1

loading...
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH BAHASA INDONESIA. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Februari 2020

MAKALAH BAHASA INDONESIA" TATA TULIS DAFTAR PUSTAKA"


MAKALAH BAHASA INDONESIA

TENTANG TATA TULIS DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Definisi Daftar pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dsb yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau bku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disusun berderet dari atas ke bawah.
Salah satu fungsi dari daftar pustaka adalah untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis yang ingin meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap karya tulis yang bersangkutan serta memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku atau karya tulis yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang peraran dalam penulisan karya tulis yang kita tulis. Dan fungsi lain daftar pustaka yang tak kalah penting adalah menjaga profesionalitas kita (jika kita sebagai seorang penulis karya tulis) terhadap tulisan yang kita buat.
Tentu saja penyusunan sebuah daftar pustaka harus mengedepankan asas kemudahan. Oleh karena itu, diterbitkanlah sebuah format atau cara penulisan daftar pustaka seperti yang sering kita dapatkan dibuku-buku sekolah.

B.     Rumusan Masalah
         1.      Apa pengertian, dan fungsi dari daftar pustaka?
         2.      Apa saja unsur – unsur dalam penulisan daftar isi ?
         3.      Bagaimana cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar?

C.    Tujuan
        1.      Untuk mengetahui pengertian dan fungsi dari daftar pustaka.
        2.      Untuk mengetahui unsur – unsur dalam penulisan daftar isi.
        3.      Untuk mengetahui cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1       PENGERTIAN
Daftar pustaka adalah bagian dari karya ilmiah baik itu artikel, skripsi, makalah, jurnal, buku,internet, dan bentuk lainnya yang berisi tentang sumber sumber materi yang digunakan rujukan, ataupun referensi, baik itu merupakan data yang diambil dari jurnal, buku, skripsi, makalah,artikel internet dan sebagainya yang merupakan salah satu elemen yang penting dalam menyusun suatu karya ilmiah karena berkaitan pada tingkat keaslian suatu tulisan dengan mencantumkan sumber dari tulisan yang diambil.
1.2       UNSUR – UNSUR DAFTAR PUSTAKA
Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan bibiografi itu, tiap penulis harus mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah:
(1) Nama pengarang
(2) Judul Buku
(3) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-   berapa, nomor jilid, dll.
(4)        Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
1.3       TATA TULIS DAFTAR PUSTAKA
a. Pustaka dalam bentuk Buku dan Buku Terjemahan :
¤       Buku :
Penulis, tahun, judul buku (harus ditulis miring) volume (jika ada), edisi (jika ada),nama penerbit dan kota penerbit .
¤       Buku Terjemahan :
Penulis asli, tahun buku terjemahan, judul buku terjemahan (harus ditulis miring),volume (jika ada), edisi (jika ada), (diterjemahkan oleh : nama penerjemah), nama penerbit terjemahan dan kota penerbit terjemahan.
¤       Artikel dalam Buku :
Penulis artikel, tahun, judul artikel (harus ditulis miring), nama editor, judul buku (harus ditulis miring), volume (jika ada), edisi (jika ada), nama penerbit dan kota penerbit.
b. Pustaka dalam bentuk artikel dalam majalah ilmiah :
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (harus ditulis miring sebagai singkatan resminya), nomor, volume dan halaman.
c. Pustaka dalam bentuk artikel dalam seminar ilmiah :
¤       Artikel dalam prosiding seminar:
Penulis, tahun, judul artikel, Judul prosiding Seminar (harus ditulis miring), kota seminar.
¤       Artikel lepas tidak dimuat dalam prosiding seminar:
Penulis, tahun, judul artikel, Judul prosiding Seminar (harus ditulis miring), kota seminar, dan tanggal seminar.
d. Pustaka dalam bentuk Skripsi/tesis/disertasi :
Penulis, tahun, judul skripsi, Skripsi/tesis/Disertasi (harus ditulis miring), nama fakultas/program pasca sarjana, universitas, dan kota.
e. Pustaka dalam bentuk Laporan penelitian :
Peneliti, tahun, judul laporan penelitian, nama laporan penelitian (harus ditulis miring),nama proyek penelitian, nama institusi, dan kota.
f. Pustaka dalam bentuk artikel dalam surat kabar :
Penulis, tahun, judul artikel, nama surat kabar (harus ditulis miring), nama surat kabar,tanggal terbit dan halaman.
g. Pustaka dalam bentuk Dokumen paten :
Penemu, tahun, judul paten (harus ditulis miring), paten negara, Nomor.
h.  Pustaka dalam bentuk artikel dalam internet (tidak diperkenankan melakukan sitasi artikel dari internet yang tidak ada nama penulisnya) :
¤       Artikel majalah ilmiah versi cetakan :
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (harus ditulis miring sebagai singkatan resminya), nomor, volume dan halaman.
¤       Artikel majalah ilmiah versi online
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah ((harus ditulis miring sebagai singkatan resminya), nomor, volume, halaman dan alamat website.

