1

loading...

Friday, October 18, 2019

MAKALAH ISLAMISASI DAN PROSESNYA MASYKNYA ISLAM DI INDONESIA


MAKALAH ISLAMISASI DAN PROSESNYA MASYKNYA ISLAM DI INDONESIA 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Untuk mempelajari suatu agama, termasuk agama Islam harus bermula dari mempelajari aspek geografis dan geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu dapat dipahami pula proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia, terutama yang dilahirkan di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiganya dikenal sebagai agama langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran agama itu sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus dikenali lebih dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran itu, yaitu Muhammad SAW sang pembawa risalah.
Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watatk Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal kelahirannya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Islamisasi?
2.      Bagaimana Proses Masuknya Islam di Indonesia?
3.      Bagaimana Saluran dan Cara-cara Islamisasi di Indonesia?
4.      Bagaimana faktor-faktor Yang Mempermudah Proses Islamisasi di Indonesia?
5.      Bagaimana Teori-teori Kedatangan Islam di Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Islamisas.
2.      Mengetahui  Proses Masuknya Islam di Indonesia.
3.      Mengetahui  Saluran dan Cara-cara Islamisasi di Indonesia.
4.      Mengetahui  faktor-faktor Yang Mempermudah Proses Islamisasi di Indonesia.
5.      Mengetahui Teori-teori Kedatangan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Islamisasi
Islamisasi adalah proses konversi masyarkat menjadi islam . Dalam penggunaan kontemporer , mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan dari sistem sosial dan politik islam di masyarakat dengan latar belakang sosial dan politik pribumi yang berbeda .
Menurut Al Faruqi, islamisasi adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang di kehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru, mengatur data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan yang memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya.

B.     Proses Masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia. Tokoh- tokoh itu diantaranya, Marcopolo, Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.[1]
Sedangkan sumber-sumber masuknya Islam di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Berita dari Arab
Berita   ini   diketahui   dari   pedagang   Arab   yang   melakukan   aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.
Pendapat  ini  dikemukakan oleh  Crawfurd,  Keyzer,  Nieman,  de  Hollander,  Syeh Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu  dan mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh.[2]

2.      Berita Eropa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju eropa melalui jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina  untuk mengantarkan putrinya yang  dipersembagkan kepada  kaisar  Romawi, dari  perjalannya  itu  ia  singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai. Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke.
3.      Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan  penting  dalam  penyebaran  agama  dan  kebudayaan  Islam  di  Indonesia. Karena disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisisr pantai. Teori ini lahir selepas tahun 1883 M. Dibawa oleh C.  Snouch Hurgronye. Pendukung teori  ini,  diantaranya  adalah  Dr.  Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.
4.      Berita Cina
Berita ini  diketahui  melalui  catatan  dari  Ma  Huan,  seorang penulis  yang mengikuti  perjalanan  Laksamana  Cheng-Ho.  Ia  menyatakan  melalui  tulisannya bahwa  sejak  kira-kira  tahun  1400  telah  ada  saudagar-saudagar  Islam  yang bertempat tinggal di pantai   utara Pulai Jawa.  T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan  ke-8  M.  Dalam  sumber-sumber Cina  disebutkan  bahwa  pada  abad  ke-7  M seorang  pedagang  Arab  menjadi  pemimpin  sebuah  pemukiman  Arab  Muslim  di pesisir pantai Sumatera (disebut Tashih).
5.      Sumber dalam Negeri
Terdapat  sumber-sumber  dari  dalam  negeri  yang  menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu  bersurat  itu  menggunakan huruf dan  bahasa Arab,  yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara  yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga, makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.[3]
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah yang diselenggarakan pada tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a.       Pertama kali Islam masuk ke Indonesia  pada abad 1 H/7 M, langsung dari negeri Arab.
b.      Daerah  pertama  yang  dimasuki  Islam  adalah  pesisir  sumatera  Utara. Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
c.       Para dai yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saaat itu dakwah disebarkan secara damai.[4]

C.    Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat  umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:



1.      Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang. Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan perpecahan.
 Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya  ada  yang  bertempat  tinggal,  baik  untuk  sementara  maupun  untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan- perkampungan. Perkampungan golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut Pekojan.
2.      Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan.  Karena  ikatan  perkawinan  merupakan  ikatan  lahir  batin,  tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu   yauitu suami isteri membentuk keluarga  yang justru  menjadi  inti  masyarakat. Dalam  hal  ini  berarti membentuk masyarakat muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan  wanitia  pribumi  juga  merupakan  bagian  yang  erat  berjalinan  dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang  lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri- putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah,  dan kerajaan-kerajaan muslim.
3.      Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas  pada tulisan tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf  hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada  yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh,22 Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19  bahkan di abad ke-20 ini.
4.      Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru  agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan  yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru  agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
5.      Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.

6.      SaluranPolitik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi  Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.

D.    Faktor-Faktor Yang Mempermudah Proses Islamisasi Di Indonesia
1.         Suasana keterbukaan di kota-kota menciptakan kecenderungan struktural untuk mobilitas yang lebih besar, antara lain berpindah agama.
2.         Bersamaan dengan proses yang diungkapkan di nomor satu, terjadi pula disintergrasi serta diorientasi masyarakat lama sehingga diparlukan identitas baru dengan nilai-nilai baru.
3.         Dengan merosotnya kekuasaan Hindu-Jawa maka perubahan struktural masyarakat mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan. Dalam hal ini agama Islam sebagai tiang pendukungnya.

