1

loading...

Friday, November 2, 2018

MAKALAH SILOGISME KATEGORIS DAN HIPOTESIS

MAKALAH SILOGISME KATEGORIS DAN HIPOTESIS 

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Logika sesungguhnya merupakan alat untuk bernalar dan beragumentasi. Karena kita sangat perlu untuk mengkaji ilmu logika ini. Dan setelah kita pelajari apa itu logika pada bab pertama sekarang  ini kita akan mengkaji inferensi tak langsung. Karenanya dalam kesimpulan tak langsung ini sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Dan dalam silogisme ini ada dua yaitu silogisme kategoris dan silogisme hipotetsi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Silogisme kategoris ialah?
2.      Silogisme Hipotetis adalah?

C.    Tujuan
1.      Apa pengertian silogisme kategoris
2.      Apa pengertian silogisme hipotetis

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Inferensi Tidak Langsung: Silogisme
Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya yang paling sering terjadi adalah inferensi tidak langsung. Tetapi, di dalam praktik inferensi tidak langsung itu sering dikemukakan secara tidak lengkap, sehingga munimbulkan kesan seolah-olah telah melakukan inferensi langsung, misalnya salah satu atau lebih premis yang sebenarnya ikut mendasari sebuah kesimpulan tidak dikemukakan secara eksplisit.[1] Contoh; dari proposisi atau premis “Kabayan adalah Mahasiswa” langsung di simpulkan “Jadi, Kabayan adalah orang yang kritis”. Dalam contoh tadi terdapat satu premis yang tidak diungkapkan secara eksplisit, yakni “Semua mahasiswa adalah orang yang kritis”.
B.     Silogisme
Jika sebuah inferensi tidak langsung terjadi dalam bentuk menarik kesimpulan berdasarkan dua premis saja, maka inferensi tidak langsung itu dinamakan Silogisme. Jadi silogisme adalah inferensi tidak langsung yang kesimpulannya ditarik hanya dua premis saja. Dengan demikian, sebuah silogisme selalu tersusun atas tiga buah proposisi, dua berkedudukan sebagai premis-premis, dan satu berkedudukan sebagai kesimpulan. Seperti contoh berikut ini;
Semua manusia adalah makhluk rasional.
Semua filsuf adalah manusia.
Jadi, Semua filsuf adalah makhluk rasional.
Dari  uraian tentang pengertian proposisi, kita mengetahui proposisi selalu terdiri atas dua trem-trem, yakni term subjek dan trem predikat. Dengan demikian, karena silogisme tersusun atas tiga buah proposisi, maka dalam sebuah silogisme akan terdapat enam term. Jika diperhatikan contoh di atas maka di sana terdapat tiga trem yang masing-masing muncul dua kali sehingga jumlah seluruhnya adalah enam. Ketiga trem dalam contoh di atas ialah “manusia”,”makhluk rasional” dan “filsuf”. Yang masing-masing muncul dua kali. Dari tiga trem tersebut, terdapat satu trem yang hanya muncul di dalam premis-premis, yakni trem “manusia”. Dua trem yang lainnya, yakni trem “makhluk rasional” dan trem “filsuf”, masing-masing satu kali muncul di dalam premis dan satu kali di dalam kesimpulannya.
Trem yang hanya muncul di dalam premis-premis dinamakan “Trem Tengah”  (Middle Trem, Terminus Medius), dan dilambangkan dengan huruf M. Trem yang di dalam kesimpulan berkedudukan sebagai trem predikat dinamakan “Trem Mayor” (Major Trem) dan dilambangkan dengan huruf P. Trem yang di dalam kesimpulan berkedudukan sebagai trem subjek dinamakan “Trem Minor” (Minor Trem) dan dilambangkan dengan huruf S.[2] Premis yang memuat trem mayor dinamakan “Premis Mayor” dan premis yang memuat trem minor dinamakan “Premis Minor”. Dengan demikian sebuah silogisme yang formal terdiri atas enam unsur sebagai berikut.
1.      Trem tengah    : trem yang  hanya muncul dalam premis-premis, satu kali dalam premis mayor dan satu kali dalam premis minor.
2.      Trem mayor     : predikat dari kesimpulan
3.      Trem minor      : subjek dari kesimpulan
4.      Premis mayor  : premis yang memuat trem mayor
5.      Premis minor   : premis yang memuat trem minor
6.      Kesimpulan     : proposisi yang dimunculkan bedasarkan premis-premis dan yang memuat trem minor dan trem mayor.
