1

loading...

Tuesday, October 23, 2018

MAKALAH SOSIOLOGI GERAKAN SOSIAL dan PRILAKU KOLEKTIF



MAKALAH SOSIOLOGI
GERAKAN SOSIAL dan PRILAKU KOLEKTIF






KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar bapak
            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
            Karena keterbatasan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




Bengkulu, Oktober 2018


Penulis












DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah...................................................................................... 1
C.     Tujuan penulisan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian gerakan sosial........................................................................... 2
B.     Pengertian perilaku kolektif....................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 10
B.    Saran ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa kini kita semua sering menjumpai aksi-aksi demontrasi yang dijalankan oleh gerakan-gerakan sosial baik dari kalangan mahasiswa maupun elemen masyarakat. Ini semua karena mereka peduli terhadap bangsa Indonesia tercinta ini. tak bisa di pungkiri bahwasannya gerakan-gerakan sosial sangatlah berpengaruh terhadap perjalanan perkembangan bangsa Indonesia ini.
Pada umumnya masyarakat berperilaku berpedoman pada aturan norma dan perilaku yang ada dalam masyarakat. Biasanya perilaku ini sangat dominan dengan institusi yang ada dalam lingkungan sekitar, semisal di lingkungan pasar dituntut dalam institusi di bidang ekonomi, inilah yang sering disebut dengan konformitas. Akan tetapi hal ini sering diselewengkan, dan inilah yang disebut dengan penyimpangan sosial

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian gerakan sosial ?
b.  Apa Pengertian perilaku kolektif dan penyimpangannya ?

C. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dan konsep gerakan sosial.
b. Untuk memahami perilaku kolektif








BAB II
PEMBAHASAN

A. Gerakan sosial
(Bahasa Inggris:social movement) adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.

1.Macam-Macam dan Tipe Gerakan Sosial
Karena keragaman gerakan sosial sangat besar, maka berbagai ahli sosiologi mencoba menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria tertentu. David Aberle, misalnya, dengan menggunakan kriteria tipe perubahan yang dikehendaki (perubahan perorangan dan perubahan sosial) dan besar pengaruhnya yang diingginkan ( perubahan untuk sebagain dan perubahan menyeluruh). Membedakan empat tipe gerakan sosial, tipologi Aberle adalah sebagai berikut:

a. Alterative Movement
Ini merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku perorangan. Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk merubah perilaku tertentu, seperti misalnya kampanye agar orang tidak minum-minuman keras. Dengan semakin menyebarnya penyakit AIDS kini pun banyak dilancarkan kampanye agar dalam melakukan perbuatan sek dengan bertanggung jawab.

b. Rodemptive Movement
Gerakan ini lebih luas dibandingkan dengan alterative movement, karena yang hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada perilaku perorangan. Gerakan ini kebanyakan terdapat di bidang agama. Melalui gerakan ini , misalnya, perorangan diharap untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya sesuai dengan ajaran agama.

c. Reformative Movement
Gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun lingkup yang hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan kaum homoseks untuk memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup mereka atau gerakan kaum perempuan yang memperjuangkan persamaan hak dengan laki-laki. Gerakan people power di Filipina atau gerakan menentang pedana mentri Suchinda di Thailand pun dapat dikategorikan dalam tipe ini karena tujuannya terbatas, yaitu pergantian pemerintah.

d. Transformative Movement
Gerakan ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh. Gerakan kaum Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambidia. Suatu proses dalam mana seluruh penduduk kota dipindahkan ke desa dan lebih dari satu juta orang Cambodia kehilangan nyawa mereka karena di bunuh kaum Khamer Merah, menderita kelaparan atau sakit merupakan contoh ekstrim gerakan sosial semacam ini. Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh rezim komunis di Uni Soviet pada tahun 30-an serta di Tiongkok sejak akhir 40-an untuk mengubah masyarakat mereka menjadi masyarakat komunis pun mengakaibatkan menentang diskriminasi oleh orang kasta-kasta bawah, menengah dan atasmu mendapat di kategotikan dalam ini karena keberhasilan gerakan mereka akan berarti pula perombakan mendasar  pada masyarakat India.

2.    Fungsi Gerakan Sosial
Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten” dapat dilihat sebagai berikut:
1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan.
2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya.
Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara. Kenyataan ini banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga.

