MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK 1“MEMAHAMI KONDISI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU”
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peran orang tua dan pendidik pada
dasarnya mengarahkan pada anak-anak sebagai generasi unggul, karena potensi
anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa bantuan orang tua. Memahami anak
dan keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang
tua dan pendidik dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana
setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda
satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Selain memahami bahwa
anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan
dalam kaitannya dengan upaya memahami anak, bahwa anak adalah anak, bukan orang
dewasa. Anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini.
Mereka juga memiliki dunia sendiri
yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam
menghadapi mereka membutuhkan adanya keabaran, pengertian serta toleransi yang
mendalam. Dunia bermain adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat
apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan.
Berikut ini akan disajikan beberapa
faktor yang mempengaruhi individu anak, yang perlu diketahui oleh orang tua dan
guru dalam memberikan layanan bimbingan dan pengarahan serta pendidikan kepada
anak-anak.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
itu Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
2.
Apa
itu Tahapan-tahapan Perkembangan Individu
3.
Apa
itu Karakteristik Fase Perkembangannya dan Mendeskripsikan Kebutuhan Pendidikan
Pada Masing-Masing Fase
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
2.
Mengetahui
apa itu Karakteristik Fase Perkembangan dan Mendiskripsikan Kebutuhan
Pendidikan Pada Masing-Masing Fase
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Ada tiga faktor dominan yang
mempengaruhi proses perkembangan individu, yaitu 1) faktor bawaan yang bersifat
ilmiah, 2) faktor lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan
berlangsungnya proses perkembangan, dan 3) faktor waktu yaitu saat-saat tibanya
masa peka atau kematangan. Ketiga faktor dominan itu dalam proses
berlangsungnya perkembangan individu yang berperan secara interaktif.
Pada individu-individu yang normal
pada umumnya perkembangan pesat sampai usia lima belas tahun, dimana
tercapailah titik optimal kedewasaan perkembangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis (intelektual). Kemungkinan perkembangan selanjutnya :[1]
1.
Kemungkinan
pertama, bagi mereka yang tidak memperoleh kesempatan untuk belajar atau
melatih fingsi-fungsinya terutama segi intelektual, maka kemampuannya cenderung
tidak berkembang lagi sampai sekitar usia empat puluh tahunan. Bahkan, setelah
mencapai usia tersebut kemampuannya mulai menurun, malahan tidak kurang
jumlahnya yang menuju pikun pada hari-hari tuanya.
2.
Kemungkinan
kedua, bagi mereka yang bernasib baik untuk memperoleh kesempatan belajaratau
melatih fungsi-fungsipsikofisiknya lebih lanjur, maka perkembangan kemampuan
masih ada yang bersifat meningkatkan atau memperluaskan sampai usia empat puluh
tahun. Namun selanjutnya, setelah dijalani usia tersebut tidak berkesempatan
lagi belajar, tetapi hanya bekerja. Namun bagi mereka yang terus berusaha
belajar maka perkembangan itu dapat terjadi meskipun hanya bersifat perluasan
atau pendalaman.
Perkembangan peserta didik merupakan
hal yang penting untuk diperhatikan. Perkembangan harus berjalan kearah yang
lebih baik. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua perkembangan dapat
berjalan sesuai dengan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal
yang sebenarnya harus ada pada masa perkembangan tetapi hal tersebut belum
tampak pada seorang anak yang mengalami perkembangan. Salah satu contohnya
adalah ketika seorang anak yang sudah berumur 7 tahun tetapi dia masih lambat
berbicara. Yang sebenarnya hal hal tersebut sudah bisa dilakukan untuk anak
lain seusianya. Hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa faktor. Sehingga dapat
mempengaruhi perkembangan anak. Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa
perkembangan tiap-tiap individu anak tidak sama.
Hal yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, secara garis besarnya faktor dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1.
