1

loading...

Wednesday, March 27, 2019

MAKALAH ANALISIS KEBUTUHAN AUD Dasar-dasar Kebutuhan AUD


MAKALAH ANALISIS KEBUTUHAN AUD
Dasar-dasar Kebutuhan AUD

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Untuk membentuk generasi terbaik, pendidkan bagi anak seharusnya diberikan sejak awal kelahirannya dimana usia 0-6 merupakan fase terbaik “golden age”, fase yang turut menentukan bagi perkembangan selannjutnya dimasa dewasa baik dari segi fisik, mental dan kecerdasan.
            Sejak lahir, secara insting ia membutuhkan air susu ibu untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Air susu ibu mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh baik dalam pertumbuhannya dari hari ke hari. Kalau kebutuhan ini tak terpenuhi maka bayi akan secara spontan menangis sebagai reaksi atas rasa haus dan lapar yang belum terpenuhi. Bayi akan menunjukan kegembiraan, misalnya dengan kegembiraan, misalnya dengan senyuman apabila kebutuhannya telah terpenuhi. Dengan demikian dalam kehidupan awal seorang anak ada tiga kebutuhan pokok yang memerlukan perhatian, yaitu kebutuhan jasmani, sosial dan pisikologis.
Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anak nya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anak nyadapt mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak( Asah, AsihdanAsuh) terpenuhi.
Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq, perhatian, kasihsayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuahan, rasa aman/ perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan(Asah,AsihdanAsuh). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.
Salah satu upaya untuk mendapatkan anak seperti yang diinginkan tersebut adalah dengan melakukan upaya pematauan, pertumbuhan dan perkembangan balita atau yang dikenal dengan nama Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak prasekolah merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini( terutama sebelum berumur 3 Tahun ) atasa dan penyimpangan termasuk tindak lanjut terhadap keluhan orangtua terkait masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi, anak balita dan anak prasekolah, kemudian penemuan dini serta intervensi dini terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang akan memberikan hasil yang lebih baik.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa ituAsah dalam kebutuhan dasar anak usia dini?
2.      Apa itu Asih dalam kebutuhan dasar anak usia dini?
3.      Apa itu Asuh dalam kebutuhan dasar anak usia dini?
1.3  Tujuan
1.      Ingin mengetahui Asah dalam kebutuhan dasar anak usia dini.
2.      Ingin mengetahui Asih dalam kebutuhan dasar anak usia dini.
3.      Ingin mengetahui Asuh dalam kebutuhan dasar anak usia dini.
  

BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan Dasar Anak Usia Dini
A.    ASUH ( Kebutuhan Biomedis )
Yaitu menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak danaman, perawatan kesehatan dini berupa imunisasi dan intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit.
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan pangan, sandang, kesehatan dan papan kebutuhan fisik atau jasmani atau sering disebut juga kebutuhan biologis meliputi kebutuhan untuk makan, minum, dan pakaian. Pemenuhan atas kebutuhan ini merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua dan pengasuh. Orang tua adalah pengasuh utama dan pengasuh hanya membantu orang tua. keduanya harus senada dalam memperhatikan kebutuhan makananan, minuman, dan pakaian yang cocok untuk anak yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Selanjutnya orang tua dan pengasuh harus memperhatikan makanan dan minuman tertentu yang menjadi kesuakaan anak, dengan memperhatikan faktor gizi dan kebersihan.
B.     ASIH ( Kebutuhan Emosional )
Yaitu pemberian kasih sayang, penting menimbulkan rasa aman( emotional security ) dengan kontak fisik dan psikis dini dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian, serta tanggung jawab.
Dengan pemberian kasih sayang dari lingkungan keluarga inti dan lingkungan dalam perkembangannya anak sangat memerlukan prhatian, kasih sayang. Sentuhan dan kesungguhan dalam pengasuhan dari orangtua atau orang dewasa sekitarnya. Sikap ini tidak dapat dinyatakan dengan mudah tetapi perlu kesabaran dalam pengaturan emosi, pikiran dan perilaku dari orang tua atau pengasuh agar perkembangan anak secara konektif, sosial emosi, bahasa spritualnya bisa optimal.
Anak akan merasa aman apabila merasa bahawa orang dewasa telah menerimanya dengan segala kelebihan dan kekurangan nya. 
C.    ASAH ( Kebutuhan Akan Stimulasi Anak Usia Dini )
Yaitu anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak.
Asah adalah stimulasi yang diberikan. Untuk pemenuhan kebutuhan asah (stimulasi), meliputi upaya untuk melakukan stimulasi baik secara verbal maupun nonverbal. Proses ini merupakan cikal bakal proses pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin.[1]
Tujuan stimulasi (Asah) Stimulasi anak usia dini (AUD) adalah kegiatan merangsang secara memadai kemampuan dasar anak agar tumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Pemberian stimulasi/rangsangan (ASAH) juga perlu diberikan sejak dini, stimulasi diberikan sesuai dengan tahapan usia si kecil.[2]
Stimulasi adalah kegiatan merangsang dan melatih kemampuan anak yang berasal dari lingkungan luar anak (orang tua atau pengasuhnya).
Tujuan stimulasi untuk balita usia 0-1 tahun adalah agar mereka harus mengenal sumber suara dan mencari objek yang tidak kelihatan, melatih kepekaan perabaan, koordinasi mata-tangan dan mata- telinga.
Sedangkan untuk balita usia 2-3 tahun stimulasi yang diperlukan adalah melatih mengembangkan ketrampilan berbahasa, warna, mengembangkan kecerdasan dan daya imajinasi.
Tahapan balita usia 3-6 tahun adalah mengembangkan kemampuan perbedaan dan persamaan, berhitung, menambah dan sportivitas. Stimulasi akan membuat sistem syaraf berfungsi dengan baik. Tumbuh kembang otak manusia mencapai puncaknya saat balita mencapai usia lima tahun. Selain bantuan stimulasi dan nutrisi, yang tidak kalah penting adalah dukungan keluarga dalam mengoptimalkan stimulasi pada anak.
Pemberian stimulasi dan nutrisi pada anak tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada pengasuh atau baby sitter. Orangtua harus berperan aktif membina kebersamaan keluarga dan menciptakan waktu berkualitas (quality time) dengan waktu yang sedikit namun dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal itu bisa diterapkan dalam hal sederhana misalnya makan bersama. Kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan aneka ragam makanan, nama dan warnanya kepada anak, serta mengajarkan ketrampilan makan. Saat anak minum susu dapat  dibarengi membacakan buku cerita atau menonton televisi sambil menyelipkan pesan manfaat minum susu bagi anak. Usahakan mendampingi anak dan bercakap-cakap saat menonton televisi. Ajak anak berolahraga atau bermain mengenal alam dan lingkungannya pada akhir pekan. Kebersamaan antar orang tua dan anak sangat dibutuhkan untuk menjalin komunikasi guna memungkinkan pemberian stimulasi dan nutrisi yang tepat untuk anak. Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol, dan lainnya.
Terdapat 4 aspek kemampuan dasar anak yang perlu mendapatkan rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi) dan kemandirian.
1.      Kemampuan gerak kasar atau kemampuan motorik kasar adalah kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh dengan melibatkan otot-otot besar, misal: kemampuan berguling, tengkurap, berdiri dan berjalan.
2.      Kemampuan gerak halus atau kemampuan motorik halus adalah kemampuan anak melakukan pergerakan bagian-bagian tubuh tertentu dengan melibatkan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, misal: menjepit dengan jari-jari, menulis, mengamati sesuatu.
3.      Kemampuan bicara dan bahasa adalah kemampuan anak mengungkapkan sesuatu melalui berbicara dan berbahasa, memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dst.
4.      Kemampuan bersosialisasi (berinteraksi) adalah kemampuan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya, dan kemandirian adalah kemampuan melakukan sesuatu tanpa bantuan pihak lain atau mandiri (makan dan minum sendiri, memakai pakaian sendiri, dst). Kemampuan dasar lain yang juga perlu mendapatkan stimulasi adalah kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-spiritual
Beberapa prinsip dasar dalam melakukan stimulasi pada anak usia dini yang perlu diterapkan yaitu:
1.    Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
2.    Selalu tunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.
3. Dunia anak dunia bermain, karena itu stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman.
4.   Berikan stimulasi sesuai umur anak.
5.   Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar, secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
6. Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
7.   Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.
Dalam menstimulasi tumbuh kembang anak ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, diantaranya adalah:
1. Berikan gizi dan makanan yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan pada anak,yang sangat diperlukan terutama dalam memacu pertumbuhan fisik dan otak pada anak.
2. Mencukupi kebutuhan nutrisi seperti makanan yang banyak mengandung potein, vitamim B1, B6, yodium, asam folat, seng, DHA, dsb.
3. Cukupi ASI. Karena ASI menjadi kebutuhan paling fundamental dalam membantu tumbuh kembang anak secara baik dan maksimal.
4.  Pentingnya melakukan stimulasi dini kepada anak.
Beberapa kategori yang harus diperhatikan berdasarkan usia anak supaya hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan yang diinginkan, yakni:[3]
1.    Usia anak 0-3 bulan, bentuk stimulasi dilakukan dengan memeluk, menggendong, mengajaknya tersenyum, berbicara, membunyikan suara seperti musik dan instrumen musik, dipegangkan mainan, dsb.
2.   Usia anak 3-6 bulan, bisa diajak dengan melihat wajah ibunya sendiri, ditengkurapkan, bolak-balik badannya dan duduk.
3.   6 – 9 bulan, bisa dengan memanggil namanya secara berulang-ulang, bertepuk tangan, bersalaman, dan mendongeng.
4.Usia, 9-12 bulan, bisa dengan mengajarkannya memasukkan mainan ke dalam keranjang atau menyebut nama mama dan papanya karena prinsipnya anak sudah mengerti apa yang diperintahkan.
5. Usia 12-18 bulan, ajari berjalan mengelilingi rumah, berikan pensil warna untuk mencorat-coret dan mulai mengenal warna-warni satu persatu.
6.  Usia 18-24 bulan, ajak anak untuk bertanya anggota tubuhnya seperti telinga, mata, tangan, hidung, mulut, dsb.
7.Usia 2-3 tahun, kondisi dimana ia sudah hampir bisa melakukan semua hal. Saatnya bagi orang tua untuk mulai mengajarkan berbagai kata sifat sedih, gembira, senang. Dsb.
8. Memberikan ragam stimulasi kinestetik mulai usia 0 hingga 6 tahun.
Bentuk stimulasi (asah) yang diberikan : [4]


