SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM PADA MASA NASIRUDDIN THUSI, SHAH WALIULLAH DAN MUHAMMAD IQBAL
Abstrack
Abstrack :Perkembangan
Ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah pemikiran muslim
tentang ekonomi dimasa lalu. Keterlibatan pemikir muslim dalam kehidupan
masyarakat yang komplek dan belum adanya pemisahan disiplin keilmuwan
menjadikan pemikir muslim melihat masalah masyarakat dalam konteks yang lebih
integratif. Berdasarkan catatan sejarah dari berbagai sumber, pemikiran-
pemikiran Ekonomi islam telah muncul sejak islam diturunkan melalui nabi
Muhammad SAW. Yang kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan Khalifah
Rasyidin, pada saat itu islam sudah berpengaruh penjuru dunia,karena berbagai
cara khalifah melakukan peruasan wilaya islah keluar dari daerah Arab, setelah
kepemimpinan Khalifah Rasydin dilanjutkan oleh masa daulah bani umayyah dan
bani abbasiyah. Kemudian dilanjutkan oleh tokoh pemikir Ekonomi Islam yaitu
Nasiruddin Thusi, Shah Waliullah, dan Muhammad Iqbal.
Kata kunci : Pemikiran Ekonomi Islam masa Nasiruddin Thusi, Shah Waliullah,
dan Muhammad Iqbal.
PENDAHULUAN
Dalam
literature islam, sangat jarang ditemukan Tulisan tentang sejarah pemikiran
ekonomi islam. Buku-buku sejarah islam atau peradapan islam sekalipun tidak
menyentuh sejarah pemikiran ekonomi klasik. Pemikiran yang khusus tentang
sejarah pemikiran ekonomi islam khusunya terhadap intelektual yang dilakukan
ilmuan barat yang menyembunyikan peranan ilmuan islam dalam mengembangkan
pemikiran ekonomi, mengekibatkan kontribusi pemikiran ekonomi islam tidak
begitu terlihat pengaruhnya terhadap ekonomi modern.
Sejarah membuktikan bahwa ilmuan
muslim pada era klasik telah banyak menulis dan mengkaji ekonomi islam tidak
saja secara normative, tetapi juga secara empiris dan ilmiah dengan metedologi
yang sistematis. Seperti pemikiran Nasiruddin Thusi, Shah Waliullah dan
Muhammad Iqbal. Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang riwayat hidup dan
pemikiran ekonomi ketiga tokoh tersebut.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam masa Nasiruddin Thusi (W. 485 H/
1093 M)
1.
Biografi Nasiruddin Thusi
Julukan “ilmuwan sebabisa” (multi talent) amat pantas disandang
Nasiruddin at-Thusi.Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern tak ternilai
besarnya. Selama hidupnya, ilmuwan muslim dari Persia itu mendedikasikan diri
untuk membangun beragam ilmu seperti, astronomi, biologi, matematika, kimia,
filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama islam.
Nasiruddin termasuk tokoh pemikir ekonomi islam fase kedua pada
abad 11-15 Masehi. [1]Sarjana
muslim yang kemashyurannya setara dengan teologdan filsuf besar sejarah gereja,
Thomas Aquinas, memiliki nama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn Muhammad al-Hasan
Nasiruddin At-Thusi. Ia lahir pada 18 Februari 1201 M di kota Thus yang
terletak di dekat Mashed, sebelah timur laut Iran. Sebagai seorang ilmuwa yang
amat kondang pada zamannya, Nasiruddin memiliki banyak nama antara lain:
Muhaqqiq At-Thusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja Nasir.
Nasiruddin lahir pada awal abad ke13 M, ketika dunia islam tengah
mengalami masa-masa sulit. Pada saat itu kekuatan militer Mongol yang begitu
kuat menginvasi wilayah kekuasaan islam yang amat luas. Kota kota islam
dihancurkan dan penduduknya dibantai habis tentara Mongol dengan sangat kejam.
