1

loading...

Thursday, October 24, 2019

MAKALAH PSIKOLOGI " GANGGUAN MENTAL"


MAKALAH PSIKOLOGI " GANGGUAN MENTAL"

BAB I
PENDAHULUAN
       A.    Latar Belakang
Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak bisabebas dari kecemasan dan perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan danperasaan bersalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu.Ia sanggup menghadapi masalah-masalah biasa dengan penuh keyakinan diri dandapat memecahkan masalah-masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang hebatpada struktur dirinya.
Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari konflik dan emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga dirinya. Keadaan yangdemikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi pada orang yang mengalami kesehatan mental yang buruk.
Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat, maka banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan/disorder mental di kota-kota besar.
Makin banyaklah warga masyarakat yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Mereka banyak mengalami frustasi, konflik-konflik terbuka/eksternal dan internal, ketegangan batin dan menderita gangguan mental.

      B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu gangguan mental?
2.      Apa penyebab gangguan mental?
3.      Penderita gangguan mental dan penyebabnya berdasarkan perspektif teoritis?
4.      Stigma seputar gangguan mental
5.      Apa saja usaha-usaha preventif untuk mengatasi gangguan mental?
6.      Bagaimana pembinaan mental dalam perspektif islam?
7.      Implikasi gangguan mental?
8.      Bagaimana masyarakat medern dan gangguan mental?
9.      Masalah kebutuhan manusia dan gangguan mental?
10.  Apa aspek-aspek khusus dari dinamika manusia?
11.  Apa saja bentuk-bentuk gangguan mental?
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Gangguan Mental
Gangguan mental (mental disorder) yaitu adanya gangguan klinis yang berupa sindrom atau pola prilaku dan psikologi, gejala tersebut menimbulkan penderitaan, antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, dan disfungsi organ tubuh. Menurut Kartini Kartono, gangguan mental adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental yang disebabkan oleh kegagalan bereaksinya mekasisme adaptasi dari fungsi kejiwaan atau mental stimulus eksternal dan ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan.[1]
Gangguan mental juga disebut sebagai kondisi kelainan jiwa pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan mental itu merupakan totalitas kesatuan dari ekspresi mental yang patologis terhadap stimulus sosial yang dikombinasikan dengan faktor penyebab sekunder lainnya.

B.       Penyebab Gangguan Mental
Munculnya gangguan mental dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut:
1.      Faktor Biologis
a)    Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
b)    Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
c)     Kelainan bawaan atau cedera pada otak.
d)    Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.
e)     Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.
f)     Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.
g)     Kekurangan nutrisi.
2.      Faktor Psikologis
a)    Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
b)    Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
c)     Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
d)    Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
e)     Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.[2]
3.      Faktor Sosiokultural
Gangguan mental yang terjadi di berbagai negara memiliki perbedaan, terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosiokultural tentu berbeda dengan budaya lainnya.
Penyebab adanya gangguan mental secara mendalam dikaji oleh ahli terapis, Munadji yang mengemukakan bahwa dalam pikiran manusia itu terdapat suatu energi yaitu energi positif dan negatif yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Hal-hal yang bersifat positif seperti cinta kasih, keyakinan, kesadaran, ketenangan, kebijaksanaan, dan lainnya. Sedangkan energi negatif kondisi pikiran yang selalu muncul rasa iri, dengki, serakah, sombong, khawatir, egois, putus asa dan lainnya.[3]

C.      Penderita Gangguan Mental Dan Penyebabnya Berdasarkan Perspektif Teoritis
Beberapa teori yang menyatakan sebab-sebab semakin banyaknya kasus gangguan mental, sebagai berikut:
1.    Teori kompleksitas sosial
Teori ini menyatakan orang sulit mengadakan adaptasi terhadap masyarakat yang otomoninya terpecah-pecah dan selalu berubah. Timbullah rasa tidak mampu mengejar kemampuan zaman. Muncul rasa terisolasi, rendah diri, dan ketakutan yang kronis. Semua itu memudahkan munculnya gangguan mental.
2.    Teori konflik kultural dan Teori disosiasi-sosial
Teori menerangkan bahwa masyarakat modern merupakan satu high tension culture penuh unsur ketegangan, persaingan serta konflik terbuka atau tersembunyi. Frustasi dalam pencapaian tujuan tentu memudahkan berkembangnya fantasi, delusi, ilusi, ketegangan batin, dan disosiasi sosial yang menimbulkan gangguan tingkah laku dalam proses sosialisasi pada banyak orang.
3.    Teori imitasi (peniruan)
Teori ini menyatakan bahwa banyak tingkah laku penyimpangan atau deviasi, neurotik, dan psikis primer diperoleh dan dipelajari secara langsung atau tidak dari orang tua sendiri. Misalnya anak-anak dibiasakan untuk menjadi kejam, hiperagresif atau selalu tidak percaya terhadap orang lain.

