MAKALAH BAHASA INDONESIA (APRESIASI DRAMA)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pementasan drama merupakan kesenian yang
sangat kompleks. Sebab, seni drama bukan saja melibatkan banyak seniman,
melainkan juga mengandung banyak unsur.Unsur-unsur itu saling mendukung dan
merupakan bagian yang tak dapat di pisahkan dari keutuhan pementasan drama.
Semua unsur pementasan drama harus ada
dan harus di garap dengan baik. Bila salah satu unsur digarap acak-acakan ,
maka pementasan drama tak akan berhasil.Pementasan drama juga merupakan karya
kolektif yang dikoordinasikan oleh sutradara, yaitu pekerja teater yang dengan
kecakapan dan keahliannya memimpin aktor-aktris dan pekerja teknis dalam
pementasan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan naskah drama ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan pemain ?
3.
Apa
yang dimaksud dengan sutradara ?
4.
Apa
yang dimaksud dengan tata rias ?
5.
Apa
yang dimaksud dengan tata busana?
6.
Apa
yang dimaksud dengan tata panggung ?
7.
Apa
yang dimaksud dengan tata lampu ?
8.
Apa
yang dimaksud dengan tata suara ?
9.
Apa
yang dimaksud dengan penonton ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apa itu naskah drama.
2.
Untuk
mengetahui apa itu pemain.
3.
Untuk
mengetahui apa itu sutradara.
4.
Untuk
mengetahui apa itu tata rias.
5.
Untuk
mengetahui apa itu tata busana.
6.
Untuk
mengetahui apa itu tata panggung.
7.
Untuk
mengetahui apa itu tata lampu.
8.
Untuk
mengetahui apa itu tata suara.
9.
Untuk
mengetahui apa itu penonton
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Naskah Drama
Naskah drama
adalah aalah satu unsur yang membedakan antara teater modern dan teater
tradisional. Teater tradisional adalah mengutamakan improsisai dan spontanitas,
tidak pernah mengutakan naskah drama. Seiring perkembangan teater modern di
indonesia yang lebih banyak berkiblat pada teater barat yang menggunakan naskah
drama kemudian turut mengembangakan bentuk naskah drama di Indonesia
(Sumardjo,1992)[1]
1. Ciri-ciri Naskah Drama:
a.
Drama ditulis untuk dipentaskan, karena drama disusun berdasarkan
persyaratan pentas.
b.
Adanya bentuk-bentuk dialog soli lokue, kadang-kadang
ada prolog dan epilog.
c.
Adanya perintah pelaku yang ditulis secara singkat dan bentuk
tulisan yang berbeda dari dialog.
d.
Seting latar diungkapkan secara singkat dan hanya
merupakan petunjuk glibal bagi penggunaan naskah.
e.
Naskah pecerita tentang lakon dan tokoh-tokohnya. Jenis Naskah Drama
2.
Jenis Naskah Drama
Naskah drama
terbagi beberapa jenis, jenis-jenisnya dilihat dari kecendrungan tematik dan
gaya penulisannya dan zaman ketika ia menulisnya:
a.
Drama
Wiliam Froug
(1993). Mendefinisasikan drama sebagai lakon serius yang memiliki segala
rangkaian peristiwa yang Nampak hidup mengandung emosi. Konflik dya tarik
memikat serta akhir dan tidak diakhiri oeh kematian tokoh utamanaya. Contoh
lakon-lakon drama adalah hesda masyarakat, hantu-hantu (Hendrik Ifsen),
domba-domba revolusi (B. Sularto). Titik-titik hitam (Nasja Djamin).[2]
b. Tragedy
Tragedy
berasal dari kata trogedia (bahsa Yunani) tragedy bahasa inggris, tragedy
bahasa Prancis yaitu penggabungan kata tragos yang berarti kambing dan kata
aiden yang berarti nyanyian jadi tragedy adalah nyanyian yang dinyanyikan untuk
mengiringi kambing sebelum dibaringakan di atas autar untuk dikorbankan. Pengorbanan kambing dilakukan pada saat upacara untuk
menghormati dewa bionsos yang dianggap sebagai dewa kesuburan. Bisa juga kata
tersebut berarti untuk menyebut kostum kambing yang dikenakan oleh actor ketika
memainkan lakon setir.
c.
Komedi
Komedi berasal dari kata comoedia (bahasa latin,
commoedia (bahasa italia) berarti lakon yang berakhir dengan kebahagiaan.
