MAKALAH ANALISIS KEBUTUHAN AUD
Dasar-dasar Kebutuhan AUD
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Untuk membentuk generasi terbaik, pendidkan bagi anak
seharusnya diberikan sejak awal kelahirannya dimana usia 0-6 merupakan fase
terbaik “golden age”, fase yang turut menentukan bagi perkembangan selannjutnya
dimasa dewasa baik dari segi fisik, mental dan kecerdasan.
Sejak lahir, secara
insting ia membutuhkan air susu ibu untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Air
susu ibu mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh baik dalam
pertumbuhannya dari hari ke hari. Kalau kebutuhan ini tak terpenuhi maka bayi
akan secara spontan menangis sebagai reaksi atas rasa haus dan lapar yang belum
terpenuhi. Bayi akan menunjukan kegembiraan, misalnya dengan kegembiraan,
misalnya dengan senyuman apabila kebutuhannya telah terpenuhi. Dengan demikian
dalam kehidupan awal seorang anak ada tiga kebutuhan pokok yang memerlukan
perhatian, yaitu kebutuhan jasmani, sosial dan pisikologis.
Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anak nya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anak nyadapt mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak( Asah, AsihdanAsuh) terpenuhi.
Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq, perhatian, kasihsayang, gizi, kesehatan,
penghargaan, pengasuahan, rasa aman/ perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan(Asah,AsihdanAsuh). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.
Salah satu upaya untuk mendapatkan anak seperti
yang diinginkan tersebut adalah dengan melakukan upaya pematauan, pertumbuhan dan perkembangan balita atau yang dikenal dengan nama Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK). Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak prasekolah merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini( terutama sebelum berumur
3 Tahun ) atasa dan penyimpangan termasuk tindak lanjut terhadap keluhan orangtua terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak balita dan anak prasekolah,
kemudian penemuan dini serta intervensi dini terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang akan memberikan hasil
yang lebih baik.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa ituAsah dalam kebutuhan dasar anak usia dini?
2.
Apa itu Asih dalam kebutuhan dasar anak usia dini?
3.
Apa itu Asuh dalam kebutuhan dasar anak usia dini?
1.3 Tujuan
1.
Ingin mengetahui Asah dalam kebutuhan dasar anak usia dini.
2.
Ingin mengetahui Asih dalam kebutuhan dasar anak usia dini.
3.
Ingin mengetahui Asuh dalam kebutuhan dasar anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan Dasar Anak Usia Dini
A. ASUH
( Kebutuhan Biomedis
)
Yaitu menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya,
kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak danaman, perawatan kesehatan dini berupa imunisasi dan intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit.
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan pangan, sandang,
kesehatan dan papan kebutuhan fisik atau jasmani atau sering disebut juga
kebutuhan biologis meliputi kebutuhan untuk makan, minum, dan pakaian.
Pemenuhan atas kebutuhan ini merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua dan pengasuh.
Orang tua adalah pengasuh utama dan pengasuh hanya membantu orang tua. keduanya
harus senada dalam memperhatikan kebutuhan makananan, minuman, dan pakaian yang
cocok untuk anak yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Selanjutnya orang tua
dan pengasuh harus memperhatikan makanan dan minuman tertentu yang menjadi
kesuakaan anak, dengan memperhatikan faktor gizi dan kebersihan.
B. ASIH ( Kebutuhan Emosional )
Yaitu pemberian kasih sayang, penting menimbulkan rasa
aman( emotional security ) dengan kontak fisik dan psikis dini dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai,
pengalaman baru, pujian, serta tanggung jawab.
Dengan pemberian kasih sayang dari lingkungan
keluarga inti dan lingkungan dalam perkembangannya anak sangat memerlukan
prhatian, kasih sayang. Sentuhan dan kesungguhan dalam pengasuhan dari orangtua
atau orang dewasa sekitarnya. Sikap ini tidak dapat dinyatakan dengan mudah
tetapi perlu kesabaran dalam pengaturan emosi, pikiran dan perilaku dari orang
tua atau pengasuh agar perkembangan anak secara konektif, sosial emosi, bahasa
spritualnya bisa optimal.
Anak akan merasa aman apabila merasa bahawa orang
dewasa telah menerimanya dengan segala kelebihan dan kekurangan nya.
C. ASAH ( Kebutuhan Akan Stimulasi Anak Usia Dini )
Yaitu anak perlu distimulasi
sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik,
emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral
dan spiritual anak.
Asah adalah stimulasi yang diberikan.