D.      Stigma Seputar Gangguan Mental
Stigma berasal dari kecenderungan manusia untuk menilai orang lain. Gangguan mental yang kemungkinan lebih besar untuk dikenai stigma adalah jenis gangguan mental yang menunjukkan penyimpangan pada pola perilakunya. Stigma yang lebih memberatkan adalah gangguan mental yang lebih memengaruhi penampilan fisik seseorang daripada gangguan mental yang tidak berpengaruh pada penampilan fisik sesorang.
Faktor utama yang menjadi sebab terjadinya stigma gangguan mental, antara lain:
1.    Mengenai gangguan mental karena kurangnya pemahaman mengenai gangguan mental sehingga muncul anggapan bahwa gangguan mental identik dengan gila.
2.    Adanya predileksi secara psikologis sebagian masyarakat untuk percaya pada hal-hal yang bersifat supernatural, seperti makhluk halus, setan, roh jahat, atau terkena pengaruh sihir. Akibat predileksi tersebut, gangguan mental dianggap bukanlah urusan medis.
Teori mengenai latar belakang timbulnya stigma:
1.    Teori demonologi
Teori ini mengungkapkan bahwa gangguan mental disebabkan oleh unsur-unsur gaib seperti setan, roh jahat atau sebagai hasil perbuatan dukun jahat. Teori ini merupakan landasan yang digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya abnormalitas pada pola perilaku manusia yang dikaitkan dengan pengaruh supranatural atau hal-hal gaib.
2.    Teori labelling
Teori ini mengungkapkan dua hal. Pertama orang yang berperilaku normal atau tidak normal, menyimpang atau tidak menyimpang, tergantung pada bagaimana orang lain menilainya. Penilaian itu ditentukan oleh kategorisasi yang sudah melekat pada pemikiran orang lain tersebut.[4]

E.       Usaha-Usaha Preventif Untuk Mengatasi Gangguan Mental
Penelitian mengungkapkan bahwa beberapa pasien yang mendapat psikoterapi kondisinya malah tambah buruk. Hasil dari psikoterapi saat ini belum mencapai tingkat yang memuaskan.  Yang terpenting dan lebih baik adalah mencegah penyakit tersebut, serta berupaya agar hal itu tidak terjadi atau paling tidak berusaha meminimalkannya dengan usaha-usaha sebagai berikut:
1.      Memperbaiki kebiasaan makan, bernafas, tidur, dan aktivitas seks. Jangan mencegah atau mengurangi makan dan kualitasnya harus seimbang, usahakan untuk menghindari udara kotor dan berdebu. Hal tersebut akan bermanfaat untuk kesehatan fisik serta kesehatan mental. Memperbaiki kebiasaan tidur terlalu banyak dan tidur yang tidak efisien bagi tubuh itu akan menyebabkan timbulnya penyakit.
2.      Bicara kesulitan jika ada masalah. Uraikan masalah yang mengganggu batin kepada orang yang dipercaya, jangan disimpan/disembunyikan.
3.      Hindari kesulitan untuk sementara waktu, misalnya dengan membaca, menonton film atau pertandingan dan berolahraga tanpa memikirkan masalah yang terjadi.
4.      Hindari konflik yang serius, termasuk konflik dengan lingkungan.
5.      Terima kritik dengan lapang dada, dengan menerima kritik dan saran dari orang lain.
6.      Lakukan kebaikan untuk orang lain dan pupuk rasa sosial, dengan berbuat sesuatu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain.
7.      Salurkan kebahagian pola tingkah laku pada hal yang positif, menahan amarah, sibukkan diri dengan berkebun, berolahraga atau jalan-jalan melihat keindahan alam, dan lainnya.
8.      Jangan anggap diri super atau merasa takut memutuskan sesuatu karena merasa tidak dapat mencapainya, kecenderungan menginginkan kesempurnaan semacam ini merupakan pangkalpermulaan dari kegagalan.
9.      Sadari keterbatasan berfikir bahwa dirinya adalah seorang yang mempunyai keterbatasan, belajar menerima keterbatasan.
10.  Tunjukkan sikap religius dengan selalu memelihara kebersihan jiwa, karena sikap ini sangat membantu dalam proses pencegahan penyakit kejiwaan.

