1

loading...

Sunday, December 30, 2018

MAKALAH KONVENSI SASTRA ANGKATAN BALAI PUSTAKA


MAKALAH

KOVENSI SASTRA ANGKATAN BALAI PUSTAKA

BAB l
 pendahuluan
      A.    Latar belakang
Menulis merupakan salah satu aspek utama yang dapat dipelajari dalam bahasa indonesia. Menulis merupakan sebuah keterampilan yang dapat menjunjung kemampuan dari diri seseorang dan menjadi sebagai salah satu kegiatan untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.pesan yang disampaikan seorang penulis dapat disampaikan melalui sebuah tulisan sebagai alat atau media yang berfungsi sebagai wadah dalam menuangkan ide atau gagasan dan pikiran.
Di dalam kovensi sastra angkatan balai pustaka, karya-karya yang dihasilkan dan tokoh-tokoh merupakan suatu hal yang sangat penting karena sebagai sastrawan harus menghasilkan sebuah karya. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengetahui fiksi, puisi dan drama, didalam makalah ini kami membahas tentang kovensi sastra angkatan balai pustaka fiksi, puisi, drama, karya-karya yang dihasilkan dan tokoh-tokoh sastra.
  
     B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.      Mengetahui konvensi sastra angkatan balai pustaka
2.      Mengetahui pengertian fiksi ,puisi,dan darama
3.      Mengetahui karya-karya yang di hasilkan dan tokoh-tokoh sastra. 
     C.    Tujuan
1.      Mengetahui konvensi sastra angkatan balai pustaka
2.      Untuk mengetahui pengertian dari fiksi.
3.      Untuk mengetahui definisi dari puisi.
4.      Untuk mengetahui pengertian drama .
5.      Mengetahui karya-karya yang di hasilkan dan tokoh-tokoh sastra.

     D.    Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah kita dapat memahami dan mengetahui pengertian fiksi,dapat mengetahu pengertian puisi,pengertian drama dan karya-karya yang di hasilkan dan tokoh –tokoh sastra kemudian dapat menyimpulkannnya.

Kovensi sastra angkatan balai pustaka
     Angkatan balai pustaka lazim disebut juga angkatan 20 menyamakan angkatan balai pustaka dengan angkatan 20 sebenarnya tidak tepat karena kegiatan sastra indonesia sekitar tahun 1920 tidak semata mata terbatas pada kegiatan balai pustaka.[1]
     Nama balai pustaka menunjuk dua pengertian:(1)sebagai nama badan penerbit dan (2)sebagai nama suatu angkatan dalam sastra indonesia.kedua pengertian itu berhubungan erat.balai pustaka sebagai badan penerbit hingga kini masih ada,meskipun setatus dan fungsinya berbeda sama sekalu dengan dahulu.badan tersebut sekarang ada dalam lingkungan Depdiknas.[2]
     Balai pustaka sebagai angkatan tidak terlepas dari riwayat pendirian balai pustaka.pada akhir abad ke 19 pemerintah belanda banyak membuka sekolah untuk bumi putra dengan maksud:(1)mendidik pegawai_pegawai renda yang di butuhkan oleh pemerintah dan(2)agar politik pengajaran tetap di kuasai oleh pemerintah.Akan tetapi,ternyata sekolah_sekolah tersebut makin luas sehingga banyak bangsa kita yang pandai membaca dan menulis.pemerintah khawatir terhadap kegemaran membaca dikalangan rakyat.Untuk memenuhi hasrat membaca itu dengan keputusan no.12 tanggal 14 september 1908 oleh pemerintah dibentuklah suatu komisi yang di beri bernama Commissie voor de Inlamdsche School in Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat di Sekolah-sekolah Bumi putra)dibawah pimpinan G.A.J.Hazeu.komosi ini makin lama makin luas dan makin bertambah kegiatanya;sehingga pada tahun 1917 di ubah menjadi suatu badan penerbit yang di beri nama Balai Pustaka.pimpinan badan penerbit tersebut berturut-turut yaitu D.A.Rinkes,G.W.J.Drewes,dan K.A.H.hidding.[3]
            Adapun tujuan pemerintah Belanda mendirikan Balai Pustaka itu antara lain sebagai berikut.
1.      Agar kausan membaca dikakangan rakyat bisa dicukupi dengan buku-buku yang direbitkan sendiri sehinggah tidak akan membahayakan ketertiban dan keamanan negeri.pemerintah khawatir apabila rakyat memperoleh dan membaca buku-buku dari luar, hak itu pasti akan membahayakan kedudukannya. Oleh karena itu, pemerintah membuat peraturan yang keras terhadap info buku.
2.      Dengan menerbitkan sendiri buku-buku bacaan itu, pemerintah bermaksud secara tidak langsung memasukan unsur-unsur penjajahan melalui bacaan.
3.      Seakan-akan sebagai abalasan jasa atau sekedar untuk memberi hati kepada rakyat dalam hubungannya dengan politik etis pemerintah paa masa itu[4].
Manfaat dan perananan balai pustaka itu misalnya:
a.       Memberikan kesempatan yang luas kepada para pengarang bangsa indonesia untuk menghasilkan karangan dan dengan sendirinya juga memberikan kesempatan kepadarakyat untuk membaca karangan bangsa sendiri.
b.      Secara tidak langsung balai pustaka memberikan kesempatan juga kepada bangsa indonesia untuk memperoleh pengetahuan dan kemajuan, terutama dalam bidang karangangan-mengarang.
c.       Penyebaran secara luas cerita-cerita rakyat, cerita-cerita tercemar atau saduran dari sastra asing banyak berpengaruh trhadap pertumbuhan sastra suatu bangsa.[5]
1.      .NUR SUTAN ISKANDAR
            Nur sutan iskandar lahir di maninjau tahun 1893 ialah pengarang balai pustaka dalam arti yang sesungguhnya.iya,karena minat dan perhatianya kepada dunia karang mengarang,meninggalkan kedudukanya sebagai guru dan melamar kebalai pustaka.tahun1919 ia bekerja sebagai korektor redaksi melayu,kemudian menjadi anggota redaksi dan kepala redaksi balai pustaka sampai pensiu.nur sutan iskandar telah mengarang,menerjemahkan,menyusun,menyadur dan memperbaiki berpuluh-puluh naskah sampai benjadi buku.
             Romanya yang pertama yang berjudul Apa dayaku karena aku perempuan (1922)diterbitkan oleh balai pustaka.bukunya yang kedua dari naskah Abd.Ager,berjudul cinta yang membawa maut(1926).bukunya yang pertama yang mulai menarik hati ialah salah pilih(1928)
             Buku sutan iskandar yang berikut ialah karena mertua(1932).tuba Dibalas dengan susu(1933),hulubalang raja(1934).Hendak jadi lembu(1935).Neraka dunia(1937).Dewi rimba(1935).[6]
2.      . GUSTI NYOMAN PANJI TISNA
            Dalam tahun 1935 oleh balai pustaka diterbitkan roman berjudul Ni Rawit Ceti Penjual Orang yang melukiskan kebengisan masyarakat feodal di Bali.Buku ini dikarang oleh I Gusti Nyoman Panji Tisna yang kemudian menjadi anak Agung Panji Tisna, Putera Bali lahir disingah raja tahun 1908. Sukreni Gadis Bali (1936). Swasta Setahun di Bedahulu (1938). Dewi Kurnia (1938). [7]
3.      SUTAN SATI
Telah menerbitkan buku sejak 1928, yaitu Roman yang bejudul Sengsara Membawa Nikmat yang merupakan romannya yang pertama. Kemudia ia menerjemahkan kaba’ Sabai Nan Aluie (1929) yang ditulis oleh M. Thaib Gelar St Pamuntjak dalam bahasa Minangkabau kedalam bahasa indonesia. Ia pun menulis dua buah syair. Yang pertama bejudul syair Siti Marhumah yang shaleh (1930). Yang kedua syair Rosina (1933). Yang ketiga yaitu Tak Disangkah (1929). Memutuskan Pertalian 1932 dan Tidak Membalas Guna (1932). Kasih Ibu (1932).[8]

