MAKALAH EKOLOGI PANGAN & GIZI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumberdaya
manusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik pula yang
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jenis pangan yang baik harus mempunyai
ketahanan pangan dan keamanan pangan yang baik. Ketahanan pangan (food
security) ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan
kesinambungan. Aksesibilitas di sini artinya setiap rumah tangga mampu memenuhi
kecukupan pangan keluarga dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah
rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat
wilayah dan rumah tangga. Sedangkan keamanan pangan (food safety)
dititikberatkan pada kualitas pangan yang memenuhi kebutuhan gizi.
Ketahanan pangan merupakan basis ketahanan ekonomi dan ketahanan
nasional secara berkesinambungan. Namun. di Indonesia ketahanan pangan ini
belum bisa terpenuhi secara optimal karena banyak masyarakat yang terkendala
dengan kemiskinan. Kemiskinan ini yang mengakibatkan timbulnya penyakit gizi seperti
busung lapar, kwashiorkor, dll. Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan
ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua
sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan
dan di sisi lain akan meningkatkan produktivitas.
2.
Rumusan Masalah
1)
Apa pengertian ekonomi, pangan,
dan gizi?
2)
Apa hubungan gizi dan
perkembangan ekonomi?
3)
Apa pengaruh ekonomi terhadap
status gizi?
4)
Apa hubungan pangan dan gizi?
5)
Bagaimana perencanaan gizi dan
pertumbuhan ekonomi?
3.
Tujuan Penulisan
1)
Mengetahui pengertian ekonomi,
pangan, dan gizi.
2)
Mengetahui hubungan gizi
dan perkembangan ekonomi.
3)
Mengetahui pengaruh ekonomi
terhadap status gizi.
4)
Mengetahui hubungan pangan dan
gizi.
5)
Mengetahui perencanaan gizi dan
pertumbuhan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ekonomi, Pangan, dan Gizi
Ekonomi merupakan
salah satu ilmu social yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah
Ekonomi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu oikos=keluarga atau rumah
tangga, nomos=peraturan atau hukum. Ekonom adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti
masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Pangan adalah
istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan
makanan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU Pangan nomor
18 Tahun 2012).
Gizi berasal
dari bahasa arab Ghidza yang berarti makanan yang bermanfaat
atau sari makanan. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ekonomi pangan
gizi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menyeimbangkan kebutuhan
manusia yang tidak terbatas akan zat gizi karena pertambahan penduduk dengan
jumlah bahan yang dijadikan makanan /yang menghasilkan zat gizi itu.
B.
Hubungan Gizi
dan Perkembangan Ekonomi
Dalam jangka
panjang, pembangunan ekonomi memberikan dampak peningkatan taraf hidup dan gizi
penduduk. Dalam era pembangunan walaupun taraf pendapatan penduduk bertambah,
namun ternyata konsumsi pangan penduduk tidak meningkat secara otomatis.
Kadang-kadang
perubahan pola pertanaman dari tanaman pangan ke tanaman perdagangan (cash
crops) mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas konsumsi pangan.
Foster (1962) menunjukkan bahwa kecenderungan yang menurun pada kuallitas
konsumsi pangan kadang-kadang mengikuti pangan perubahan dari sistem subsistem
menjadi sistem ekonomi uang. Suatu peningkatan tanaman perdangangan dapat
mengurangi kesuburan tanah, selain itu tanaman pangan makin kurang
dibudidayakan penduduk, sehingga pangan yang tersedia dari produksi semakin
sedikit, tidak cukup untuk dikonsumsi sendiri. Memang, dengan dibangunnya
sarana dan prasarana perhubungan memungkinkan berbagai jenis bahan makanan
dapat di datangkan dari luar sehingga ketersediaan dapat terjamin. Umumnya
jenis buah-buahan dan sayur-sayuran lebih banyak yang dikirim ke kota untuk
dipasarkan daripada untuk dikonsumsi sendiri. Sejauh itu bagi golongan penduduk
berpendapatan rendah di perkotaan tetap saja tidak mampu membelinya karena
harga yang cukup tinggi.
Dalam tahun
1933, Orde Browne menunjukkan bahwa orang yang konsumsi pangannya kira-kira
tidak cukup kebutuhan, maka bila orang itu bekerja sebagai buruh kemampuan
kerjanya akan rendah. Pernyataan ini ditekankan oleh FAO (1962) dimana untuk
bekerja di pabrik-pabrik para pekerja memerlukan konsumsi pangan yang cukup
agar produktivitas kerjanya dapat ditingkatkan.