F.       Pembinaan Mental Dalam Perspektif Islam
Pembinaan mental seseorang dilakukan sejak kecil, semua pengalaman yang dilalui baik yang disadari maupun yang tidak disadari ikut menjadi unsur-unsur yang tergabung dalam kepribadian sesorang. Diantara unsur-unsur yang akan menentukan corak kepribadian adalah nilai agama, moral serta sosial yang diambil dari lingkungan terutama keluarga sendiri. Orang yang tidak merasa tenang, aman, serta tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rahani atau mentalnya.
Agama merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat memengaruhi keseharian seseorang, dengan dasar keyakinan akan ajaran agama. Oleh karena itu jika agama dan keyakinan berbeda maka memunculkan perilaku yang berbeda sesuai dengan ajaran agamanya. Seseorang mengalami tekanan psikologis tinggi harus memilih usaha untuk mengembalikan tekanan tersebut kearah normal. Ada dua cara untuk menghadapi tekanan tersebut agar kembali normal.
1.      Ilmu Pengetahuan
Manusia diberikan suatu kekuatan yang sangat kuat menghadapi permasalahan hidupnya, yaitu ilmu. Hal yang menjadi masalah adalah jika tekanan kehidupan semakin berat, tetapi perkembangan ilmu tidak mengimbanginya, orang menjadi rentan terhadap stres. Dengan kekuatan ilmunya, orang-orang yang mengusai ilmu pengetahuan akan berusaha menjawab tantagan dan tekanan yang datang.
2.      Agama dan Kepercayaan
Agama merupakan sandaran dan pertahanan terakhir menghadapi tekanan yang dihadapi. Dengan demikian, seseorang yang tidak bisa menjawab tantangan yang dihadapi dan tidak pula mempunyai benteng pertahanan agama, akan jatuh ke dalam stres yang berat. Ini menunjukkan bahwa agama dapat mengembalikan tekanan kehidupan ke arah yang normal dan menjadi benteng pertahanan terhadap tekanan kehidupan.

G.      Implikasi Gangguan Mental
Penampilan gangguan mental biasanya berupa gejala-gejala sebagai berikut:
1.      Banyak konfli batin. Adanya rasa tekanan oleh pikiran dan emosi yang antagonistis bertentangan, hilangnya harga diridan kepercayaan diri, selalu merasa tidak aman, merasa cemas dan takut, menjadi agresif, suka menyerang, berusaha membunuh orang lain atau melakukan usaha bunuh diri.
2.      Komunikasi sosial terputus dan adanya disorientasi sosial. Merasa dirinya paling super, selalu iri hati dan curiga, berusaha melakukan perusakan atau melakukan bunuh diri.
3.      Ada gangguan intelektuan dan gangguan emosional yang serius. Penderita mengalami ilusi, halusinasi berat dan delusi, kurangnya pengendalian emosi dan selalu bereaksi berlebihan. Selalu berusaha melarikan diri dalam dunia fantasi yaitu dalam masyarakat semu yang diciptakan oleh khayalan dan merasa aman dalam dunia fantasinya.

