1

loading...

Thursday, December 6, 2018

MAKALAH STUDI ISLAM


MAKALAH STUDI ISLAM "SUNNAH DAN HADIST"

BAB I
PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang
Sunnah atau hadis dipandang orang sebagai sumber ajaran islam yang kedua. Hadis itu segi perkara atau ucapan, sedangkan sunnah itu segi pelaksanaan kedalam sikap, perbuatan, akhlak dari apa yang menjadi isi ajaran Allah yang tercantum didalam Al-Qur’an.
Secara bahasa, hadis dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita). Sedangkan dalam tradisi hukum islam, hadis berarti segala perkataan, perbuatan dan keizinan Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh, membatasi pengertian hadis hanya pada “ucapan-ucapan Nabi Muhammad Saw yang berkaitan dengan hukum”, sedangkan bila mencakup pula perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan “Sunnah”.
    B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sunnah atau hadis ?
2.      Bagaimana penulisan hadis di zaman Rasulullah ?
3.      Mengapa hadis pada umunya tidak ditulis ?

     C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari sunnah atau hadis.
2.      Untuk mengetahui penulisan hadis pada zaman Rasulullah.
3.      Untuk mengetahui mengapa hadis pada umumnya tidak di tulis.


BAB II
PAMBAHASAN

     A.    Sunnah atau Hadis
Sebenarnya timbulnya apa yang dinamakan sunnah atau hadis Rasul itu adalah konsekuensi dari pelaksanaan tugas. Rasulluallah saw adalah menyampaikan risalah dari Allah. Risalah itu disampaikan kepada pendengar manusia dengan jalan membacakan kalimat-kalimat risalah itu. Risalah itu disampaikan ke dalam jiwa manusia dengan jalan mencontohkan pengerjaan atau mempratikkan isi risalah itu. Dalam melaksanakan tugas sebagai pemberi penjelasan tentang apa yang menjadi isi ajaran Allah maka timbulnya ucapan-ucapan Rasul yang dinamakan hadis.
Setiap wahyu Allah dibacakan kepada Rasul, kemudian dijelaskan segala sesuatunya dan akhirnya Rasul diperintahkan agar menjadi orang yang pertama sekali tunduk dan patuh melaksanakan atau mempratikkan isi wahyu itu. Segi-segi mempraktikkan isi ajaran Allah  yang dilakukan oleh Rasul ini dinamakan Sunnah Rasul. Jadi hadis itu segi perkara atau ucapan, sedangkan sunnah itu segi pelaksanaan kedalam sikap, perbuatan, akhlak dari apa yang menjadi isi ajaran Allah yang tercantum didalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, sebenarnya hadis atau sunnah adalah penamaan saja, dari segi-segi tertentu terhadap satu konsepsi ajaran yakni ajaran Allah yang dinamakan islam. Hadis itu pengkalimatan daripada sunnah, dan sunnah itu adalah mempraktikkan daripada isi Al-Qur’an.
  
     B.     Penerusan Hadis Semasa Rasul
Penerusan perbuatan-perbuatan dan ucapan Rasul dari orang yang satu kepada orang yang lainnya telah berlangsung dari sejak masa hidup Rasul itu sendiri. Dalam sejarah terdapat pula bukti bahwa bila orang-orang memeluk islam maka Rasul biasanya mengirimkan kepada mereka utusan-utusan untuk mengajari mereka membaca Al-Qur’an dan menjelaskan kepada mereka bagaimana cara melaksanakan perintah-perintah dari dalam Al-Qur’an itu.
Ketika Mu’az bin Jabal akan diangakat menjadi Gubernur Yaman, ia ditanyai oleh Rasul bagaimana cara ia memutuskan sesuatu persoalan, dijawabnya “dengan kitab Allah”. Ditanyakan lagi kepadanya, apa yang akan ia perbuat jika ia tidak mendapat petunjuk dari dalam kita Allah. Maka ia menjawab: “ dengan sunnah Rasuluallah”. Dengan demikian, sunnah Rasul itu sudah dikenal dari sejak zaman Rasul dan bukan diperlukan setelah Rasul meninggal. Tetapi perlu diingat betul bahwasannya sunnah Rasul itu baru dipergunakan setelah tidak didapati petunjuk dalam pemecahan sebuah persoalan yang sedang dihadapi langsung dari dalam Al-Qur’an maka tidak diperlukan lagi mencarinya ke dalam sunnah Rasul.