Investasi
manusia sejak tahun 1940-an jarang diperhitungkan dalam pembangunan ekonomi
nasional. Investasi dalam bentuk jasa-jasa pendidikan, pakaian dan makanan
memberikan dampak pada kualitas manusia dan produktivitas kerja. Tetapi karena
pengaruh itu sulit diukur, maka sering sekali tidak dianggap sebagai faktor
penting dalam mempengaruhi pertumbuhan nasisonal. Namun akhir-akhir ini konsep
investasi telah mencakup investasi manusia yang merupakan unsur penentu dalam
pembangunan nasional. Dalam hal ini faktor gizi menjadi makin penting untuk
diberi perhatian khusus dalam pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu
untuk membangun keadaan ekonomi suatu negara tidak cukup hanya menciptakan
lapangan kerja saja tetapi membentuk manusia yang berpotensi dan berkualitas
tinggi justru harus merupakan hal yang memperoleh penekenan dalam rencana
pembangunan ekonomi nasional. Untuk ini perbaikan gizi memegang peranan penting
dan harus ditempatkan sebagai bagian integral daripada upaya pembangunan
nasional.
C.
Pengaruh
Ekonomi Terhadap Status Gizi
Masalah
kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir ini
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun 1989 telah
terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif
tajam, mulai tahun 1999 penurunan prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah.
Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan
bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara
Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.
Kurang Energi
dan Protein (KEP) pada tingkat parah atau lebih populer disebut busung lapar,
dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan dapat
menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan sekitar
5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3
persen) di antaranya menderita gizi buruk. Data Departemen Kesehatan
menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen)
menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada
tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar
di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta beberapa
provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang dilaporkan terjadi
di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di rumah
sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di sembilan provinsi
sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan 49 di antaranya
meninggal dunia.
Munculnya
kejadian gizi buruk ini merupakan masalah yang menunjukkan bahwa masalah gizi
buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari masalah gizi buruk yang
sebenarnya terjadi. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat misalnya, berdasarkan hasil
pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar 900
kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah
busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga
miskin.
Dari semua
masalah kesehatan yang ada tersebut menunjukkan bahwa ekonomi atau pendapatan
suatu masyarakat sangat berpengaruh pada status gizi masyarakat tersebut.
Kemampuan untuk membeli bahan makanan yang berkualitas dengan gizi yang
seimbang disebabkan karena daya beli dan pengetahuan pula. Dari pengertian ini
dapat dijelaskan bahwa semakin basar pendapatan dan pengetahuan dari masyarakat
akan semakin tinggi pamenuhan gizi dan semakin baik pula status gizi pada
masyarakat. Status gizi yang rendah dan masalah-masalah kesehatan terjadi
karena rendahnya daya beli barang atau jasa untuk pemunuhan kesehatannya,
sedangakan rendahnya daya beli tersebut disebabkan karena rendahnya pendapatan
serta pengetahuan kesehatan yang kurang.
D.
Hubungan Pangan
dan Gizi
Pangan
menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada
gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagai tubuh, mengatur proses
dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh.
Beberapa diatara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi
esensia, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk
dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk pertumbuhan dan
kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan untuk tubuh yang
dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah zat gizi yang tiak dibentuk dalam tubuh
dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan diataranya adalah asam amino
esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan yang baik.
Pada umumnya
zat gizi dibagi dalam lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga berpendapat bahwa air juga
merupakan bagian dari zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air dalam
metabolisme makanan yang cukup penting walaupun air dapat disediakan di luar
bahan pangan. Dalan konteks ini penulis lebih memilih memasukkan air dalam
kelompok zat gizi, sehingga zat gizi erbagi kedalam enam kelompok yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Tiga golongan zat gizi
yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Akan
tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah zat gizi
tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis.
Susunan pangan
dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan
zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga,
pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Banyaknya gizi yang diperlukan,
berbeda antara satu orang dengan orang lain disebabkan berbagai faktor yang
dibicarakan kemudian, tetapi fungsi gizi pada pokoknya sama utnuk semua orang.
Berdasarkan asaupan gizi tersebutlah seseorang akan mempunyai status gizi.
Secara umum ada 3 status gizi yailtu status gizi kurng, status gizi seimbang
(normal), dan status gizi lebih. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
seseorang adalah sebagai berikut:
a)
Produk pangan (jumlah dan jens
makanan)
Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam
pola pangan di suatu Negara/daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan
setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka
waktu yang pangan.
b)
Pembagian makan atau pangan
Secara tradisional, di beberapa daerah Ayah mempunyai prioritas
utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Padahal justru
anak-anaklah yang harus diperhatikan terutama utnuk proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Baik pertumbuhan fisiologis, psikologis, dan kecerdasarannya
tetapi pada kenyataannya masyarakat Indonesia yang masih awam masih menganut
anggapan/masih percaya bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam
segala hal. Faham ini dikenal dengan nama pernalistik.
c)
Akseptabilitas (daya terima)
Aseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan
yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan. Setiap masyarakat
mengembangkan cara yang turun termurun untuk mencari, memilih, menagani,
menyiapkan, menyajikan dan makan makanan.
d)
Prasangka buruk pada bahan makaan
tertentu.
Kita janganlah terlalu berperasangka buruk terhadap bahn makanan
tertentu, sebab tidak semua bahan makanan tertentu merugikan bagi manusia.