Dalam bentuk formal, sebuah silogisme diungkapkan dengan urut-urutan; Premis Mayor, Premis Minor, dan Kesimpulan. Dan silogisme ini dibagi menjadi dua yaitu; silogisme kategoris dan silogisme hipotetis dapat kita uraikan sebagai berikut.
C.    Silogisme Kategoris
Silogisme kategoriks adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan proposisi kategoris dan berbentuk kalimat informatif (tanpa syarat).  Dan proposisi dasar yang telah kita ketahui tetap menjadi landasan yakni proposisi A, I,E, dan O. Karena silogisme terdiri dari dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai konklusi, maka dalam sebuah silogisme pasti akan muncul tiga proposisi yang bisa diidentifikasikan bedasarkan ciri dari proposisi dasar ini, entah AAA, atau AII, EIO. Seperti contoh;
Semua binatang buas adalah pemakan daging
Semua kucing adalah binatang buas
Jadi semua kucing adalah pemakan daging
Dua proposisi pertama adalah premis dan proposisi ketiga adalah konklusi. Trem mayor (trem dengan kelas paling besar) adalah pemakan daging, sedangkan trem minor (trem dengan kelas paling kecil) adalah kucing, sedangkan trem menengahnya (trem dengan kelas menengah, berfungsi sebagai penghubung) adalah binatang buas. Ttrem menengah ini tidak ada dalam konklusi. Trem mayor dan trem minor ditemukan dalam konklusi. Trem minor berfungsi sebagai subyek pada konklusi (kucing) dan trem mayor berfungsi sebagai predikat pada konklusi  (pemakan daging).
Premis di mana trem mayor disebut premis mayor. Dan premis di mana ada trem minor, disebut premis minor. Dalam contoh di atas proposis pertama adalah premis mayor, dan proposisi kedua adalah premis minor. Dengan demikian perlu disadari bahwa  tempat premis mayor dan premis minor tidak selalu didasarkan pada urutan. Bisa jadi proposisi pertama adalah premis minor, dan proposisi kedua adalah premis mayor. Dan hukum-hukum silogisme kategoris yaitu;
1)      Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular
2)      Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif
3)      Dari dua premis yang sama-sama partikular tidah sah diambil kesimpulan
4)      Kesimpulan dapat ditarik  dari dua premis negatif, tidak sah
5)      Paling tidak salah satu dari trem penengah harus mencakup
6)      Trem predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan trem predikat yang ada pada premisnya
7)      Trem penengah harus bermakna sama, baik premis mayor maupun premis minor
8)      Silogisme harus terdiri dari tiga trem yaitu; trem subyek, trem predikat dan trem middle.
D.    Silogisme Hipotetis
Silogisme hipotetis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetis, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategoris yang menetapkan atau mengingkari trem antecedent atau trem konsekuen premis mayornya. Sebenarnya silogisme hipotetis tidak mempunyai premis mayor maupun premis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengadung trem predikat pada konklusi.  Pada silogisme hipotetis term konklusi adalah term yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian anteseden dan mungkin pula bagian konsekuennya tergantung oleh bagian yang diakui  oleh premis minornya. Dan ada empat (4) macam  tipe silogisme hipotetis:
1)       Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak
Sekarang hujan
Jadi saya naik becak
2)      Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah
Jadi hujan telah turun
3)      Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa
Jadi kegelisahan tidak akan timbul
4)      Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
 Kemudian hukum-hukum silogisme hipotetis;
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik.  Tetapi yang penting disini adalah menentukan ‘kebenaran konklusinya’  bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan  A dan kosekuen dengan B,  jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
1.       Bila A  terlaksana maka B juga terlaksana.