Faktor
yang berasal dari dalam individu
Salah satu
faktor yang bersumber dari setiap individu. Ini merupakan faktor yang sangat
tampak dan dapat dilihat, contoh bakat atau pembawaan bakat merupakan sesuatu
yanh dimilikimoleh setiap individu. Akan tetapi sering dijumpaindengan
kata-kata bakat tersembunyi. Dengam adanya hal tersebut sering juga kita
berpikir apakan yang telah kita lakukan merupan benar-benar bakat kita atau
kita hanya terbiasa melakukannya dan sebenarnya kita memiliki bakat yang
mungkin tidak dimiliki orang lain.
Sifat keturunan
ini sudah terlihat jelas merupakan sifat yang diperoleh dari orengtua atau
mungkin keluarga yang lebih tua. Sifat ini merupakan sifat identic yang
dimiliki ketika seseorang dalam suatu ikatan keluarga. Hal ini dapat berupa
keturunan fisik atau mental. Misalnya fisik, bentuk muka, wajah, bentuk badan,
suatu penyakit, dan lainnya. Sedangkan sifat mental, seperti pemarah, pemalas,
pendiam, pintar, dan sebagainya.
Dengan
demikian, sifat ini dapat memengaruhi perkembangan seorang anak. Maka sebagai
orangtua harus mendorong anaknya ke hal yang membuat seseorang untuk melakukan
suatu hal. Selanjutnya naluri yaitu kemampuan atau ilmu tersembunyi yang
menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimana melaksanakan dorongan batin.
2.
Faktor
yang berasal dari luar individu
Setelah uraian
sebelumnya tentang faktor penyebab adanya perkembangan anak, ada juga yang
tidak kalah penting dan merupakan hal yang biasanya mempunyai peranan besar
dalam perkembangan anak. Yaitu faktor dari luar yang dapat diuraikan sebagai
berikut :
·
Makana
·
Iklim
·
Kebudayaan
·
Ekonomi
·
Kedudukan
anak dalam lingkungan keluarga
3.
Faktor
umum
Gabungan antara
faktor dari dalam dan dari luar. Contohnya adalah sebagai berikut :
·
Inteligensi
·
Jenis
kelamin
·
Kesehatan
·
Ras [2]
B.
Tahapan-tahapan
Perkembangan Individu
Dalam perkembangan, individu
mengalami beberapa tahapan, akan tetapi tahapan ini dapat dilihat dari berbgai
sudut pandang yang beragam, seperti tahapan perkembangan seperti fase-fase
perkembangan janin hingga saat kehamilan, dan juga pembahasan tahapan
perkembangan sebagai individu yang untuh beberapa periodisasi.
Menurut Charlot Buhler, menyatakan
bahwa pertumbuhan bukanlah suatu perkembangan yang terjadi secara
berangsur-angsur yang lepas satu sama lain, tetapi suatu rentetan yang tidak
ada putus-putusnya daripada stuktur yang semakin lama semakin sempurna. Lain dari
pada itu perkembangan sejak lahir sampai dewasa terdapat perbedaan sifat-sifat
tertentu dengan anak-anak lain dari golongan umur tertentu.
Fase perkembangan dapat diartikan
sebagai penahapan atau pembebanan rentang perjalanan kehidupan individu yang
diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Mengenai
masalah periodisasi perkembangan ini para ahli berbeda pendapat. Pendapat
tersebut secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.
1.
Tahapan
Perkembangan Periodisasi Biologis
Secara biologis
tahapan perkembangan itu didasarkan kepada kradaan atau proses pertumbuhan
tertentu. Salah satu tokoh yang yang memberikan ulasan secara terperinci
mengenai tahap perkembangan ini adalah Aristoteles. Ia seorang filsuf yang
sangat memahami tentang tahap-tahap perkembangan secara khusus pada pembahasan
perkembangan anak sejak lahir hingga usia 20 tahun. Aristoteles
mengklasifikasikan tahap perkembangan menjadi tiga periode yang masing-masing
periode berlangsung selama tujuh tahun, dan antara periode yang satu dengan
yang lain mengikutinya dibatasi oleh adanya perubahan jasmani yang dianggapnya
penting.