Menurut Aristoteles lakon komedi merupakan tiruan dari
tingkah laku manusia biasa atau rakyat jelata. Tingkah laku yang lebih
merupakan perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan kehidupan sehingga
mampu menumbuhkan tertawan dan cemoohan sampai terjadi katarsis atau penyucian
jiwa (yudiaryani, 2002).[3]
d.
Satir
Satir berasal dari kata satura (bahasa latin), satyros
(bahasa Yunani), satire (bahasa Inggris) yang berarti sindiran. Lakon satir
adalah lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang
untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa
sebuah perbaikan. Tujuan drama satir tidak hanya smata-mata sebagai humor
biasa, tetapi lebih sebagai sebuah kritik terhadap seseorang, atau kelompok
masyarakat dengan cara yang sangat cerdik.
e.
Melodrama
Melodrama adalah lakon yang isinya mengupas suka duka
kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. Menurut J.
Waluyo (2001) melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan
cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan perasaan penonton.[4]
3. Unsur-Unsur Naskah Drama
a.
Tema
Tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh pengarang atau penulis melalui
karangannya ( Gorys Keraf, 1994). Tema dalam lakon dapat diketahui melalui: apa
yang diucapkan tokoh-tokohnya melalui dialog-dialog yang disampaikan, dan apa
yang dilakukan tokoh-tokohnya.[5]
b. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat
disampaikan secara implicit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau
pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang
ceiruta berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan
penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang
berhubungan dengan gagasan utama cerita.
c. Plot/Pengaluran
1.
Plot (ada yang menyebutnya sebagai alur) dalam pertujukan teater
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini berhubungan dengan pola
penggandengan dalam permainan teater, dan merupakan dasar struktur irama
keseluruhan permainan.
2.
Plot dapat dibagi berdasarkan babak dan adegan atau berlangsung terus
tanpa pembagian.
3.
Plot adalah jalannya peristiwa dalam lakon yang terus bergulir hingga
lakon tersebut selesai. Jadi plot merupakan susunan peristiwa lakon yang
terjadi di atas panggung.
4.
Plot/alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama, yang menggerakan jalan cerita melalui perumitan (penggawatan atau
komplikasi) kearah klimaks penyelesaian. Pembagian plot dalam lakon klasik atau kompensionl
biasanya sudah jelas yaitu: Bagian awal, bagian tengah dan
bagian akhir. Plot terkadang
menggunakan tipe sebab akibat yang dibagi dalam lima pembagian:
Eksposisi,
aksi pendorong, krisis, klimaks dan resolusi.
4. Penokohan dan Karakterisasi
Penokohan dalam sebuah lakon memegang peranan yang
sangat penting, bahkan Lajos Egri berpendapat bahwa berperwatakanlah yang
paling utama dalam lakon. Penokohan berfungsi untuk membedakan peran satu
dengan peran yang lain.
Dalam teater, peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan
motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran
inilah yang dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut
sebagai berikut:
a.
Protagonist (peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita).
b.
Antagonis (peran lawan, seringkali menjadi musuh yang menyebabkan
konflik).
c.
Deutragonis (tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis).
d.
Tritagonis (peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau
pengantara protagonis dan antagonis).
e.
Untility (peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap).
B.
Pemain
Pemain adalah orang yang meragakan
cerita. Beberapa pemain yang dibutuhkan, tergantung berapa banyak tokoh yang
ada dalam naskah drama yang akan dipentaskan itu. Sebab, setiap tokoh akan
diperankan seorang pemain. Dalam upaya memilih pemain drama yang tepat, cara
berikut ini dapat diterapkan, Antara lain :
1.
Pertama-tama
naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar semuanya
dapat dipahami. Dari dialog para tokoh dapat diketahui watak tiap-tiap tokoh
dalam naskah drama itu.
2.
Setelah
diketahui watak tiap-tiap tokoh, lalu dipilih pemain yang cocok dan mampu
memerankan masing-masing tokoh.
3.
Selain
pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan
perawakan ( postur ). Tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan perwatakannya,
ditentukan berdasarkan perkiraan saja.
4.
Kemampuan
pemain menjadi pertimbangan penting pula. Sebaiknya dipilih pemain yang pintar.
Artinya, dalam waktu tidak lama latihanya, dia sudah bisa memainkan tokoh yang
di kehendaki naskah.
