bakar dan Umar, ia menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan Utsman kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara. Ali juga melakukan pemecatan semua gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat. Ia juga membenahi dan menyusun arsip Negara ubntuk mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-ushsurtah, serta mengkoordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka.
Ali juga memindahkan pusat kekuasaan Islam ke kota Kuffah. Sejak itu berakhirlah.  Madinah sebagai ibukota kedaulatan Islam dan tidak ada lagi khalifah yang berkuasa berdiam disana. Sekarang Ali tidak bermukim secara tetap di Khuffah, dia pergi ke sana hanya untuk menegakkan kekuasaanya, sebagaimana ditujukkan oleh jasa pemukimannya yang ada diluar kota itu. Pada saat yang sama dia melakukan perpindahan-perpindahan untuk menengkkan kedudukannya dibeberpa provinsi di dalam kerajaannya.
      D.    Masa Akhir Jabatan Ali bin Abi Thalib
Ali dilanda dengan cobaan yang sangat berat dimana para pengikutnya telah banyak yang mebangkang, terjadinya pekanggaran hukum dan pengacauan berita perampasan, teror dan pembunuhan terjadi dimana-mana. Rakyat sudah tidak pernah tenag, semua  berda dalam kegelisahan. Toleransi yang telah ia berikan kepada Muwiyyah dan Khawarij telah melampaui batas. Tetapi saat itu sekelompok Khawarij memanfaatkan momentum musim haji tahun 40 H. Mereka melihat jamaah haji sudah bercerai berai. Golongan Muawiyyah melaksanakan shalat dengan iman sendiri begitu pula dengan golongan Ali dengan imam sendiri. Sudah sangat parah kondisinya saat itu. Khawarij yang tidak berhasil memerangi Muawiyyah dan Ali, mereka berniat melakukan pembunuhan terhadap biang keladi yang dianggap menimbulkan pertentangan dikalangan kaum muslimin, mereka adalah Ali, Muawiyyah, dan Amr bin As.
Pada tanggal 40 H Khawarij yang telah sepakat akan melakukan pembunuhan yang terdiri atas 3 orang telah menentukan tempat, tanggal dan waktu pelaksanaannya. Mereka itu adalah Abdurahman bin Muljam al- Himyari al-Muradi yang akan berangkat ke kuffah untuk membunuh imam Ali. Al-Burok atau Al-Hajjaj bin Abdullah at-Tamimi yang akan berangkat ke Syam untuk membunuh Amr bin As. Pelaksanaannya ditentukan dalam waktu yang sama yaitu saat mereka melakukan sholat subuh dimasjid. Tanggal 17 Ramadhan tahun ini juga. Pada waktu yang telah ditentukan, di masjid Damsyik Hajjaj sudah menunggu Muawiyyah yang akan melaksanakan sholat subuh. Tetapi ia tidak berhasil, karena tidak mengayunkan pedangnya ia disergap oleh pengawal Muawiyyah, dan pedang itu hanya mengenai bokongnya. Kemudian orang tersebut menemui ajalnya atas perintah Muawiyyah. Lain halnya dengan Ali yang tidak amu dikawal dan tidak pernah memakai baju besi.
Amr bin Bakr at-Tamimi juga tidak berhasil karena pada waktu yang telah ditentukan Amr bin As sedang sakit sehingga ia tidak kemasjid dan digantikan oleh Kharijah bin Habib As-Sahmi. Maka orang ini tewas oleh oedang Amr bin Bakr at-Tamimi dan ia menemui  ajalnya atas perintah Amr bin As.
Abdurrahman bin Muljam al-Himyari al-Murad yang sudah menunggu di kuffah menunggu waktu yang telah ditentukan. Ketika imam Ali datang dan menyerukan salat, mereka menyambutnya didepan masjid dengan pukulan pedang. Pedang Abdurrahman bin Muljam al-Himyari al-Muradi mengenai tepat didahinya tembus sampai ke otak. Ali pun roboh tersungkur, sambil berkata ‘tankap orang! Abdurrrahman bin Muljam al-Himyari al-Muradi tertangkap. Ali dibawah kerumahnya dan tinggal selama dua hari satu malam. Ia berpesan apabila ia mati maka bunuh lah dia tapi jangan dianiaya. Sebelum ajal imam Ali tidak meyebutkan nama pengganti drinya, ia hanya memberikan nasehat kepada anak-anaknya.
Akhirnya Ali bin Abi Thalib pun meninggal pada tanggal 20 Ramadhan 40 H. 661 M. ( 24 Januari ), gugur psada syahid pada usia 63 tahun. Jenazah Ali dimandikan oleh Hasan dan Husain. Dengan meninggalnya Ali bin Abi Thalib maka berakhir pula lah masa Al-khulafaur’ ar-Rasyidun, yang berlangsung selama 30 tahun. Mengenai tempat pemakaman Ali bin Abi Thalib sebenarnya masih sangat rahasia, sebab khawatir akan diganggu oleh pihak khawarij. Namun dari berbagai pendapat yang berbeda tentang letak pemakaman Ali. Menurut kalangan Syi’ah mereka menyakini kalau makam Ali bin Abi Thalib ada di Najaf, Irak selatan tempat ini dikenal dengan kompleks Imam Ali, dan disini pula terdapat masjid Imam Ali yang terbesar dikota ini.



BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
          Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari hasil makalah ini adalah bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib, merupakan orang yang istikomah, tegas, selalu berterus terang dan baginya agama itu diatas segalanya. Ali adalah sosok orang yang tidak mementingkan urusan duniawi. Tetapi dalam kenyataannya Ali harus mengalami masa-masa yang sulit dalam pemerintahannya menjadi seorang khalifah menggantikan Usman. Banyak masalah-masalah yang kemudian di embankan kepadanya dan menuntut kepadanya untuk diselesaikan. Salah satunya adalah tentang siapa yang telah membunuh Usman.
          Yang pada akhirnya persoalan ini jugalah yang menyebabkan timbulnya perpecahan diantara kaum Muslim. Mulai dari terjadinya perang Jamal, Siffin, munculnya Khawarij dan para pemberontakan lainnya. Ali harus menanggung beban ini sendirian, dikala para pengikutnya banyak yang meninggalkan dan memusuhinya. Pada Senin 21 Zulhijah 35/20 Juni 656 Ia dilantik menjadi khalifah menggantikan Usman. Pemerintahannya berlangsung selama 4 tahun 9 bulan banyak sekali mengalami kesulitan-kesulitan. Tetapi disamping itu Ali merupakan orang yang sangat tegas dalam menumpas pejabat-pejabat yang korup, dan yang tidak membayar zakat. Ali meninggal pada tanggal 20 Ramadhan 40 H. 661 M. (24 Januari), gugur pada syahid pada usia 63 tahun.ia dibunuh oleh salah satu kelompok Khawarij dan d kuburkan secara sembunyi di Najaf, Irak.

B. Kritik Dan Saran 
            Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini hingga kami dapat mengaplikasikan kemampuan kami di dalam makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah membimbing dan mengawasi proses pembuatan makalah ini, serta teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
            Kami mohon maaf apabila didalam makalah ini terdapat beberapa kesalahan dan beberapa kekurangan. Kami sebagai penulis meminta kritik dan saran agar dalam penulisan makalah berikutnya kami bisa lebih bagus dan lebih kreatif.

DAFTAR PUSTAKA
Suratno. 2013. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Aqilah.
Adibathoillah. Blogspot. Com/2017/04/Makalah Sejarah Peradaban Islam. Html. 10/12/2018. 22:00

No comments:

Post a Comment