2.      Bila A tidak terlaksana maka B tidak  terlaksana.  (tidak sah = salah)
3.      Bila B terlaksana  maka A terlaksana.  (tidak sah = salah)
4.      Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum diatas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi.Nah,  peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membumbung tinggi.
Disini diakui bahwa bila pecah perang,  harga bahan makanan membumbung tinggi,  merupakan suatu hubungan kausalitas yang diakui kebenarannya.  Bila peperangan betul terjadi,  berarti antecedent terlaksana,  maka kosekuennya juga akan terlaksana.  Ini sesuai dengan patokan pertama,  sehingga kesimpulan ‘ Harga bahan makanan membumbung tinggi adalah benar’.
Sekarang bagaimana bila peperangan tidak terjadi?  Apakah berarti harga bahan makanan tidak membumbung tinggi?  Membumbungnya harga bahan makanan tidak hanya terlaksana bila perang terjadi,  misalnya karena permintaan naik sedangkan kuatitas barang tidak bertambah atau bila kuantitas barang berkurang meskipun permintaan tidak naik.  Jadi pecahnya peperangan hanya merupakan salah satu sebab naiknya harga bahan makanan.  Bila perang tidak terjadi,  harga barang bisa naik oleh sebab lain yang mendahuinya.  Dalam hal ini berlaku kemungkinan kedua.
     Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi.
     Nah,  peperangan  tidak terjadi.
     Harga bahan makakanan membumbung tinggi.  (tidak sah = salah)
     Sekarang bila harga bahan makanan membumbung tinggi,  apakah peperangan  
pasti terjadi?
Membumbungnya harga bahan makanan tidak hanya disebabkan oleh terjadinya peperangan .  kerena itu harga bahan makanan naik tidak harus disebabkan oleh terjadinya peperangan,  tetapi mungkin oleh sebab lain.
            Disini berlaku kemungkinan ketiga,
            Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi.
            Nah,  sekarang harga bahan makanan membumbung tinggi,  jadi:
            Peperangan terjadi.  (tidak sah = salah)
Sekarang bagaimana jika harga bahan makanan tidak membumbung tinggi?  Bila harga bahan makanan  tidak membumbung tinggi berarti tidak ada sebab yang mendahuluinya,  termasuk peperangan yang terjadi salah satu sebabnya.  Di sini terjadi kemungkinan keempat:
Bila peperangan terjadi harga bahan makanan ,membumbung tinggi.
Nah,  harga bahan  makanan tidak membumbung tinggi,  jadi: peperangan tidak terjadi.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Inferensi tak langsung atau yang disebut silogisme itu tersusun atas tiga proposisi. Dan sebagai rinciannya yaitu dua sebagai premis dan satunya lagi sebagai kesimpulan. Sebagaicontoh  yang telah pemakalah kemukakan di atas. Karenanya dalam silogisme itu terbagai menjadi dua yakni silogisme kategoris dan silogisme hipotetik.
Silogisme kategoris ialah silogisme yang menggunakan proposisi kategoris, yang berbentuk kalimat tanpa syarat . Karena silogisme terdiri atas dua proposisi  sebagai premis dan satu  proposisi sebagai konklusi. Silogisme hipotetis yaitu  silogisme yang  premis majornya sebagai keputusan kondisional.
B.     Kritik
Penulis berharap kepada para pembaca dapat memberikan kritikan tentang makalah ini agar kedepannya dapat lebih bagus lagi. Dari makalah ini penulis menyarankan agar Mahasiswa lebih mengembangkan kembali kemampuan yang dimiliki banyak membaca sehingga pengetahuan tentang hakikat pendidikan akan bertambah, Penulis menyarankan agar para pembaca bisa mengimplementasikan wawasan yang telah diperoleh dari makalah ini dalam kehidupan sehari-hari 

DAFTAR PUSTAKA
Ø  Sidharta Arief,Pengantar Logika, Bandung, PT Refika Aditama, 2008
Ø  Molan Benyamin, Logika, Jakarta Barat, PT Indeks, 2012
Ø  Lanur Alex, Logika Selayang Pandang, Yogyakarta, Kanisius, 1983
Ø  Mundiri, Logika, Jakarta, PT RajaGrafindo  Persada, 2008



[1] Arif Sidharta, Pengantar Logika, PT Refika Aditama, Bandung. h 43.
[2] Arif Sidharta, Pengantar Logika, PT Refika Aditama, Bandung, 2008. H 44

No comments:

Post a Comment