1

loading...

Sunday, February 10, 2019

MAKALAH EKOLOGI PANGAN & GIZI


MAKALAH EKOLOGI PANGAN & GIZI 

BAB I
PENDAHULUAN

       1.      Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumberdaya manusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik pula yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jenis pangan yang baik harus mempunyai ketahanan pangan dan keamanan pangan yang baik. Ketahanan pangan (food security) ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan kesinambungan. Aksesibilitas di sini artinya setiap rumah tangga mampu memenuhi kecukupan pangan keluarga dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga. Sedangkan keamanan pangan (food safety) dititikberatkan pada kualitas pangan yang memenuhi kebutuhan gizi.
Ketahanan pangan merupakan basis ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional secara berkesinambungan. Namun. di Indonesia ketahanan pangan ini belum bisa terpenuhi secara optimal karena banyak masyarakat yang terkendala dengan kemiskinan. Kemiskinan ini yang mengakibatkan timbulnya penyakit gizi seperti busung lapar, kwashiorkor, dll. Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan di sisi lain akan meningkatkan produktivitas.
     2.      Rumusan Masalah
1)   Apa pengertian ekonomi, pangan, dan gizi?
2)   Apa hubungan gizi dan perkembangan ekonomi?
3)   Apa pengaruh ekonomi terhadap status gizi?
4)   Apa hubungan pangan dan gizi?
5)   Bagaimana perencanaan gizi dan pertumbuhan ekonomi?
      3.      Tujuan Penulisan
1)      Mengetahui pengertian ekonomi, pangan, dan gizi.
2)      Mengetahui hubungan gizi dan perkembangan ekonomi.
3)      Mengetahui pengaruh ekonomi terhadap status gizi.
4)      Mengetahui hubungan pangan dan gizi.
5)      Mengetahui perencanaan gizi dan pertumbuhan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Ekonomi, Pangan, dan Gizi
 Ekonomi merupakan salah satu ilmu social yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah Ekonomi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu oikos=keluarga atau rumah tangga, nomos=peraturan atau hukum. Ekonom adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU Pangan nomor 18 Tahun 2012).
Gizi berasal dari bahasa arab Ghidza yang berarti makanan yang bermanfaat atau sari makanan. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Ekonomi pangan gizi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menyeimbangkan kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan zat gizi karena pertambahan penduduk dengan jumlah bahan yang dijadikan makanan /yang menghasilkan zat gizi itu.
B.     Hubungan Gizi dan Perkembangan Ekonomi
Dalam jangka panjang, pembangunan ekonomi memberikan dampak peningkatan taraf hidup dan gizi penduduk. Dalam era pembangunan walaupun taraf pendapatan penduduk bertambah, namun ternyata konsumsi pangan penduduk tidak meningkat secara otomatis.
 Kadang-kadang perubahan pola pertanaman dari tanaman pangan ke tanaman perdagangan (cash crops) mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas konsumsi pangan. Foster (1962) menunjukkan bahwa kecenderungan yang menurun pada kuallitas konsumsi pangan kadang-kadang mengikuti pangan perubahan dari sistem subsistem menjadi sistem ekonomi uang. Suatu peningkatan tanaman perdangangan dapat mengurangi kesuburan tanah, selain itu tanaman pangan makin kurang dibudidayakan penduduk, sehingga pangan yang tersedia dari produksi semakin sedikit, tidak cukup untuk dikonsumsi sendiri. Memang, dengan dibangunnya sarana dan prasarana perhubungan memungkinkan berbagai jenis bahan makanan dapat di datangkan dari luar sehingga ketersediaan dapat terjamin. Umumnya jenis buah-buahan dan sayur-sayuran lebih banyak yang dikirim ke kota untuk dipasarkan daripada untuk dikonsumsi sendiri. Sejauh itu bagi golongan penduduk berpendapatan rendah di perkotaan tetap saja tidak mampu membelinya karena harga yang cukup tinggi.
Dalam tahun 1933, Orde Browne menunjukkan bahwa orang yang konsumsi pangannya kira-kira tidak cukup kebutuhan, maka bila orang itu bekerja sebagai buruh kemampuan kerjanya akan rendah. Pernyataan ini ditekankan oleh FAO (1962) dimana untuk bekerja di pabrik-pabrik para pekerja memerlukan konsumsi pangan yang cukup agar produktivitas kerjanya dapat ditingkatkan.
Investasi manusia sejak tahun 1940-an jarang diperhitungkan dalam pembangunan ekonomi nasional. Investasi dalam bentuk jasa-jasa pendidikan, pakaian dan makanan memberikan dampak pada kualitas manusia dan produktivitas kerja. Tetapi karena pengaruh itu sulit diukur, maka sering sekali tidak dianggap sebagai faktor penting dalam mempengaruhi pertumbuhan nasisonal. Namun akhir-akhir ini konsep investasi telah mencakup investasi manusia yang merupakan unsur penentu dalam pembangunan nasional. Dalam hal ini faktor gizi menjadi makin penting untuk diberi perhatian khusus dalam pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu untuk membangun keadaan ekonomi suatu negara tidak cukup hanya menciptakan lapangan kerja saja tetapi membentuk manusia yang berpotensi dan berkualitas tinggi justru harus merupakan hal yang memperoleh penekenan dalam rencana pembangunan ekonomi nasional. Untuk ini perbaikan gizi memegang peranan penting dan harus ditempatkan sebagai bagian integral daripada upaya pembangunan nasional.
C.     Pengaruh Ekonomi Terhadap Status Gizi
