1

loading...

Thursday, December 6, 2018

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK


MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK 1“Tahap Perkembangan Pada Masa Anak-Anak (6-12/13 Tahun Menjelang Remaja)

BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati (Syamsu,2012:3). Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri, dan memecahkan masalah yang dihadapinya, melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
 Menurut Kartono dalam Psikologi Anak, psikologi perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dari periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode menjelang dewasa (Ahmadi, 2005: 2-3).

B.       Rumusan Masalah
.     Bagaimana Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-Anak?
    Bagaimana Perkembangan Kognitif Pada Anak-Anak?
    Bagaimana Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Anak-Anak?

C.      Tujuan Masalah
     Untuk Mengetahui Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-Anak
    Untuk Mengetahui Perkembangan Kognitif Pada Anak-Anak
     Untuk Mengetahui Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Anak-Anak
                                                                           BAB II
PEMBAHASAN


A.      Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-Anak
Perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, konigtif, sosial emosional, dan bahasa. Masa ini menurut ebbeck (1998) merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada saat ini, ank sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Usia anak pada masa ini merupakan fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia khususnya perkembangan fisik dan motorik.[1]
 Pada masa ini, keterampilan motorik kasar dan halus sangat pesat perkembangannya. Karena pada umumnya anak usia TK sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Karena otot-otot besar lebih berkembang daripada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Karena masa kecil sering disebut sebagai saat ideal untuk mempelajari keterampilan motorik dengan alasan[2]:
1.      Tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa sehingga anak lebih mudah menguasai keterampilan motorik.
2.      Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, sehingga anak akan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah.
3.      Secara keseluruhan anak lebih berani mencoba pada saat kecil ketimbang setelah besar. Oleh karena itu, mereka berani mencoba sesuatu yang baru, sehingga menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.
4.      Anak-anak menyukai pengulangan, sehingga mereka bersedia mengulangi tindakkan hingga otot terlatih untuk melakukannya secara efektif.
5.      Anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan motorik.
Kapan kita harus mengajarkan perkembangan fisik dan motorik kepada anak-anak adalah pada segala usia dan mulai anak sudah bisa mencontoh gerakan-gerakan orang dewasa di sekitarnya. Perubahan terjadi secara teratur dalam arah yang relatif dapat dipredeksi, misalnya sebelum seorang anak dapat berjalan, pertama-tama anak belajar mengangkat kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak, berdiri dengan bantuan, dan kemudian berdiri tanpa bantuan. Demikian pula dengan belajar menulis , anak-anak belajar membuat tulisan dalam bentuk tulisan coretan-coretan. Tulisan coretan-coretan merupan dasar untuk membentuk huruf, kemudian konsonal tunggal yang menggamarkan seluruh kata, kemudian kombinasi huruf yang mengarah pada ejaan, dan akhirnya menjadi huruf-huruf yang standar.
Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan thomshon. 1956 (yusuf,2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: (1) sistem saraf yang sangat memengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang memengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi[3].
B.       Perkembangan Kognitif Pada Anak-Anak
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget(1896-1980) Jean Piaget lahir di Neuchatel, sebuah kota kecil di Swiss. Piaget memulai karirnya sebagai seorang ahli biologi, khususnya tentang mollusca (kerang-kerangan). Namun ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan sejarah ilmu pengetahuan segera diikuti dengan ketertarikannya pada keong. Karena dia semakin larut dalam penyelidikan bagaimana proses pikiran yang bekerja dalam sains, akhirnya dia tertarik pula untuk menyelidiki apa sesungguhnya pikiran itu, khususnya tahaptahap perkembangannya. Bidang ini disebutnya dengan epistemology genetic yang berarti studi tentang perkembangan pengetahuan manusia[4]. Selanjutnya Piaget memutuskan untuk mempelajari anak pada tahun 1920 ketika bekerja di Laboratorium Binet di Paris[5].

Tahapan-tahapan atau periode-periode yang paling umum bisa dilihat di tabel 6.1 berikut ini:

Periode  I
Kepandaian sensori-motorik (dari lahir-2 tahun. Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul untuk menghadapi dunia yang muncul di hadapannya.
Periode II
Pikiran pra-operasional (2-7 tahun). Anak-anak belajar berpikir menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
Periode III
Operasi-operasi berpikir konkret (7-11tahun). Anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret.
Periode IV
Operasi-operasi berpikir formal (11-dewasa). Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotetis.

