Tampilkan postingan dengan label MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Desember 2018

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK 1“MEMAHAMI KONDISI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU”

BAB 1
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang
Peran orang tua dan pendidik pada dasarnya mengarahkan pada anak-anak sebagai generasi unggul, karena potensi anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa bantuan orang tua. Memahami anak dan keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dan pendidik dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami anak, bahwa anak adalah anak, bukan orang dewasa. Anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini.
Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam menghadapi mereka membutuhkan adanya keabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam. Dunia bermain adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan.
Berikut ini akan disajikan beberapa faktor yang mempengaruhi individu anak, yang perlu diketahui oleh orang tua dan guru dalam memberikan layanan bimbingan dan pengarahan serta pendidikan kepada anak-anak.

      B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
2.      Apa itu Tahapan-tahapan Perkembangan Individu
3.      Apa itu Karakteristik Fase Perkembangannya dan Mendeskripsikan Kebutuhan Pendidikan Pada Masing-Masing Fase

     C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
2.      Mengetahui apa itu Karakteristik Fase Perkembangan dan Mendiskripsikan Kebutuhan Pendidikan Pada Masing-Masing Fase

BAB II
PEMBAHASAN

       A.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan individu, yaitu 1) faktor bawaan yang bersifat ilmiah, 2) faktor lingkungan yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan 3) faktor waktu yaitu saat-saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga faktor dominan itu dalam proses berlangsungnya perkembangan individu yang berperan secara interaktif.
Pada individu-individu yang normal pada umumnya perkembangan pesat sampai usia lima belas tahun, dimana tercapailah titik optimal kedewasaan perkembangan fungsi-fungsi fisik dan psikis (intelektual). Kemungkinan perkembangan selanjutnya :[1]
1.      Kemungkinan pertama, bagi mereka yang tidak memperoleh kesempatan untuk belajar atau melatih fingsi-fungsinya terutama segi intelektual, maka kemampuannya cenderung tidak berkembang lagi sampai sekitar usia empat puluh tahunan. Bahkan, setelah mencapai usia tersebut kemampuannya mulai menurun, malahan tidak kurang jumlahnya yang menuju pikun pada hari-hari tuanya.
2.      Kemungkinan kedua, bagi mereka yang bernasib baik untuk memperoleh kesempatan belajaratau melatih fungsi-fungsipsikofisiknya lebih lanjur, maka perkembangan kemampuan masih ada yang bersifat meningkatkan atau memperluaskan sampai usia empat puluh tahun. Namun selanjutnya, setelah dijalani usia tersebut tidak berkesempatan lagi belajar, tetapi hanya bekerja. Namun bagi mereka yang terus berusaha belajar maka perkembangan itu dapat terjadi meskipun hanya bersifat perluasan atau pendalaman.
Perkembangan peserta didik merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Perkembangan harus berjalan kearah yang lebih baik. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua perkembangan dapat berjalan sesuai dengan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal yang sebenarnya harus ada pada masa perkembangan tetapi hal tersebut belum tampak pada seorang anak yang mengalami perkembangan. Salah satu contohnya adalah ketika seorang anak yang sudah berumur 7 tahun tetapi dia masih lambat berbicara. Yang sebenarnya hal hal tersebut sudah bisa dilakukan untuk anak lain seusianya. Hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa faktor. Sehingga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa perkembangan tiap-tiap individu anak tidak sama.
Hal yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, secara garis besarnya faktor dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.      Faktor yang berasal dari dalam individu
Salah satu faktor yang bersumber dari setiap individu. Ini merupakan faktor yang sangat tampak dan dapat dilihat, contoh bakat atau pembawaan bakat merupakan sesuatu yanh dimilikimoleh setiap individu. Akan tetapi sering dijumpaindengan kata-kata bakat tersembunyi. Dengam adanya hal tersebut sering juga kita berpikir apakan yang telah kita lakukan merupan benar-benar bakat kita atau kita hanya terbiasa melakukannya dan sebenarnya kita memiliki bakat yang mungkin tidak dimiliki orang lain.
Sifat keturunan ini sudah terlihat jelas merupakan sifat yang diperoleh dari orengtua atau mungkin keluarga yang lebih tua. Sifat ini merupakan sifat identic yang dimiliki ketika seseorang dalam suatu ikatan keluarga. Hal ini dapat berupa keturunan fisik atau mental. Misalnya fisik, bentuk muka, wajah, bentuk badan, suatu penyakit, dan lainnya. Sedangkan sifat mental, seperti pemarah, pemalas, pendiam, pintar, dan sebagainya.
Dengan demikian, sifat ini dapat memengaruhi perkembangan seorang anak. Maka sebagai orangtua harus mendorong anaknya ke hal yang membuat seseorang untuk melakukan suatu hal. Selanjutnya naluri yaitu kemampuan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimana melaksanakan dorongan batin.
2.      Faktor yang berasal dari luar individu
Setelah uraian sebelumnya tentang faktor penyebab adanya perkembangan anak, ada juga yang tidak kalah penting dan merupakan hal yang biasanya mempunyai peranan besar dalam perkembangan anak. Yaitu faktor dari luar yang dapat diuraikan sebagai berikut :
·         Makana
·         Iklim
·         Kebudayaan
·         Ekonomi
·         Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga
3.      Faktor umum
Gabungan antara faktor dari dalam dan dari luar. Contohnya adalah sebagai berikut :
·         Inteligensi
·         Jenis kelamin
·         Kesehatan
·         Ras [2]