H.      Masyarakat Modern Dengan Gangguan Mental
Semakin pesat pembanguanan, modernisasi dan industrialisasi yang merakibat semakin kompleksnya masyarakat., memunculkan banya masalah sosial dan gangguan mental di kota-kota besar. Makin banyak warga masyarakat yang tidak melakukan penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Mereka banyak mengalami frustasi, konflik eksternal dan internal, keteganggan batin dan menderita gangguan mental. Kehidupan modern di kota-kota lebih menonjolkan kepentingan diri sendiri sehingga mata dan hati menjadi keras membeku terhadap kondisi orang lain. Kemajuan-kemajuan yang pesat disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknolgi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi, kehidupan modern semakin terurai dalam spesialisasi dan pengontakan yang tidak terintegrasi, hal tersebut mengakibatkan masyarakat semakin terpecah belah dan sulit diatur.
Gangguan emosional dan mental juga banyak timbul di masa transisi, dimana berlangsung peralihan kebudayaan. Ketika hal itu terjadi menimbulkan ketidaksinambungan antara loncatan-loncatan kultural.  Mengakibatkan tidak sedikit orang yang menjadi bingung dan sangat ketakutan serta menderita gangguan mental dari stadium paling ringan hingga berat dari kegilaan. Semua itu pada hakikatnya merupakan efek samping dari modernisasi dan perkembangan zaman.

I.         Masalah Kebutuhan Manusia dan Gangguan Mental
Setiap manusia selalu mempunyai beragam kebutuhan untuk mempertahankan eksistensi hidupnya sehingga timbul dorongan dan usaha untuk memenuhinya. Apabila kebutuhan hidup itu terhalang maka timbul ketegangan-ketegangan dan konflik batin yang memicu gangguan mental jika berlangsung terus-menerus.
Kebutuhan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
       1.      Kebutuhan fisik biologis, organis atau kebutuhan vital, misalnya makan, minum, udara segar, pakaian, dll, jika tidak terpenuhi hal itumengakibatkan ancaman bagi eksistensi dirinya.
      2.      Kebutuhan sosial, bersifat kemanusiaan atau sosiokultural, terdiri atas kebutuhan bekerja, seksual, mencari teman atau partner, berkumpul, kebebasan mengeluarkan pendapat, dll.
      3.      Kebutuhan metafisis, religius atau transendental, untuk memenuhi kebutuhan insaninya, ketegangan ini cenderung akan berkurang atau menurun asalkan kebutuhan-kebutuhan diatas terpenuhi.
Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, terabaikan, atau dengan sengaja dihilangkan maka manusia akan mengalami kekosongan, kebingungan, ketakutan, dan kepanikan yang tidak terhingga besarnya dan mengalami gangguan mental yang paling parah.