Adapun
perubahan jasmani yang dianggapnya penting itu ialah terjadinya pertukaran gigi
pada umur tujuh tahun, dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas seperti perubahan
suara, kumis, dan tanda-tanda kelamin sekunder lainnya yang timbul pada umur 14
tahun. Atas dasar itu pembagian dilakukan sebagai berikut :
a)
Periode
I dari 0-7 tahun (periode anak kecil)
b)
Periode
II dari 7-14 tahun (periode sekolah)
c)
Periode
III dari 7-14 tahun (periode pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi
dewasa)
Ahli lain
mengemukakan tahapan perkembanga yaitu oleh Kretscmer, berpendapat bahwa sejak
lahir sampai dewasa individu melewatu empat tahapan yaitu :
a)
0-3
tahun disebut dengan fullung (pengisian), dimana pada periode ini anak
kkelihatan pendek gemuk.
b)
307
tahun yang disebut dengan streckungs (rentangan), dimana pada periode
ini anak kelihatan langsing, memanjang dan meninggi.
c)
7-13
tahun disebut dengan fullungs periode 2, pada masa ini anak kelihatan
gemuk kembali.
d)
13-21
tahun disebut dengan streckungs periode 2, dimana pada masa ini anak
kelihatan langsing kembali.
Selanjutnya
yaitu Sumiati Ahmad Mohammad, ia membagi tahap
perkembangan manusia ke dalam tujuh tahap sebagai berikut :
a)
Mulai
dari 0-1 tahun, disebut masa bayi.
b)
Mulai
dari 1-6 tahun, disebut dengan masa prasekolah.
c)
Mulai
dari 6-10 tahun, desebut masa sekolah.
d)
Mulai
dari 10-20 tahun, disebut masa pubertas.
e)
Mulai
dari 20-40 tahun, disebut masa dewasa.
f)
Mulai
dari 40-65 tahun, disebut masa setengah umur
g)
Mulai
dari 60 tahun ke atas, disebut masa lamjut usia
2.
Tahap
Perkembangan Periodisasi Didaktis
Dasar didaktis
yang dilakukan oleh para ahli dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu a).
apa yang harus dilakukan kepada anak didik pada masa tertentu, dan b).
bagaimana caranya mengajar dan menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik
kepada masa-masa tertentu. Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan. Para
ahli memberikan penahapan perkembangan berdasarkan didaktis tersebut memandang
dari sudut pandang pendidikan.
Menurut
Rosseau, tahapan perkembangan dibagi kedalam empat tahap yaitu :
a)
Mulai
dari 0-2 tahun, disebut usia asuhan.
b)
Mulai
dari 2-12 tahun, disebut masa pendidikan dan latihan pancaindera.
c)
Mulai
dari 15-20 tahun, disebut sebagai periode watak dan pendidikan agama.
3.
Tahapan
Perkembangan Periodisasi Psikologis
Para ahli yang
menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap
perkembangan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman psikologis mana yang
spesifik bagi individu agar dapat diterapkan dalam menandai sebagai masa
perpindahan tertentu, dari fase yang satu ke fase yang lain dalam
perkembangannya. Dalam hal ini, para ahli sepakat bahwa dalam perkembangan
psikologis, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan dua kali,
yaitu pada kira-kira tahun ke-3 ata 4, dan pada permulaan masa puber.
Berdasarkan dua
masa tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode
atai masa yaitu :[3]
a)
Sejak
lahir sampai goncangan pertama disebut masa kanak-kanak
b)
Sejak
masa goncangan pertama sampai masa goncangan kedua disebut masa keserasian
bersekolah
c)
Sejak
masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa
kematangan
C.