Untuk pemenuhan kebutuhan asah (stimulasi), meliputi upaya untuk melakukan
stimulasi baik secara verbal maupun nonverbal. Proses ini merupakan cikal bakal
proses pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai
mungkin.[1]
Tujuan stimulasi (Asah) Stimulasi anak
usia dini (AUD) adalah kegiatan merangsang secara memadai kemampuan dasar anak
agar tumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Pemberian
stimulasi/rangsangan (ASAH) juga perlu diberikan sejak dini, stimulasi
diberikan sesuai dengan tahapan usia si kecil.[2]
Stimulasi adalah kegiatan merangsang
dan melatih kemampuan anak yang berasal dari lingkungan luar anak (orang tua
atau pengasuhnya).
Tujuan stimulasi untuk balita usia 0-1
tahun adalah agar mereka harus mengenal sumber suara dan mencari objek yang
tidak kelihatan, melatih kepekaan perabaan, koordinasi mata-tangan dan mata-
telinga.
Sedangkan untuk balita usia 2-3 tahun
stimulasi yang diperlukan adalah melatih mengembangkan ketrampilan berbahasa,
warna, mengembangkan kecerdasan dan daya imajinasi.
Tahapan balita usia 3-6 tahun adalah
mengembangkan kemampuan perbedaan dan persamaan, berhitung, menambah dan
sportivitas. Stimulasi akan membuat sistem syaraf berfungsi dengan baik. Tumbuh
kembang otak manusia mencapai puncaknya saat balita mencapai usia lima tahun.
Selain bantuan stimulasi dan nutrisi, yang tidak kalah penting adalah dukungan
keluarga dalam mengoptimalkan stimulasi pada anak.
Pemberian stimulasi dan nutrisi pada anak tidak dapat
diserahkan sepenuhnya kepada pengasuh atau baby sitter. Orangtua harus berperan
aktif membina kebersamaan keluarga dan menciptakan waktu berkualitas (quality
time) dengan waktu yang sedikit namun dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal itu bisa
diterapkan dalam hal sederhana misalnya makan bersama. Kesempatan itu dapat
dimanfaatkan untuk mengenalkan aneka ragam makanan, nama dan warnanya kepada
anak, serta mengajarkan ketrampilan makan. Saat anak minum susu dapat dibarengi membacakan buku cerita atau menonton
televisi sambil menyelipkan pesan manfaat minum susu bagi anak. Usahakan
mendampingi anak dan bercakap-cakap saat menonton televisi. Ajak anak
berolahraga atau bermain mengenal alam dan lingkungannya pada akhir pekan.
Kebersamaan antar orang tua dan anak sangat dibutuhkan untuk menjalin
komunikasi guna memungkinkan pemberian stimulasi dan nutrisi yang tepat untuk
anak. Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu
pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan
kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud
janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan,
janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap
jempol, dan lainnya.
Terdapat 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu
mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,
kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi)
dan kemandirian.
1. Kemampuan gerak
kasar atau kemampuan motorik kasar adalah kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh dengan melibatkan otot-otot besar, misal: kemampuan berguling,
tengkurap, berdiri dan berjalan.
2. Kemampuan gerak
halus atau kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak melakukan pergerakan
bagian-bagian tubuh tertentu dengan melibatkan otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat, misal: menjepit dengan jari-jari, menulis,
mengamati sesuatu.
3. Kemampuan
bicara dan bahasa adalah kemampuan anak mengungkapkan sesuatu melalui berbicara
dan berbahasa, memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dst.
4. Kemampuan
bersosialisasi (berinteraksi) adalah kemampuan anak bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya, dan
kemandirian adalah kemampuan melakukan sesuatu tanpa bantuan pihak lain atau
mandiri (makan dan minum sendiri, memakai pakaian sendiri, dst). Kemampuan
dasar lain yang juga perlu mendapatkan stimulasi adalah kemampuan kognitif,
kreatifitas dan moral-spiritual
Beberapa prinsip dasar dalam melakukan stimulasi pada
anak usia dini yang perlu diterapkan yaitu:
1.
Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih
sayang terhadap anak.
2.
Selalu tunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung
meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.
3. Dunia anak dunia bermain, karena itu
stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi dan variasi
lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman.
4. Berikan
stimulasi sesuai umur anak.
5. Stimulasi
dilakukan dengan cara-cara yang benar, secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
umur anak.
6. Menggunakan alat bantu/alat permainan
yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
7. Anak laki-laki
dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.
Dalam menstimulasi tumbuh kembang anak ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan, diantaranya adalah:
1. Berikan gizi dan makanan yang sesuai
dengan masa pertumbuhan dan perkembangan pada anak,yang sangat diperlukan
terutama dalam memacu pertumbuhan fisik dan otak pada anak.
2. Mencukupi kebutuhan nutrisi seperti
makanan yang banyak mengandung potein, vitamim B1, B6, yodium, asam folat,
seng, DHA, dsb.
