1

loading...

Wednesday, March 27, 2019

MAKALAH SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK (AKHLAK TASAWUF)


MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK
(AKHLAK TASAWUF)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna “pembuatan” atau “penciptaan”  dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabi’at, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan. 
            Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat istiadat yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
            Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan, dan di zaman modern.
            Dari filsuf – filsuf Yunani terjadilah persoalan antara baik dan buruk. Yang mana persoalan ini menjadi permbicaraan utama dalam kajian ilmu akhlak dan ilmu estetika. Di antara pembicaraan baik dan buruk penting karena terdapat dua alasan, ini juga berkaitan dengan ilmu akhlak, dan dapat mengetahui pandangan islam tentang persoalan akibat munculnya berbagai aliran.
            Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern dan baik dan buruk.


1.2 Rumusan Masalah
            Dari latar belakang tersebut maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut:
a.       Bagaimana sejarah perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani?
b.      Bagaimana akhlak pada abad pertengahan?
c.       Bagaimana sejarah akhlak pada Bangsa Arab sebelum Islam?
d.      Bagaimana sejarah akhlak pada Bangsa Arab setelah Islam?
e.       Bagaimana akhlak pada zaman barat (zaman baru)?
f.       Bagaimana pengertian baik dan buruk?
g.      Bagaimana ukuran baik dan buruk?
1.3 Tujuan
a.       Untuk mengetahui bahwa sejarah dan perkembangan ilmu akhlak pada zaman yunani
b.      Untuk mengetahui perkembangan akhlak pada abad pertengahan.
c.       Untuk mengetahui sejarah akhlak pada Bangsa Arab sebelum islam.
d.      Untuk mengetahui sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam.
e.       Untuk mengetahui perkembangan kondisi ilmu akhlak pada zaman Barat (zaman baru)
f.       Untuk mengetahui pengertian baik dan buruk lebih luas lagi
g.      Agar dapat mengetahui perbandingan ukuran antara baik dan buruk