¤       Artikel umum
Penulis, tahun, judul artikel, alamat website (harus ditulis miring), diakses tanggal……...
1.4       CATATAN    :
a. Nama penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis terdiri atas 2 nama atau lebih, cara penulisannya menggunakan nama keluarga atau nama utama diikuti dengan koma dan singkatan nama-nama lainnya masingmasing diikuti titik.
Contoh : Soeparna Darmawijaya ditulis : Darmawijaya, S.Shepley L. Ross ditulis : Ross, S. L.
b. Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama utama atau nama keluarga yang diikuti dengan singkatan, ditulis sebagai nama yang menyatu.
Contoh : Mawardi A.I. ditulis : Mawardi, A.I.William D. Ross Jr., ditulis Ross Jr.,W.D.
c. Nama dengan garis penghubung
Nama yang lebih dari dua kata tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dirangkai dengan garis penghubung.
Contoh : Ronnie McDouglas ditulis: McDouglas, R.Hassan El-Bayanu ditulis: El-Bayanu, H.Edwin van de Sart ditulis: van de Sart,E.

d. Penulisan gelar kesarjanaan
Gelar kesarjanaan dan gelar lainnya tidak boleh dicantumkan dalam penulisan nama, kecuali dalam ucapan terima kasih atau prakata.
e. Gunakan istilah “anonim” untuk referensi tanpa nama  penulis
f.  Dalam daftar pustaka, semua nama penulis harus dicantumkan tidak boleh menggunakan dkk. atau et al.
1.5       JENIS JENIS PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
1. Pustaka berupa buku teks
Nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, nomer edisi, nama penerbit dan tempat penerbit.
Contoh :
Chapel, H and Haeney, M. 1993. Essentials of Clinical Immunology, 3th Ed. Blackwell Scientific Publication : Cambridge.
Tjokoprawiro, A. 1994. Diabetes Mellitus : Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar Terapi, Edisi kedua. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Suharsimi, Arikunto dan Cepi, Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara :Jakarta.
2. Pustaka berupa majalah, buletin, jurnal, koran
Nama pengarang, tahun penerbitan, judul tulisan, nama majalah.
Contoh:
Prijanto, M, Pangastuti, R, dan Suprijanto, E. 1991. Efektifitas Imunisasi Toksoid Serap Difteri dan Tetanus. Buletin Penelitian Kesehatan.
Sueyadarma. 2007. Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Program Sertifikasi, Edisi Mei 2007. Buletin BSNP.
Permata, Sofi. 2015. Membiasakan Berbahasa yang Baik dan Benar, Edisi 20 Maret 2015. Bandar Lampung Post, hlm 2.
3. Pustaka berupa abstrak
Nama pengarang, tahun penerbitan, judul tulisan, keterangan (abstrak), nama penerbit.
Contoh :
Ohmiya Y, Hirano T, Ohashi M. 1996. The Structural Origin of The Color Differences in The Bioluminescence of Firefly Luciferase. (Abstrak). FEBS Letter.
Ardoni. 2005. Teknologi Informasi : Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya. (Abstrak). Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan Universitas Negeri Padang.
Celein, Albert. 2012. Warm Water Immersion for CHF. (Abstrak). Elsevier : Singapura.
4. Pustaka berupa buku teks terjemahan
Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, tahun terjemahan, nama penerbit terjemahan dan tempat penerbitan.
Contoh:
Bellanti, JA, Robbins, JB. 1985. Immunology III. Samik W (penterjemah). 1993. Gajah Mada University Press : Yogyakarta, Indonesia.
Mull, B. 2016. Five Kingdom : Rogue Knight. Lasmana R. 2016. Mizan Fantasi : Jakarta.
Douglas, Robertson, C, Nicol, F. 1995. Macleod Pemeriksaan Klinis. Rudjianto, Achmad. 2014. Elsevier : Singapura.
5. Pustaka diambil dari internet
Pengutipan pustaka dari internet untuk tinjauan pustaka hanya diperbolehkan apabila berasal dari sumber yang jelas berupa nama pengarang, majalah dan atau penerbit. Yang sedikit membedakan pada penulisan ini adalah situs dan waktu akses harus dicantumkan.
Contoh :
Ahmad, Syaifudin. 2015. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Makalah. tipspendidikan.site/2015/04/hal-hal-yang-perlu-diperhatikan-dalam.html.  Diakses 14 April 2015.
Anonim. 2003. Geographic Distribution of Malaria. http://www.dpd.cdc.gov/DPDx/HTML/Malaria.html. Diakses 10 Oktober 2016.
Nugraha, Aria. 2014. Tata Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal yang Benar. http://www.KelasIndonesia.com/page/artikel/?act/detil/aid/42.
Diakses 27 Maret 2015 pukul 20.00 WIB.
6. Pustaka berupa tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi
Nama penulis, diikuti tahun pada sampul, judul tugas akhir/ skripsi/ tesis atau disertasi, pernyataan tugas akhir/ skripsi/ tesis atau disertasi, pernyataan tidak diterbitkan, nama fakultas, nama perguruan tinggi, nama kota tempat perguruan tinggi.
Contoh :
Setiawan D. 2005. Pengaruh Protein AdhO36 Salmonella typhi terhadap Percepatan Respirasi Makrofag. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : Malang.
Martiana I. 2014. Pengaruh Menulis Perasaan terhadap Penurunan Insomnia pada ODHA (Orang dengan HIV/ AIDS). Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : Malang.
Diana, F. 2000. Pengaruh Cara Belajar pada Siswa SMP terhadap Prestasi. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia : Jakarta.
7. Pustaka berupa Undang Undang/ Peratiran Pemerintah/ Keputusan Presiden
Penanggung jawab dari dokumen dokumen ini adalah pemerintah negara indonesia, maka bisa dituliskan Republik Indonesia atau Pemerintah Indonesia atau Indonesia saja.
Contoh :
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 60. Sekretariat Negara. Jakarta.
8. Pustaka berupa ensiklopedia / kamus
Penulisan pustaka dari sumber ensiklopedia atau kamus sama dengan unsur unsur pustaka pada umumnya.
Contoh :
Stafford-Clark, D. 2000. Mentasy Disoders and Therir treatment. The New Encyclopedia Britannica. Encyclopedia Britannica. 27: 567-568.
Echols, J.M. dan Shadily, H. (Eds). 1989. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
9. Pustaka berupa film/ video
Nama penulis merupakan nama produser atau pembuat video dan disertai total durasi dari film/video.
Contoh :
Oldfield, B. (Producer) 1977. On the Edge of The Forest. Tasmanian Film Corporation. Hobart : Australia. 30 mins.
Burke, J.2009. Distant Voices. BBC Videocasette : London, UK. 45 mins.
10. Pustaka berupa wawancara
Pustaka ini menyertakan nama pembicara, judul pertemuan/nama acara, tahun, dan tempat. Jika wawancara bersifat ditayangkan pada media, sebutkan juga sumber media yang menjadi pemegang hak siar.
Contoh :
Sudrajat, Ahmad. 2012. Interview of “Bandeng History” on his home, Jl. Mertapada 20.
Simatupang, Soni. 2017. Menyambut Tahun Baru 2017. Indosiar : Jakarta. 30 mins.
1.6       CONTOH - CONTOH DAFTAR PUSTAKA
Barry PD. (1998). Mental Health and Mental Illness. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Ellis, J.R., Nowlis, E.A. & Bens, P.M. (1996). Modules for basic nursing skills. (six edition). Philadelphia: Lipicont-Reven Publisher
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis: Mosby.
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing; consept, process and practice, (fourth edition) California: Addison-Wesley Publishing CO
McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Loui: Mosby.
NANDA. (2005). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006. Philadelphia: NANDA International.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1996). Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice. (third edition). St. Louis: Mosby-Year Book
Perry, A.G. & Potter, P.A. (1994). Clinical Nursing Skills & techniques (third edition). St. Louis: Mosby-Year Book.
Stuart, Gail Wiscarz & Sundeen, Sandra J. (1995). Prinsiples & Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby Year Book.
Taylor C, Lilis C, LeMone. P. (1997). Fundamental of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippinott-Raven Publishers.
Wong DL., (1995). Nursing Care of Infants and Children. St Louis: Mosby Year Book
PENUTUP
1.5  Kesimpulan
1. yang dimaksud dengan Daftar Pustaka adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku. artikel-artikel. dan bahan-bahan penerbitan lainnya. yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sehagian dan karangan yang tengah digarap.
2. Daftar Pustaka dapat pula dilihat dan segi lain. yaitu ía berfungsi sebagai pelengkap dan sebuah catatan kaki.
3. Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah Daftar Pustaka adalah:(1) Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.(2) Judul Buku, termasuk judul tambahannya.(3) Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-berapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.(4) Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid. nomor dan tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Admaji (2007). Bibliography. From http://www.anneahira.com/daftar-pustaka-karya-tulis.htm, 28 Januari 2011
Akhmadi, Heru. 2008. Penulisan Referensi/Daftar Pustaka Pada Thesis atau Laporan Ilmiah Lainnya, [online], (muhammadheru.blogspot.com, diakses tanggal 14 Maret 2009).
Hartati, Dwi. _____. Menulis Daftar Pustaka, [pdf], (http://oke.or.id).
Rais, Jacub. _____. Tata Cara Penulisan Baku Daftar Acuan (References) dan Daftar Pustaka (Bibliography) Dalam Makalah Ilmiah, Tesis, Disertasi, [pdf], (www.google.co.id).
______. _____. Bab XI Daftar Pustaka dan Catatan Kaki, [pdf], (www.google.co.id).
Sophia, S. 2002, Petunjuk Sitasi Serta Cantuman daftar Pustaka Bahan Pustaka Online, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Winarko, E. ____, Penulisan Sitasi pada Karya Ilmiah, [pdf], (http://ewinarko.staff.ugm.ac.id/metopen/modul6-daftarpustaka.pdf, diakses tanggal 17 September 2008 )