Masalah kesehatan yang menimbulkan perhatian masyarakat cukup besar akhir-akhir ini adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Walaupun sejak tahun 1989 telah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang yang relatif tajam, mulai  tahun 1999 penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada balita relatif lamban dan cenderung tidak berubah. Saat ini terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang di atas 30, dan bahkan ada yang di atas 40 persen, yaitu di Provinsi Gorontalo, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Papua.
Kurang Energi dan Protein (KEP) pada tingkat parah atau lebih populer disebut busung lapar, dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang besar dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut data Susenas 2003, diperkirakan sekitar 5 juta (27,5 persen) anak balita menderita gizi kurang, termasuk 1,5 juta (8,3 persen) di antaranya menderita gizi buruk. Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 masih terdapat 3,15 juta anak (16 persen) menderita gizi kurang dan 664 ribu anak (3,8 persen) menderita gizi buruk. Pada tahun 2005 dilaporkan adanya kasus gizi buruk tingkat parah atau busung lapar di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta beberapa provinsi lainnya. Penderita kasus gizi buruk terbesar yang dilaporkan terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu terdapat 51 kasus yang dirawat di rumah sakit sejak Januari sampai dengan Mei 2005. Jumlah kasus di sembilan provinsi sampai Juni 2005 dilaporkan sebanyak 3.413 kasus gizi buruk dan 49 di antaranya meninggal dunia.
Munculnya kejadian gizi buruk ini merupakan masalah yang menunjukkan bahwa masalah gizi buruk yang muncul hanyalah sebagian kecil dari masalah gizi buruk yang sebenarnya terjadi. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat misalnya, berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan sejak Januari-Juni 2005 hanya ditemukan sekitar 900 kasus. Namun, diperkirakan terdapat 2.200 balita marasmus kwashiorkor. Masalah busung lapar terutama dialami oleh anak balita yang berasal dari keluarga miskin.
Dari semua masalah kesehatan yang ada tersebut menunjukkan bahwa ekonomi atau pendapatan suatu masyarakat sangat berpengaruh pada status gizi masyarakat tersebut. Kemampuan untuk membeli bahan makanan yang berkualitas dengan gizi yang seimbang disebabkan karena daya beli dan pengetahuan pula. Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa semakin basar pendapatan dan pengetahuan dari masyarakat akan semakin tinggi pamenuhan gizi dan semakin baik pula status gizi pada masyarakat. Status gizi yang rendah dan masalah-masalah kesehatan terjadi karena rendahnya daya beli barang atau jasa untuk pemunuhan kesehatannya, sedangakan rendahnya daya beli tersebut disebabkan karena rendahnya pendapatan serta pengetahuan kesehatan yang kurang.
D.     Hubungan Pangan dan Gizi
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagai tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa diatara zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi esensia, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal, jadi zat esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya dalah zat gizi yang tiak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan diataranya adalah asam amino esensial semua zat esensial diperlukan untuk kesehatan yang baik.
Pada umumnya zat gizi dibagi dalam lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga berpendapat bahwa air juga merupakan bagian dari zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air dalam metabolisme makanan yang cukup penting walaupun air dapat disediakan di luar bahan pangan. Dalan konteks ini penulis lebih memilih memasukkan air dalam kelompok zat gizi, sehingga zat gizi erbagi kedalam enam kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Tiga golongan zat gizi yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Akan tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah zat gizi tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis.
Susunan pangan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Banyaknya gizi yang diperlukan, berbeda antara satu orang dengan orang lain disebabkan berbagai faktor yang dibicarakan kemudian, tetapi fungsi gizi pada pokoknya sama utnuk semua orang. Berdasarkan asaupan gizi tersebutlah seseorang akan mempunyai status gizi. Secara umum ada 3 status gizi yailtu status gizi kurng, status gizi seimbang (normal), dan status gizi lebih. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah sebagai berikut:
a)      Produk pangan (jumlah dan jens makanan)
Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan di suatu Negara/daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang pangan.
b)      Pembagian makan atau pangan
Secara tradisional, di beberapa daerah Ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Padahal justru anak-anaklah yang harus diperhatikan terutama utnuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Baik pertumbuhan fisiologis, psikologis, dan kecerdasarannya tetapi pada kenyataannya masyarakat Indonesia yang masih awam masih menganut anggapan/masih percaya bahwa ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal. Faham ini dikenal dengan nama pernalistik.
c)      Akseptabilitas (daya terima)
Aseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun termurun untuk mencari, memilih, menagani, menyiapkan, menyajikan dan makan makanan.