3.    Faktor Penyebab Gerakan Sosial
Faktor apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial? Mengapa orang melibatkan diri kepada perilaku kolektif yang bertujuan mempertahankan ataupun mengubah masyarakat? Dalam ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai penjelasan, baik bersifat psikologis maupun bersifat sosiologis. Penjelasan yang sering dikemukakan mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial.
Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang ekonomi (seperti hilangnya peluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya: pangan, sandang, papan). Para penganut penjelasan ini menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang disebabkan oleh sosial seperti kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok.
Beberapa ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang sependapat dengan penjelasan deprivasi semata-mata. Mereka menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial sering muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi. Oleh sebab itu dirumuskanlah penjelasan yang memakai konsep deprivasi sosial relatif. James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasan masyarakat meningkat terus, namun mungkn saja terjadi kesenjangan antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yuang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh secara nyata.
Kesenjangan ini dinamakan deprivasi sosial relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif ini semakin melebar sehingga melewati batas toleransi masyarakat, misalnya karena pertumbuhan ekonomi dan sosial diikuti dengan kemacetan bahkan kemunduran mendadak maka, menurut teori Davies revolusi akan tercetus. Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan terjadinya gerakan sosial.
Menurut mereka perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun alam (resource mobilization). Tanpa adanya pergerakan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan terjadi, meskipun tingkat deprivasi tinggi. Keberhasilan suatu gerakansosial bergantung, menurut pandangan ini, padasosial manusia seperti kepemimpinan, organisasi dan keterlibatan, serta sosial sumber daya lain seperti dana dan sarana. Deprivasi yang dialami oleh masyarakat kita pada tahun 1966 tingkat inflasi tinggi yang dampaknya terasa pada harga kebutuhan pokok, ketidakmampuan terhadap klebijaksanaan politik dalam negeri kepemimpinan nasional setelah peristiwa percobaaqn kudeta  “Gerakan 30 September”.
Menurut teori ini tidak akan menghasilkan gerakansosial berupa kebangkitan “Angkatan 1966” apabiula ditunjang dengan pengerahan sumber daya kepemimpinan, organisasi dab keterlibatan mahasiswa dan pelajar, dukungan moral dan materiel kekuatan dalam TNI, dukungan berbagai kalangan masyarakat, dan peliputan oleh media massa dalam negeri dan luar negeri.

B. Perilaku Kolektif
1.    Pengertian Kolektif
Ahli sosiologi menggunakan istilah perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang yang muncul secara spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap kejadian tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa , sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita dapat membedakan antara perilaku kolektif dengan perilaku yang rutin.
Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang namun berbeda dengan perilaku menyimpang karena perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata. Bila seseorang melakukan pencurian di suatu toko, maka hal ini termasuk suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah besar orang secara bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan untuk melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku kolektif. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial (civil society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat benda, peristiwa maupun ide.
2.    Ciri-ciri perilaku kolektif
Adapun cirri-ciri  perilaku kolektif adalah sebagai berikut :
1.    Dilakukan bersama oleh sejumlah orang.
2.    Tidak bersifat rutin / hanya insidential.
3.    Dipacu oleh beberapa rangsangan masalah.
3.Faktor penentu perilaku kolektif
Perilaku kolektif bisa terjadi dimasyarakat mana saja, baik masyarakat yang sederhana maupun yang kompleks. Menurut teori Le Bon perilaku kolektif dapan ditentukan oleh 6 faktor berikut ini :
1.    Situasi social, situasi yang menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi tertentu.
2.    Ketegangan structural, adanya perbedaan atau kesenjangan disuatu wilayah akan menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan bentrok ketidakpahaman
3.    Berkembang dan menyebarnya suatu kepercayaan umum. Misalnya : berkembangnya isu-isu tentang pelecehan suatu agama atau penindasan suatu kelompok yang dapat menyinggung kelompok lain
4.    Factor yang mendahului, yakni factor-faktor penunjang kecemasan dan kecurigaan yang dikandung masyarakat. Misalnya desas-desus isu kenaikan harga BBM, yang diperkuat dengan pencabutan subsidi BBM, hal ini dapat memicu kuat sekelompok orang untuk protes.
5.    Mobilisasi perilaku oleh pemimpin untuk bertindak. Perilaku kolektif akan terwujud apabila khalayak ramai dikomando/dimobilisasikan oleh pimpinannya.
6.    Berlangsungnya suatu pengendalian social. Merupakan hal penentu yang dapat menghambat, menunda bahkan mencegah ke 5 faktor diatas, misalnya : pengendalian polisi dan aparat penegak hukum lainnya.
Dari keenam factor penentu tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menyebebkan terjadinya suatu perilaku kolektif.

4.    Bentuk dan contoh perilaku kolektif dan penyimpangan
Bentuk penyimpangan sosial tersebut dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.
Bentuk penyimpangan kolektif :
1. Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.
2. Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. COntoh : tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6, tawuran penduduk berlan dan matraman, dan sebagainya.

3. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor.


4. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan.
























BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan sosial adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbetuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi kolektif dan gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan segi kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Perilaku kolektif adalah perilaku yang (1) dilakukan bersama oleh sejumlah orang (2) bersifat spontanitas dan tidak terstruktur (3) tidak bersifat rutin, dan (4) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.

C.      Saran
   Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai pedoman penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.













DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial, diakses 16 Oktober pukul 17:00 WIB
Sunarto. Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Nagazumi. Akira , Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918, Jakarta,Grafitipers, 1989.
Kornblum. William, sosiology in a Changing World,  New York, 1988.
Keller. Light  dan  Calhoun. Craig , Sosiology,  New York, Edisi Kelima, Alfred A. Knopf, 1989.
Jary. Julia  dan Jary. David, Collins Dictionary of Sociology, Edisi Kedua, 1995.
Komsiah, Siti. S.IP, M.Si., Modul Pengantar Sosiologi, Jakarta : Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana, 2010
Razak Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar, Bandung : Gamma Press, 2007
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial diakses 16 Oktober pukul 17:30 WIB



No comments:

Post a Comment