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembngan Akhlak pada Zaman Yunani
1.      Tokoh – tokoh sofistik (500-450 SM)
            Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Penyelidikan ahli –ahli filsafat  Yunani kuno  tidak banyak memperhatikan pada akhlak, kebanyakan penyelidikannya mengenai  alam. Sehingga datang Sophisticians ialah orang yang bijaksana  yang menjadi guru terbesar di beberapa  negeri. Pikiran dan pendapat mereka berbeda –beda, tetapi  tujuan mereka adalah satu, yaitu  menyiapkan  angkatan muda bangsa yunani, agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban  mereka terhadap  tanah airnya.
2.      Socrates (469-399 SM)
            Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu. Namun demikian, para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yang mengatakan bahwa Socrates tidak menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dari akhlak dan tidak memberikan patokan-patokan untuk mengukur segala perbuatan dan menghukumkannya baik atau buruk. Akibatnya, maka timbullah beberapa golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak yang dihubungkan pada Socrates.
3.      Cynics dan Cyrenics
            Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah Cynics dan Cyrenics. Keduanya dari pengikut Socrates. Golongan Cynics di bangun oleh Antistenes (414 - 370 SM). Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan. Di antara pemimpin paham golongan Cynics yang terkenal adalah Diagenes yang meninggal pada tahun 323 SM. Adapun golongan “Cyrenics” di bangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena (kota Barka di utara Afrika).
            Kedua golongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan yang baik, utama dan mulia. Golongan pertama, Cynics bersikap memusat pada Tuhan (teo-sentris) dengan cara manusia berupaya mengindentifikasi sifat Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan golongan kedua, Cyrenics bersikap memusat pada manusia (antro-pocentris) dengan cara manusia mengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya.
4.      Plato (427-347 SM)
            Ia adalah seorang ahli filsafat Athena dan murid dari Socrates. Pandangannya dalam bidang akhlak berdasarkan pada teori model. Teori model ini digunakan Plato untuk menjelaskan masalah akhlak. Di antara model ini adalah model untuk kebaikan yaitu arti mutlak, azali, kekal dan amat sempurna. Dalam pandangan akhlaknya, Plato tampak memadukan antara unsure yang datang dari diri manusia sendiri dan unsure yang datang dari luar. Unsur dari diri manusia berupa akal pikiran dan potensi rohaniah, sedangkan unsure dari luar berupa pancaran nilai-nilai luhur dari yang bersifat mutlak.
            Dia berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara     lain:
a)      Hikmah/kebijaksanaan,
b)       Keberanian,
c)       Keperwiraan
d)      Keadilan.
5.      Aristoteles (394-322 SM)
            Dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana pengikutnya diberi nama dengan “Peripatetics” karena mereka memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya. Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia”. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut pendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya.
                   Selain itu  Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut.
6.      Stoics dan Epicurics
            Setelah aristoteles datang “Stoics” dan “Epicuric”  mereka berbeda penyelidikanya dalam akhlak  “stoics” berpendirian sebagai paham “Cynics”, dan telah kami beri pejelasan secukupnya. Akan tetapi perlu kami katakan disini, bahwa paham “stoics” ini diikuti oleh banyak ahli filsafat di yunani dan romawi, rome ialah seneca (6 SM - 65 M), Epicetetus (60 – 110 M) dan kaisar marcus orleus (121 – 180 M).
            Stoisisme mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani segala sesuatu yang bisa dijalani secara rasional. Kenikmatan dan kesengsaraan datang dan pergi, dan kita tidak perlu melekat pada salah satunya. Segala ide tentang kesengsaraan dan kebahagiaan berasal dari pikiran manusia belaka. Pikiran, the mind adalah kunci dari Stoisisme. Kedamaian batin atau peace of mind akan kita alami kalau kita mau berpikir rasional.
            Filsafat Epikurus bertujuan menjamin kebahagiaan manusia. Filsafatnya dititikberatkan pada etika yang akan memberikan ketenangan batin.
7.      Agama Nasrani
            Pada akhir abad ketiga Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama ini telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang tersebut dalam kitab Taurat dan Injil. Menurut agama ini bahwa Tuhan adalah sumber akhlak.
            Dengan demikian ajaran akhlak pada agama Nasrani ini bersifat teo-centri (memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Menurut ahli-ahli filsafat Yunani bahwa pendorong buat melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani bahwa pendorong berbuat kebaikan ialah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk kitab Taurat.
2.2 Akhlak Pada Abad Pertengahan
            Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
                        Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran         filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai           dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam sebagaimana terlihat pada    pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.
2.3 Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab sebelum Islam.
                        Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam            segi      filsafat sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan     Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan karena penyelidikan    akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya.          Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli          hikwah yang menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai            akhlak.
                        Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki   kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang      berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang                         tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah      yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat    mereka tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak.
2.4 Sejarah Akhlak pada Bangsa Arab setelah Islam.
            Islam datang mengajak pada kepercayaan bahwa Allah SWT adalah sumber segala sesuatu di seluruh alam. Akhlak dalam islam merupakan jalan hidup manusia yang paling sempurna dan menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Tujuan yang tertinggi dari segala tingkah laku manusia menurut pandangan islam adalah mendapatkan ridho dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberike pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pengajaran. Q.S An-Nahl: 90
            Tokoh yang pertama kali menggegas atau menulis ilmu akhlak dalam islam adalah:
            Pertama, Ali bin Abi Thallib. Ini berdasarkan risalah yang ditulisnya untuk puteranya, Al-Hasan.
            Kedua, Isma’il bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani, ulama abad ke-2 H. Ia menulis kitab Al-Mu’min wa Al-Fajir.
            Ketiga, pada abad ke-3 H, Ja’far bin Ahmad Al-Qaummi menulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-Jannah.
2.5 Akhlak pada Zaman Barat (Zaman Baru)
            Pada akhir abad ke lima belas masehi, Eropa mulai mengalami         kebangkitan dalam bidang dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan            teknologi.
            Penyelidikan baru mempunyai jasa dalam menentukan macam-        macam hak dan kewajiban dan menimbulkan perasaan perseorangan akan     besar tanggungnya dihadapan masyarakat dan terhadap dirisendiri.
            Pandangan filsafat ternyata tidak memuasakan ahli-ahli fikir zaman             baru.  Oleh karena itu muncullah reformasi pemikiran yang menonjolkan     identitasnya sendiri, diantaranya sebagai berikut:
1.      Descartes
                        Seorang ahli filsafat perancis menjadi pembangun madhab   rasionalisme     untuk ilmu pengetahuan dan filsafat, ia telah menciptakan       dasar-dasar baru diantaranya:
                  a.       Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa akal dan sebelum                        dipastikan nyata. Apa yang tumbuhnya dari adat kebiasaan saja wajib         ditolak.
                  b.      Penyelidikan terhadap sesuatu harus dimulai dari yang terkecil dan    yang termudah lalu mengarah pada yang lebih kompleks.
                  c.       Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum diuji terlebih dahulu
2.       John of Salisbury (1120-1180 M)
            Ia adalah seorang filsuf Inggris. Ia terkenal dengan uraiannya yang menjelaskan bahwa kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi.
            Pendapat – pendapatnya diabadikan pada buku-bukunya. Buku yang paling masyhur berjudul Stateman’s Book. Pada buku ini, ia berbicara tentang dua pedang (kekuasaan), yaitu pedang fisik dan pedang spiritual. Keduanya bersumber dari gereja dan harus kembali padanya.
3.      Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill (1806-1873)
            Bentham dan Mill memindahkan paham Epicurus ke dalam paham Utilitarianisme. Keduanya memindahkan dari paham Egoitic Hedonism eke dalam paham Universalistik Hedonisme. Paham keduanya tersiar luas di Eropa dan memberikan peran besar dalam pembentukan hukum dan politik.
4.      Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903)
            Green dan Spencer mengaitkan paham evolusi dengan akhlak. Di antara pemikiran akhlak Green adalah:
a.       Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan dapat menghendaki sebab ia adalah pelaku moral;
b.      Manusia dapat melakukan realisi diri karena ia adalah subjek yang sadar diri, suatu reproduksi diri kesadaran diri yang abadi;
c.       Cita – cita keadaan yang lebih baik adalah yang ideal, tujuan yang terakhir;
d.      Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia. Kebaikan moral adalah yang memuaskan hasrat pelaku moral.
5.      Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), dan Kant (1724-1831)
            Dalam bukunya Ethica tampaknya mempunyai struktur seperti sebuah sistem geometris. Spinoza menggunakan bebagai definisi, aksioma, dan preposisi. Karya ini bukan semata –mata karya filosofi, melainkan memiliki tujuan praktis: untuk mengajari pembacanya bahwa Tuhan merupakan bagian dari penciptaan, bahwa semua hal yang eksis merupakan manifestasi dari Tuhan – termasuk umat manusia.
            Sementara itu, Kant meyakini adanya kesusilaan. Titik berat etikanya adalah rasa kewajiban (panggilan hati nurani) untuk melakukan sesuatu. Rasa kewajiban melakukan sesuatu berpangkal dari budi.
6.      Victor Cousin (1792-1867) dan August Comte (1798-1857)
            Cousin adalah salah seorang yang bertanggung jawab menggeser filsafat Perancis dari sensasionalisme menjadi spiritualisme. Menurutnya metafisika adalah pengamatan hati – hati dan analisis atas fakta – fakta tentang kehidupan sadar.
            August Comte atau juga Auguste Comte adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai “bapak sosiologi”. Ia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah ke dalam ilmu sosial.
7.      Pasca Mill dan Spencer
            Sejak Mill dan Spencer hingga sekarang, penelitian tentang akhlak hanya menjelaskan teori – teori sebagaimana diutarakan di atas. Dengan kata lain, belum ditemukan teori lain.
             