Hal itu dipertegas J.J. O’Connor dan E.F. Robertson bahwa pada masa itu, dunia
diliputi kecemasan.Hilangnya rasa aman dan ketenangan itu membuat banyak
ilmuwan sulit untuk mengembangkan pengetahuan.Nasiruddin pun tak dapat mengelak
dari konflik yang melanda negerinya. Sejak kecil, Nasiruddin digembleng ilmu
agama oleh ayahnya yang berprofesi sebagai seorang ahli hukum di sekolah Imam
kedua belas.
Selain digembleng ilmu agama disekolah itu, at-Thusi mempelajari
fiqh, ushul, hikmah dan kalam, terutama Isyarat-nya ibnu sina, dan Mahdar Farid
Ad-din Damad, dan matematika dari Muhammad Hasib, di Naisabur.Dia kemudian
pergi ke Baghdad dan disana dia mempelajari ilmu pengobatan dan filsafat dari
Qutb Ad-Din, matematika dari Kamal Ad-din Ibn Yunus dan fiqh beserta ushul dari
Salim ibnBadran.
Pada tahun 1220 M, invasi militer Mongol telah mencapai Thus dan
kota kelahiran Nasiruddin pun dihancukan. Ketika situasi keamanan tak menentu,
penguasa Islamiyah Nasiruddin Abdurrahin mengajak sang ilmuwan itu untuk bergabug.
Tawaran itu tak disia-siakannya. Selama mengabdi di istana itu, Nasiruddin
mengisi waktunya untuk menulis beragam
karya yang penting tentang logika, filsafat, matematika, serta astronomi. Karya
pertamanya adalah kitab Akhlaq-I Naisiri yang ditulisnya pada 1232 M.
Pasukan Mongolyang dipimpin Hulagu Khan- cucu Jengis Khan- pada
tahun 1251 M akhirnya menguasai Istana Alamut dan meluluh lantakkannya. Nyawa
Nasiruddin selamat karena Hulagu ternyata sangat menaruh minat terhadap ilmu
pengetahuan.Hulagu yang dikenal bengis dan kejam memperlakukan Nasiruddin
dengan penuh hormat.Hulagu mengangkat Nasiruddin menjadi penasihat dibidang
ilmu pengetahuan. Meskipun telah menjadi penasihat pasukan mongol, Nasiruddin
tidak mampu menghentikann ulah dan kebiadaban Hulagu khan yang membumihanguskan
kota metropolis intelektual dunia, Baghdad, pada tahun 1258 M. terlebih, saat
itu dinasti Abbasiyah berada dalam kekuasaan Khalifah Al-Musta’sim yang lemah.
Terbukti, militer Abbasiyah tak mampu membendung gempuran pasuan Mongol.
Meskipun tak mampu mencegah terjadinya serangan bangsa Mongol,
aling tidak Nasiruddin bisa menyelamatkan dirinya dan masih berksempatan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. “Hulagu snagat bangga karena
berhasil menaklukkan Baghdad dan lebih bangga karena berhasl ilmuwan terkemuka
seperti At-Thusi bisa bergabung bersamanya.” Papar O’Connor dan Robertson dalam
tulisannya tentang sejarah Nasiruddim sebagaimana dalam tulisan Heri Ruslan.[2]
2.
