1

loading...

Jumat, 20 September 2019

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK “PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


BAB I 

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontiu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaanya.
Dalam hal ini, kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan, diantaranya tahap secara moral, dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas, maka kita menguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulka.
B.     Rumusan Masalah
      1.      Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?
      2.      Apa saja faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan?
      3.      Apa saja prinsip-prinsip pertumbuhan?
      4.      Ada berapakah kebiasaan peserta didik?
C.    Tujuan penulisan
     1.      Untuk mengetahui pengertian pertumbuhan dan perkembangn
     2.      Untuk mengetahui faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan 
     3.      Untuk  mengetahui prinsip-prinsip pertumbuhan
     4.      Untuk mengetahui beberapa kebiasaan peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi secara kuantitatif yang meliputi peningkatan ukuran dan struktur. pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang, dam keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skil dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. perkembangan menyangkut adanya proses pematangan-pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.[1]
Definisi pertumbuhan dan perkembangan menurut para ahli sebagai berikut:
a.             C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau organisme sebagai suatu keseluruhan.
b.             A.E. Sinolungan mengartikan pertumbuhan menunjuk pada kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.
c.             Menurut Hurlock 1960 menyatakan perkembangan sebagai rangkaian perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. berkembang merupakan salah satu perubahan organisme kearah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur.
d.            Menurut Hasan menyatakan perkembangan berarti segala perubahan kualitatif dan kuantitatif yang menyertai pertumbuhan dan proses kematangan manusia. perkembangan merupakan proses menyeluruh ketika idividu beradaptasi dengan lingkungannya. perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia dengan tahapan-tahapan tertentu. perkembangan manusia dimulai sejak masa bayi sampai usia lanjut.
B.     Faktor-faktor yang mendasari pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan peserta didik terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut. (Ngalim Purwanto, 1999: 55).
a.       Pembawaan
Pembawaan di tentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang di bawa sejak lahir.
b.      Kematangan
Tiap orang dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
c.       Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelejensi.
d.      Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
e.       Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi spiritual. Dimensi-dimensi perkembangan anak meliputi fisik, sosial, emosi, kognitif, dan spiritual berhubungan erat satu sama lain. Perubahan dalam satu dimensi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat membatasi atau memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya (Sroufe, Cooper, & DeHart 1992; Kostelnik, Soderman, & Whiren 1993 dalam Irwan Nuryana K, 2008).
Dari banyak refrensi disepakati bahwa faktor-faktor yang  mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia dapat dirangkum seperti berikut ini :
1.      Jenis Kelamin
2.      Penghasilan
3.      Polusi
4.      Etnis dan Agama
5.      Diet
6.      Warisan Genetic
7.      Kondisi Perumahan
8.      Pengalaman Hidup (Kelahiran. Perkawinan, Kematian, Dan Perceraian)
9.      Harta Atau Barang-Barang Yang Dimiliki
10.  Ketenagakerjaan Atau Pengangguran
11.  Hubungan Keluarga
12.  Jumlah Dan Jenis Aktivitas Fisik
13.  Pengalaman Pendidikan
14.  Akses Kepelayanan Kesehatan Dan Kesejahteraan
15.  Pengalaman Sakit Dan penyakit [2]
C.    Prinsip-Prinsip
Penelitian Sutterly dan Donnely mengenai proses pertumbuhan menghasilkan sepuluh prinsip dasar pertumbuhan. Beberapa prinsip di antaranya ada yang menunjukkan kesamaan dengan yang di atas. (hukum rekapitulasi)
1.      Pertumbuhan adalah Kompleks dan Semua Aspek-aspeknya Berhubungan Sangat Erat