      B.     Tahapan-tahapan Perkembangan Individu
Dalam perkembangan, individu mengalami beberapa tahapan, akan tetapi tahapan ini dapat dilihat dari berbgai sudut pandang yang beragam, seperti tahapan perkembangan seperti fase-fase perkembangan janin hingga saat kehamilan, dan juga pembahasan tahapan perkembangan sebagai individu yang untuh beberapa periodisasi.
Menurut Charlot Buhler, menyatakan bahwa pertumbuhan bukanlah suatu perkembangan yang terjadi secara berangsur-angsur yang lepas satu sama lain, tetapi suatu rentetan yang tidak ada putus-putusnya daripada stuktur yang semakin lama semakin sempurna. Lain dari pada itu perkembangan sejak lahir sampai dewasa terdapat perbedaan sifat-sifat tertentu dengan anak-anak lain dari golongan umur tertentu.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembebanan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah periodisasi perkembangan ini para ahli berbeda pendapat. Pendapat tersebut secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.
1.      Tahapan Perkembangan Periodisasi Biologis
Secara biologis tahapan perkembangan itu didasarkan kepada kradaan atau proses pertumbuhan tertentu. Salah satu tokoh yang yang memberikan ulasan secara terperinci mengenai tahap perkembangan ini adalah Aristoteles. Ia seorang filsuf yang sangat memahami tentang tahap-tahap perkembangan secara khusus pada pembahasan perkembangan anak sejak lahir hingga usia 20 tahun. Aristoteles mengklasifikasikan tahap perkembangan menjadi tiga periode yang masing-masing periode berlangsung selama tujuh tahun, dan antara periode yang satu dengan yang lain mengikutinya dibatasi oleh adanya perubahan jasmani yang dianggapnya penting.
Adapun perubahan jasmani yang dianggapnya penting itu ialah terjadinya pertukaran gigi pada umur tujuh tahun, dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas seperti perubahan suara, kumis, dan tanda-tanda kelamin sekunder lainnya yang timbul pada umur 14 tahun. Atas dasar itu pembagian dilakukan sebagai berikut :
a)      Periode I dari 0-7 tahun (periode anak kecil)
b)      Periode II dari 7-14 tahun (periode sekolah)
c)      Periode III dari 7-14 tahun (periode pubertas, masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa)
Ahli lain mengemukakan tahapan perkembanga yaitu oleh Kretscmer, berpendapat bahwa sejak lahir sampai dewasa individu melewatu empat tahapan yaitu :
a)      0-3 tahun disebut dengan fullung (pengisian), dimana pada periode ini anak kkelihatan pendek gemuk.
b)      307 tahun yang disebut dengan streckungs (rentangan), dimana pada periode ini anak kelihatan langsing, memanjang dan meninggi.
c)      7-13 tahun disebut dengan fullungs periode 2, pada masa ini anak kelihatan gemuk kembali.
d)     13-21 tahun disebut dengan streckungs periode 2, dimana pada masa ini anak kelihatan langsing kembali.
Selanjutnya yaitu Sumiati Ahmad Mohammad, ia membagi tahap  perkembangan manusia ke dalam tujuh tahap sebagai berikut :
a)      Mulai dari 0-1 tahun, disebut masa bayi.
b)      Mulai dari 1-6 tahun, disebut dengan masa prasekolah.
c)      Mulai dari 6-10 tahun, desebut masa sekolah.
d)     Mulai dari 10-20 tahun, disebut masa pubertas.
e)      Mulai dari 20-40 tahun, disebut masa dewasa.
f)       Mulai dari 40-65 tahun, disebut masa setengah umur
g)      Mulai dari 60 tahun ke atas, disebut masa lamjut usia
2.      Tahap Perkembangan Periodisasi Didaktis
Dasar didaktis yang dilakukan oleh para ahli dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu a). apa yang harus dilakukan kepada anak didik pada masa tertentu, dan b). bagaimana caranya mengajar dan menyajikan pengalaman belajar kepada anak didik kepada masa-masa tertentu. Kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan. Para ahli memberikan penahapan perkembangan berdasarkan didaktis tersebut memandang dari sudut pandang pendidikan.
Menurut Rosseau, tahapan perkembangan dibagi kedalam empat tahap yaitu :
a)      Mulai dari 0-2 tahun, disebut usia asuhan.
b)      Mulai dari 2-12 tahun, disebut masa pendidikan dan latihan pancaindera.
c)      Mulai dari 15-20 tahun, disebut sebagai periode watak dan pendidikan agama.
3.      Tahapan Perkembangan Periodisasi Psikologis
Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman psikologis mana yang spesifik bagi individu agar dapat diterapkan dalam menandai sebagai masa perpindahan tertentu, dari fase yang satu ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalam hal ini, para ahli sepakat bahwa dalam perkembangan psikologis, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan dua kali, yaitu pada kira-kira tahun ke-3 ata 4, dan pada permulaan masa puber.
