MAKALAH
SOSIOLOGI
GERAKAN SOSIAL
dan PRILAKU KOLEKTIF
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen pengajar bapak
Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bengkulu,
Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang........................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah...................................................................................... 1
C.
Tujuan penulisan........................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
gerakan sosial........................................................................... 2
B.
Pengertian
perilaku kolektif....................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................ 10
B.
Saran ......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa
kini kita semua sering menjumpai aksi-aksi demontrasi yang dijalankan
oleh gerakan-gerakan sosial baik
dari kalangan mahasiswa maupun elemen masyarakat. Ini semua karena mereka
peduli terhadap bangsa Indonesia tercinta ini. tak bisa di pungkiri bahwasannya
gerakan-gerakan sosial sangatlah berpengaruh terhadap perjalanan perkembangan
bangsa Indonesia ini.
Pada
umumnya masyarakat berperilaku berpedoman pada aturan norma dan perilaku yang
ada dalam masyarakat. Biasanya perilaku ini sangat dominan dengan institusi
yang ada dalam lingkungan sekitar, semisal di lingkungan pasar dituntut dalam
institusi di bidang ekonomi, inilah yang sering disebut dengan konformitas.
Akan tetapi hal ini sering diselewengkan, dan inilah yang disebut dengan
penyimpangan sosial
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian gerakan sosial ?
b.
Apa Pengertian perilaku kolektif dan
penyimpangannya ?
C. Tujuan
a.
Untuk memahami pengertian dan konsep gerakan sosial.
b.
Untuk memahami perilaku kolektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gerakan sosial
(Bahasa Inggris:social
movement) adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan
sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi,
berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu
sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah
perubahan sosial.
1.Macam-Macam dan Tipe Gerakan Sosial
Karena
keragaman gerakan sosial sangat besar, maka berbagai ahli sosiologi mencoba
menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria tertentu. David Aberle, misalnya,
dengan menggunakan kriteria tipe perubahan yang dikehendaki (perubahan
perorangan dan perubahan sosial) dan besar pengaruhnya yang diingginkan ( perubahan
untuk sebagain dan perubahan menyeluruh). Membedakan empat tipe gerakan sosial,
tipologi Aberle adalah sebagai berikut:
a. Alterative Movement
Ini
merupakan gerakan yang bertujuan untuk merubah sebagian perilaku perorangan.
Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampanye untuk merubah perilaku
tertentu, seperti misalnya kampanye agar orang tidak minum-minuman keras.
Dengan semakin menyebarnya penyakit AIDS kini pun banyak dilancarkan kampanye
agar dalam melakukan perbuatan sek dengan bertanggung jawab.
b. Rodemptive Movement
Gerakan
ini lebih luas dibandingkan dengan alterative
movement, karena yang hendak dicapai ialah perubahan menyeluruh pada
perilaku perorangan. Gerakan ini kebanyakan terdapat di bidang agama. Melalui
gerakan ini , misalnya, perorangan diharap untuk bertobat dan mengubah cara
hidupnya sesuai dengan ajaran agama.
c. Reformative Movement
Gerakan
ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat namun lingkup yang
hendak diubah hanya segi-segi tertentu masyarakat, misalnya gerakan kaum
homoseks untuk memperoleh perlakuan terhadap gaya hidup mereka atau gerakan
kaum perempuan yang memperjuangkan persamaan hak dengan laki-laki.
Gerakan people power di
Filipina atau gerakan menentang pedana mentri Suchinda di Thailand pun dapat
dikategorikan dalam tipe ini karena tujuannya terbatas, yaitu pergantian
pemerintah.
d. Transformative Movement
Gerakan
ini merupakan gerakan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh. Gerakan kaum
Khamer Merah untuk menciptakan masyarakat komunis di Cambidia. Suatu proses
dalam mana seluruh penduduk kota dipindahkan ke desa dan lebih dari satu juta
orang Cambodia kehilangan nyawa mereka karena di bunuh kaum Khamer Merah,
menderita kelaparan atau sakit merupakan contoh ekstrim gerakan sosial semacam
ini. Gerakan transformasi yang dilancarkan oleh rezim komunis di Uni Soviet
pada tahun 30-an serta di Tiongkok sejak akhir 40-an untuk mengubah masyarakat
mereka menjadi masyarakat komunis pun mengakaibatkan menentang diskriminasi
oleh orang kasta-kasta bawah, menengah dan atasmu mendapat di kategotikan dalam
ini karena keberhasilan gerakan mereka akan berarti pula perombakan
mendasar pada masyarakat India.
