MAKALAH ISLAMISASI DAN PROSESNYA MASYKNYA ISLAM DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk mempelajari suatu agama,
termasuk agama Islam harus bermula dari mempelajari aspek geografis dan
geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu dapat dipahami pula proses
kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama yang dilahirkan
di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiganya dikenal sebagai agama
langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran agama itu
sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga
menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus
dikenali lebih dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran
itu, yaitu Muhammad SAW sang pembawa risalah.
Keberhasilan proses Islamisasi di
Indonesia ini memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol
kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat
yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah
satu watatk Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal kelahirannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Islamisasi?
2. Bagaimana Proses Masuknya Islam di
Indonesia?
3. Bagaimana Saluran dan Cara-cara
Islamisasi di Indonesia?
4. Bagaimana faktor-faktor Yang Mempermudah
Proses Islamisasi di Indonesia?
5. Bagaimana Teori-teori Kedatangan Islam
di Indonesia?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Islamisas.
2. Mengetahui Proses Masuknya Islam di Indonesia.
3. Mengetahui Saluran dan Cara-cara Islamisasi di Indonesia.
4. Mengetahui faktor-faktor Yang Mempermudah Proses
Islamisasi di Indonesia.
5. Mengetahui Teori-teori Kedatangan Islam
di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Islamisasi
Islamisasi adalah proses konversi
masyarkat menjadi islam . Dalam penggunaan kontemporer , mungkin mengacu pada
pengenaan dirasakan dari sistem sosial dan politik islam di masyarakat dengan
latar belakang sosial dan politik pribumi yang berbeda .
Menurut Al
Faruqi, islamisasi adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang di
kehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru, mengatur data,
mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan yang memproyeksikan kembali
tujuan-tujuannya.
B.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan
Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik
dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia
memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu
diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya
serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk
penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke
Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia.
Tokoh- tokoh itu diantaranya, Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego
Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.[1]
Sedangkan
sumber-sumber masuknya Islam di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Berita dari Arab
Berita
ini diketahui
dari pedagang
Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang
menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para
pedagang Arab untuk
kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.
Pendapat ini
dikemukakan oleh Crawfurd,
Keyzer,
Nieman,
de
Hollander,
Syeh Muhammad
Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan
Melayu dan mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka
dan
Abdullah bin Nuh.[2]
2.
Berita Eropa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia
adalah orang yang pertama kali menginjakan
kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju eropa melalui
jalan laut. Ia dapat tugas
dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya
yang dipersembagkan kepada
kaisar Romawi, dari perjalannya itu
ia singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu
kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai. Diantara sejarawan yang menganut teori ini
adalah C. Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke.
3.
Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai
peranan penting
dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam
di
Indonesia.
Karena disamping
berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan
Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang
terletak di daerah pesisisr pantai.
Teori ini lahir selepas tahun 1883 M. Dibawa oleh
C. Snouch Hurgronye. Pendukung
teori ini,
diantaranya adalah Dr.
Gonda, Van
Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.
4.
Berita
Cina
Berita ini diketahui
melalui
catatan dari
Ma Huan, seorang penulis yang
mengikuti perjalanan Laksamana
Cheng-Ho. Ia
menyatakan melalui tulisannya
bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada
saudagar-saudagar
Islam yang
bertempat tinggal di pantai utara Pulai Jawa. T.W. Arnol pun mengatakan para
pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka
mendominasi
perdagangan Barat-Timur
sejak abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7
dan ke-8 M.
Dalam sumber-sumber Cina
disebutkan bahwa
pada
abad
ke-7 M seorang pedagang Arab
menjadi
pemimpin sebuah pemukiman
Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera (disebut Ta’shih).
5.
Sumber dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber
dari dalam
negeri
yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran
(Gresik). Batu bersurat
itu menggunakan huruf dan
bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya
seorang perempuan
yang bernama Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297
M. Ketiga, makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419
M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.[3]
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah
yang diselenggarakan pada tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/7 M,
langsung dari negeri Arab.
b. Daerah pertama
yang dimasuki Islam
adalah
pesisir sumatera Utara.
Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
c. Para
dai yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saaat itu dakwah disebarkan secara damai.[4]
C.
Saluran
dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada
golongan bangsawan dan rakyat umumnya,
dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam,
yaitu:
1. Saluran
Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di
Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia
dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan
antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana
pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya
di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat
menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan
pedagang. Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu
dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha
melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan.
Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut:
mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan
dan
kemudian diantaranya ada
yang bertempat tinggal, baik untuk
sementara maupun untuk
menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-
perkampungan. Perkampungan golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri asing
itu disebut Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Perkawinan
merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling
memudahkan.
Karena ikatan
perkawinan merupakan
ikatan
lahir batin,
tempat
mencari kedamaian diantara dua individu.
Kedua
individu yauitu suami isteri
membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal
ini berarti membentuk masyarakat muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia
pribumi juga merupakan bagian
yang erat
berjalinan
dengan
Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari
sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi, terutama putri- putri bangsawan, tertarik untuk
menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka
diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan
mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
3. Saluran
Tasawuf
Tasawuf merupakan
salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk
kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang
meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada
tulisan tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran
Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu
berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan
penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan
mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama
yang ada yaitu agama Hindu ke dalam
ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai
Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia
pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh,22 Syeh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
4. Saluran
Pendidikan
Para ulama, guru-guru
agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan
agama Islam melalui pendidikan yaitu
dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama
Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh
guru-guru agama, kyai-kyai, atau
ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,setelah
keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau
desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan
pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal
pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
5. Saluran
Kesenian
Saluran
Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno
Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten,
Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah
dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita
wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang
masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah
keagamaan Islam.
6. SaluranPolitik
Pengaruh
kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat
memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi
tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi
Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya
memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu
tersebarnya Islam di daerah ini.
D.
Faktor-Faktor Yang Mempermudah
Proses Islamisasi Di Indonesia
1.
Suasana keterbukaan di kota-kota menciptakan kecenderungan
struktural untuk mobilitas yang lebih besar, antara lain berpindah agama.
2.
Bersamaan dengan proses yang diungkapkan di nomor satu, terjadi
pula disintergrasi serta diorientasi masyarakat lama sehingga diparlukan
identitas baru dengan nilai-nilai baru.
3.
Dengan merosotnya kekuasaan Hindu-Jawa maka perubahan struktural
masyarakat mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan. Dalam hal ini agama
Islam sebagai tiang pendukungnya.
E.
Teori-teori
Kedatangan Islam di Indonesia
Masuknya agama dan kebudayaan Islam terjadi seiring
perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan negara India, Persia,
dan Arab pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-15 Masehi. Mengenai siapa pembawa
Islam kewilayah Nusantara, terdapat beberapa teori berikut:
1. Teori
Gujarat ( India)
Teori ini
menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Gujarat.
Tokoh yang mendukung teori ini adalah ilmuan-ilmuan Belanda seperti : Pijnappel
dan Moquette. Kedua ilmuan ini berpendapat bahwa yang membawa agama Islam ke
Indonesia adalah orang Arab yang telah lama di wilayah tersebut. Ilmuan Belanda
lainnya, yaitu Snouck Hurgronje, mengungkapkan bahwa dibanding dengan
orang-orang Arab, hubungan dagang Indonesia dengan orang Gujarat telah berlangsung
lebih awal. Menurut G.W.J. Drewes, mazhab yang dianut oleh orang-orang Islam di
Indonesia dan di Gujarat memiliki kesamaan yaitu Mazhab Syafi’i. Maquette
mempertegas teori ini dengan hasil penelitiannya terhadap temuan batu nisan di
kedua wilayah Indonesia dan Gujarat. Ia berpendapat bahwa ada persamaan antara
batu nisan di Pasai dengan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik
dengan batu nisan yang berada di Cambay, Gujarat.
