MAKALAH FILSAFAT ILMU “KAITAN PENALARAN LOGIKA DAN KEBENARAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan1.
Adapun ciri-ciri penalaran :
1. adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut
logika. Maksudnya penalaran merupakan suatu proses berpikir logis dalam artian
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau logika tertentu.
2.
bersifat analitik dari proses berpikirnya. Artinya
penalran merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah.
Berdasarkan
ciri-ciri di atas, maka dapat kita katakan bahwa tidak semua kegiatan berpikir
bersifat logis dan analitik. Atau dapat disimpulkan cara berpikir yang tidak
termasuk penalaran bersifat tidak logis dan tidak analitik. Dengan demikian
maka kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut
penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Perasaan
merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran, kegiatan
berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran umpamanya adalah intuisi.
Intuisi
disni dapat diartikan suatu kegiatan berpikir dan yang non analitik yang tidak
mendasarkan diri kepada suatu pola pikir masyarakat non analitik, yang kemudian
sering bergalau dengan perasaan. Jadi secara luas dapat kita katakan bahwa cara
berpikir masyarakat dapat di kategorikan kepada cara berpikir
1. Jujun .S. . Filsafat Ilmu sebuah Pengantar
Populer.2007 : hal 42
analitik
yang berupa penalaran dan cara berpikir yang nonanalitik yang berupa intuisi
perasaan.
B. Logika
Logika
adalah bidang pengetahuan yang mempelajarai segenap asas, aturan, dan tata cara
penalaran yang betul (corret reasoning)2. agar pengetahuan yang
dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu
harus dikatakan suatu cara tertentu. Cara itu disebut logika. Dimana logika
dapat didefinisikan pengkajian untuk berpikir secara shahih.
Ada
dua macam logika diantaranya :
1. Logika Induktif
Logika induktif yaitu penarikan kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus.
Contoh
:
Kambing
mempunyai mata
Gajah
mempunyai mata
Kucing
mempunyai mata
Burung
mempunyai mata
Dari
kenyataan-kenyataan ini dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni
”semua binatang itu mempunyai mata”.
2. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah cara berpikir
dimana penarikan kesimpulan yang bersifat khusus dari kasus yang bersifat umum.
Contoh
:
Semua logam
dipanasi memuai
2. The Liang Gie.Pengantar Filsafat Ilmu.2000 :
hal 21
Seng termasuk logam
Jadi seng dipanasi pasti
memuai
Dalam
contoh tersebut “semua logam dipanasi memuai” adalah pernyataan yang bersifat
umum, dan kesimpulannya seng dipanasi pasti memuai.
Baik
logika induktif dan logika deduktif, dalam proses penalrannya mempergunakan premis-premis
yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Adapun cara untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar itu adalah berdasrkan rasio dan pengalaman. Kaum yang mengembangkan rasio
dikenal dengan nama kaum rasionalisme, sedangkan mereka yang mengembangkan
pengalaman disebut dengan empirisme.
Kaum
rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis
yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya
jelas dan dapat diterima. Pengalaman tidak membuahkan prinsip dan justru
sebaliknya, hanya dengan pengetahuan prisip yang dapat dilewat penalaran
rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian. Kejadian yang berlaku dalam
alam sekitar kita.
Berlainan
dengan kaum rasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia
itu bukan di dapat lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman
yang kongkrit. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah
kongkrit dan dapat dinyatakan lewat tanggapan panca indera manusia sebagai contoh
langit mendung diikuti dengan turunnya hujan.
C. Kebenaran
Kebenaran
dalam bahasa inggris (truth), bahasa latin (veritas), dan bahasa yunani
(alethia) lawan dari kesalahan, kesesatan, kepalsuan dan juga kadang opini.
Carneades,
filsuf Budhis, Nagar Juna mengemukakan bahwa kebenaran mempunyai 2 aspek yang
pertama empiris dan merupakan tampakan semata sedangkan yang lain disebut
absolut dan mengatasi akal budi3.
Jujun
.S. Suria Sumanti (2007) menyatakan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan
itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
Bertand
Russell (1872-1970) mengunkapkam bahwa suatu pernyataan adalah benar jika
materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespinden (berhubungan)
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
a). Jenis-jenis kebenaran
Menurut
A.M.W. Pranarka (1987) kebenaran dibagi dalam tiga jenis :
1). Kebenaran epistemoloogi adalah pengetahuan
kebenaran dalam hubungannya dengan manusia. Kadang-kadang disebut dengan
istilah veritas (Ognitionis ataupun veritas logica).
2) Kebenaran ontologikal adalah kebenaran
sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun
diadakan, atau bisa disebut juga kebenaran sebagai sifat dasar yang ada didalam
obyek pengetahuan itu sendiri.
3). Kebenaran semantikal adalah kebenaran yang
terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini juga
disebut kebenaran moral (veritas moral).
b). Sifat sifat kebenaran
Menurut Abbas
Hamani Mintaredja
(1983) kata ”kebenaran” dapat
3.
Bagus Lorens. Kamus Filsafat 2005
digunakan
sebagai suatu kata benda yang kongkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak
menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar. Proposisi maksudnya maka
yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Jika subjek menyatakan
kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau
karakteristik, hubungan dan niali. Hal yang demikian karena kebenaran tidak
dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu
sendiri.
Ciri-ciri
kebenaran secara ilmiah:
1.koresponden yaitu berhubungan antara teori
dan fakta
2.koheren yaitu adanya hubungan antara
pernyataan baru dan pernyataan yang sudah ada.
3.pragmatis yaitu benar apa bila bermamfaat
4.performatis yaitu benar apa bila pernyataan
itu bias menampilkan realitas yang baru
5.struktural paradigma yaitu kebenaran
structural yang direkonstruksi secara rasional menjadi suatu paradigma.misalnya
kebenaran menurut agama islam adalah
kebenaran yang mutlak.
DAFTAR PUSTAKA
Suria, Sumantri . 2005 . Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer .
Jakarta : Surya Multi Grafika.
Muhadjir, Noeng . 2001 . Filsafat Ilmu . Yogyakarata : Rakesarasain.
Gie, The Liang . 2000 . Pengantar Filsafat Ilmu . Yogyakarta .
Liberty Yogyakarta.
Bagus, Lorens . 2005 . Kamus Filsafat . Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka utama
No comments:
Post a Comment