     C.    Penulisan Hadis di Zaman Rasul
Orang-orang Barat banyak beranggapan, bahwa kebutuhan akan sunnah Rasul baru dirasakan dan mempunyai kekuatan hukum setelah Rasul wafat. Muir dalam bagian pengantar dari bukunya yang berjudul: Life of Muhommed, yang menyatakan bahwa:
“Orang-orang Arab yang merupakan suatu ras yang beralam pikiran sederhana, mendapatkan di dalam Al-Qur’an segala peraturan yang bertalian dengan urusan agama, sosial dan politik. Tetapi setelah Rasul meninggal segera terjadi banyak perubahan. Lebih-lebih setelah para pengikutnya yang menyebar jauh keluar semenanjung Arab untuk menyampaikan kepercayaan islam kepada semua bangsa di seluruh pelosok bumi”.
Kota-kota yang ramai seperti Kuffah, Kairo, Damaskus, memerlukan hukum-hukum yang lebih luas lagi bagi keperluan pelaksanaan keadilan mereka. Dengan meluaskan hubungan-hubungan politik menghendaki suatu kesamaan dalam sistem internasional.Guillaume mengatakan di dalam bukunya yang berjudul Tradition of islam, yang mengatakan bahwa:
“Dikala Rasul masih hidup maka dialah satu-satunya penuntun dalam urusan, baik urusan spiritual maupun urusan sekuler. Hadis atau tradisi baru dipergunakan setelah Rasul itu meninggal”.
Fakta-fakta telah menunjukkan sebagaimana yang telah dikemukakan di bagian yang lalu, bahwa Rasul itu sendiri yang menyuruh menyebarkan hadis dan sunnah ke berbagai daerah untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan agama. Para sahabat Rasul bukan hanya mempraktikkan ucapan-ucapan Rasul, tetapi juga ada yang berusaha untuk mengabadikannya ke dalam ingatan dan ke dalam catatan. Pencatatan ini mereka lakukan karena menyadari kegunaannya bagi generasi-generasi mendatang. Abdullah ibn Amar mengatakan :
“Saya biasa menuliskan apa yang biasa saya dengar dari Rasul, hal ini saya kemukakan kepada Rasul dan beliau menjawab; tulislah karena saya hanya mengatakan yang benar saja”.
Dan dalam riwayat yang lain lagi Abu Hurairah mengatakan:
“Tidak ada seorang pun juga dari para sahabat yang banyak menyimpan hadis selain dari saya sendiri, kecuali Abdullah ibn Amar, karena biasanya ia membuat catatan, sedangkan saya tidak membuat catatan”.
Abu Bakar mempunyai catatan hadis-hasis yang mengenai zakat dan Ali juga mempunyai catatan tertulis. Riwayat-riwayat yang dikemukakan itu tadi telah menunjukkan dengan jelas bahwa memang pada umumnya ucapan-ucapan Rasul itu banyak dihapal oleh para sahabat, tetapi ada juga yang dicatat.
  
     D.    Mengapa Hadis pada Umumnya Tidak Ditulis
Pada umumnya ucapan-ucapan Rasul disimpan di dalam ingatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kecampurbauran antara Al-Qur’an dengan hadis yang ditulis. Kekhawatiran terjadinya kecampurbauran ini tampak dari riwayat yang dikemukakan oleh Abu Hurairah
“Ketika kami sedang menuliskan hadis, Rasulullah datang dan berkata; apakah yang sedang kamu tulis ini? Kami menjawab, hadis yang kami dengar darimu. Beliau berkata, apa! Suatu buku selain dari kitab Allah”.
Kata-kata Rasul ini jelas membayangkan bahwa masih adanya kekhawatiran yang akan terjadi dan campur-baur antara hadis dengan Al-Qur’an. Namun bukanlah berarti menuliskan hadis itu suatu yang salah dan Rasul pun tidak melarangnya. Kekhawatiran beliau hanyalah jika ucapan-ucapan beliau itu ditulis secara umum sebagaimana halnya dengan Al-Qur’an, terjadi kekeliruan yang dapat memengaruhi kemurniaan isi dari kandungan Al-Qur’an.

BAB III
PENUTUP

      A.    Kesimpulan
Hadis itu segi perkara atau ucapan, sedangkan sunnah itu segi pelaksanaan kedalam sikap, perbuatan, akhlak dari apa yang menjadi isi ajaran Allah yang tercantum didalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, sebenarnya hadis atau sunnah adalah penamaan saja, dari segi-segi tertentu terhadap satu konsepsi ajaran yakni ajaran Allah yang dinamakan islam. Hadis itu pengkalimatan daripada sunnah, dan sunnah itu adalah mempraktikkan daripada isi Al-Qur’an.
Sunnah Rasul itu baru dipergunakan setelah tidak didapati petunjuk dalam pemecahan sebuah persoalan yang sedang dihadapi langsung dari dalam Al-Qur’an maka tidak diperlukan lagi mencarinya ke dalam sunnah Rasul. Pada umumnya ucapan-ucapan Rasul disimpan di dalam ingatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kecampurbauran antara Al-Qur’an dengan hadis yang ditulis

     B.     Saran
Dengan adanya makalah ini pemakalah menyarankan bagi pembaca untuk dapat memahami tentang pengertian sunnah atau hadis, dan mengetahui penulisan hadis di zaman Rasul serta mengapa hadis pada umumnya tidak ditulis.

DAFTAR PUSTAKA

Hawi, akmal. 2014. Dasar-dasar studi islam. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sahrodi, jamali. 2008. Metodologi studi islam. Bandung. CV Pustaka Setia.

No comments:

Post a Comment