4.      Aman Dt. Madjoindo ( lahir pada tahun 1896 di solo) yang lebih terkenal sebagai pengarang Buku bacaan Kanak-kanak, pengarang yang namanya tak bisa dilepaskan dari Balai Pustaka. Pada tahun tiga puluhan ia menulis beberapah buah roman, diantara lain berjudul Menebus Dosa (1932). Si Cebol rindukan bulan (1934). Ia pun menulis buku berupah syair, antaranya berjudul syair Sibonso ( Gadis Durhaka) terbit 1931, syair Gul Bakabali (1936). Rosmala Dewi (1932). Sebabnya Rafiah Tersesat (1934).[9]

5.      Suman Hasibuan atau  yang lebih terkenal dengan Suman Hs.(lahir di Bengkalis 1904) terkenal dengan gaya bahasanya yang linca  ringan dan cerita-ceritanya yang mirip kepada cerita detektif. Ia menulis beberapah roman, antaranya yang berjudul Kasih Tak Terlelai (1929), percobaan setia (1931), mencari pencuri anak perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) dan Tebusan Darah (1939).[10]

6.      Menarik ialah roman karangangan Habib St. Maharadja berjudul Nasib (1932). Pembalasan (1938).[11]


DAFTAR PUSTAKA

Prof.Drs.H.Sarwadi sejarah sastra indonesia modern (yogyakarta: gama media,2004)
Ajib Rosidi, IKHTISAR Sejarah Sastra Idonesia (Bandung: Pustaka jaya,2013)

[1] Prof.Drs.H.Sarwadi sejarah sastra indonesia modern (yogyakarta: gama media,2004) hal.23
[2] Ibid, hal.23
[3] Ibid, hal. 25
[4] Ibid, hal. 25
[5]Ibid, hal. 27
6 Ajib Rosidi, IKHTISAR SEJARAH SASTRA INDONESIA (Bandung: Pustaka jaya,2013) hal.62
[7] Ibid,hal.65
[8] Ibid,hal.66
[9] Ibid,hal.67
[10] Ibid,hal.67
[11] Ibid,hal.68

No comments:

Post a Comment