Berdasarkan dua masa tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode atai masa yaitu :[3]
a)      Sejak lahir sampai goncangan pertama disebut masa kanak-kanak
b)      Sejak masa goncangan pertama sampai masa goncangan kedua disebut masa keserasian bersekolah
c)      Sejak masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan
      C.    Karakteristik Fase Perkembangannya dan Mendeskripsikan Kebutuhan Pendidikan Pada Masing-masing Fase
1.      Sigmund Freud ( Perkembangan Psychosexual )
a.       Fase Oral ( 0-1 tahun )
Pusat aktivitas yang menyenangkan didalam mulutnya, anak mendapat kepuasan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah sat aktivitas mengisap jari dan tangannya atau benda-benda sekitarnya.
b.      Fase Anal ( 2-3 tahun )
Meliputi retensi dan pengeluaran faces. Pusat kenikmatannya pada anus saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
c.       Fase Urogenital atau Faliks ( usia 3-4 tahun )
Tertarik pada perbedaan anatomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila menghadapi persoalan keterdekatan anak lakii-laki pada ibunya menimbulkan gairah seksual dan perasaan cinta.
d.      Fase Latent ( 4-5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motoric dan kognitifnya. Disebut juga fase homoseksual alamiah karena anak-anak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figure sesyai dengan jenis kelaminnya dari orang dewasa.
e.       Fase Ganitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
2.      Piaget ( Perkembangan Kognitif )
Meliputi kemampuan inteligensi, kemampuan berpersepsi san kemampuan mengakses informasi, berpikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prentasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
a.       Tahap Sensoro-Motor ( 0-2 tahun )
Perilaku anak banyak melibatkan motoric, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat simbolis ( berpikir ). Sekitar usia 18-24 bulan anak mulai bisa melakukan operations awal kemampuan berpikir.
b.      Tahap Pra-konseptual (2-4 tahun )
Anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola pikir ada dua yaitu : transduktif, anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur ), pola penalaran sinkretik, terjadi bila anak mulai selalu mengubah-ubah kriteria klasifikasinya. Misalnya mula-mula ia mengelompokkan truk sedan dan bus sendiri-sendiri, tetapi mengelompokkan mereka sesuai warnanya, lau berdasarkan besar-kecilnya.
c.       Tahap Intiuitif ( 4-7 tahun )
Pola pikir berdasarkan penalaran masi kaku, terpusat pada bagian-bagian tertentu dari objek dan semata-mata didasarkan atas penampakan objek.
d.      Tahap Operasional Konkret 9 7-12 tahun )
Konversi menunjukkan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimana bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap.
e.       Tahap Operasional Formal ( mulai usia 12 tahun )
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek-objek yang dipikirkannya. Pola pikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
3.      Erikson ( Perkembangan Psikososial )
Proses perkembangan tergantung pada bagaimana individu menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.
a.       Trust vs Misstrust ( 0-1 tahun 0
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaan penyebabnya konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
b.      Autonomy vc Shame and Doubt ( 2-3 tahun )
Organ tubuh lebih matang dengan baik sehungga terjadi peningkatan keterampilan motoric, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya, celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berpikir ragu-ragu. Kedua orangtua objek sosial terdekat dengan anak.
c.       Initiative vs Guilty 9 3-6 tahun )
Bila pada tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dam mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan sikap ragu-ragu, maka akan merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
d.      Industry vs Imferiority ( 6-11 tahun )
Logika anak sudah mulai rumbuh da anak sudah mulai sekolah, tuntunan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan eksternal lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
e.       Identity vs Role Confusion ( mulai 12 tahun )
Anak mulai dihadapkan harapan-harapan kelompoknya dan dorongan makin kuat untuk mengenali dirinya sendiri. Ia mulai berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya.