1.      Usia 0-1 tahun.
Di usia 3-4 bulan kandungan, janin sudah menunjukkan gerakan tubuh pertamanya, yang semakin bertambah sejalan dengan pertambahan usia kehamilan. Gerakan kedua muncul saat bayi lahir, yaitu gerak refleks. Gerakan seperti mengisap puting susu ibu, gerak refleks tangan dan kaki, mengangkat kepala saat ditengkurapkan, dan membuka jari saat telapak tangannya disentuh, merupakan gerakan refleks yang bertujuan untuk bertahan hidup, gerak refleks seharusnya distimulasi agar kemampuan awal si kecil terbentuk.
Contohnya, bila gerak refleks tangan distimulasi dengan baik, dalam usia 2-3 bulan, bayi memiliki kemampuan menggenggam benda-benda yang berukuran besar. Stimulasi yang bertahap dan berjenjang akan memberikan manfaat dalam kemampuan dan keterampilan menggenggam pada bayi. Bayi akan mampu menggenggam benda-benda yang lebih kecil hingga akhirnya bisa menggenggam sendok atau pensil warna.
Kemampuan kinestetik lain yang mesti dimiliki bayi usia 3-6 bulan adalah merayap dan merangkak. Kemampuan ini merupakan awal dari perkembangan bergerak maju, duduk, berdiri, dan berjalan. Orangtua bisa menempatkan bola warna-warni di depan bayi saat ia tengkurap. Warna-warni akan menarik bayi untuk mengambil dengan berusaha bergerak maju. Setelah merangkak, anak akan belajar berjalan. Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot kaki, punggung, perut, keseimbangan tubuh, koordinasi mata-tangan-kaki, serta aspek mental, emosional, dan keberanian. Dengan banyaknya aspek yang terlibat dalam proses berdiri dan berjalan, jumlah sel otak yang terstimulasi pun bertambah banyak. Saat belajar berjalan, anak mencoba merambat dan berdiri sambil berpegangan benda-benda yang kuat.[5]
2.      Usia 1-2 tahun
Di usia setahun, seluruh kemampuan dan keterampilan kinestetiknya sudah terbentuk. Untuk itu, perlu diberikan pengembangan stimulasi dengan penambahan pada bentuk, media, tingkat kesulitan, dan lainnya. Cara yang mudah adalah banyak bermain bersama anak seperti berlari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan lain-lain. Anak akan lebih mudah belajar melempar daripada menangkap. Agar kemampuan anak menangkap bola atau benda bertambah, rajin-rajinlah orangtua bermain lempar-tangkap bola. Dengan cara ini pula kemampuan koordinasi mata dan tangan anak akan terlatih. Bila anak sudah mampu menangkap dan melempar, tingkat kesulitannya bisa ditambah.
Contohnya, menambah jarak lempar-tangkap, mengganti bola yang lebih besar dengan yang kecil, serta arah lemparan semakin cepat. Teknik-teknik tersebut akan membantu menguatkan otot-otot lengan anak serta mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar, koordinasi mata-tangan, visual-spasial, kecepatan reaksi, dan kelenturan. Kesemuanya, menurut Bambang, merupakan respon dari sel-sel otak. Keterampilan motorik halus dan kasar berguna untuk kemampuan menulis, menggambar, melukis, dan keterampilan tangan lainnya. Anak juga bisa dilatih mengembangkan otot kaki, misalnya menendang bola, melompat dengan dua kaki, serta menaiki anak tangga (tentu dibantu orang dewasa).
3.      Usia 3-4 tahun
Anak usia 3-4 tahun berlari lebih cepat ketimbang anak usia 1-2 tahun, lemparannya lebih kencang, dan sudah mampu menangkap dengan baik. Kemampuan motorik kasar otot kaki anak, selain berjalan dan berlari cepat, antara lain mampu melompat dengan dua kaki, memanjat tali, menendang bola dengan kaki kanan dan kiri. Untuk motorik kasar otot lengan, anak mampu melempar bola ke berbagai arah, memanjat tali dengan tangan, mendorong kursi, dan lainnya. Kemampuan yang melibatkan motorik halus untuk koordinasi mata-tangan, yaitu mampu memantul-mantulkan bola beberapa kali, menangkap bola dengan diameter lebih kecil, melambungkan balon, keterampilan coretan semakin baik.
Agar kemampuan dan keterampilan motorik halus serta kasar kian berkembang, anak bisa diberikan stimulasi kinestetik. Ia mencontohkan beberapa hal seperti berjalan atau berlari zigzag, berjalan dan berlari mundur untuk mengembangkan otak kanan, melompat dengan dua kaki ke berbagai arah, menendang bola dengan kaki kanan atau kiri ke berbagai arah, melempar bola ke berbagai arah dengan bola sedang sampai kecil, melempar bola ke sasaran seperti huruf, angka, atau gambar, menangkap bola dari berbagai arah, bermain bulutangkis, mencoret-coret berbagai bentuk geometri untuk mengembangkan otak kiri dan kanan, serta menggerakkan kedua tangan dan kaki dengan memukul drum mainan.[6]
4.      Usia 5-6 tahun
Pada usia 5-6 tahun, hampir seluruh gerak kinestetiknya dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Gerakannya pun sudah terkoordinasi dengan baik. Namun, anak kelompok usia ini lebih menyukai permainan yang tidak banyak melibatkan motorik kasar. Mereka lebih menyukai permainan yang menggunakan kemampuan berpikir seperti bermain puzzle, balok, bongkar pasang mobil, serta mulai tertarik pada games di komputer maupun play station.
Faktor genetika memang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak saat dilahirkan. Namun kecerdasan saat anak beranjak dewasa juga ditentukan dari nutrisi dan stimulasi yang diberikan oleh orang tua mereka. Kedua hal ini, yaitu nutrisi dan stimulasi, bahkan paling berperan menentukan kecerdasan anak dalam masa pertumbuhan.