Pemikiran Ekonomi Islam Nasiruddin Thusi
Karyanya dalam bidang ekonomi terutama ditemukan dalam kitabnya
yang berjdudl Akhlaq-e-e Nasiri (Nasirian Ethics)
Thusi menyebut ekonomi sebagai political economy, sebagaimana
terungkap dalam kata, siyasah -e- mudun” yang ia gunakan. Kata ini berasal dari
dua kata dalam bahasa Arab, yaitu “siyasah” (politik) dan “mudun” (kota dan
struktur perekonomiannya). Ia menciptaka surplus ekonomi sehingga memungkinkan
terciptanya kerjasama dalam masyarakat untuk saling menyediakan barang dan jasa
kebutuhan hidup. Hal ini merupakan tuntutan alamiah sebab seorang tidak dapat
menyediakan semua kebutuhannya sendirri sehingga menimbulkan ketergantungan
satu dengan lainnya. Akan tetapi, jika proses ini dibiarkan alamiah,
kemungkinan manusia akan saling bertindak tidak adil dan menuruti kepentingannya
sendiri-sendiri. Orang yang kuat akan mengalahkan yang lemah. Oleh karena itu,
diperlukan suatu strategi (siyasah/politik) yang mendorong manusia untuk saling
bekerjasama dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.
At-Thusi menekankan pentingnya tabungan dan mengutuk konsumsi yang
berlebihan serta pengeluaran-pengeluaran untuk asset-aset yang tidak produktif, seperti perhiasan dan
penimbunan tanah tidak produktif. Ia memandang pentingnya pembangunan pertanian
sebagai fondasi pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan untuk menjamin
kesejahteraan masyarakat. Ia juga merekomendasikan pengurangan pajak, di mana
berbagai pajak yang tidak sesuai dengan syariah islam harus dilarang.[3]
B.
Sejarah pemikiran ekonomi islam masa Syah Waliulah (1114-1176 H/
1703-1762 M)
1.
Biografi Shah Waliullah
Shah wali ullah (21 februari 1703- 20 agustus 1762) nama lengkapnya
Qutd Ad-Din Ahmad Ibn Abd Al-Rahim Shah Wali’allah, lahir di Delhi dari
keluarga Syufi dan Ulama. Konon, ia adalah keturunan ulama besar India, mujaddid
alfi sani syeikh ahmad Syir Hindi. Banyak kalangan jenius lahir dari keluarga
ini yang merupakan ulama dan tokoh syufi dan yang telah mewarnai kehidupan
islami muslim india. Syah Waliullah seseorang yang jenius.Sementara dari jalur
ibunya, maka ia akan sampai pada musa Al kazim, imam ke tujuh dari golongan
syiah isna asyariah. Dengan demikian ia termasuk keturunan ali bin Abi Thalib,
memantu Rasulullah.[4]
Pada masa muda dia belajar pada
ayahnya dan kemudian pada banyak sarjana delhi. Dia belajar sastra Arab dan
Persia, tafsir, aqaid, sejarah islam, filsafat, hukum, dan logika. Dia juga
memepelajari ilmu social dan mengkaji sejarah, dunia ibn kaldun termasuk juga
memepelajari poitik. Inilah mengaa, kendatipun dia seorang sarjanah dan ulama
konservatif besar, tulisan-tulisannya
mengandung gagasan politik segar dan pandangan tajam dalam menganalisis problem
politik india dan dunia islam.
Pada usia 16 atau 17 tahun, syah
Waliullah menjadi seorang ahli hadist di madrasah Rahimia yang didirikan oleh
ayahnya. Ia menjadikan madrasah itu institusi ideal dengan pengajaran yang
berdedikasi dan system pendidikan yang di reformasi. Kemudian dia melakukan
ibadah haji dan belajar di mekah dibawah bimbingan syah abu Tahir, seorang
ulama mekah terkenal. Setelah kembali dari mekah pada tahun 1730 pada usia 27
tahun, dia mulai mengajar lagi. Syah Waliullah menempuh seluruh hidupnya di
Delhi dekat dinasti Mughal tetapi dia tidak pernah datang ke mahkamah Mughal
untuk tujan popularitas atau keuntungan duniawi kendatipunn begitu, pengikutnya
yang datang setiap hari mengaharap bantuan spiritual berjumlah ribuan mulai
dari para raja, bangsawan, kalangan syufi, ulama, dan pengemis. Akan tetapi,
dia tidak perduli pada popularitas keuntungan duniawi, dia lebih tertarik mengabdikan
dirinya dengan memberikan instruksi spiritual kepada pengikutnya dan beribadah
kepada Allah.
