MAKALAH
KOVENSI SASTRA ANGKATAN BALAI PUSTAKA
BAB l
pendahuluan
A.
Latar belakang
Menulis merupakan salah satu
aspek utama yang dapat dipelajari dalam bahasa indonesia. Menulis merupakan
sebuah keterampilan yang dapat menjunjung kemampuan dari diri seseorang dan
menjadi sebagai salah satu kegiatan untuk menyampaikan pesan kepada
pembaca.pesan yang disampaikan seorang penulis dapat disampaikan melalui sebuah
tulisan sebagai alat atau media yang berfungsi sebagai wadah dalam menuangkan
ide atau gagasan dan pikiran.
Di dalam kovensi sastra angkatan balai pustaka,
karya-karya yang dihasilkan dan tokoh-tokoh merupakan suatu hal yang sangat
penting karena sebagai sastrawan harus menghasilkan sebuah karya. Dalam
kehidupan sehari-hari kita harus mengetahui fiksi, puisi dan drama, didalam
makalah ini kami membahas tentang kovensi sastra angkatan balai pustaka fiksi,
puisi, drama, karya-karya yang dihasilkan dan tokoh-tokoh sastra.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas maka dapat dirumuskan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.
Mengetahui
konvensi sastra angkatan balai pustaka
2.
Mengetahui
pengertian fiksi ,puisi,dan darama
3.
Mengetahui
karya-karya yang di hasilkan dan tokoh-tokoh sastra.
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
konvensi sastra angkatan balai pustaka
2.
Untuk
mengetahui pengertian dari fiksi.
3.
Untuk
mengetahui definisi dari puisi.
4.
Untuk
mengetahui pengertian drama .
5.
Mengetahui
karya-karya yang di hasilkan dan tokoh-tokoh sastra.
D.
Manfaat
Manfaat dari makalah ini
adalah kita dapat memahami dan mengetahui pengertian fiksi,dapat mengetahu
pengertian puisi,pengertian drama dan karya-karya yang di hasilkan dan tokoh
–tokoh sastra kemudian dapat menyimpulkannnya.
Kovensi sastra angkatan
balai pustaka
Angkatan balai pustaka lazim disebut juga angkatan 20 menyamakan
angkatan balai pustaka dengan angkatan 20 sebenarnya tidak tepat karena
kegiatan sastra indonesia sekitar tahun 1920 tidak semata mata terbatas pada
kegiatan balai pustaka.[1]
Nama balai pustaka menunjuk dua
pengertian:(1)sebagai nama badan penerbit dan (2)sebagai nama suatu angkatan
dalam sastra indonesia.kedua pengertian itu berhubungan erat.balai pustaka
sebagai badan penerbit hingga kini masih ada,meskipun setatus dan fungsinya
berbeda sama sekalu dengan dahulu.badan tersebut sekarang ada dalam lingkungan
Depdiknas.[2]
Balai pustaka sebagai angkatan tidak
terlepas dari riwayat pendirian balai pustaka.pada akhir abad ke 19 pemerintah
belanda banyak membuka sekolah untuk bumi putra dengan maksud:(1)mendidik
pegawai_pegawai renda yang di butuhkan oleh pemerintah dan(2)agar politik
pengajaran tetap di kuasai oleh pemerintah.Akan tetapi,ternyata sekolah_sekolah
tersebut makin luas sehingga banyak bangsa kita yang pandai membaca dan
menulis.pemerintah khawatir terhadap kegemaran membaca dikalangan rakyat.Untuk
memenuhi hasrat membaca itu dengan keputusan no.12 tanggal 14 september 1908
oleh pemerintah dibentuklah suatu komisi yang di beri bernama Commissie voor de
Inlamdsche School in Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat di
Sekolah-sekolah Bumi putra)dibawah pimpinan G.A.J.Hazeu.komosi ini makin lama
makin luas dan makin bertambah kegiatanya;sehingga pada tahun 1917 di ubah
menjadi suatu badan penerbit yang di beri nama Balai Pustaka.pimpinan badan
penerbit tersebut berturut-turut yaitu D.A.Rinkes,G.W.J.Drewes,dan
K.A.H.hidding.[3]
Adapun tujuan pemerintah Belanda
mendirikan Balai Pustaka itu antara lain sebagai berikut.
1. Agar
kausan membaca dikakangan rakyat bisa dicukupi dengan buku-buku yang direbitkan
sendiri sehinggah tidak akan membahayakan ketertiban dan keamanan
negeri.pemerintah khawatir apabila rakyat memperoleh dan membaca buku-buku dari
luar, hak itu pasti akan membahayakan kedudukannya. Oleh karena itu, pemerintah
membuat peraturan yang keras terhadap info buku.
2. Dengan
menerbitkan sendiri buku-buku bacaan itu, pemerintah bermaksud secara tidak
langsung memasukan unsur-unsur penjajahan melalui bacaan.
3. Seakan-akan
sebagai abalasan jasa atau sekedar untuk memberi hati kepada rakyat dalam
hubungannya dengan politik etis pemerintah paa masa itu[4].