E.     Teori-teori Kedatangan Islam di Indonesia
Masuknya agama dan kebudayaan Islam terjadi seiring perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan negara India, Persia, dan Arab pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-15 Masehi. Mengenai siapa pembawa Islam kewilayah Nusantara, terdapat beberapa teori berikut:


1.      Teori Gujarat ( India)
Teori ini menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Gujarat. Tokoh yang mendukung teori ini adalah ilmuan-ilmuan Belanda seperti : Pijnappel dan Moquette. Kedua ilmuan ini berpendapat bahwa yang membawa agama Islam ke Indonesia adalah orang Arab yang telah lama di wilayah tersebut. Ilmuan Belanda lainnya, yaitu Snouck Hurgronje, mengungkapkan bahwa dibanding dengan orang-orang Arab, hubungan dagang Indonesia dengan orang Gujarat telah berlangsung lebih awal. Menurut G.W.J. Drewes, mazhab yang dianut oleh orang-orang Islam di Indonesia dan di Gujarat memiliki kesamaan yaitu Mazhab Syafi’i. Maquette mempertegas teori ini dengan hasil penelitiannya terhadap temuan batu nisan di kedua wilayah Indonesia dan Gujarat. Ia berpendapat bahwa ada persamaan antara batu nisan di Pasai dengan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik dengan batu nisan yang berada di Cambay, Gujarat.
2.      Teori Benggali (Bangladesh)
Teori ini dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori ini mengatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari Benggali. Teori ini didasarkan tokoh-tokoh terkemuka di Pasai adalah orang-orang keturunan dari Benggali. Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa batu nisan Malik al-Saleh memiliki banyak persamaan dengan batu nisan di Benggali.

3.      Teori Persia
Pendukung teori Persia ini adalah P.A. Husein Jayadiningrat dan M. Dahlan Mansur. Menurut teori Persia, Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Persia. Dasar dari teori Persia ini adanya perkumpulan orang-orang Persia di Aceh sejak abad ke-15. Pada saat itu pemakaian gelar Syah yang biasa digunakan di Persia, juga pernah digunakan raja-raja. Selain itu, terdapat persamaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan Persia. Contohnya, peringatan hari Asyura pada tanggal 10 Muharram atas wafatnya cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husen.

4.      Teori Pantai
Coromandel (India) Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Morrison. Menurut teori ini, Islam datang ke Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India). Dasar teori ini ketidak mungkinan Gujarat menjadi sumber penyebar Islam ketika itu. Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara wilayah Timur Tengah dengan wilayah Nusantara. e. Teori Arab Teori ini menyatakan bahwa Islam di Indonesia, datang dari sumbernya langsung, yaitu bangsa Arab. Teori ini didukung
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Islamisasi adalah proses konversi masyarkat menjadi islam . Dalam penggunaan kontemporer , mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan dari sistem sosial dan politik islam di masyarakat dengan latar belakang sosial dan politik pribumi yang berbeda .
Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia.
Faktor-Faktor Yang Mempermudah Proses Islamisasi Di Indonesia
a.       Suasana keterbukaan di kota-kota menciptakan kecenderungan struktural untuk mobilitas yang lebih besar, antara lain berpindah agama.
b.      Bersamaan dengan proses yang diungkapkan di nomor satu, terjadi pula disintergrasi serta diorientasi masyarakat lama sehingga diparlukan identitas baru dengan nilai-nilai baru.
c.       Dengan merosotnya kekuasaan Hindu-Jawa maka perubahan struktural masyarakat mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan. Dalam hal ini agama Islam sebagai tiang pendukungnya.

B.     Saran
Makalah ini telah dibuat oleh penulis yang telah berushana untuk mencapai hasil terbaik, namun jikala terdapat kekurangan kami memohon maaf. Dan alangkah baiknya jika pembaca membaca makalah ini dengan seksama agar dapat memahami isinya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik,Pengantar dalam Islam Hindia Belanda, Bhratara, Jakarta1973.
Baloch, N.A. Advent of  Islam in Indonesia, National Institute of Historical and Cultural Research, Islamabad, 1980.
Farid, Samsul, Sejarah Indonesia, Kurikulum 2013, Yrama Widya, Bandung, 2013.
Drs.Muh. Ibrahim dan Drs. Rusdi Sufi, Proses Kedatangan Islam dan Munculnya Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh, dalam A. Hasjmi. Jakarta, 1981.
Groeneveldt, W. P. Historical Notes On Indonesia and Malaya Compiled From Chinese Sources, Bhratara, Jakarta,1980.
Gumawan, S. Islam di Hindia Belanda (Terjemahan dalam Bahasa ndonesia), Bhratara, Jakarta, 1973.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Hasjmi (ed). A. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT. Al-Ma’arif, Jakarta, 1981.



[1] Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm, 122.
[2] Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009), hlm. 207
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007), hlm. 191-192
[4] Ahmad Al-Usairy,  Sejarah Islam, Sezak Zaman Nabi Adam  Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 336.

No comments:

Post a Comment