C.
Sutradara
Sutradara diterjemakan dari kata “ Director”:
pemimpin direktor dll. Bebrapa pendapat dapat di gambarkan tentang siapa dan
definisi sutradara itu.
1. Sutradara adalah para penerjemah pada
guru dan seniman-seniman kreatif.” (Russel j. Grandstaff)
2. Sutradara adalah pemimpin jendral. Dia
itu pemimpin tunggal dia merencanakan, memutuskan, menengarahkan, mewujudkan
dan bertangung jawab. Dia adalah konspektor sekaligus koodinatur dan guru
(suhu)”. ( Nano Riantiarno)
3. Sutradara telah menjadi pemimpin
.seseorang kepala bandit Dan punyutradaraan lebih merupakan pengaturan straregi
cenderung menjadi rencana penggarongan, pencopetan, penyerangan, pemerkosaan,
peniksaan, sulapan, hipnotisme dan pengibulan dan penonton .”(putu wijaya)
4. Seorang sutradara adalah pusat kreatif
dan koordinator dari seluruh kegiatan proses lakon.”(Suyatna Anirun)
1.
Syarat-syarat Menjadi Sutradara
a. Memiliki jiwa pemimpin
b. Memiliki ide atau gagasan, konsep,
sistem , dan teknik mewujudkan pementasan dan memahami ilmu penyutradaraan.
c. Memiliki pengetahuan dan wawasaan luas tentang seni peran, seni rupa, sejarah,
filsafat, sastra, psikologi, sosiologi, antropologi, dan berbagai ilmu
pengetahuan umum yang mendukung kerja sutradara.
d. Memiliki disiplin yang tinggi dan
bertanggung jawab.
e. Tekun, teliti, dan pantang menyerah.
f. Siap dikritik dan menerima masukan dari
siapa pun.
2.
Ruang Lingkup Kerja Sutradara
Ruang
lingkup atau wilaya kerja seseorang, sutradara, menurut kernoddle(1967) terdiri
dari tiga tahap:[6]
1.
Tahap
perencanaan naskah diterjemakan dari naska drama
menjadi naska utuh, divisualisasi dalam ruangan, waktu, dan warna
panggungan oleh sutradara.
2.
Tahap
pelatihan naska diubah bentuknya menjadi tubuh dan
suara aktor, serta perencangan aristik, merancangkan naska menjadi elemen
aristik pertunjukan.
3.
Tahap
pertunjukan sutradara, penulisan, dan desainer
menyingkir.stage menager dan crew panggung membantu aktor menghadirkan
naska di atas panggung.
3.
Tugas Sutradara
1. Memilih naskah dan menganalisis naskah
dan merencanakan audisi melakukan casting peran.
2. Membimbing latihan aktor dan mempersiapkan
elemen pementasan.
3. Mengintergasikan seluruh unsur petunjuk
hingga mengahasilkan sebuah produksi panggung.
4. Mengevaluasi hasil.
4.
Proses kerja sutradara
Tugas-tugas
diatas dapat dijabarkan lebih rinci, sebagai berikut.
a.
Memilih dan menganalisis naskah lakon.
1. Menentukan tema ide pementasan
bersama-sama dengan kelompoknya.
2. Mengendali sumber kreatif dari tema yang
telah disepakati bersama,baik dari naskah-naskah yang sudah ada, maupun
mencipta sendiri.
3. Setelah naskah yang ditemukan sutradara
membaca, menapsir, memahami, menggali, dan lantas merancang berbagai
kemungkunan konsef arstistik dari naskah tersebut.
4. Analisis beat dan adegan, analisis
dasar pergerakan cerita dan analisis ruang panggung
5. Sutradara mencatat perkembangan
preparasi-komplikasi-krisis resolosi.
6. Sutradara membagi naska menjadi beberapa
bagian atau beats, menganalisis setiap adanya motifasi tokoh disetiap bagian,
dan mengamati fungsi satu bagian dengan bagian lainya serta hubunganya dengan
keseluruhan naskah.
7. Sutradara menemukan through line of
action, garis laku, yang menjadi tulang punggung cerita dan yang mengikat
keseluruhan adegan.
8. Sutradara mempelajari seluruh tokoh
untuk mengetahui peran individunya ketika tokoh ini akan diperankan oleh
seorang aktor.