f.       Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai menjari padangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayng dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan yang terkicil atau tersaing.
g.      Geberativy vs Self Absorbtion ( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu ornag lain diluar keluarganya, mengabdi masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menuebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap=tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negative makamungkin ia akan terkurung dalam kebutuhan dab persoalan sendiri.
h.      Ego Integrity vs Despair ( dewasa lanjut )
Memasuki masa lalu, individu akan menengok mas lalu. Kepuasan dan prestasi, dan tindakan-tindakan dimaa lali akan menimbulkan perasaan puas. Bila merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
4.      Kohlberg ( Perkembangan Moral )
a.       Pra-konvensional
Awalnya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap perilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya, anak mulai menyesuaikan diri dengan harapam-harapan lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum dan pujian.
b.      Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingungan atau ketertiban sosial agar disebut nak baik atau anak manis.
c.       Purna konvensionak
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan disekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
5.      Hurlock ( Perkembangan Emosional )
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah, dam takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangan tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterima. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sambungan yang besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembangan emosi dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan.[4]
BAB II
PENUTUP

      A.    KESIMPULAN

Secara implisit dalam berbagai penjelasan terdahulu telah dikatakan bahwa faktor perkembangan individu maupun pribadi ada aspek-aspek yang dimilikimoleh individu karena kelahirannya da nada yang karena pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya, antara lain melalui proses belajar. Sebagian lagi seperti diperhatikan oleh beberapa instrument dasar khusus ( bakat ), tergantung pada perkembangan umur individu yang bersangkutan.
Perkembangan harus berjalan kearah yang lebih baik. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua perkembangan dapat berjalan sesuai dengan optimal sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal yang sebenarnya harus ada pada masa perkembangan tetapi hal tersebut belum tampak pada seorang anak yang mengalami perkembangan. Hal ini bisa dikarenakan oleh beberapa faktor. Sehingga dapat mempengaruhi perkembangan anak. Hal pertama yang perlu dipahami adalah bahwa perkembangan tiap-tiap individu anak itu tidak sama.

     B.     SARAN
Kritik dan saran sangat berarti bagi kami untuk membenahi makalah kami selamjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Febrini, Deni. 2017. Psikologi Pembelajaran, Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR.
Makmun,  Syamsuddin, Abin. 2004. Psikologi Kependidikan, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.
Ahmad Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : KENCANA.


[1] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, ( Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA, 2004 ), Hlm. 81-82
[2] Deni Febrini, Psikologi Pembelajaran, ( Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2017 ), Hlm. 24-27
[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, ( Jakarta : KENCANA, 2011 ), Hlm. 25-29
[4] Deni Febrini, Psikologi Pembelajaran, ( Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2017 ), Hlm. 27-33

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK


MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK 1“Tahap Perkembangan Pada Masa Anak-Anak (6-12/13 Tahun Menjelang Remaja)

BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati (Syamsu,2012:3). Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri, dan memecahkan masalah yang dihadapinya, melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
 Menurut Kartono dalam Psikologi Anak, psikologi perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dari periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode menjelang dewasa (Ahmadi, 2005: 2-3).