J.        Aspek-Aspek Khusus Dari Dinamika Manusia
Berikut ini beberapa aspek-aspek khusus peristiwa yang menentukan dinmika manusia:
1.      Otonomi fungsional
Di peristiwa otonomi fungsional terjadi satu trauma atau luka jiwa berupa syok, penderitaan jasmani-rohani yang hebat atau pengalaman hidup yang luar biasa besarnya. Sejak mengalami penaikan atau penurunanpada kehidupannya. Erlebnis (peristiwa hidup yang dahsyat) atau trauma mempunyai arti yang dinamis dan besar pengaruhnya sehingga menimbulkan satu kekuatan yang secara fungsional terlepas dari pengalaman-pengalaman hidup sebelumnya dan menjadi otonom.
           Kejadian-kejadian traumatis lain yang memberikan kejutan dan pengaruh yang positif antara lain mendapatkan wawasan baru, berkenalan dengan pribadi yang memberikan inspirasi, melihat keindahan dan kebesaran alam, menelaah hasil seni, dan lain-lain. Semua kejadian itu memberikan pengaruh yang dominan terhadap kepribadian seseorang yang menyebabkan reorganisasi sikap hidup dengan tiba-tiba.
           Tidak jarang pribadi bersangkutan yang mengalami peristiwa traumatis mengalami satu bentuk gangguan mental yang serius dan mengalami krisis batin yang serius sehingga bentuk karakternya berubah. Terjadi satu bentuk penyesuaian diri yamg baru dalam menanggapi tahap kehidupan baru. Dinamika dari otonomi fungsuional itu sedemikian dominannya hingga menguasai seluruh pola hidup yang lama, serta mengubahnya secara total.
2.      Frustasi
Frustasi adalah suatu keadaan dimana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai. Biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami satu halangan dalam usahanya mencapai suatu tujuan. Frustasi ini bisa menimbulkan dua kelompok tingkah laku atau respons yaitu: (a) Bisa melemparkan dan menghancurkan seseorang, merusak atau mengakibatkan disorganisasi diri pada struktur kepribadian dan mengalami gangguan mental parah. (b) menjadi satu titik tolak baru bagi satu usaha baru, guna menciptakan bentuk adaptasi dan mekanisme kebutuhan yang baru. Frustasi ini bisa menimbulkan situasi yang sifatnya membangun (positif) dan merusak (negatif).
a.    Reaksi-reaksi frustasi yang sifatnya membangun (positif)
1)        Mobilisasi dan penambahan aktivitas
Karena mendapatkan rintangan dalam usahanya, kemudian terjadi pengumpulan energi untuk mengatasi halangan. Rintangan tersebut memanggil rangsangan untuk memperbesar energi, potensi, kapasitas, sarana, keuletan dan keberanian untuk mengatasi semua kesulitan.
2)        Besinung (berfikir secara mendalam, disertai wawasan jernih)
Setiap frustasi akan memberikan masalah. Kejadian ini memaksa orang untuk melihat realitas untuk berfikir lebih objektif dan mendalam.
3)        Resignation (tawakal/pasrah pada tuhan)
Artinya menerima situasi dan kesulitan yang dihadapi dengan sikap rasional dan ilmiah. Semua bisa dilakukan jika sudah mulai belajar menggunakan pola hidup yang positif dalam menanggulangi setiap kesulitan sejak berusia muda.
4)        Membuat dinamis rill satu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan tertentu bisa juga lenyap dengan sendiri karena sudah tidak diperlukan, juga sudah tidak sesuai lagi dengan kecendrungan dan anspirasi pribadi.
5)        Kompensasi atau subsitusi tujuan
Kompensasi ialah usaha untuk mengimbangi kegagalan dan kelelahan dalam satu bidang dengan satu sukses dan kemenangan dibidang lain. Penyelesaian ini bisa diganti dengan penggantian bentuk tugas sehingga terjadi subsitusi atau kompensasi tugas. Jadi kompensasi itu bisa disamakan dengan subsitusi yang sudah menjadi kebiasaan.
6)        Sublimasi
Sublimasi merupakan usaha untuk mengganti kecendrungan egoistis, nafsu, dorongan biologis primitif dan aspirasi sosial yang tidak sehat dalam bentuk tingkah laku terpuji yang bisa diterima baik oleh masyarakat.

b.    Reaksi-Reaksi Frustasi Yang Negatif
Bentuk-bentuk reaksi frustasi negatif atau penyelesaian yang tidak real atau tidak menguntungkan itu dikenal pula dengan istilah escape mechanisn (mekanisme penghindaran atau pelarian diri) atau defence mechanisn (mekanisme pertahanan diri). Mekanisme-mekanisme negatif tersebut sebagai berikut:
1)        Agresi
Agresi adalah kemarahan meluap-luap dan mengadakan penyerangan kasar karena mengalami kegagalan.
2)        Regresi
Regresi ialah kembali pada pola reaksi yang primitif, serta kekanak-kanakan.
3)        Fiksasi
Fiksasi ialah reaksi atau respon individu yang selalu memiliki pola tetap yaitu selalu memakai cara yang sama untuk memecahkan kesulitan hidupnya.
4)        Pendesakan dan kompleks-kompleks pendesak
Pendesakan ialah usaha untuk menghilangkan atau menekankan dalam ketidaksadaran berupa kebutuhan, pikiran yang jahat, nafsu dan perasaan yang negatif. Kompleks-kompleks pendesak merupakan bagian pisikis yang terlepas dari kepribadian dan pengawasan kesadaran, dan bergentayangan bebas dalam ketidaksadaran yang gelap yaitu berupa mimpi yang menakutkan, halusinasi, delusi, ilusi, salah baca, salah ucap dan lain-lain.
5)        Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah cara untuk menolong diri secara tidak wajar atau berbentuk teknik pembenaran diri dengan jalan membuat sesuatu yang tidak rasional dan menyenangkan
6)        Autisme
Autisme ialah gejala menutup diri secara total dari dunia real dan tidak mau berkomunikasi dengan dunia luar karena dunia luar dianggap kotor dan jahat penuh kepalsuan dan mengandung bahaya yang mengerikan.