Manfaat dan perananan balai pustaka itu misalnya:
a. Memberikan
kesempatan yang luas kepada para pengarang bangsa indonesia untuk menghasilkan
karangan dan dengan sendirinya juga memberikan kesempatan kepadarakyat untuk
membaca karangan bangsa sendiri.
b. Secara
tidak langsung balai pustaka memberikan kesempatan juga kepada bangsa indonesia
untuk memperoleh pengetahuan dan kemajuan, terutama dalam bidang karangangan-mengarang.
c. Penyebaran
secara luas cerita-cerita rakyat, cerita-cerita tercemar atau saduran dari
sastra asing banyak berpengaruh trhadap pertumbuhan sastra suatu bangsa.[5]
1. .NUR
SUTAN ISKANDAR
Nur
sutan iskandar lahir di maninjau tahun 1893 ialah pengarang balai pustaka dalam
arti yang sesungguhnya.iya,karena minat dan perhatianya kepada dunia karang
mengarang,meninggalkan kedudukanya sebagai guru dan melamar kebalai
pustaka.tahun1919 ia bekerja sebagai korektor redaksi melayu,kemudian menjadi
anggota redaksi dan kepala redaksi balai pustaka sampai pensiu.nur sutan
iskandar telah mengarang,menerjemahkan,menyusun,menyadur dan memperbaiki
berpuluh-puluh naskah sampai benjadi buku.
Romanya yang pertama yang berjudul Apa dayaku
karena aku perempuan (1922)diterbitkan oleh balai pustaka.bukunya yang kedua
dari naskah Abd.Ager,berjudul cinta yang membawa maut(1926).bukunya yang
pertama yang mulai menarik hati ialah salah pilih(1928)
Buku sutan iskandar yang berikut ialah karena
mertua(1932).tuba Dibalas dengan susu(1933),hulubalang raja(1934).Hendak jadi
lembu(1935).Neraka dunia(1937).Dewi rimba(1935).[6]
2. .
GUSTI NYOMAN PANJI TISNA
Dalam tahun 1935 oleh balai pustaka
diterbitkan roman berjudul Ni Rawit Ceti Penjual Orang yang melukiskan
kebengisan masyarakat feodal di Bali.Buku ini dikarang oleh I Gusti Nyoman
Panji Tisna yang kemudian menjadi anak Agung Panji Tisna, Putera Bali lahir
disingah raja tahun 1908. Sukreni Gadis Bali (1936). Swasta Setahun di Bedahulu
(1938). Dewi Kurnia (1938). [7]
3. SUTAN
SATI
Telah menerbitkan buku sejak 1928, yaitu
Roman yang bejudul Sengsara Membawa Nikmat yang merupakan romannya yang
pertama. Kemudia ia menerjemahkan kaba’ Sabai Nan Aluie (1929) yang ditulis
oleh M. Thaib Gelar St Pamuntjak dalam bahasa Minangkabau kedalam bahasa
indonesia. Ia pun menulis dua buah syair. Yang pertama bejudul syair Siti
Marhumah yang shaleh (1930). Yang kedua syair Rosina (1933). Yang ketiga yaitu
Tak Disangkah (1929). Memutuskan Pertalian 1932 dan Tidak Membalas Guna (1932).
Kasih Ibu (1932).[8]
4. Aman
Dt. Madjoindo ( lahir pada tahun 1896 di solo) yang lebih terkenal sebagai
pengarang Buku bacaan Kanak-kanak, pengarang yang namanya tak bisa dilepaskan
dari Balai Pustaka. Pada tahun tiga puluhan ia menulis
beberapah buah roman, diantara lain berjudul Menebus Dosa (1932). Si Cebol
rindukan bulan (1934). Ia pun menulis buku berupah syair, antaranya berjudul
syair Sibonso ( Gadis Durhaka) terbit 1931, syair Gul Bakabali (1936). Rosmala
Dewi (1932). Sebabnya Rafiah Tersesat (1934).[9]
5. Suman
Hasibuan atau yang lebih terkenal dengan
Suman Hs.(lahir di Bengkalis 1904) terkenal dengan gaya bahasanya yang
linca ringan dan cerita-ceritanya yang
mirip kepada cerita detektif. Ia menulis beberapah roman, antaranya yang
berjudul Kasih Tak Terlelai (1929), percobaan setia (1931), mencari pencuri
anak perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) dan Tebusan Darah (1939).[10]
6. Menarik
ialah roman karangangan Habib St. Maharadja berjudul Nasib (1932). Pembalasan
(1938).[11]
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Drs.H.Sarwadi
sejarah sastra indonesia modern
(yogyakarta: gama media,2004)
Ajib
Rosidi, IKHTISAR Sejarah Sastra Idonesia (Bandung:
Pustaka jaya,2013)
[1] Prof.Drs.H.Sarwadi sejarah sastra
indonesia modern (yogyakarta: gama media,2004) hal.23
[2] Ibid, hal.23
[3] Ibid, hal. 25
[4] Ibid, hal. 25
[5]Ibid, hal. 27
[8] Ibid,hal.66
[9] Ibid,hal.67
[10] Ibid,hal.67
[11] Ibid,hal.68
No comments:
Post a Comment