d)      Prasangka buruk pada bahan makaan tertentu.
Kita janganlah terlalu berperasangka buruk terhadap bahn makanan tertentu, sebab tidak semua bahan makanan tertentu merugikan bagi manusia. Contohnya banyaknya orang menganggap bahwa terong dapat berdampak buruk bagi kita yaitu menyebakan keloyoan pada tubuh kita, padahal sebenarnya tidak.
e)      Pantangan pada makanan tetentu
Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, tahayul, dan larangan yang beragam yang didasarkan kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia. Beberapa pola pantangan dinanut oleh suatu golongan masyarakat atau oleh bagian yang lebih besar dari penduduknya. Misalnya saja masih banyak orang-orang di Indonesia ini yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus dihindari atau menjadi pantangan terutama pada beberapa kondisi tertentu.
f)       Kesukaan terhadap jenis makan tertentu
Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja maka akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan berlebih. Anjuran empat sehat lima sempurna, enam halalan thoyiban adalah anjuran yang perlu diikuti dalam pola makan keluarga.
g)      Keterbatasan ekonomi
Di Negara seperti Indonesia yang jumlah pendapatanan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama makany bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu.
h)      Kebiasaan makan
Pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang di didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga kali sehari yaitu makan paagi, siang dan malam.
i)        Selera makan
Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatannya.
j)        Senitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)
k)      Dimulai dair penyiapam, penyajian, dan penyimpanan suatu bahan makanan atau pangan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tercampur atau tidak higenis dan mengandung banyak kuman penyebab penyakit. Makanan harus cukup mengandung kalori, makanan mudah dicerna oleh alat-alat pencernaan, pengolahan atau pemasakannya harus disesuaikan dengan sifat fisik dan kimiawi dari masing-masing bahan makanan.
l)        Pengetahuan gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap Negara di dunia. Penduduk di mana pun akan beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usianya dan eadaan fisiologisnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi tersebut akan saling berinteraksi satu sama lain sehingga berimplikasi kepada status gizi seseorang. Status gizi seimbang sangant penting terutama bagi pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia. Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:
1)      Kecukupan gizi (gizi seimbang)
2)      Gizi Kurang
3)      Gizi lebih
E.     Perencanaan Gizi dan Pertumbuhan Ekonomi
            Perencanaan adalah suatu proses atau kumpulan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengendalikan jalannya kejadian ke dalam beberapa jalan atau petunjuk yang diinginkan. Jalan yang  diinginkan tentunya ditentukan berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai. menurut ahli ekonomi, perencanaan sangat pening sekali, apabila kita ingin menggunakan sumberdaya yang ada, perlu ada pemberian teknologi dan lingkungan sosial politik yang sesuai.  Sumberdaya berhubungan dengan tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan.
            Perencanaan meliputi langkah-langkah utama sebagai berikut :
     1)      Penentuan tujuan dan sasaran yang penting penting diperhatikan adalah bahwa sasaran atau tujuan rencana harus konsisten dengan tujuan serta sasaran.
     2)      Gambaran program dan proyek dengan target yang sesuai
    3)      Formulasi kebijakan dan pengukuran disiapkan untuk menilai pencapaian target
    4)      Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program
    5)      Penentuan anggaran yang diperlukan untuk perencanaan
Di pihak lain, pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang dinamis di mana dengan perbaikan efisiensi  penggunaan sumberdaya bertujuan memperbaiki kesejahteraan (materi) masyarakat. Walaupun pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertumbuhan politik dan social, tetapi perencanaan gizi akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Gizi mempengaruhi produktifitas kerja, di mana produktifitas kerja ini secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Ekonomi pangan gizi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menyeimbangkan kebutuhan manusia yang tidak terbatas akan zat gizi karena pertambahan penduduk dengan jumlah bahan yang dijadikan makanan /yang menghasilkan zat gizi itu.
Ekonomi atau pendapatan suatu masyarakat sangat berpengaruh pada status gizi masyarakat. Status gizi yang rendah dan masalah-masalah kesehatan terjadi karena rendahnya daya beli barang atau jasa untuk pemunuhan kesehatannya, sedangakan rendahnya daya beli tersebut disebabkan karena rendahnya pendapatan serta pengetahuan kesehatan yang kurang.
B.     Saran
 Sebaiknya ada keseimbangan antara kebutuhan manusia akan jumlah bahan makanan dengan daya beli sehingga dapat terpenuhi akan asupan zat gizi. Juga ketersediaan pangan dapat terjaga sehingga masyarakat dapat memenuhi asupan gizi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.
Roedjito, Djiteng. 1987. Perencanaan Gizi. Bogor. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.



No comments:

Post a Comment