9. Sutradara mencatat kemungkinan
traspormasi dari strukrur naske ke tekstur panggung, yaitu dari plot, penokohan, tema, menjadi
dialog, suasana, dan spektakel.
10. Sutadaraa dapt mencari berbagai
informasi tentang kehidupan pengarang atau bahkan pengarang lain dalam rangka
lebih memperdalam pemahaman tentang isi naska.
11. Apabila naska merupakan baru, sutaradara
dapat dapat bekerja sama dengan penulis naska. Biasanya seorang penulis mudah
beradaptasi dan melakukan perbaiakn demi penggarapan panggung.
b.
Bedah naska
1. Hasil dari pembacaan/ penafsiran
dipresentasikan dean didskusikan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
pengarapan (baik tim artistik maupun timproduksi)
2. Proses ini, berguna untuk menyatukan
pemahaman/ orientasi pementasan bersama dari seluk-beluk teks naska yang akan
dipentaskan.
D.
Tata Rias
Tata rias secara umum memang untuk
mempercantik wajah.dalam dunia teater tata rias digunakan untuk menggambarkan
watak diatas panggung,maka tata rias dapat dikatakan sebagai seni yang
menggunkaan bahan bahan kosmetika untuk menunjukan wajah peranan yang
memberikan perubahan atau dandanan pada wajah pemain diatas panggung dengan
suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan, 1993:134).[7]
1.
Fungsi tata rias teater
a. Menyempernakan penampilan wajah
b. Menggambarkan krakter tokoh
c. Memberi ruang grak pada eksperesi pemain
d. Menegaskan dan menghasilkan garis garis
wajah sesiuai dengan tokoh
Menambahkkan
aspek dramatik
2.
Jenis jenis tata rias
a. Rias korektif adalah tata rias yang
biasa digunakan perempuan yang biasa bertujuan mempercantik wajah,untuk
kebutuhan panggung tata rias korektif juga diperlukan terutama memperjelas
wajah pemain terutama dari jauh
b. Rias karakter tata rias yang mengubha
karakter misalnya menjadi baik,menjadi buruk,menjadi tua,atau sesuai watak dari
pemeran ,yang memang banyak digunakan untuk teater,film/telrvisi.tata rias
teater berupaya memaduhkan tata rias dalam mewujudkan keindahhan pada
penampilan seseorang dengan menggunakan bahan bahan kosmetika tertentu. Ciri
ciri tata rias
1. Garis garis wajah yang tajam.
2. Pilihan warna yang mencolok dan kontras.
3. Ada bedak yang digunakan lebih tebal.
3. aksen dalam tata rias panggung
a. Pipi perlu diberi blush on ,sesuai
dengan wajah.
b. Dahi banyak kerutan dan dagu ada
cengkungan.
c. Pelipis akan mendalam ,maka perlu diberi
shadow.
d. Pangkal hidung ada kerut kerutdan mulut
banyak pecah pecah.
e. Mata,penonjolan mata dan kantong mata
serta mata perlu diberi shadow.
E.
Tata Busana
Tata busana dan tata rias menunjukakan
keserasian kraktar.maka tata busana dan tata rias adalah segalah sesuatu yang dikenakan
pemain diatas panggung ketika memerankan seorang tokoh,termasuk perlengkapan
yang digunakannya.funggsi tata busana adalah membantu menghidupkan
perwatakkanprilaku dan memberi fasilitas dan membantu gerak aktor
1.
Bagian bagian tata busana
a. Pakaian dasar,sebagai dasar sebelum
menggunakan pakaian pokok,misalnya stagen,kursel,rok dalam,straples.
b. Pakaian kaki,pakaian yang digunakan pada
bagian kaki.misalnya minggal ,gongseng,kaos kaki sepatu.
c. Pakaian tubuh ,pakaian pokok yang
dikenakan pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul,misalnya kain,rok
,kemeja,rompi dll.
d. Pakaian kepalah,pakaian yang digunakan
pada bagian kepala,misalnya berbagai jenis tata rambut,(hairdo) dan berbagai
hiasan berbentuk rambut(gelung tekuk,gulung konde,gulung keong).
e. Perlengkapan /acceriories,adalah
perlengkapan yang melengkapi keempat pakaian diatas, untuk memberikan efek
dekoratif pada karakter yang dibawakkan,misalnya perhiasan,gelang,kalung,ikat
pinggang dll.
2.