Contohnya banyaknya orang menganggap bahwa terong dapat berdampak buruk bagi
kita yaitu menyebakan keloyoan pada tubuh kita, padahal sebenarnya tidak.
e)
Pantangan pada makanan tetentu
Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk
dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, tahayul, dan larangan yang beragam
yang didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia. Beberapa
pola pantangan dinanut oleh suatu golongan masyarakat atau oleh bagian yang
lebih besar dari penduduknya. Misalnya saja masih banyak orang-orang di
Indonesia ini yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus dihindari atau
menjadi pantangan terutama pada beberapa kondisi tertentu.
f)
Kesukaan terhadap jenis makan
tertentu
Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan
saja maka akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan
berlebih. Anjuran empat sehat lima sempurna, enam halalan thoyiban adalah
anjuran yang perlu diikuti dalam pola makan keluarga.
g)
Keterbatasan ekonomi
Di Negara seperti Indonesia yang jumlah pendapatanan penduduk
sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada
pemenuhan bahan makanan terutama makany bergizi. Keterbatasan ekonomi yang
berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan
gizinya juga akan terganggu.
h)
Kebiasaan makan
Pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas
keperluan fisik akan zat-zat yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini
berasal dari pola makan yang di didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan
pada seluruh anggota keluarga. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga
kali sehari yaitu makan paagi, siang dan malam.
i)
Selera makan
Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi
untuk energi dan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatannya.
j)
Senitasi makanan (penyiapan,
penyajian, penyimpanan)
k)
Dimulai dair penyiapam, penyajian,
dan penyimpanan suatu bahan makanan atau pangan hendaknya jangan sampai kadar
gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tercampur atau tidak higenis
dan mengandung banyak kuman penyebab penyakit. Makanan harus cukup mengandung
kalori, makanan mudah dicerna oleh alat-alat pencernaan, pengolahan atau
pemasakannya harus disesuaikan dengan sifat fisik dan kimiawi dari
masing-masing bahan makanan.
l)
Pengetahuan gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan
dan nilai pangan adalah umum di setiap Negara di dunia. Penduduk di mana pun
akan beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara
menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usianya dan eadaan
fisiologisnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi tersebut akan saling berinteraksi
satu sama lain sehingga berimplikasi kepada status gizi seseorang. Status gizi
seimbang sangant penting terutama bagi pertumbuhan, perkembangan, kesehatan,
dan kesejahteraan manusia. Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1)
Kecukupan gizi (gizi seimbang)
2)
Gizi Kurang
3)
Gizi lebih
E.
Perencanaan
Gizi dan Pertumbuhan Ekonomi
Perencanaan
adalah suatu proses atau kumpulan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
jalannya kejadian ke dalam beberapa jalan atau petunjuk yang diinginkan. Jalan
yang diinginkan tentunya ditentukan berdasarkan pada tujuan yang
hendak dicapai. menurut ahli ekonomi, perencanaan sangat pening sekali, apabila
kita ingin menggunakan sumberdaya yang ada, perlu ada pemberian teknologi dan
lingkungan sosial politik yang sesuai. Sumberdaya berhubungan dengan
tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan.
Perencanaan
meliputi langkah-langkah utama sebagai berikut :
1)
Penentuan tujuan dan sasaran yang
penting penting diperhatikan adalah bahwa sasaran atau tujuan rencana harus
konsisten dengan tujuan serta sasaran.
2)
Gambaran program dan proyek dengan
target yang sesuai
3)
Formulasi kebijakan dan pengukuran
disiapkan untuk menilai pencapaian target
4)
Pembagian tugas dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan program
5)
Penentuan anggaran yang diperlukan
untuk perencanaan
Di
pihak lain, pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang dinamis di mana dengan
perbaikan efisiensi penggunaan sumberdaya bertujuan memperbaiki
kesejahteraan (materi) masyarakat. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung pada
pertumbuhan politik dan social, tetapi perencanaan gizi akhirnya akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Gizi mempengaruhi produktifitas
kerja, di mana produktifitas kerja ini secara langsung dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ekonomi
pangan gizi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menyeimbangkan
kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan zat gizi karena pertambahan penduduk
dengan jumlah bahan yang dijadikan makanan /yang menghasilkan zat gizi itu.
Ekonomi atau
pendapatan suatu masyarakat sangat berpengaruh pada status gizi masyarakat. Status
gizi yang rendah dan masalah-masalah kesehatan terjadi karena rendahnya daya
beli barang atau jasa untuk pemunuhan kesehatannya, sedangakan rendahnya daya
beli tersebut disebabkan karena rendahnya pendapatan serta pengetahuan
kesehatan yang kurang.
B.
Saran
Sebaiknya
ada keseimbangan antara kebutuhan manusia akan jumlah bahan makanan dengan daya
beli sehingga dapat terpenuhi akan asupan zat gizi. Juga ketersediaan pangan
dapat terjaga sehingga masyarakat dapat memenuhi asupan gizi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suhardjo.
1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.
Roedjito,
Djiteng. 1987. Perencanaan Gizi. Bogor. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
No comments:
Post a Comment