Sebelum membahas tahapan-tahapan di atas secara detail, sangat penting untuk memperhatikan dua poin teoritis berikut ini. Pertama, Piaget menemukan bahwa anak-anak melewati tahapan-tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga dia tidak perlu menaruh perhatian kepada batasan usia yang dilekatkan pada tahapan-tahapan tersebut. Dia juga menemukan bahwa anak-anak selalu melewati tahapan-tahapan ini dengan urutan yang tidak pernah beubah dengan keteraturan yang sama. Kedua, sangat penting untuk memahami pandangan umum piaget mengenai hakikat perubahan di dalam perkembangan. Karena dia menuliskan urutan pentahapan yang tidak pernah berubah, beberapa tokoh perkembangan (seperti Bandura dan McDonald, 1963) mengelompokkan dia kepada maturationist. Namun piaget bukan maturationist, karenakelompok ini percaya bahwa urutan-urutan tahap perkembangan sudah diatur oleh gen-gen dan bahwa pentahapan itu berjalan menurut rancangan waktu batiniah anak-anak.[6]
Pikiran pra-operasional (2-7 tahun) dan operasi-operasi berpikir konkret (7-11 tahun).
Anak telah mengembangkan tindakan-tindakan yang efisien dan terorganisasikan dengan baik untuk menghadapi lingkungan di hadapannya. Anak terus menggunakan kemampuan-kemampuan sensori-motorik di seluruh hidupnya, meskipun di periode berikutnya, yaitu periode pra-operasional terjadi perubahan cukup besar.[7]

a)        Pertumbuhan aktivitas simbolik
Anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol ketika mereka menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak hadir (Gindbung dan Opper,1988, h.70).

b)        Penalaran ilmiah
Pengkonservasian kuantitas-kuantitas (benda cair) yang bersambungan. Ini adalah eksperimen piaget yang paling terkenal. Di dalam salah satu versi (Piaget dan Szeminska, 1941, h.17)

c)        Pemikiran sosial
Egosentrisme. Piaget percaya bahwa disetiap periode terdapat kaitan umum antara pemikiran ilmiah dan pemikiran sosial.

Operasi-Operasi Berpikir Formal (11 Tahun Sampai Dewasa)
Ditahapan operasi berpikir konkret, anak-anak dapat berpikir sistematis berdasarkan ‘tindakan-tikndakan mentalnya’.[8] Namun begitu, ada keterbatasan bagi kemampuan ini. Mereka bisa berpikir logis dan sistematis hanya selama mengacu kepada objek-objek yang bisa diindra yang tunduk kepada aktivitas riil (piaget, 1964, h.62)
Piaget sangat tertarik dengan kemampuan untuk menalar terkait dengan kemungklinan-kemungkinan hipotesis. Di dalam sebuah eksperimen (inhelder dan piaget, 1955, h.122), anak-anak diberi empat tabung berisi cairan tak berwarna yang dibeli 1, 2, 3 dan 4.mereka juga diberikan tabung kecil berisi cairan tak berwarna berlabel g. Tugas mereka adalah mencampur cairan-cairan ini membuat warnanya kuning.

C.      Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Anak-Anak
Dalam teori psikoanalitis, masa laten mengikuti penyelesaian konflik cedipus, karena energi seksual dipusatkan jauh dari obyek larangan aslinya, orang tua, dan kearah pencapaian penyelesaian yang diterima secara sosial. Sebagai bagian dari pemecahan masalah, anak-anak pasca-cedipus menyamakan dengan orang tua kelamin yang sama, mengambilnya sebagai model peran. Pertimbangan moral orang tua diinternalisasikan sebagai superego. Pengamatan yang mendukung teori ini meliputi pengurangan labilitas emosi terhadap orang tua dan peningkatan keterlibatan dalam hubungan di luar rumah.
Perkembangan emosi dan sosial berlanjut pada tiga konteks: rumah, sekolah dan lingkungan sekitar[9]. Dari ketiga konteks tersebut, rumah tetap yang paling mempengaruhi. Hubungan orang tua-anak berlanjut untuk memberikan keamanan dasar yang dengannya anak dapat berani keluar.
Awal masuk sekolah bertepatan dengan pemisahan lebih lanjut dari keluarga dan peningkatan kepentingan hubungan guru dan murid. Disamping persahabatan, yang mungkin berlangsung selama berbulan-bulan, pengalaman dengan sejumlah besar persahabatan dan antagonisme yang dangkal turut membantu kompetensi pertumbuhan sosial anak.
Pada lingkungan sekitarnya, bahaya yang sebenarnya seperti jalan yang ramai, penggertak, dan orang-orang asing membebani pengetahuan umum dan kecerdikan anak usia sekolah. Interaksi dengan sesama usia tanpa pengawasan yang ketat dari orang tua menimbulkan peningkatan penyelesaian konflik.