Warna-warna
busana
a. warna primer,yaitu warna pokokutama,yang
terdiri dari warna merah,kuning,dan biru.warna merah adalah warna keberaniaan
,agresif\aktif,pada drama tari tradisional warna tersebut biasanya dipakai oleh
raja yang sombong.biru mempunyai kesan ketenteraman yang mempunyai arti
kesetiaan,pada drama tardisional biasa dipakai oleh satria.warna kuning
mempunyai kesan kegembiraan.
b. warna skunder,adalah warna campuran
yaitu hijau,unggu,dan orangge.
c. warna intermediat, warna pentempuran
antara warna primer dn warna dihadapannya,misalnya merah dengan hijau,biru dengan
orange,kuning denganviolet.
d. warna tersier,yaitu warna pencampuran
primer dengan skunder,yaitu merah dengan orange,kuning dengan orange,kuning
dengan hijau,hijau dengan biru,e, warna kuanter,yaitu pencampuran warna primer
dengan tersier, yang melahirkan dua belas warna campuran.
e. Warna netral yaitu warna hitam dan
putih,hitam memberi kesan kematian dan kebijaksanaan. Pada drama teradisional
biasa dipakai oleh raja,satria,putri yang bijaksana.putih memberi kesan muda
atau mempunyai arti kesucian,dalam drama luar biasa dipakai pendeta
3.
Bentuk Tata Busana
a. Tata busana korektif
Tujuannya
adalah untuk mempertegas busana karna berada jauh dari penonton,maka dibutuhkan
bahan khusus yang bersifat korektif,seperti bisbend,pita dan randa pada bagian
lengan.
b. Tata busana karakter
Adalah
tata busana yang sesuai dengan karakter yang dimainkanseperti dokter tyang
memakai pakaian dokter,anak sekolah yang memakai seragam sekolah.
c. Tata busana fantasi
yang
tidak dipakai dalam kehiduppan sehari hari,misalnya superhero,supermen,atau
busana yang sesuai denga hayalan.
F.
Tata Panggung
Istilah “tata panggung” disebut juga
dengan istilah skenery (tata
dekorasi).seorang tata panggung, harus mampu mewujudkan gambaran tempat
kejadian sebuah pristiwa dalam lakon.tidak hanya sekedar dekorasi (atau
bersifat hiasan semata) ,tetapi segala perlaratan fisik yang akan digunakan
oleh aktor disediahkan oleh penata panggung. Maka seorang penata panggung harus
memahami naskah, dan kongsep sutradara.
Istilah”skenografi”telah ada sejak zaman
yunani dulu. Secara harfiah”skini”yang
berarti “panggung |pentas” dan “grafo”
yang berarti “menuliskan| menguraikan”.jadi skenografi berhubungan dengan bidang usaha dan pekerjaan
atau disiplin kerja yang menangani segala sesuatu diatas panggung|pentas.dan
penata panggungnya dikenal dengan sebutan skenografer.
1.
Syarat-syarat menjadi seorang skenografer.
a. Kreatif, mempunyai imajinasi tinggi.
b. Mampu menginterperesikan suasana
panggungkedalam bentuk sketsa atau gambar.
c. Mampu mendesain sebuah ruang dengan ukuran
terbatas menjadi panggung yang mampu mendukung kongsep seni pertunjukan.
d. Memiliki kemampuan dan pengetahuan
tentang penguasaan ruang, masalah komposisi, dan propesi
e. Mampu bekerja dalam sebuah tim, menguasai
teknologi dan memahami latar budaya dalam naskah yang akan dipentaskan.
2.
Tujuan pokok skenografer
a. Dapat memberi ruang kepada gerak laku
dan dapat memberi pernyataan suasana lakon.
b. Dapat memberi pandangan yang menarik dan
dapat dilihat dan dimengerti oleh penonton.
c.
G.
Tata Cahaya
Tata cahaya dalam teater sering
disebut juga dengan istilah lighting(bahasa Inggris). Tata cahaya dalam teater
mulai berkembang sejak lahir abad ke-19, ketika unsur cahaya menjadi salah satu
"seni yang mencahayai lakon secara dramatis". Dan tata cahaya telah
mampu menghadirkan ciri: waktu, tempat dan suasana. Sampai pada tahun 1881,
teater Savoy di Inggris menggunakan lampu sorot listrik pertama, yang kemudian
menandai perkembangan peran cahaya dalam pementasan teater.
1.