K.      Bentuk-Bentuk Gangguan Mental
Bentuk-bentuk gangguan mental, berikut ini:
1.      Psikopat
Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi. Pada umunya pada masa mudanya psikopat mendapatkan kasih sayang yang minim sekali, bahkan hampir sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari lingkungannya. Dia tidak mampu menjalin relasi dengan siapapun, jiwanya senantiasa diliputi rasa kebencian, dendam dan curiga, penolakan, dikejar-kejar dan dituduh sehingga dia selalu menjadi gelisah, tegang, penuh ketakutan serta diliputi bayangan pikiran dan perasaan yang kegila-gilaan.
2.      Psikoneurosis
Psikoneurosis ialah sekelompok reaksi psikis yang ditandai secara khas dengan unsur kecemasan dan secaratidak sadar ditampilkan dengan penggunaan mekanisme pertahanan diri. Psikoneurosis merupakan bentuk gangguan atau kekacauan fungsional pada sistem saraf, termasuk disintegrasi dari sebagian kepribadiannya. Sebab-sebab timbulnya psikoneurosis senagai berikut:
a)        Tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat menyebabkan ketakutan dan keteganggan dalam batin.
b)        Individu mengalami frustasi, konflik emosional dan internal yang serius.
c)        Individu sering tidak rasional dan memiliki pertahanan diri secara fisik dan mental yang lemah.
d)       Pribadi sangat labil.
Gejala-gejala psikis sebagai berikut:
a.    Histeria
b.    Disosiasi kepribadian
c.    Psikastenia
d.   Gangguan berupa gerak wajah
e.    Hipokondria
f.     Neurastania
g.    Anxietyneurosis
h.    Psikosomatik
3.      Psikosis fungsional
Psikosis fungsional merupakan gangguan mental secara fungsional yang non organis sifatnya, ditandai oleh kepecahan kepribadian dan sosial yang berat. Terdapat pula gangguan kepada karakter dan fungsi intelektual. Penderita menjadi sangat tak bertanggung jawab, reaksinya terhadap stimulus ekternal dan internal selalu merugikan. Pada umumnya penderita dihinggapi gangguan efektif yang serius menutup diri secara total dan realitas hidup, dan tidak mampu menilai realitas dunia sekitar.
Seringkali pasien menderita ketakutan hebat, serta dihinggapi depresi, delusi, halusinasi dan ilusi optis. Gejala lain ialah sering mengamuk disertaikekerasan serta serangan, sehingga membahayakan dan mengancam keselamatan orang lain[5]

BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Gangguan mental (mental disorder) yaitu adanya gangguan klinis yang berupa sindrom atau pola prilaku dan psikologi, gejala tersebut menimbulkan penderitaan, antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, dan disfungsi organ tubuh. Munculnya gangguan mental dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut: Faktor Biologis dan Faktor Psikologis.
Stigma berasal dari kecenderungan manusia untuk menilai orang lain. Gangguan mental yang kemungkinan lebih besar untuk dikenai stigma adalah jenis gangguan mental yang menunjukkan penyimpangan pada pola perilakunya.
Setiap manusia selalu mempunyai beragam kebutuhan untuk mempertahankan eksistensi hidupnya sehingga timbul dorongan dan usaha untuk memenuhinya. Apabila kebutuhan hidup itu terhalang maka timbul ketegangan-ketegangan dan konflik batin yang memicu gangguan mental jika berlangsung terus-menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2019. Penyebab Gangguan Mental(https://www.alodokter.com/kesehatan-mental (online) diakses pada 20 september 2019).
Kartini Kartono.2001. Patologi Sosial, jilid 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Paisol Burlian. 2006. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Kartini Kartono.2001. Patologi Sosial, jilid 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada
[2] Alodokter. 2019. Penyebab Gangguan Mental(https://www.alodokter.com/kesehatan-mental (online) diakses pada 20 september 2019)
[3] Paisol Burlian. 2006. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 70
[4] Paisol Burlian. 2006. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, hlm.82-83
[5] Paisol Burlian. 2006. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

No comments:

Post a Comment