2.
Fungsi Gerakan
Sosial
Perubahan-perubahan
besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir
sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil dari gerakan-gerakan
sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian
dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan sosial yang sudah
berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakan-gerakan sosial.
Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten” dapat dilihat
sebagai berikut:
1.
Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan
memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan
sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan.
2.
Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian dari
elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting.
Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak
pemimpin yang sekarang memimpin negaranya.
Para
pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang
jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara. Kenyataan ini
banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan
kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi dengan mereka dalam
isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah
mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka
siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga.
3.
Faktor Penyebab Gerakan Sosial
Faktor
apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial? Mengapa orang melibatkan diri
kepada perilaku kolektif yang bertujuan mempertahankan ataupun mengubah
masyarakat? Dalam ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai penjelasan, baik bersifat
psikologis maupun bersifat sosiologis. Penjelasan yang sering dikemukakan
mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial.
Menurut
penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita
deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang ekonomi
(seperti hilangnya peluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya: pangan,
sandang, papan). Para penganut penjelasan ini menunjuk pada fakta bahwa gerakan
sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang disebabkan oleh sosial seperti
kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok.
Beberapa
ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang sependapat dengan penjelasan
deprivasi semata-mata. Mereka menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial sering
muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi. Oleh
sebab itu dirumuskanlah penjelasan yang memakai konsep deprivasi sosial
relatif. James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasan masyarakat
meningkat terus, namun mungkn saja terjadi kesenjangan antara harapan
masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi kesenjangan antara pemenuhan
kebutuhan yuang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh secara nyata.
Kesenjangan
ini dinamakan deprivasi sosial relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif ini
semakin melebar sehingga melewati batas toleransi masyarakat, misalnya karena
pertumbuhan ekonomi dan sosial diikuti dengan kemacetan bahkan kemunduran
mendadak maka, menurut teori Davies revolusi akan tercetus. Sejumlah ahli
sosiologi lain berpendapat bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan
mengakibatkan terjadinya gerakan sosial.
Menurut
mereka perubahan sosial memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun
alam (resource mobilization). Tanpa
adanya pergerakan sumber daya suatu gerakan sosial tidak akan terjadi, meskipun
tingkat deprivasi tinggi. Keberhasilan suatu gerakansosial bergantung, menurut
pandangan ini, padasosial manusia seperti kepemimpinan, organisasi dan
keterlibatan, serta sosial sumber daya lain seperti dana dan sarana. Deprivasi
yang dialami oleh masyarakat kita pada tahun 1966 tingkat inflasi tinggi yang
dampaknya terasa pada harga kebutuhan pokok, ketidakmampuan terhadap
klebijaksanaan politik dalam negeri kepemimpinan nasional setelah peristiwa
percobaaqn kudeta “Gerakan 30 September”.
Menurut
teori ini tidak akan menghasilkan gerakansosial berupa kebangkitan “Angkatan
1966” apabiula ditunjang dengan pengerahan sumber daya kepemimpinan, organisasi
dab keterlibatan mahasiswa dan pelajar, dukungan moral dan materiel kekuatan
dalam TNI, dukungan berbagai kalangan masyarakat, dan peliputan oleh media
massa dalam negeri dan luar negeri.
B. Perilaku Kolektif
1. Pengertian
Kolektif
Ahli sosiologi
menggunakan istilah perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang
yang muncul secara spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap kejadian
tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa , sehingga
perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan,
tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang, yang bertujuan untuk
menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita dapat membedakan
antara perilaku kolektif dengan perilaku yang rutin.