B.       Rumusan Masalah
.     Bagaimana Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-Anak?
    Bagaimana Perkembangan Kognitif Pada Anak-Anak?
    Bagaimana Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Anak-Anak?

C.      Tujuan Masalah
     Untuk Mengetahui Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-Anak
    Untuk Mengetahui Perkembangan Kognitif Pada Anak-Anak
     Untuk Mengetahui Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Anak-Anak
                                                                           BAB II
PEMBAHASAN


A.      Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-Anak
Perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, konigtif, sosial emosional, dan bahasa. Masa ini menurut ebbeck (1998) merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada saat ini, ank sudah memiliki keterampilan dan kemampuan walaupun belum sempurna. Usia anak pada masa ini merupakan fase fundamental yang akan menentukan kehidupannya di masa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia khususnya perkembangan fisik dan motorik.[1]
 Pada masa ini, keterampilan motorik kasar dan halus sangat pesat perkembangannya. Karena pada umumnya anak usia TK sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Karena otot-otot besar lebih berkembang daripada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Karena masa kecil sering disebut sebagai saat ideal untuk mempelajari keterampilan motorik dengan alasan[2]:
1.      Tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa sehingga anak lebih mudah menguasai keterampilan motorik.
2.      Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, sehingga anak akan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah.
3.      Secara keseluruhan anak lebih berani mencoba pada saat kecil ketimbang setelah besar. Oleh karena itu, mereka berani mencoba sesuatu yang baru, sehingga menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.
4.      Anak-anak menyukai pengulangan, sehingga mereka bersedia mengulangi tindakkan hingga otot terlatih untuk melakukannya secara efektif.
5.      Anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan motorik.
Kapan kita harus mengajarkan perkembangan fisik dan motorik kepada anak-anak adalah pada segala usia dan mulai anak sudah bisa mencontoh gerakan-gerakan orang dewasa di sekitarnya. Perubahan terjadi secara teratur dalam arah yang relatif dapat dipredeksi, misalnya sebelum seorang anak dapat berjalan, pertama-tama anak belajar mengangkat kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak, berdiri dengan bantuan, dan kemudian berdiri tanpa bantuan. Demikian pula dengan belajar menulis , anak-anak belajar membuat tulisan dalam bentuk tulisan coretan-coretan. Tulisan coretan-coretan merupan dasar untuk membentuk huruf, kemudian konsonal tunggal yang menggamarkan seluruh kata, kemudian kombinasi huruf yang mengarah pada ejaan, dan akhirnya menjadi huruf-huruf yang standar.
Perkembangan fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan thomshon. 1956 (yusuf,2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: (1) sistem saraf yang sangat memengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang memengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi[3].
B.       Perkembangan Kognitif Pada Anak-Anak
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget(1896-1980) Jean Piaget lahir di Neuchatel, sebuah kota kecil di Swiss. Piaget memulai karirnya sebagai seorang ahli biologi, khususnya tentang mollusca (kerang-kerangan). Namun ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan sejarah ilmu pengetahuan segera diikuti dengan ketertarikannya pada keong. Karena dia semakin larut dalam penyelidikan bagaimana proses pikiran yang bekerja dalam sains, akhirnya dia tertarik pula untuk menyelidiki apa sesungguhnya pikiran itu, khususnya tahaptahap perkembangannya. Bidang ini disebutnya dengan epistemology genetic yang berarti studi tentang perkembangan pengetahuan manusia[4]. Selanjutnya Piaget memutuskan untuk mempelajari anak pada tahun 1920 ketika bekerja di Laboratorium Binet di Paris[5].

Tahapan-tahapan atau periode-periode yang paling umum bisa dilihat di tabel 6.1 berikut ini:

Periode  I
Kepandaian sensori-motorik (dari lahir-2 tahun. Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam dan memukul untuk menghadapi dunia yang muncul di hadapannya.
Periode II
Pikiran pra-operasional (2-7 tahun). Anak-anak belajar berpikir menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. Pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
Periode III
Operasi-operasi berpikir konkret (7-11tahun). Anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret.
Periode IV
Operasi-operasi berpikir formal (11-dewasa). Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotetis.