2. Teori
Benggali (Bangladesh)
Teori ini dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori ini mengatakan
bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari Benggali. Teori ini
didasarkan tokoh-tokoh terkemuka di Pasai adalah orang-orang keturunan dari
Benggali. Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa batu nisan Malik al-Saleh
memiliki banyak persamaan dengan batu nisan di Benggali.
3. Teori
Persia
Pendukung teori Persia ini adalah P.A. Husein Jayadiningrat
dan M. Dahlan Mansur. Menurut teori Persia, Islam masuk ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang Persia. Dasar dari teori Persia ini adanya perkumpulan
orang-orang Persia di Aceh sejak abad ke-15. Pada saat itu pemakaian gelar Syah
yang biasa digunakan di Persia, juga pernah digunakan raja-raja. Selain itu,
terdapat persamaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan Persia. Contohnya,
peringatan hari Asyura pada tanggal 10 Muharram atas wafatnya cucu Nabi
Muhammad, Hasan dan Husen.
4. Teori
Pantai
Coromandel (India) Teori ini dikemukakan oleh Thomas W.
Arnold dan Morrison. Menurut teori ini, Islam datang ke Indonesia melalui
Coromandel dan Malabar (India). Dasar teori ini ketidak mungkinan Gujarat
menjadi sumber penyebar Islam ketika itu. Alasannya, Gujarat belum menjadi
pusat perdagangan yang menghubungkan antara wilayah Timur Tengah dengan wilayah
Nusantara. e. Teori Arab Teori ini menyatakan bahwa Islam di Indonesia, datang
dari sumbernya langsung, yaitu bangsa Arab. Teori ini didukung
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islamisasi adalah proses konversi masyarkat menjadi
islam . Dalam penggunaan kontemporer , mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan
dari sistem sosial dan politik islam di masyarakat dengan latar belakang sosial
dan politik pribumi yang berbeda .
Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan
beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada
yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran
agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian
seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena
tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia.
Faktor-Faktor Yang Mempermudah
Proses Islamisasi Di Indonesia
a.
Suasana keterbukaan di kota-kota menciptakan kecenderungan
struktural untuk mobilitas yang lebih besar, antara lain berpindah agama.
b.
Bersamaan dengan proses yang diungkapkan di nomor satu, terjadi
pula disintergrasi serta diorientasi masyarakat lama sehingga diparlukan
identitas baru dengan nilai-nilai baru.
c.
Dengan merosotnya kekuasaan Hindu-Jawa maka perubahan struktural
masyarakat mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan. Dalam hal ini agama
Islam sebagai tiang pendukungnya.
B.
Saran
Makalah ini telah dibuat oleh penulis yang telah berushana untuk
mencapai hasil terbaik, namun jikala terdapat kekurangan kami memohon maaf. Dan
alangkah baiknya jika pembaca membaca makalah ini dengan seksama agar dapat
memahami isinya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik,Pengantar dalam
Islam Hindia Belanda, Bhratara, Jakarta1973.
Baloch,
N.A. Advent of Islam in Indonesia,
National Institute of Historical and Cultural Research, Islamabad, 1980.
Farid, Samsul, Sejarah Indonesia,
Kurikulum 2013, Yrama Widya, Bandung, 2013.
Drs.Muh.
Ibrahim dan Drs. Rusdi Sufi, Proses Kedatangan Islam dan Munculnya
Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh, dalam A. Hasjmi. Jakarta, 1981.
Groeneveldt,
W. P. Historical Notes On Indonesia and Malaya Compiled From Chinese Sources,
Bhratara, Jakarta,1980.
Gumawan,
S. Islam di Hindia Belanda (Terjemahan dalam Bahasa ndonesia), Bhratara,
Jakarta, 1973.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid IV,
Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Hasjmi
(ed). A. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT. Al-Ma’arif,
Jakarta, 1981.
[1] Uka Tjandrasasmita
(Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III,
(Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm, 122.
[2] Busman Edyar, dkk
(Ed.), Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009), hlm. 207
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Press, 2007), hlm. 191-192
[4] Ahmad Al-Usairy, Sejarah
Islam, Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad
XX, (Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 336.
No comments:
Post a Comment