Perilaku kolektif
merupakan perilaku menyimpang namun berbeda dengan perilaku menyimpang karena
perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan
tindakan individu semata-mata. Bila seseorang melakukan pencurian di suatu
toko, maka hal ini termasuk suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah
besar orang secara bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan
untuk melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau
Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku kolektif.
Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial (civil
society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat
benda, peristiwa maupun ide.
2.
Ciri-ciri
perilaku kolektif
Adapun cirri-ciri
perilaku kolektif adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan
bersama oleh sejumlah orang.
2. Tidak
bersifat rutin / hanya insidential.
3. Dipacu
oleh beberapa rangsangan masalah.
3.Faktor
penentu perilaku kolektif
Perilaku kolektif bisa
terjadi dimasyarakat mana saja, baik masyarakat yang sederhana maupun yang
kompleks. Menurut teori Le Bon perilaku
kolektif dapan ditentukan oleh 6 faktor berikut ini :
1.
Situasi social,
situasi yang menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi tertentu.
2.
Ketegangan
structural, adanya perbedaan atau kesenjangan disuatu wilayah akan menimbulkan
ketegangan yang dapat menimbulkan bentrok ketidakpahaman
3.
Berkembang dan
menyebarnya suatu kepercayaan umum. Misalnya : berkembangnya isu-isu tentang
pelecehan suatu agama atau penindasan suatu kelompok yang dapat menyinggung
kelompok lain
4.
Factor yang
mendahului, yakni factor-faktor penunjang kecemasan dan kecurigaan yang
dikandung masyarakat. Misalnya desas-desus isu kenaikan harga BBM, yang
diperkuat dengan pencabutan subsidi BBM, hal ini dapat memicu kuat sekelompok
orang untuk protes.
5.
Mobilisasi
perilaku oleh pemimpin untuk bertindak. Perilaku kolektif akan terwujud apabila
khalayak ramai dikomando/dimobilisasikan oleh pimpinannya.
6.
Berlangsungnya
suatu pengendalian social. Merupakan hal penentu yang dapat menghambat, menunda
bahkan mencegah ke 5 faktor diatas, misalnya : pengendalian polisi dan aparat
penegak hukum lainnya.
Dari
keenam factor penentu tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat menyebebkan
terjadinya suatu perilaku kolektif.
4.
Bentuk dan
contoh perilaku kolektif dan penyimpangan
Bentuk penyimpangan
sosial tersebut dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan
sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau
tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.
Bentuk
penyimpangan kolektif :
1.
Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang
didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang
dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah
bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama
yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar,
mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain
sebagainya.
2.
Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua
atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan
perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak
bersalah banyak menjadi korban. COntoh : tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6,
tawuran penduduk berlan dan matraman, dan sebagainya.
3. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka
melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka.
Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya
dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok,
perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor.
4. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan
kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang
berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh :
merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar
sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara
laki-laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan sosial adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis
tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbetuk organisasi,
berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu
sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah
perubahan sosial. Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi kolektif dan
gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan segi
kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Perilaku kolektif adalah perilaku yang (1) dilakukan bersama oleh
sejumlah orang (2) bersifat spontanitas dan tidak terstruktur (3) tidak
bersifat rutin, dan (4) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu.
C.
Saran
Penulis
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai pedoman
penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial,
diakses 16 Oktober pukul 17:00 WIB
Sunarto. Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Nagazumi. Akira , Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi
Utomo 1908-1918, Jakarta,Grafitipers, 1989.
Kornblum. William, sosiology in a Changing World,
New York, 1988.
Keller. Light dan Calhoun. Craig , Sosiology,
New York, Edisi Kelima, Alfred A. Knopf, 1989.
Jary. Julia dan Jary. David, Collins Dictionary of
Sociology, Edisi Kedua, 1995.
Komsiah,
Siti. S.IP, M.Si., Modul Pengantar Sosiologi, Jakarta : Pusat
Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana, 2010
Razak
Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar, Bandung : Gamma Press, 2007
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial diakses 16 Oktober pukul 17:30 WIB
No comments:
Post a Comment