Karakteristik
Fase Perkembangannya dan Mendeskripsikan Kebutuhan Pendidikan Pada
Masing-masing Fase
1.
Sigmund
Freud ( Perkembangan Psychosexual )
a.
Fase
Oral ( 0-1 tahun )
Pusat aktivitas yang menyenangkan
didalam mulutnya, anak mendapat kepuasan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah
sat aktivitas mengisap jari dan tangannya atau benda-benda sekitarnya.
b.
Fase
Anal ( 2-3 tahun )
Meliputi retensi dan pengeluaran
faces. Pusat kenikmatannya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk
mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
c.
Fase
Urogenital atau Faliks ( usia 3-4 tahun )
Tertarik pada perbedaan anatomis
laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan
keterdekatan anak lakii-laki pada ibunya menimbulkan gairah seksual dan
perasaan cinta.
d.
Fase
Latent ( 4-5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami
perkembangan pesat aspek motoric dan kognitifnya. Disebut juga fase homoseksual
alamiah karena anak-anak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari
figure sesyai dengan jenis kelaminnya dari orang dewasa.
e.
Fase
Ganitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang,
heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis
kelamin.
2.
Piaget
( Perkembangan Kognitif )
Meliputi
kemampuan inteligensi, kemampuan berpersepsi san kemampuan mengakses informasi,
berpikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide
yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prentasi dengan kemampuan
yang dimiliki anak.
a.
Tahap
Sensoro-Motor ( 0-2 tahun )
Perilaku anak banyak melibatkan
motoric, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis ( berpikir ).
Sekitar usia 18-24 bulan anak mulai bisa melakukan operations awal kemampuan
berpikir.
b.
Tahap
Pra-konseptual (2-4 tahun )
Anak melihat dunia hanya dalam
hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola pikir ada dua yaitu : transduktif,
anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur
jadi semua binatang bertelur ), pola penalaran sinkretik, terjadi bila anak
mulai selalu mengubah-ubah kriteria klasifikasinya. Misalnya mula-mula ia
mengelompokkan truk sedan dan bus sendiri-sendiri, tetapi mengelompokkan mereka
sesuai warnanya, lau berdasarkan besar-kecilnya.
c.
Tahap
Intiuitif ( 4-7 tahun )
Pola pikir berdasarkan penalaran
masi kaku, terpusat pada bagian-bagian tertentu dari objek dan semata-mata
didasarkan atas penampakan objek.
d.
Tahap
Operasional Konkret 9 7-12 tahun )
Konversi menunjukkan anak mampu
menawar satu objek yang diubah bagaimana bentuknya, bila tidak ditambah atau
dikurangi maka volumenya tetap.
e.
Tahap
Operasional Formal ( mulai usia 12 tahun )
Anak dapat melakukan representasi
simbolis tanpa menghadapi objek-objek yang dipikirkannya. Pola pikir menjadi
lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
3.
Erikson
( Perkembangan Psikososial )
Proses
perkembangan tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas
perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana
memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan
atau tidak dengan tugas perkembangannya.
a.
Trust
vs Misstrust ( 0-1 tahun 0
Kebutuhan rasa aman dan
ketidakberdayaan penyebabnya konflik basic trust dan mistrust, bila anak
mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap
lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
b.
Autonomy
vc Shame and Doubt ( 2-3 tahun )
Organ tubuh lebih matang dengan baik
sehungga terjadi peningkatan keterampilan motoric, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap
dirinya, sebaliknya, celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berpikir
ragu-ragu. Kedua orangtua objek sosial terdekat dengan anak.
c.
Initiative
vs Guilty 9 3-6 tahun )
Bila pada tahap sebelumnya anak
mengembangkan rasa percaya diri dam mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan
berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak
sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan sikap ragu-ragu, maka akan
merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
d.