3. Cukupi ASI. Karena ASI menjadi
kebutuhan paling fundamental dalam membantu tumbuh kembang anak secara baik dan
maksimal.
4. Pentingnya
melakukan stimulasi dini kepada anak.
Beberapa kategori yang harus diperhatikan
berdasarkan usia anak supaya hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan yang
diinginkan, yakni:[3]
1. Usia anak 0-3
bulan, bentuk stimulasi dilakukan dengan memeluk, menggendong, mengajaknya
tersenyum, berbicara, membunyikan suara seperti musik dan instrumen musik,
dipegangkan mainan, dsb.
2. Usia anak 3-6
bulan, bisa diajak dengan melihat wajah ibunya sendiri, ditengkurapkan,
bolak-balik badannya dan duduk.
3. 6 – 9 bulan,
bisa dengan memanggil namanya secara berulang-ulang, bertepuk tangan,
bersalaman, dan mendongeng.
4.Usia, 9-12 bulan, bisa dengan
mengajarkannya memasukkan mainan ke dalam keranjang atau menyebut nama mama dan
papanya karena prinsipnya anak sudah mengerti apa yang diperintahkan.
5. Usia 12-18 bulan, ajari berjalan
mengelilingi rumah, berikan pensil warna untuk mencorat-coret dan mulai
mengenal warna-warni satu persatu.
6. Usia 18-24
bulan, ajak anak untuk bertanya anggota tubuhnya seperti telinga, mata, tangan,
hidung, mulut, dsb.
7.Usia 2-3 tahun, kondisi dimana ia
sudah hampir bisa melakukan semua hal. Saatnya bagi orang tua untuk mulai
mengajarkan berbagai kata sifat sedih, gembira, senang. Dsb.
8. Memberikan ragam stimulasi kinestetik
mulai usia 0 hingga 6 tahun.
Bentuk stimulasi
(asah) yang diberikan : [4]
1.
Usia 0-1 tahun.
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin
sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan
dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu
gerak refleks. Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan
dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak
tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan
hidup, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil
terbentuk.
Contohnya, bila gerak refleks tangan
distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan
menggenggam benda-benda yang berukuran besar. Stimulasi yang bertahap dan
berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam
pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga
akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti
dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini
merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan.
Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap.
Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju.
Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan
kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi
mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan
banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel
otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak
mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat.[5]
2.
Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan
keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan
pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan,
dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti
berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain. Anak akan
lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap
bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola.
Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih.
Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa
ditambah.
Contohnya, menambah jarak
lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah
lemparan semakin cepat. Teknik-teknik tersebut akan membantu menguatkan
otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar,
koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan kelenturan.
Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak. Keterampilan
motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis,
dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot
kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak
tangga (tentu dibantu orang dewasa).
3.
Usia 3-4 tahun
Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat
ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu
menangkap dengan baik. Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan
dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali,
menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan,
anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan,
mendorong kursi, dan lainnya. Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk
koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali,
menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan
coretan semakin baik.
Agar kemampuan dan keterampilan motorik
halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Ia
mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan
berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke
berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah,
melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola
ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai
arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk
mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki
dengan memukul drum mainan.[6]
4.
Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh
gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun
sudah terkoordinasi dengan baik. Namun, anak kelompok usia ini lebih menyukai
permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai
permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok,
bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play
station.
Faktor genetika memang mempengaruhi
tingkat kecerdasan anak saat dilahirkan. Namun kecerdasan saat anak beranjak
dewasa juga ditentukan dari nutrisi dan stimulasi yang diberikan oleh orang tua
mereka. Kedua hal ini, yaitu nutrisi dan stimulasi, bahkan paling berperan
menentukan kecerdasan anak dalam masa pertumbuhan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kebutuhan dasar anak usia dini terdiri dari Asuh, Asih,dan Asah. Asah yaitu menyangkut asupan
gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya. Asih yaitu pemberian kasih sayang dengan
kontak fisik dan psikis dini dengan ibu. Asah yaitu stimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan
sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas,
kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Kebersamaan antar orang tua dan anak sangat dibutuhkan
untuk menjalin komunikasi guna memungkinkan pemberian stimulasi dan nutrisi
yang tepat untuk anak. Selain itu, langkah untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak usia dini dengan
memberikan makanan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya,
mencukupi nutrisi, dan ASI ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA
Gupte, S. 2004.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hidayat, A.
Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Doenges dan
Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta:
EGC.
Hurlock, Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan:
Suatu Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga.
[4]
. Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008.
Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. (Jakarta: Salemba Medika,
2008). Hlm. 47.
[6].
Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1993). Hlm.
76.
No comments:
Post a Comment