Sebelum membahas tahapan-tahapan di atas secara detail, sangat penting untuk memperhatikan dua poin teoritis berikut ini. Pertama, Piaget menemukan bahwa anak-anak melewati tahapan-tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda sehingga dia tidak perlu menaruh perhatian kepada batasan usia yang dilekatkan pada tahapan-tahapan tersebut. Dia juga menemukan bahwa anak-anak selalu melewati tahapan-tahapan ini dengan urutan yang tidak pernah beubah dengan keteraturan yang sama. Kedua, sangat penting untuk memahami pandangan umum piaget mengenai hakikat perubahan di dalam perkembangan. Karena dia menuliskan urutan pentahapan yang tidak pernah berubah, beberapa tokoh perkembangan (seperti Bandura dan McDonald, 1963) mengelompokkan dia kepada maturationist. Namun piaget bukan maturationist, karenakelompok ini percaya bahwa urutan-urutan tahap perkembangan sudah diatur oleh gen-gen dan bahwa pentahapan itu berjalan menurut rancangan waktu batiniah anak-anak.[6]
Pikiran pra-operasional (2-7 tahun) dan operasi-operasi berpikir konkret (7-11 tahun).
Anak telah mengembangkan tindakan-tindakan yang efisien dan terorganisasikan dengan baik untuk menghadapi lingkungan di hadapannya. Anak terus menggunakan kemampuan-kemampuan sensori-motorik di seluruh hidupnya, meskipun di periode berikutnya, yaitu periode pra-operasional terjadi perubahan cukup besar.[7]

a)        Pertumbuhan aktivitas simbolik
Anak-anak mulai menggunakan simbol-simbol ketika mereka menggunakan sebuah objek atau tindakan untuk merepresentasikan sesuatu yang tidak hadir (Gindbung dan Opper,1988, h.70).

b)        Penalaran ilmiah
Pengkonservasian kuantitas-kuantitas (benda cair) yang bersambungan. Ini adalah eksperimen piaget yang paling terkenal. Di dalam salah satu versi (Piaget dan Szeminska, 1941, h.17)

c)        Pemikiran sosial
Egosentrisme. Piaget percaya bahwa disetiap periode terdapat kaitan umum antara pemikiran ilmiah dan pemikiran sosial.

Operasi-Operasi Berpikir Formal (11 Tahun Sampai Dewasa)
Ditahapan operasi berpikir konkret, anak-anak dapat berpikir sistematis berdasarkan ‘tindakan-tikndakan mentalnya’.[8] Namun begitu, ada keterbatasan bagi kemampuan ini. Mereka bisa berpikir logis dan sistematis hanya selama mengacu kepada objek-objek yang bisa diindra yang tunduk kepada aktivitas riil (piaget, 1964, h.62)
Piaget sangat tertarik dengan kemampuan untuk menalar terkait dengan kemungklinan-kemungkinan hipotesis. Di dalam sebuah eksperimen (inhelder dan piaget, 1955, h.122), anak-anak diberi empat tabung berisi cairan tak berwarna yang dibeli 1, 2, 3 dan 4.mereka juga diberikan tabung kecil berisi cairan tak berwarna berlabel g. Tugas mereka adalah mencampur cairan-cairan ini membuat warnanya kuning.

C.      Perkembangan Sosial/Emosional Pada Masa Anak-Anak
Dalam teori psikoanalitis, masa laten mengikuti penyelesaian konflik cedipus, karena energi seksual dipusatkan jauh dari obyek larangan aslinya, orang tua, dan kearah pencapaian penyelesaian yang diterima secara sosial. Sebagai bagian dari pemecahan masalah, anak-anak pasca-cedipus menyamakan dengan orang tua kelamin yang sama, mengambilnya sebagai model peran. Pertimbangan moral orang tua diinternalisasikan sebagai superego. Pengamatan yang mendukung teori ini meliputi pengurangan labilitas emosi terhadap orang tua dan peningkatan keterlibatan dalam hubungan di luar rumah.
Perkembangan emosi dan sosial berlanjut pada tiga konteks: rumah, sekolah dan lingkungan sekitar[9]. Dari ketiga konteks tersebut, rumah tetap yang paling mempengaruhi. Hubungan orang tua-anak berlanjut untuk memberikan keamanan dasar yang dengannya anak dapat berani keluar.
Awal masuk sekolah bertepatan dengan pemisahan lebih lanjut dari keluarga dan peningkatan kepentingan hubungan guru dan murid. Disamping persahabatan, yang mungkin berlangsung selama berbulan-bulan, pengalaman dengan sejumlah besar persahabatan dan antagonisme yang dangkal turut membantu kompetensi pertumbuhan sosial anak.
Pada lingkungan sekitarnya, bahaya yang sebenarnya seperti jalan yang ramai, penggertak, dan orang-orang asing membebani pengetahuan umum dan kecerdikan anak usia sekolah. Interaksi dengan sesama usia tanpa pengawasan yang ketat dari orang tua menimbulkan peningkatan penyelesaian konflik.