Senin, 06 Januari 2020

MAKALAH KERANGKA KARANGAN


MAKALAH KERANGKA KARANGAN 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan), serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
Kerangka karangan (outline) menurut bahasa adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Jadi outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Jadi kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan atau kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan), serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.

Menurut Nursito (2000:54), kerangka karangan adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Adapun pengertian kerangka karangan
menurut Soeparno (2004:38) ialah kerangka tulis yang menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerangka karangan adalah sebuah rencana yang memuat garis-garis besar dari sebuah karangan atau tulisan yang akan dibuat.
Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur.
1.2 Rumusan masalah
     1.      Apa yang dimaksud kerangka karangan ?
     2.      Apa fungsi kerangka karangan ?
     3.      Manfaat Kerangka Karangan
     4.      Apa saja jenis-jenis kerangka karangan ?
     5.      Apa saja syarat-syarat dalam membuat kerangka karangan ?
    6.      Bagaimana cara membuat kerangka karangan yang baik dan benar ?

Makalah ini bertujuan untuk
     1.      Menjelaskan maksud dari kerangka karangan.
     2.      Menjelaskan fungsi-fungsi dari kerangka karangan.
     3.      Menjelaskan jenis-jenis kerangka karangan.
    4.      Menjelaskan syarat-syarat dalam membuat kerangka karangan.
     5.      Menjelaskan tentang tata cara dalam membuat kerangka karangan.



Kerangka atau outline adalah suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu susunan yang akan dibuat dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca.
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Jadi kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur.

1)      Untuk memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan rapih.
2)      Untuk mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan yang akan digarap.
3)      Untuk mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas sebelumnya.
4)      Untuk memudahkan penulis mencari informasi pendukung suatu karangan yang berupa data atau fakta.
5)      Untuk membantu penulis mengembangkan ide-ide yang akan ditulis di dalam suatu karangan agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik

2.3. Manfaat Kerangka Karangan
1.Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
a)      Mempermudah pembahasan tulisan. .
b)      Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
c)      Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
d)     Memudahkan penulis mencari materi tambahan
. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
e)      Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
f)       Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

2.4. Bentuk-bentuk kerangka karangan
1.Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya

a)      Kerangka kalimat
Kerangka kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat meliputi:
a)      Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan, serta perincian-rincian tentang topik itu.
b)      Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu kemudian.
c)      Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi pengarangnya sendiri.

b)   Kerangka topik
Kerangka topik  dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c) Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka karangan yang menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka karangan yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan.

2. Kerangka karangan berdasarkan rinciannya
a)      kerangka karangan sementara
ke      rangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah  penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak  perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian  harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
                  Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu.
b)     Kerangka karangan formal
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.


2.5 Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)
Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.
1.Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a) Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.

Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
b) Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
c) Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a) Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan social
· Tuntutan reformasi menggema
b) Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c)Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virusH1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya

d)Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
· Para pangguna internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
· Manfaat internet
o Media informasi
o Bisnis
o Jaringan social
o Dan lain–lain
e)Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
f)Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
E.  Syarat Kerangka Karangan yang baik
a) Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b) Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
d)Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.