Industry
vs Imferiority ( 6-11 tahun )
Logika anak sudah mulai rumbuh da
anak sudah mulai sekolah, tuntunan peran dirinya dan bagi orang lain semakin
luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan eksternal lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya
diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
e.
Identity
vs Role Confusion ( mulai 12 tahun )
Anak mulai dihadapkan
harapan-harapan kelompoknya dan dorongan makin kuat untuk mengenali dirinya
sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari
identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.
f.
Intimacy
vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai menjari
padangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih
sayng dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai
perasaan yang terkicil atau tersaing.
g.
Geberativy
vs Self Absorbtion ( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu ornag
lain diluar keluarganya, mengabdi masyarakat dan manusia pada umumnya.
Pengalaman di masa lalu menuebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap=tahap silam, ia
memperoleh banyak pengalaman negative makamungkin ia akan terkurung dalam
kebutuhan dab persoalan sendiri.
h.
Ego
Integrity vs Despair ( dewasa lanjut )
Memasuki masa lalu, individu akan
menengok mas lalu. Kepuasan dan prestasi, dan tindakan-tindakan dimaa lali akan
menimbulkan perasaan puas. Bila merasa semuanya belum siap atau gagal akan
timbul kekecewaan yang mendalam.
4.
Kohlberg
( Perkembangan Moral )
a.
Pra-konvensional
Awalnya ditandai dengan besarnya
pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku didasarkan atas akibat
sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya, anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapam-harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah,
yaitu senyum dan pujian.
b.
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri
dengan harapan lingungan atau ketertiban sosial agar disebut nak baik atau anak
manis.
c.
Purna
konvensionak
Anak mulai mengambil keputusan baik
dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting.
Penyesuaian diri terhadap segala aturan disekitarnya lebih didasarkan atas
penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
5.
Hurlock
( Perkembangan Emosional )
Menurut
Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi
bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah, dam takut.
Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Pengalaman emosional sangan tergantung dari seberapa jauh individu dapat
mengerti rangsangan yang diterima. Otak yang matang dan pengalaman belajar
memberikan sambungan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya
perkembangan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.[4]
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Secara implisit dalam berbagai
penjelasan terdahulu telah dikatakan bahwa faktor perkembangan individu maupun
pribadi ada aspek-aspek yang dimilikimoleh individu karena kelahirannya da nada
yang karena pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya, antara lain
melalui proses belajar. Sebagian lagi seperti diperhatikan oleh beberapa
instrument dasar khusus ( bakat ), tergantung pada perkembangan umur individu
yang bersangkutan.
Perkembangan harus berjalan kearah
yang lebih baik. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua perkembangan dapat
berjalan sesuai dengan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal
yang sebenarnya harus ada pada masa perkembangan tetapi hal tersebut belum
tampak pada seorang anak yang mengalami perkembangan. Hal ini bisa dikarenakan
oleh beberapa faktor. Sehingga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Hal
pertama yang perlu dipahami adalah bahwa perkembangan tiap-tiap individu anak
itu tidak sama.
B.
SARAN
Kritik dan saran sangat berarti bagi
kami untuk membenahi makalah kami selamjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Febrini, Deni. 2017. Psikologi
Pembelajaran, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR.
Makmun, Syamsuddin, Abin. 2004. Psikologi
Kependidikan, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.
Ahmad Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan
Anak Usia Dini, Jakarta : KENCANA.
[1] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, ( Bandung :
PT REMAJA ROSDAKARYA, 2004 ), Hlm. 81-82
[2] Deni Febrini, Psikologi Pembelajaran, ( Yogyakarta : PUSTAKA
PELAJAR, 2017 ), Hlm. 24-27
[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, ( Jakarta :
KENCANA, 2011 ), Hlm. 25-29
[4] Deni Febrini, Psikologi Pembelajaran, ( Yogyakarta : PUSTAKA
PELAJAR, 2017 ), Hlm. 27-33
No comments:
Post a Comment