Fungsi tata cahaya
Secara umum fungsi dari tata cahaya
dalam teater, terbagi menjadi dua yaitu:
a. Sebagai penerangan, agar panggung
beserta unsur-unsur pementasan dapat terlihat.
b. Sebagai pencahayaan, sebagai salah satu
unsur artistik pementasan yang bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana
sesuai dengan tuntutan naskah.
Selain dua fungsi umum itu terdapat
lima fungsi khusus tata cahaya, sebagai berikut (dalam Pamodaryama:1988)
a. Mengadakan Pilihan Bagi Segala Hal
Yang Diperlihatkan
Hal
yang sangat penting bagi cahaya lampu adalah dapat berperan di atas panggung
untuk membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas.
b. Mengungkapkan Bentuk
Pengungkapan
bentuk pada hakikatnya disempurnakan oleh pencahayaan. Sudut datang cahaya dan
arah cahaya lampu khusus, harus diramu bersama dengan hati-hati sehingga
menghasilkan pencahayaan yang seimbang hingga ada pembeda antara keremangan dan
bayangan.
c. Membuat Gambar Wajar
Di
dalam fungsi ini, juga termasuk cahaya lampu tiruan yang menciptakan gambaran
cahaya wajar yang memberi petunjuk terhadap waktu sehari-hari, waktu setempat
dan musim.
d. Membuat Komposisi
Membuat
komposisi dengan cahaya adalah sama dengan menggunakan cahaya sebagai elemen
rancangan.
e. Menciptakan Suasana
Dengan
pengaturan cahaya diharapkan dapat menciptakan suasana termasuk adanya perasaan
atau efek kejiwaan yang diciptakan oleh pemeran dengan didukung oleh cahaya.
Nano Riantiarno (2011) juga lebih
merinci fungsi-fungsi tata cahaya dalam teater, di antaranya:[8]
a. Meniru efek alami.
b. Meningkatkan perubahan bentuk, modal,
bunyi dan suasana hati.
c. Menciptakan jarak penglihatan, sehingga
aktor dan unsur lainnya bisa terlihat.
d. Membantu menciptakan ruang dan waktu.
e. Memperkuat ciri khas (karakter) lakon.
f. Membangun irama dan gerakan visual.
2.
Persiapan seorang penata cahaya
Beberapa
hal yang harus disiapkan dan diketahui oleh seseorang penata cahaya adalah:
a. Ketersediaan peralatan dan perlengkapan
Seperti kabel, bolder
dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik sesuai
dengan yang dibutuhkan dalam pementasan.
b. Tata letak dan titik fokus
Tata letak adalah
penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya.
c. Keseimbangan warna
Keseimbangan warna
adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti,
seorang penata cahaya harus memiliki pengetahuan tentang waktu.
d. Penguasaan alat dan perlengkapan
Penata cahaya harus
memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata
cahaya.
e. Pemahaman naskah
Selain kesiapan teknis
di atas, pemahaman terhadap naskah dan konsep sutradara menjadi penting untuk
memulai sebuah kerja penataan artistik.
3.
Proses kerja penata cahaya
Setelah
memiliki bekal-bekal persiapan di atas, seorang penata cahaya memulai proses
pekerjaanya dengan:
a. Mencatat peristiwa atau kejadian, juga
peralatan pentas apa saja yang berlangsung di atas panggung pada saat
latihan, seperti bentuk dan warna
rias-busana aktor, bloking pemain, property, set-dekor yang akan digunakan.
b. Membuat ligh-plot, instrumen schedule,
channel book up, magic sheet dan cue list.
c. Menyiapkan colour gel yang akan
digunakan.
d. Mengkomunikasikan desai pencahayaan
kepada manager panggung, setelah sebelumnya mendapat persetujuan dari
sutradara.
e. Mendistribusikan hasil desai lampu pada
tim artistik lain seperti stage manager, kepala instalasi, direktur teknik.