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a.       Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani adalah: tokoh – tokoh sofistik, Socrates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan Epicuris dan Agama Nasrani.
b.      Akhlak pada abad pertgengahan adalah akhlak yang lahir di Eropa dengan ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Diantara mereka yang termashyur adalah Abelard, seorang ahli filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat agama berkebangsaan Italia.
c.       Sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum islam bahwa akhlak sebelum islam dalam keadaan jahiliyyah (bodoh), jahiliyyah dapat diartikan pada masa itu kondisi akhlak dan moral masyarakat mengalami kebobrokan yang begitu parah.
d.      Sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam bahwa setelah islam datang, islam mengajak pada kepercayaan bahwa Allah SWT dalah sumber segla sesuatu di seluruh alam. Allah pun telah menetapkan beberapa keutamaan yang harus diikuti, seperti kebenaran dan keadilan; juga menghindari beberapa keburukan. Terdapat di Q.S An-Nahl ayat 90
e.       Sejarah akhlak pada zaman barat (zaman baru) yaitu Descates;  Jhon of Salisbury; Bentham dan Stuart Mill; Thomas Hill Green dan Herbert Spencer; Spinoza, Hegel dan Kant; Victor Cousin dan August Comte; Pasca Mill dan Spencer.
3.2 Saran
Di zaman yang serba modern ini, kita di hadapkan pada perkembangan teknologi yang begitu canggih yang dapat memberi pengaruh baik maupun buruk pada akhlak kita, oleh karena itu kita sebagai generasi muda penerus bangsa harus pandai-pandai memilah-milah mana hal yang baik dan yang buruk untuk diri kita.

  
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin.2007. Study Akhlak dalam Perspektif  Alquran. Jakarta: Amzah.
Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.
Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.






No comments:

Post a Comment