1.    aspek sosial     
Perkembangan sosial anak usia SD ditandai dengan adanya perluas hubungan, disamping  dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia SD, anak memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap berkerja sama (kooperatif) atau mau memperhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris).[10] Anak mulai berminat terhadap kegiatan bersama teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok (gang), merasa tidak senang apabila di tolak oleh kelompoknya dan dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. dalam peroses belajar di sekolah, kemantangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau di maknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yg membutuhkan tenaga fisik (seperti membersikan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti merencanakan kegiatan  berkemah dan membuat laporan study tour). Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk menampilkan prestasinya, dan juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersam. Dengan melaksanankan tugas kelompok, anak dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab.
2.    Aspek Emosi
Pada usia Sekolah Dasar (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Anak SD belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan ,kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh.apabila anak dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya  stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Sebaliknya apabila kebiasaan orang tua atau guru dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil atau kurang kantrol (seperti: marah-marah, mengeluh), maka perkembangan emosi anak, cenderung kurang stabil atau tidak sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif seperti: perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdikusi, mengerjakan tugas atau perkerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya, apabila emosi yang menyertai proses belajar itu emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan ,dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar ,sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajar nya. Mengingat hal tersebut ,maka guru sekolah dasar seyogianya mempunyai kepedulian untuk menciptakan suasana proses belajar-mengajar yang menyenangkan atau kondisif..[11]



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan seseorang bersifat tidak dapat digambarkan dengan angka dan perubahan bersifat tetap, perkembangan tidak dibatasi oleh usia. Contoh, ketika seseorang belajarmaka ia akan semakin cerdas karena setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam belajar ilmu pengetahuan.

B.       SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.



DAFTR PUSTAKA

Dadan Suryana. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana)

George Boeree. 2008. General Psychology, Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognitif, Emosi dan Perilaku (terjemahan), (Jakarta: Ar-Ruzz Media Group).

William Crain. 2007. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, terjemahan (Yogyakarta: Pustaka pelajar)

Samik wahab. 1996/2000. Ilmu kesehatan anak nelson. VO . I.E/15. (terjemahan) (jakarta: buku kedokteran EGC)

M.Harwansyah Putra Sinaga. 2018. Bersahabat Dengan Anak (Panduan Praktis Bagi Orangtua Muslim).Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


[1] Dadan Suryana. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana 2016) Hlm.150
[2] Dadan Suryana. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana 2016) Hlm.151
[3] Dadan Suryana. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana 2016) Hlm.152
[4] George Boeree, General Psychology, Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognitif,
Emosi dan Perilaku (terjemahan), (Jakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), hlm. 366
[5] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 168
[6] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 171
[7] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 182
[8] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 199
[9] Samik wahab. Ilmu kesehatan anak nelson. VO . I.E/15. (terjemahan) (jakarta: buku kedokteran EGC 1996/2000. hl.71)
[10] M.Harwansyah Putra Sinaga. Bersahabat Dengan Anak (Panduan Praktis Bagi Orangtua Muslim).Jakarta: PT Elex Media Komputindo 2018. hl. 60
[11] M.Harwansyah Putra Sinaga. Bersahabat Dengan Anak (Panduan Praktis Bagi Orangtua Muslim).Jakarta: PT Elex Media Komputindo 2018. hl. 62                                                           

No comments:

Post a Comment