Proses kerja berikutnya adalah
pengaplikasian desai pencahayaan, dengan urutan kerja sebagai berikut:
a. Hanging, menggantung lampu pada posisi
yang telah ditemukan.
b. Installing, menyambung lampu dengan
kabel-kabel pada sirkuit yang telah ditetapkan.
c. Channel Check, mengecek apakah semua
lampu telah berada pada posisi dan cahanel yang dikehendaki.
d. Focusing, mengarahkan cahaya pada area
yang dikehendaki dan memasang colour gel yang sesuai dengan plot.
e. Ploting, membuat plot sesuai dengan
urutan sekuen para pemain.
f. Cueing/ Technical Rehearsal/ Dry
Rehearsel, latihan teknik pergatian sekuen tanpa pemain.
g. Dress Rehearsal, latihan dengan busana
dan tata rias lengkap, tapi dengan cut oleh sutradara jika masih ada yang
kurang.
h. General Rehearsal/ Preview, latihan
dengan seluruh pendukung pergelaran tanpa intervensi sutradara.
i.
Pementasan
Perdana, pergelaran untuk umum.
4.
Komposisi tata cahaya
Pembagian
komposisi tata cahaya, dapat digolongkan ke dalam empat komposisi ( Nano, 2011
):[9]
a. Tata Cahaya Dominan, adalah cahaya yang
mnjangkau seluruh kebutuhan utama dari dramatik adegan.
b. Tata cahaya sekunder, adalah cahaya
pelengkap untuk cahaya utama.
c. Tata Cahaya Isi, adalah cahaya yang
menyoroti pemeran dan cahaya batas sisi pemeran, dengan tujuan untuk memisahkan
latar belakang.
d. Tata Cahaya Pengisi, adalah cahaya yang
pada umumnya datang dari bagian depan yang mlembutkan bayangan, dan memadukan
cahaya utama dan cahaya sekunder.
5.
Trik-trik aplikasi warna
a. Aplikasi warna cerah pada salah satu
elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk
keseluruhan rumah.
b. Warna netral untuk fasad bangunan lebih
baik, tapi jika ingin menggunakan warna cerah aplikasikan hanya pada satu
bidang.
c. Perpaduan warna cokelat dengan hijau
dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
d. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan
mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
e. Pada warna ruanganyang terlihat monoton,
tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”
f. Warna-warna lembut dan cahaya buatan
yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang
keluarga dan kamar tidur.
g. Permainan dinding dengan warna natural
akan membuat ruangan lebih luas.
h. Warna dinding natural yang berbeda-beda
pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk
masing-masing ruang tersebut.
i.
Pagar
merah bata, dinding abu-abu tua dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan
rumah lebih dinamis.
j.
Untuk
menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada
dinding dan putih pada lantai.
k. Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya
untuk membantu suasana tertentu.
H.
Tata Suara, Tata Musik
Tata suara bisa diartikan sebagai cara
untuk mengtur musik, efek bunyi maupun berbagai bunyi-bunyian yang mendukung
terciptanya suasana sehingga munculnya nuansa emosional yang tepat.
Herymawan(198:10) mengungkapkan bahawa
sering terjadi kesimpang siuran pemakaian istilah untuk tata suara, terutama
dari bahasa asing. Ia menyebutkan beberapa istilah yang biasa digunakan di
dalam praktik pemanfaatan suara di dalam pementasan drama yaitu: sound(bunyi),
voice(suara), desah, tone(nada), hume(dengung). Namun, untuk pementasa drama,
aspek yang mendominasi adalah aspek suara.[10]
1.
Suara (Dialog Aktor)
Suara
adalah yang bersumber dari makhluk hidup. Dialog-dialog di dalam pementasan
disampaikan lewat suara para tokoh. Sementara suara alam atau binatang, dapat
pula berperan penting yang memberi efek bunyi misalnya: suara tangis, suara
anjing melolong, suara marga satwa, suara air terjun dan sebagainya. Melalui
suara inilah penonton menangkap alur cerita yang dipentaskan.
Didalam
penggunaan suara, menurut Harymawan (1986:160), terdapat pula beberapa istilah
yang juga bisa dipergunakan di dalam pementasan drama yaitu:
a. Textur, merupakan kualitas suara yang
dapat dirasakan senang, kasar, lancar dan sebagainya.
b. Intonation, merupakan tinggi rendahnya
suara pada saat bicara.
c. Stress, adalah tekanan suara pada
hal-hal yang dianggap penting pada saat bicara.
d. Mood, merupakan suara yang menyangkut
tentang perasaan dan suara hati.
e. Pacing, adaalh suara yang pengucapannya
dapat dilakukan dengan lebih cepat atau lebih lambat dari kata-kata yang lain.
f. Accent, adalah tekanan pada suatu bagian
kata atau suku kata.
2.