                                                               BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kebutuhan dasar anak usia dini terdiri dari Asuh, Asih,dan Asah. Asah yaitu menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya. Asih yaitu pemberian kasih sayang dengan kontak fisik dan psikis dini dengan ibu. Asah yaitu stimulasi sejak dini untuk mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. Kebersamaan antar orang tua dan anak sangat dibutuhkan untuk menjalin komunikasi guna memungkinkan pemberian stimulasi dan nutrisi yang tepat untuk anak. Selain itu, langkah untuk menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini dengan  memberikan makanan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya, mencukupi nutrisi, dan ASI ekslusif.

DAFTAR PUSTAKA
Gupte, S. 2004. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Doenges dan Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta:
EGC.
Hurlock, Elizabeth. 1993. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga.



[1]. Gupte, S, Ilmu Kebidanan. (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2004). Hlm. 53.
[2] . Ibid., hlm. 68.
[3] .Gupte, S, Ilmu Kebidanan. (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2004). Hlm. 57
[4] . Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. (Jakarta: Salemba Medika, 2008). Hlm. 47.
[5]. Doenges dan Moorhouse. Rencana Perawatan Maternal Bayi. (Jakarta: EGC, 2001). Hlm. 42.
[6]. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1993). Hlm. 76. 

No comments:

Post a Comment