BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surveilans Epidemiologi adalah
kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan,
pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan.
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak
dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini
surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan
lainnya.
Pelaporan Penyakit Menular
hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system
surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan
“overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang.
Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan
gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru
yang mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah
tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang
sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun
penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini
mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi
sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis untuk
mengatasi masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan jaringan
susrveilans sentinel, pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat
dan berbagai proyek yang melengkapi kegiatan surveilans. Sebagai tambahan,
Journal baru yang berjudul Emerging Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC
dengan WHO telah pula melakukan kerjasama tukar menukar informasi melalui media
elektronika sejak tahun 1990 an. Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu
kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para petugas
kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang
tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh
di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang
lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.
B. Tujuan
1 .
Mengetahui pengertian
surveilans kesehatan masyarakat
2 . Mengetahui rumusan tujuan surveilans kesehatan Masyarakat
3 . Mengetahui jenis surveilans
4 . Mengetahui pendekatan atau sumber data surveilans kesehatan Masyarakat
5 . Mengetahui kegunaan surveilans kesehatan Masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Surveilans penting untuk pahami, khususnya terkait
(elaborasi) dengan teori simpul Ahmadi. surveilans menjadi vital juga karena
pijakan pola fikir kita sejauh menyangkut konsep dasar Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan (ADKL). Menurut German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public health
surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus¬ menerus
berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam
tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan
kematian, dan meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem
surveilans kesehatan masyarakat dapat digunakan :
1 . Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus penting
kesehatan masyarakat
2 . Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya,
termasuk identifikasi populasi resiko tinggi
3 . Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan
lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
4 . Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
5 . Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publik
6 . Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan
7 . Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.
Menurut German (2001),
surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu
kegiatan yang dilakukan secara terus¬ menerus berupa pengumpulan data secara
sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang
terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan kesehatan masyarakat
dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status
kesehatan.
Menurut Timmreck (2005),
surveilans epidemiologi adalah pengumpulan, analisis, dan interpretasi secara
sistematik dan berkesinambungan pada data yang berkaitan dengan kesehatan,
penyakit, dan kondisi. Temuan dari kegiatan surveilans epidemiologi digunakan
untuk merencanakan, mengkaji, mengevaluasi, dan menerapkan program pencegahan
dan pengendalian di bidang kesehatan.
Surveilans kesehatan
masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja
pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis,
interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans
dan pengumpulan serta analisis data digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang status kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan,
mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk
mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian,
agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam
bentuk yang dapat digunakan.
Sementara menurut pendapat
lain dikemukakan, surveilans merupakan sebuah istilah umum yang mengacu pada
observasi yang sedang berjalan, pengawasan berkelanjutan, pengamatan
menyeluruh, pemantauan konstan, serta pengkajian perubahan dalam populasi yang
berkaitan dengan penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan
kematian.
Surveilans kesehatan
masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara
terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan)
kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans memantau
terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi
dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada
agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat
dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last,
2001). Kadang digunakan istilahsurveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan
masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab
menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public
health). Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan
informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang
masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah
outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai
menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian
kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana
populasi telah terlayani dengan baik (DCP2, 2008).
B. Rumusan
tujuan surveilans kesehatan Masyarakat
Surveilans bertujuan
memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga
penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons
pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans:
ü
Memonitor kecenderungan
(trends) penyakit;
ü
Mendeteksi perubahan mendadak
insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak;
ü
Memantau kesehatan populasi,
menaksir besarnya beban penyakit (disease burden)
ü
Menentukan kebutuhan kesehatan
prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program
kesehatan;
ü
Mengevaluasi cakupan dan
efektivitas program kesehatan
ü
Mengidentifikasi kebutuhan
riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).
C Jenis
Surveilans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
a. Surveilans
Individu
Surveilans individu
(individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang
mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis,
tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya
isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai
dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional
yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi
telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan
karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya
terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali
ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina, yaitu:
· Karantina
total; Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar
penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang
tak terpapar.
· Karantina
parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,
berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak,
sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan
pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
b. Surveilans
Penyakit
Surveilans penyakit (disease
surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan
kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi,
evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan
individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung
melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans
vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara
dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak
program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu
penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing,
mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi
duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
c. Surveilans
Sindromik
Syndromic surveillance
(multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap
sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans
sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan
individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi
diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti
pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit.Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik
berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like
illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam
surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien
berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan
membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut
kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang
menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga
dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen
untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et
al., 2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus
penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau
anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan
sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk
memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas.
d. Surveilans
Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis
laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai
contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis,
penggunaansebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu
memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan
lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik
e. Surveilans
terpadu
Surveilans terpadu (integrated
surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah
yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik
bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang
sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan
pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap
memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO,
2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan
surveilans terpadu:
ü Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
ü Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
ü Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
ü Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber
daya);
· Mendekatkan
fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan
terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki
kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
f. Surveilans
Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan
internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme,
memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya,
masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara
maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global
(pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di
seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah,
dan organisasi internasional untuk memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara.
Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik
penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases),
maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemergingdiseases), seperti
HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan
aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi
.
D. Pendekatan atau sumber data surveilans kesehatan
Masyarakat
Berdasarkan pendekatan sumber
data surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis:
a. Surveilans
pasif;
Surveilans pasif memantau
penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable
diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan
surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negara-negara
anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus
dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis
perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang
sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan
cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan
laporan biasanya rendah, karena waktupetugas terbagi dengan tanggungjawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk
mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan
ringkas.
b. Surveilans
aktif
Surveilans aktif menggunakan
petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa,
tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan
rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian,
disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks.
Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab
dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab
itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal.
Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulituntuk dilakukan daripada
surveilans pasif Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas,
disebut community surveilance. Dalam community surveilance, informasi
dikumpulkan langsung dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan
pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif
dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin
(probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat
lebih tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan
konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan
negatif palsu (JHU, 2006).
1. Sumber data dalam survelans epidemiologi menurut kemenkes RI no. 1116/menkes/sk/VIII/2003:
2. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat
3. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
serta laporan kantor pemerintah dan masyarakat
4. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit ststistik kependudukan dan
masyarakat
5. Data geografi yang dapat di peroleh dari unit unit meteorologi dan
geofisika
6. Data laboratorium yang dapat di peroleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat
7. Data kondisi lingkungan
8. Laporan wabah
9. Laporan penyelidikan wabah/KLB
10. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
11. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya
12. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari
unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
13. Laporan kondisi pangan.
E. Kegunaan surveilans kesehatan Msayarakat
Adapun kegunaan surveilans
dalam pelayanan kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi
sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di
populasi.
2. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi
penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor
resiko).
3. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tindakan
pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan
yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan
2. Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan penyakit,
surveilans sinromik dll
3. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini
dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif
4. Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua
jenis: Surveilans pasif; Surveilans aktif
B. SARAN
Surveilans kesehatan
masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan penanggulangan penyakit
terutama dalam penanggulangan wabah (KLB). Maka dari itu dalam pengoperasian
data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam pengambilan
keputusan menjadi tepat sasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Bustan,
M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Nur Nasry
Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. FKM. Unhas.
Ridwan,
2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah Pengantar.
FKM-UNHAS.
Sugiyono,
Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Atfabeta. Bandung. Hal.
Sutrisna,
Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. PT. Dian Rakyat. Jakarta.
Wahyudin
Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC. Jakart
No comments:
Post a Comment