1.    aspek sosial     
Perkembangan sosial anak usia SD ditandai dengan adanya perluas hubungan, disamping  dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group), sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Pada usia SD, anak memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap kepada diri sendiri (egosentris) kepada sikap berkerja sama (kooperatif) atau mau memperhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris).[10] Anak mulai berminat terhadap kegiatan bersama teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok (gang), merasa tidak senang apabila di tolak oleh kelompoknya dan dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. dalam peroses belajar di sekolah, kemantangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau di maknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yg membutuhkan tenaga fisik (seperti membersikan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti merencanakan kegiatan  berkemah dan membuat laporan study tour). Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk menampilkan prestasinya, dan juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersam. Dengan melaksanankan tugas kelompok, anak dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab.
2.    Aspek Emosi
Pada usia Sekolah Dasar (khususnya di kelas-kelas tinggi, kelas 4, 5, dan 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau tidak disenangi oleh orang lain. Anak SD belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan ,kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh.apabila anak dikembangkan di lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya  stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Sebaliknya apabila kebiasaan orang tua atau guru dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil atau kurang kantrol (seperti: marah-marah, mengeluh), maka perkembangan emosi anak, cenderung kurang stabil atau tidak sehat.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi positif seperti: perasaan senang, bergairah, bersemangat atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdikusi, mengerjakan tugas atau perkerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar. Sebaliknya, apabila emosi yang menyertai proses belajar itu emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan ,dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar ,sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajar nya. Mengingat hal tersebut ,maka guru sekolah dasar seyogianya mempunyai kepedulian untuk menciptakan suasana proses belajar-mengajar yang menyenangkan atau kondisif..[11]



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan seseorang bersifat tidak dapat digambarkan dengan angka dan perubahan bersifat tetap, perkembangan tidak dibatasi oleh usia. Contoh, ketika seseorang belajarmaka ia akan semakin cerdas karena setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam belajar ilmu pengetahuan.

B.       SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.



DAFTR PUSTAKA

Dadan Suryana. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana)

George Boeree. 2008. General Psychology, Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognitif, Emosi dan Perilaku (terjemahan), (Jakarta: Ar-Ruzz Media Group).

William Crain. 2007. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, terjemahan (Yogyakarta: Pustaka pelajar)

Samik wahab. 1996/2000. Ilmu kesehatan anak nelson. VO . I.E/15. (terjemahan) (jakarta: buku kedokteran EGC)

M.Harwansyah Putra Sinaga. 2018. Bersahabat Dengan Anak (Panduan Praktis Bagi Orangtua Muslim).Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


[1] Dadan Suryana. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana 2016) Hlm.150
[2] Dadan Suryana. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana 2016) Hlm.151
[3] Dadan Suryana. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Rawamangun Jakarta: Kencana 2016) Hlm.152
[4] George Boeree, General Psychology, Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognitif,
Emosi dan Perilaku (terjemahan), (Jakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), hlm. 366
[5] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 168
[6] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 171
[7] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 182
[8] William Crain, Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, (terjemahan)
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hlm. 199
[9] Samik wahab. Ilmu kesehatan anak nelson. VO . I.E/15. (terjemahan) (jakarta: buku kedokteran EGC 1996/2000. hl.71)
[10] M.Harwansyah Putra Sinaga. Bersahabat Dengan Anak (Panduan Praktis Bagi Orangtua Muslim).Jakarta: PT Elex Media Komputindo 2018. hl. 60
[11] M.Harwansyah Putra Sinaga. Bersahabat Dengan Anak (Panduan Praktis Bagi Orangtua Muslim).Jakarta: PT Elex Media Komputindo 2018. hl. 62                                                           

MAKALAH SIRAH NABAWIYAH “ Dakwah Nabi Muhammad Saw di Madinah”

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.             Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayahnya ...