MAKALAH KERANGKA KARANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan
itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif.
Pada
umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar karangan berdasarkan
tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan),
serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu karangan. Kerangka
karangan yang belum final disebut outline sementara, sedangkan kerangka
karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Didalam
Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu penulis untuk melihat
gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan
dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah
gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Kerangka
karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk
miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan
secara menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
Kerangka karangan (outline)
menurut bahasa adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Jadi
outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Karangan merupakan karya
tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Jadi
kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan atau kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau
dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran
penjelas yang akan menjadi pokok tulisan.
Pada umumnya kerangka karangan merupakan rencana garis besar
karangan berdasarkan tingkat kepentingannya (teratur tentang pembagian dan
penyusunan gagasan), serta pedoman bagi pembaca untuk mengetahui isi suatu
karangan. Kerangka karangan yang belum final disebut outline sementara,
sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut
outline final. Didalam Bahasa Indonesia penulisan kerangka karangan membantu
penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat
dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu
sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis
dalam perimbangannya.
Kerangka karangan
merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur
ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara
menyeluruh, bukan secara terlepas-lepas.
Menurut Nursito (2000:54), kerangka karangan adalah
rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan
sebuah karangan yang akan ditulis. Adapun pengertian kerangka karangan
menurut Soeparno (2004:38) ialah kerangka tulis yang
menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang
sistematis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerangka karangan adalah sebuah
rencana yang memuat garis-garis besar dari sebuah karangan atau tulisan yang
akan dibuat.
Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan
pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan
diartikan pula dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam
bentuk tulisan yang teratur.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud kerangka karangan ?
2. Apa fungsi kerangka karangan ?
3. Manfaat Kerangka Karangan
4.
Apa saja jenis-jenis kerangka karangan ?
5.
Apa saja syarat-syarat dalam membuat kerangka karangan ?
6.
Bagaimana cara membuat kerangka karangan yang baik dan benar ?
Makalah ini bertujuan untuk
1. Menjelaskan maksud dari kerangka karangan.
2. Menjelaskan fungsi-fungsi dari kerangka karangan.
3. Menjelaskan jenis-jenis kerangka karangan.
4. Menjelaskan syarat-syarat dalam membuat kerangka
karangan.
5. Menjelaskan tentang tata cara dalam membuat kerangka
karangan.
Kerangka atau outline adalah
suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu susunan yang akan dibuat
dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur. Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang
digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca.
Kerangka karangan adalah
rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan
ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis,
jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah
penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.
Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula,
agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara
sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Jadi kerangka karangan adalah suatu suatu rencana atau
rancangan yang memuat garis besar atau ide suatu kaya tulis yang disusun dengan
sistematis dan terstruktur.
1)
Untuk
memudahkan penulisan sebuah karya tulis agar menjadi lebih sistematis dan
rapih.
2)
Untuk
mencegah penulis keluar dari ide awal yang akan dibahas dalam suatu karangan
yang akan digarap.
3)
Untuk
mencegah penulis membahas suatu ide atau topik bahasan yang sudah dibahas
sebelumnya.
4)
Untuk
memudahkan penulis mencari informasi pendukung suatu karangan yang berupa data atau
fakta.
5)
Untuk
membantu penulis mengembangkan ide-ide yang akan ditulis di dalam suatu
karangan agar karangan menjadi lebih variatif dan menarik
2.3. Manfaat Kerangka Karangan
1.Untuk menyusun karangan secara
teratur. Kerangka karangan membantu penulis
untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan
apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah
tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam
perimbangannya.
a)
Mempermudah
pembahasan tulisan. .
b)
Menghindari
isi tulisan keluar dari tujuan awal.
c) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai
dua kali atau lebih
Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih,
sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik
sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek
yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka
pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang
diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal
yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik
lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang
tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi
akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian
tadi.
d)
Memudahkan
penulis mencari materi tambahan
. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam
kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta
untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah
dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.
e)
Menjamin
penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
f) Memudahkan penulis mencapai klimaks yang
berbeda-beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun
sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian
yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga
mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat
secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian
harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat
perhatian pembaca.
2.4. Bentuk-bentuk
kerangka karangan
1.Kerangka karangan berdasarkan perumusan teksnya
a)
Kerangka kalimat
Kerangka
kalimat mempergunakan kalimat deklaratif ( berita) yang
lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik, maupun sub-sub topik.
Manfaat kerangka kaimat
meliputi:
a) Ia
memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan, serta
perincian-rincian tentang topik itu.
b) Perumusan
topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.Penulis
masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru digarap bertahun-tahu
kemudian.
c) Kalimat
yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi
pengarangnya sendiri.
b) Kerangka topik
Kerangka
topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang
lengkap. Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok
bawahan, dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak
mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan
mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan
cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila
dibandingkan dangan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara
perencanaan antara kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.
c) Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik
Kerangka karangan yang
menggabungkan antara kerangka kalimat dan kerangka topik. Kerangka karangan
yang mencakup kalimat berita dan dan sub-sub bagian maupun pokok-pokok utama
dan pokok-pokok bawahan.
2. Kerangka
karangan berdasarkan rinciannya
a)
kerangka
karangan sementara
ke rangka
karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah
penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk
penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu.
Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak perlu disusun
secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan
maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara
dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada
penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa
memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan
bagian-bagiannya.
Perencanaan kerangka karangan
sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis
berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu
dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan
pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang
mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di
hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan
dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis
lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan
diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan.
Kerangka
karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling
tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan
sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera
menggarap karangan itu.
b) Kerangka karangan formal
Kerangka
karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan digarap
bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak
bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses
perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti
kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan
untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih
lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk
menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian
banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat
perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah
dapat disebut kerangka formal.
2.5 Pola Susunan Outline (Kerangka Karangan)
Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola
alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan
kerangka karangan.
1.Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
Merupakan suatu urutan unit–unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a) Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang
penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
b) Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatra
c) Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran
untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu
susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan
suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika. Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a) Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan social
· Tuntutan reformasi menggema
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)
· Keresahan masyarakat
· Merajalela nya praktek KKN
· Keresahan masyarakat
· Kerusuhan social
· Tuntutan reformasi menggema
b) Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya.
Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)
· Tingginya harga bahan pangan
· Penyebab krisis moneter
· Dampak terjadi krisis moneter
· Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c)Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virusH1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)
· Apa itu virusH1N1
· Bahaya virus H1N1
· Cara penanggulangannya
d)Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
· Para pangguna internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
· Manfaat internet
o Media informasi
o Bisnis
o Jaringan social
o Dan lain–lain
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh : Topik (pengaruh internet)
· Para pangguna internet
o Anak–anak
o Remaja
o Dewasa
· Manfaat internet
o Media informasi
o Bisnis
o Jaringan social
o Dan lain–lain
e)Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.
f)Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca
E. Syarat Kerangka Karangan yang baik
a) Tesis atau pengungkapan maksud harus
jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b) Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c) Pokok-pokok dalam kerangka karangan
harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar
jelas.
d)Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.
2.6. Kriteria karangka
karangan
Untuk menyusun kerangka karangan yang
baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut :
1.
Menggunakan bentuk kerangka standar,
2.
Menggunakan inden atau liurus secara
konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan
dalam sebuah kerangka karangan,
3.
Menggunakan pnomoran secara konsisten(angka
desimal, angka romawi, kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab ),
4.
Setiap judul bab diberi nomor secara
konsisten,Setiap subbab diberi nomor secara konsisten,
5.
Setiap unsur subbab diberi nomor secara
konsisten,Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,Penomoran tidak
melebihi empat angka(digit), danKerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.
2.7.Langkah-langkah
menyusun karangan satu per satu:
1.Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang
mendasari suatu karangan. Judul
adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut
pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal
(penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan
eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis
mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang
sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi
bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
·
Catat hal penting semampunya.
·
Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
·
Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
·
Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa
bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini
merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk
mencapai tahap yang sempurna.
4. Menyusn kerangka karangan
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan:
·
Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran
(diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul).
·
Mengatur urutan gagasan.
·
Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.
·
Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila
terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan.
(karangan tidak mengalir).
5. Mengembangkan
kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan
terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan
baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.
2.8 . Contoh -contoh
Kerangka Karangan
1. kerangka
sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
A.Upaya Meningkatkan
Kreativitas Baru Mahasiswa dalam Kewirausahaan
I. Pendahuluaan
II. Potensi Akademik Mahasiswa
A. Potensi Kecerdasan
B. Keahlian Bidang Studi
C. Tenaga Kerja Intelektual
III. Paradigma Kewirausahaan
A. Potensi Kewirausahaan
B. Sumber Kreativitas Baru
C. Budaya Kewirausahaan
IV. Strategi Berwirausahaan
A. Strategi
Awal
1.Konsep
2. Modal
3. Produk
4. Pasar
B. Evaluasi Perencanaan dan pengembangan
C. Perencanaan Awal,
D. Pengembangan Semester Pertama
E. Evaluasi dan Pengembangan Semester Kedua
F. Evaluasi,
Perencanaan dan Pengembangan Tahun Kedua
2. Kerangka
Sistem Lekuk dengan Angka desimal
Upaya Meningkatkan Kreativitas Baru Mahasiswa dalam
Kewirausahaan
1. Pendahuluan
2. Potensi Akademik Mahasiswa
2.1 Potensi Kecerdasan
2.2 Keahlian
Bidang Studi
2.3 Tenaga
Kerja Intelektual
3. Paradigma Kewirausahaan
3.1 Potensi
Kewirausahaan
3.2 Sumber Kreatif Baru
3.3 Budaya
Kewirausahaan
4.Strategi
Berwirausaha
4.1 Strategi
Awal
4.1.1 Konsep
4.1.2 Modal
4.1.3 Produk
4.1.4 Pasar
4.2 Evaluasi
Strategi Awal,
4.3 Perencanaan
dan Pengembangan Tahun Pertama
4.4 Evaluasi,
Perencanaan, dan Pengembangan Tahun Kedua
5. Kesimpulan
3. Kerangka
Sistem Lurus dengan Angka Romawi dan Desimal
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
Penelitian
1.4 Pembatasan Masalah
1.5 Manfaat Pnelitian
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Deskripsi Teori,
2.1.1 Deskripsi teoetik variabel
pertama (definisi, gambaran, konsep)
2.1.2 Deskripsi teoritik variabel
kedua (definisi, gambaran, konsep)
2.2 Kerangka berfikir
2.3 Rumusan Hipotesis
BAB
III METODE PENELIIAN
a. Metode
penelitian
b. Populasi
dan sampel
c. Variabel
d. Instrumen
e. Prosedur
Pengukuran
f. Teknik
Analisis
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi
Data
4.2 Pengujian data
4.3 Hasil penguji
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
(interpretasi atas hasil penelitian)
5.2 Saran
4. Kerangka
Karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Acuan
BAB III Metodologi Penelitian
BAB IV Hasil Penelitian
BAB V Pembahasan
BAB VI Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka
karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model
kerangka penelitian kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II Kajian Pustaka
2.1 Deskripsi teori
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
BAB III HASIL PENELITIAN
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV KESIMPULAN
6. Kerangka
karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif,
untuk penulisan artikel
Pola penilaian: Sari tema – kekuatan – kelemahan -
intregitas
I Sari tema
II Deskripsi umum
III Kekuatan / keunggulan pertama
IV Kekuatan / keunggulan kedua
V Kelemahan pertama dan solusi
VI Kelemahan kedua dan solusi
VII Intregitas (induktif)
7. Kerangka
karangan dengan romawi dan desimal lurus model kerangka penelitian kualitatif
untuk penulisan makalah
I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang dan masalah
1.2 Pentingnya pembahasan masalah
1.3 Sudut pandang dan pendekatan
1.4 Pembatasan masalah
II PEMBAHASAN
2.1 Masalah yang dihadapi
2.2 Cara pemecahan masalah
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kerangka atau outline adalah
suatu rencana yang memuat garis-garis besar dari suatu susunan yang akan dibuat
dan berisi rangkaian ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur. Sedangkan karangan adalah sebuah karya tulis yang digunakan
untuk menyampaikan suatu gagasan kepada pembaca.
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap
terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka
karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak
kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
kerangka karangan
adalah suatu suatu rencana atau rancangan yang memuat garis besar atau ide
suatu kaya tulis yang disusun dengan sistematis dan terstruktur. Dalam
membuat kerangka karangan hal yang harus diperhatikan adalah: menentukan
tema dan judul; mengumpulkan bahan; menyeleksi bahan;membuat kerangka; dan
mengembangkan kerangka.
Dalam
membuat kerangka karangan harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dalam
membuat kerangka karangan,yaitu pengungkapan maksud yang jelas, tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu
gagasan, pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, dan
juga harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.
Arifin,
E. Zaenal dan S.Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta : CV Akademika Pressindo.
Finoza, Lumuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Diksi Insan Mulia.
Rohardi, Kunjana, dkk. 2010. Bahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:Erlangga.
No comments:
Post a Comment