Pada tahun 1737, dia menerjemahkan
al quran ke bahasa Persia utuk peratama kalinya di india. Karena hal ini para
ulama dehi berkampanye menentangnya dan dia terpaksa meninggalkan delhi untuk smentara. Putranya,
Abdul Qodir, menerjemahkan al quran ke urdu untuk pertamakalinya di india.
Berdasarkan penerjemahan urdu inilah, girish Chandra Sen dari Bengal
menerjemahkan al quran ke bahasa Bengal untuk pertama kalinya. Meskipun sibuk,
syah waliullah tidak lupa pada situasi politik
yang sedang terjadi di sekitarnya. Dua dari bukunya yang penting dalam
ha ini yaitu : Fuyuz Al-harammayn (kemenangan mekah dan madinah) dan Tafhima
Al-ilahiyah (memahami Tuhan) adalah contoh yang jelas dari kepeduliannya yang
murni atas nasib umat.
2.
Pemikiran Ekonomi Shah Waliulllah
Pemikiran ekonomi shah waliullah
dapat ditemukan dalam karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah
al-Baligha.Dia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi
perilaku manusia dan pembangunan masyarakat.Menurutnya, manusia secara alamiah
adalah makhuk social sehingga harus melakukan kerjasama antara satu orang
dnegan orang lainnya. Kerja sama ini msalnya dalam bentuk pertukaran barang dan
jasa, kerjasama usaha (mudharabah, musyarakah), kerjasama pengelolaan
pertanian, dan lain-lain. Islam melarang
kegiatan-kegiiatan yang merusak semangat kerja sama ini misalnya perjudian dan
Riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak adil, eksploitatif,
mengandung ketidakpastian yang tinggi, beresiko tinggi, dan karenya memberikan
kontribusi pada kehidupan manusia.[5]
Shah waliullah menekankan perlunya
pembagian faktor-faktor ekonomi yang
bersifat alamiah secara lebih merata, misalnya tanah. Ia menyatakan bahwa semua
tanah sebagaimana masjid atau tempat
peristirahatan diberikan kepada Wayfarers. Benda-benda tersebut dibagi
berdasarkan prinsip siapa yang pertama datang dapat memanfaatkannya (first come
First served). Kepemilikan terhadap tanah akan berarti hanya jika orang lebih
dapat memanfaatkannya dari pada orang lain.
Untuk pengelolaan Negara, diperlukan
adanya suatu pemerintahan yang mampu menyediakan sarana pertahanan, membuat
hukum dan menegakkannya, menjamin keadilan, serta menyediakan berbagai sarana
public seperti jalan dan jembatan.Untuk berbagai keperluan ini, Negara dapat
memungut pajak dari rakyatnya.Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan
Negara yang penting, tetapi harus memerhatikan pemanfaatnya dan kemampuan masyarakat
untuk membayarnya.
Berdasarkan pengamatannya terhadap
perekonomian di kekaisaran Mughal india, waliullah mengemukakan 2 faktor utama
yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Pertama, keuangan Negara
dibebani dengan berbagai pengeluaran yang ttidak produktif.Kedua, pajak yang
dibebankan kepada pelaku ekonomi trlalu berat sehingga menurunkan semangat
berekonomi.menurutnya, perekonomian dapat tumbuh jika terdapat tingkat pajak
yang ringan yang didukung administrasi yang efisien.[6]
C.
Pemikiran Ekonomi Islam Masa Muhamma Iqbal (1289-1357 H/ 1873-1938
M) [7]
1.
Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab, India pada tanggal 9
November 1877 (India Inggris) sekarang Pakistan[8]
dan meninggal di Lahore pada tanggal 21 April 1938 pada umur 61 tahun. Beliau
dikenal juga sebagai Allama Iqbal, seorang penyair, politisi, dan filsuf besar
abad ke-20.Iqbal dikenal sebagai Shaire-e-Mushriq yang berarti "Penyair
dari Timur".Ia juga disebut sebagai Muffakir-e-Pakistan ("The
Inceptor of Pakistan") dan Hakeem-ul-Ummat ("The Sage of the
Ummah"). Di Iran dan Afganistan ia terkenal sebagai Iqbāl-e Lāhorī
"Iqbal dari Lahore", dan sangat dihargai atas karya-karya berbahasa
Persia-nya. Pemerintah Pakistan menghargainya sebagai "penyair
nasional", hingga hari ulang tahunnya merupakan hari libur di Pakistan.
Iqbal adalah seorang putra dari keluarga yang berlatar belakang dari sebuah
kasta Brahma Kasymir yang telah memeluk Islam sejak tiga abad sebelum ia
dilahirkan. Kakeknya adalah Muhammad Rafiq, seorang sufi terkenal. Dan ayahnya
Muhammad Nur seorang muslim yang sangat disiplin dalam kehidupan sufi. 128
Iqbal memulai pendidikan pada masa kanak-kanaknya pada ayahnya. Kemudian ia
dimasukkan di sebuah maktab (surau) untuk belajar al-Qur’an. Setelah itu Iqbal
dimasukkan di Scottish Mission School, Sialkot. Sejak saat itu, hingga selesai
belajar di Scottish Mission School, ia dibawah bimbingan Mir Hasan.
Selepas dari sekolah menengah, pada tahun 1893, Iqbal memperoleh
beasiswa ke perguruan tinggi.Pada tahun 1895 Iqbal menyelesaikan pelajarannya
di Scottish dan pergi ke Lahore. Di sini ia melanjutkan studi di Government
College dan berguru kepada Sir Thomas Arnold, seorang orientalis asal Inggris
yang ketika itu menjabat sebagai guru besar di Universitas Aligarh dan
Government College di Lahore.[9]Di
sisnilah untuk pertamakalinya, Iqbal berkenalan dengan filsafat Barat lewat
gurunya Arnold.Arnold mendorong Iqbal untuk lebih jauh melanjutkan
pendidikannya di Eropa129.Pada tahun 1905 Iqbal pun akhirnya berangkat ke
Inggris.Ia melanjutkan program Magister di Cambridge University. Setelah di
Cambridge, kemudian Iqbal pergi ke Jerman untuk melanjutkan studi program
doktoralnya. Pertama-pertama ia belajar bahasa dan filsafat Jerman di
universitas Heidelberg dari Fraulent Wagnastdan Faraulein Senecal. Kemudian dia
belajar di Fakultas Filsafat Universitas Ludwig-Maximilians, Munich.Di bawah
bimbimngan Friedrich Hommel, Iqbal menyelesaikan disertasi doktornya yang berjudul
“The Development of Metaphysics in Persia”.
Setelah
menyelesaikan program doktornya, Iqbal kembali ke kota Lodon dan diangkat
menjadi guru besar bahasa Arab di Universitas London dan enam bulan kemudian
dia dipercaya menjadi Ketua Jurusan Filsafat dan keusastraan Inggris. Ia
kembali ke tanah airnya pada tahun 1908. Di negerinya ini ia menjalankan
profesinya sebagai pengacara, guru besar di universitas dan penyair sekaligus.
Ia memberi kuliah mengenai filsafat, sastra Arab, dan sastra Inggris. Pada tahun
1926, Iqbal mulai aktif dalam politik dan membuat konsep pendirian Negara Islam
Pakistan.Pada 1927, Iqbal duduk di DPR Punjab dan setahun kemudian menjadi
Ketua Liga Muslimin.Dalam konferensi Meja Bundar, ia menjadi anggota dalam
komisi-komisi yang meneliti tentang masalah perbaikan pendidikan di India.
2.