2.6. Kriteria karangka karangan
Untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut :
     1.      Menggunakan bentuk kerangka standar,
   2.      Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
    3.      Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab ),
    4.      Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,Setiap subbab diberi nomor secara konsisten,
   5.      Setiap unsur subbab diberi nomor secara konsisten,Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,Penomoran tidak melebihi empat angka(digit), danKerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.

2.7.Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:
1.Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
·         Catat hal penting semampunya.
·         Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
·         Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
·         Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
4. Menyusn kerangka karangan
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan:
·         Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
·         Mengatur urutan gagasan.
·         Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
·         Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.
2.8 . Contoh -contoh Kerangka Karangan
1. kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
A.Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I. Pendahuluaan
II. Potensi Akademik Mahasiswa
A.    Potensi Kecerdasan
B.     Keahlian Bidang Studi
C.     Tenaga Kerja Intelektual
III. Paradigma Kewirausahaan
A.    Potensi Kewirausahaan
B.     Sumber Kreativitas Baru
C.     Budaya Kewirausahaan
IV. Strategi Berwirausahaan
A.    Strategi Awal
1.Konsep
2. Modal
3. Produk
4. Pasar
B. Evaluasi Perencanaan dan pengembangan
C. Perencanaan Awal,
D. Pengembangan Semester Pertama
E. Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua
F. Evaluasi, Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua

2. Kerangka Sistem Lekuk dengan Angka desimal
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
1. Pendahuluan
2. Potensi Akademik Mahasiswa
2.1  Potensi Kecerdasan
2.2  Keahlian Bidang Studi
2.3  Tenaga Kerja Intelektual
3. Paradigma Kewirausahaan
3.1     Potensi Kewirausahaan
3.2     Sumber Kreatif Baru
3.3     Budaya Kewirausahaan
            4.Strategi Berwirausaha
                                    4.1     Strategi Awal
                        4.1.1     Konsep
                        4.1.2     Modal
                        4.1.3     Produk
                        4.1.4     Pasar
                        4.2  Evaluasi Strategi Awal,
                        4.3  Perencanaan dan Pengembangan Tahun Pertama
                     4.4  Evaluasi, Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5. Kesimpulan

3. Kerangka Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal
BAB I  PENDAHULUAN
                     1.1   Latar Belakang
                     1.2   Masalah
                     1.3  Tujuan Penelitian
1.4  Pembatasan Masalah
1.5  Manfaat Pnelitian
BAB II  KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teori,
2.1.1 Deskripsi teoetik variabel pertama (definisi, gambaran, konsep)
2.1.2 Deskripsi teoritik variabel kedua (definisi, gambaran, konsep)
2.2 Kerangka berfikir
2.3 Rumusan Hipotesis
            BAB III METODE PENELIIAN
a.       Metode penelitian
b.      Populasi dan sampel
c.       Variabel
d.      Instrumen
e.       Prosedur Pengukuran
f.       Teknik Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN
                     4.1  Deskripsi Data
4.2  Pengujian data
4.3  Hasil penguji
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan (interpretasi atas hasil penelitian)
5.2  Saran
4. Kerangka Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif
BAB I    Pendahuluan
BAB II   Teori Acuan
BAB III  Metodologi Penelitian
BAB IV  Hasil Penelitian
BAB V  Pembahasan
BAB VI  Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model kerangka  penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I  Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Masalah
1.3  Tujuan
1.4  Manfaat
BAB II  Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III  HASIL PENELITIAN
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV  KESIMPULAN

6. Kerangka karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif, untuk penulisan artikel
Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan - intregitas
I Sari tema
II Deskripsi umum
III Kekuatan / keunggulan pertama
IV Kekuatan / keunggulan kedua
V Kelemahan pertama dan solusi
VI Kelemahan kedua dan solusi
VII Intregitas (induktif)

7. Kerangka karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif untuk penulisan makalah
I  PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
1.2 Pentingnya pembahasan masalah
1.3 Sudut pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan masalah
II  PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kerangka atau outline adalah suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu susunan yang akan dibuat dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca.
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur. Dalam membuat kerangka karangan hal yang harus diperhatikan adalah: menentukan tema dan judul; mengumpulkan bahan; menyeleksi bahan;membuat kerangka; dan mengembangkan kerangka.
Dalam membuat kerangka karangan harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dalam membuat kerangka karangan,yaitu pengungkapan maksud yang jelas, tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan, pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, dan juga harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.



Arifin, E. Zaenal dan S.Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : CV Akademika Pressindo.
Finoza, Lumuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Rohardi, Kunjana, dkk. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:Erlangga.