Ilustrasi musik
Fungsi
dari tata musik adalah sebagai berikut:
a. Memberikan ilustrasi yang memperindah.
b. Memberikan latar belakang waktu dan
zaman, budaya, sosial atau keagamaan, juga latar belakang karakter.
c. Memberikan warna psikologis peran.
d. Memberikan tekanan kepada nada dasar
drama atau suasana batin yang dominan.
e. Membantu dalam penanjakan lakon,
penonjolan, progresi, membantu pemberian isi serta meningkatkan irama
permainan.
f. Memberi tekananan pada keadaan yang
mendesak.
g. Memberikan selingan.
3.
Jenis musik dalam pementasan
Daalm
pertunjukan teater, setidaknya ada empat jenis musik yang digunakan yaitu:
a. Musik pembuka
Musik pembuka dalah
musik di awal pertunjukan teater atau sering disebut musik opening. Fungsinya
untuk merangsang imajinasi para penonton dalam memberikan sedikit gambaran mengenai
pertunjukan teater yang akan disajikan atau juga bisa untuk pengkondisian
penonton.
b. Musik pengiring
Musik pengiring adalah
musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan di beberapa adegan
pertunjukan teater atau perpindahan adegan/ setting.
c. Musik suasana
Musik suasana berfungsi
untuk menghidupkan irama permainan serta suasana dalam pertunjukan teater baik
senang, gembira, sedih, tragis dan lain-lain.
d. Musik penutup
Musik penutup adalah
musik terakhir dalam pementasan teater yang berfungsi memberikan kesan tertentu
dari pertunjukan teater yang telah disajikan.
4.
Tahapan kerja penata musik (Musik)
a. Mempelajari naskah drama yang akan
disajikan.
b. Berkomunikasi dan berdiskusi dengan
sutradara.
c. Membuat rancangan musik (efek suara),
pembuka, pengiring, suasana dan penutup.
d. Hasil rancangan didiskusikan kembali
dengan sutradara.
e. Setelah disetujui mulai proses latihan
f. Proses latihan musik dilakukan setelah
melihat dan mencatatat dengan seksama latihanlatihan aktor, agar mengetahui
ritme permainan.
g. Mengkondisikan dan membut schedule
latihan sendiri, bersama tim musik.
h. Setelah jadi tim musik mulai masuk dalam
peroses latihan bersama.
i.
Selama
latihan terus bangun komunikasi dengan sutradara dan aktor.
j.
Terus
bangun semangat kebersamaan dan jangan sesekali merasa peran musik tidak lebih
penting dari yang lain.
I.
Penonton
Penonton termasuk unsur penting
dalam pementasan drama. Bagaimanapun sempurnanya persiapan,kalau tak ada
penonton rasanya drama tak akan dimainkan. Penonton adalah orang-orang yang mau
datang ke tempat pertunjukan. Dilihat dari segi motivasinya penonton dapat di
bagi menjadi tiga ragam penonton yaitu :
1. Penonton peminat
Penonton peminat adalah
penonton intelektual yang mampu mengapresiasi seni,terutama seni drama.
2. Penonton iseng
Penonton iseng sebenarnya
penonton yang tak punya perhatian khusus pada drama, tetapi mungkin menyukai
seni lain, terutama seni musik.
3. Penonton penasaran
Penonton ini berhasrat
menonton karena penasaran, yaitu ingin tahu apa sebenarnya tontonan drama itu
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naskah drama adalah karangan yang berisi
cerita atau lakon. Pemain adalah orang yang meragakan cerita. Sutradara adalah
pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab
terhadap kesuksesan pementasan drama, ia tentu harus membuat perencanaan dan
pelaksanaannya. Yang dimaksud dengan tata rias adalah cara mendandani pemain.
Tata busana adalah pengaturan pakaian baik bahan, model, maupun cara
mengenakannya. Yang dimaksud panggung adalah pentas atau arena untuk bermain
drama. Yang dimaksud tata lampu adalah pengatur cahaya di panggung. Yang
dimaksud tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara ( sound system ),
melainkan juga musik pengiring.
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan drama.
B. Saran
Kita harus mengetahui unsur-unsur
pementasan drama agar kita sebagai generasi penerus bangsa bisa menciptakan
drama yang indah, penuh dengan seni sastra yang tidak lepas dari unsur-unsur
pementasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini, Murhalim.
2016. Seni Teater. Yogyakarta: Frame
Publishing.
No comments:
Post a Comment