Karya-karya Muhammad Iqbal
Karya-karya Iqbal ditulis dalam berbagai bentuk, diantaranya: karya
filsafat, agama, ceramah-ceramah yang dibukukan, diantaranya:
a. ‘Ilm al-Iqtisad ( ilmu
ekonomi ) Merupakan karya M. Iqbal yang dipublikasikan sebagai hasil karyanya
dengan menggunakan bahasa Urdu. Dalam buku ini ia menegaskan pentingnya
mempelajari ilmu ekonomi, terutama di India, karena kemiskinan yang ada di
negara tersebut. Menurutnya, negara yang tidak mau meningkatkan keadaan ekonomi
dan masyarakatnya sama saja menuju kehancuran bagi negara itu sendiri.
b. The Development of Metaphisics in Persia. Merupakan kontribusi
M. Iqbal dalam sejarah filsafat muslim, buku ini adalah hasil desertasi dari
tingkat doktoral dalam filsafat muslim di Universitas Munich di Jerman.
Mencakup perkembangan metafisik di Persia, aspek metafisik dalam filsafat dan
sebuah karya besar dari seorang pelajar filsafat.Diterbitkan tahun 1908 di
Luzac, Lodon.
c. The Recontruction of Religious Thaught in Islam. Diterbitkan
oleh Kapoor, Lahore, 1930.Didalamnya banyak ditemukan amanat spiritual Iqbal
pada masanya.Pada awal penerbitannya sudah menarik perhatin dunia, utamanya
dari kalangan kaum sarjana, seperti Sir Dennisan Ross dan Lord Lathian.Buku ini
merupakan kumpulan ceramah-ceramah Iqbal di Madras, Hyderabad, dan Aligard
dalam perjalanannya ke India Selatan tahun 1928. d. Stray Reflection ( buku
harian Iqbal ) Sebuah catatan harian Iqbal yang diedit oleh Dr. Javid Iqbal
putra Dr. M. Iqbal pada tahun 1961. Merupakan dokumen luar biasa yang membawa
ke mata dunia oleh Javid.Banyak hal-hal unik yang menggambarkan perkembangan
pemikiran M. Iqbal, dan juga perkembangan terakhir filsafat beliau.Didalamnya
terdapat bervariasi dari filsafat, sastra, ilmiah, politik, agama, dan budaya.
e. Asrar-i-Khudi. Inilah buku pertama Iqbal yang memuat tentang filsafat agama
yang pertama dalam bentuk puisi f. Rumuz-i-Bekhudi, tulisan filosofis kedua
yang terbit pada tahun 1918. g. Payam-i-Masyriq, yakni berisi pesan dari timur
h. Bang-i-Dara ( Lonceng Kafilah), tulisan ini berisi puisi-puisinya selama
dari dua puluh tahun. Diantaranya puisi sebelum keberangkatan ke Eropa, puisi
selama di Eropa, dan setelah kembalinya dari Eropa. i. Zabur-i-‘Azam ( Mazmur
Persia) yang berisi suntikan untuk semngat dunia baru kepada kaum muda dan
masyarakat timur.
3.
Pemikiran Ekonomi Muhammad Iqbal
Pemikiran ekonomi Muhammad Iqbal tidak berkisar tentang hal-hal
teknis dalam ekonomi, tetapi lebih kepada konsep-konsep umum yang mendasar.
Dalam bukunya yang pertama ialah 'Ilm-ul-iqtisad (Ilmu Ekonomi), diterbitkan di
Lahore pada tahun 1903, tebalnya 216 halaman yang merupakan risalah ekonomi
yang ditulis Iqbal atas anjuran Thomas Arnold berisi penjelasan akan pentingnya
ilmu ekonomi serta hubungan dagang, sistem moneter, pembelanjaan serta
konsumsi. Ia menegaskan pentingnya mempelajari ilmu ekonomi, terutama di India,
karena kemiskinan yang ada di negara tersebut. Menurutnya, negara yang tidak
mau meningkatkan keadaan ekonomi dan masyarakatnya sama saja menuju kehancuran
bagi negara itu sendiri. Selain itu juga ia mencontohkan respon Islam terhadap
kapitalisme barat dan reaksi ekstrim dari komunisme Uni Soviet.
Iqbal menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme, komunisme
dan menampilkan sesuatu pemikiran “poros tengah” yang dibuka oleh
Islam.Iamengajak umat untuk berpegang teguh dan tidak ragu mengambil intisari
dari perjalanan sejarah manusia. Menurutnya, semangat kapitalisme yaitu memupuk
capital atau materi sebagai nilai dasar sistem yang bertentangan dengan
semangat islam. Demikian pula semangat komunisme yang banyak melakukan paksaan
kepada masyarakat juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Iqbal sangat prihatin kepada petani, buruh dan masyarakat lemah
lainnya, ia menganggap semangat kapitalis yang eksploitatif menjadi asing bagi
Islam. Keadilan sosial merupakan aspek yang mendapat perhatian besar dari Iqbal
dan ia menyatakan bahwa negara memiliki tugas yang besar untuk mewujudkan
keadilan sosial. Zakat yang hukumnya wajib dalam Islam dipandang memiliki
posisi yang strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil130 Dapat disimpilkan
bahwa pemikiran ekonomi pada masa Muhammad Iqbal ( w 1357 H/ 1938 M) meliputi :
1. Kritis atas kapitalisme dan sosialisme. 2. Keadilan sosial dari sebuah
negara. 3. Zakat yang wajib memiliki posisi strategis bagi penciptaan
masyarakat yang adil.[10]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Nasiruddin Thusi
Julukan “ilmuwan sebabisa” (multi talent) amat pantas disandang
Nasiruddin at-Thusi.Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern tak
ternilai besarnya. Selama hidupnya, ilmuwan muslim dari Persia itu
mendedikasikan diri untuk membangun beragam ilmu seperti, astronomi, biologi,
matematika, kimia, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama islam.Nasiruddin
lahir pada awal abad ke13 M, ketika dunia islam tengah mengalami masa-masa
sulit.Karyanya dalam bidang ekonomi terutama ditemukan dalam kitabnya yang
berjdudl Akhlaq-e-e Nasiri (Nasirian Ethics).
2.
Shah Waliullah
Shah wali ullah (21 februari 1703- 20 agustus 1762) nama lengkapnya
Qutd Ad-Din Ahmad Ibn Abd Al-Rahim Shah Wali’allah, lahir di Delhi dari
keluarga Syufi dan Ulama. Konon, ia adalah keturunan ulama besar India,
mujaddid alfi sani syeikh ahmad Syir Hindi.Pemikiran ekonomi shah waliullah
dapat ditemukan dalam karyanya yang terkenal berjudul, Hujjatullah
al-Baligha.Dia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan syariat bagi
perilaku manusia dan pembangunan masyarakat.Menurutnya, manusia secara alamiah
adalah makhuk social sehingga harus melakukan kerjasama antara satu orang
dnegan orang lainnya.
3.
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab, India pada tanggal 9
November 1877 (India Inggris) sekarang Pakistan[11]
dan meninggal di Lahore pada tanggal 21 April 1938 pada umur 61 tahun. Beliau
dikenal juga sebagai Allama Iqbal, seorang penyair, politisi, dan filsuf besar
abad ke-20.Iqbal dikenal sebagai Shaire-e-Mushriq yang berarti "Penyair
dari Timur".Ia juga disebut sebagai Muffakir-e-Pakistan ("The
Inceptor of Pakistan") dan Hakeem-ul-Ummat ("The Sage of the
Ummah").Karya-karya Iqbal ditulis dalam berbagai bentuk, diantaranya:
karya filsafat, agama, ceramah-ceramah yang dibukukan
B.
Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan harapan semoga makalah ini
Bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Apabila ada
kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, kami mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun dan memotivasi.
No comments:
Post a Comment