Perubahan semua dimensi pertumbuhan memilliki hubungan yang dinamis. Untuk dapat mengonseptualisasikan perkembangan manusia secara seksama, kita harus menyadari lingkup yang luas dari berbagai proses dan transformasi yang dapat terjadi secara simultan pada seorang individu. Sebagai contoh kompleksnya pertumbuhan ialah anak yang gagal untuk tumbuh karena kurangnya curahan kasih sayang dari ibunya. Hal ini menjelaskan bahwa faktor emosional merupakan bagian yang integral dari proses pertumbuhan.
2.      Pertumbuhan Mencakup Hal-hal Kuantitatif dan Kualitatif
a.       Perubahan-perubahan terjadi secara berangsur dan ada yang melalui penggantian sehingga memungkinkan tubuh kita untuk tetap bertahan. Pertumbuhan yang terjadi secara berangsur-angsur mengimbangi bagian-bagian yang hilang agar dapat tetap berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya, anak tumbuh secara berangsur baik tinggi maupun berat badannya, ia bertahan tumbuh walaupun ada bagian-bagian yang terbuang dan hilang dalam bentuk urine, kotoran, keringat pada kulit, oksidasi pada paru-paru, dan penggantian sel-sel yang rusak. Kejadian-kejadian itu menggambarkan fakta bahwa organisme adalah suatu konfigurasi yang harus terus-menerus berubah agar dapat terus bertahan. Pengetahuan tersebut merupakan landasan untuk memahami pertumbuhan yang normal dan tidak normal, termasuk kanker, mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami melalui penelitian mutakhir sekalipun.
b.      Pertumbuhan terus terjadi melalui perkembangan dan integrasi sel dan jaringan yang berbeda, dengan kapasitas fungsional khusus untuk aktivitas internal dan tidak Nampak
c.       Kematangan adalah proses pertumbuhan yang mengubah organisme dalam arti mengganti dan menolak apa yang telah dipelajari dan diperoleh sebelumnya untuk dapat menggantikannya atau menyesuaikan-1.28 Perkembangan Peserta Didik nya dengan fungsi atau proses yang baru yang lebih sesuai dengan ukuran, bentuk, dan fungsi yang sedang tumbuh dan kapasitas-kapasitas lainnya yang sedang berkembang. Istilah pertumbuhan dimaksudkan bukan hanya menunjukkan berangsurnya pertumbuhan tinggi dan besarnya fisik. Pertumbuhan ini mencakup juga diferensiasi struktur dan perubahan bentuk dan fungsi secara berkesinambungan. Hal ini akan jelas dengan adanya urutan dalam proses pertumbuhan.
3.      Pertumbuhan adalah Proses yang Berkesinambungan dan Terjadi Secara Teratur
Semua dimensi pertumbuhan terjadi secara teratur dan dalam urutan yang dapat diramalkan. Walaupun prosesnya terjadi secara reguler dan teratur hasilnya tidak seragam. Fase-fase perkembangan manusia terjadi penggandaan sel-sel (yang disebut incremental growth) dan berlanjut dengan adanya perbedaan-perbedaan. Kekhususan menjadi sangat perlu demi ketahanan sel-sel yang tumbuh secara cepat. Pertumbuhan berlanjut dalam dan melalui sel-sel yang berbeda-beda serta membangkitkan jaringan dari sistem organ.
Karena pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan dan teratur, kita dapat mengenal pola pertumbuhan bagi kebanyakan anak. Setiap anak (kecuali yang mengalami kelainan) bergerak melalui tahap-tahap yang sama dengan karakteristik yang manusiawi. Tahap-tahap ini dihubungkan dengan aspek-aspek pertumbuhan seperti pengukuran fisik, perkembangan organ-organ, dan kematangan fungsi perilaku. Keteraturan pola perkembangan dari konsepnya jelas. Kematangan struktur dan badan dari berbagai urutan akan berfungsi dengan karakteristik tertentu yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Karena itu pola perilaku yang dihasilkan akan muncul dalam urutan yang teratur, misalnya dalam perkembangan bahasa dan perilaku sosial. Urutan normatif perkembangan motorik berlangsung sesuai dengan struktur perkembangan fisik melalui rangkaian perubahan-perubahan yang terjadi pada kematangan otot-otot, saraf, dan organ-organ. Dengan perkembangan yang simultan (serempak) pada postur dan gerakan anak yang pada awalnya belum dapat mengendalikan mata, tangan, dan jari-jarinya. Whipple (1966) mengatakan bahwa perkembangan pada mata-tangan-mulut merupakan koordinasi dalam melihat, meraba, menjangkau, dan menjajaki objek-objek. Pandangan yang hampa dan belum terarah pada bayi yang baru lahir, menunjukkan bahwa otot-otot mata tidak terkoordinasi pada waktu lahir. Koordinasi ini bertambah baik, dan pada usia tertentu bayi sudah dapat melihat objek-objek yang dekat. Usia tiga bulan dia melihat dan mengikuti objek-objek bergerak pada 180 derajat dan keadaan-keadaan sekelilingnya. Usia empat bulan pandangannya sudah jelas dan mulai melihat berbagai objek yang berbeda, terutama yang besar dan warna yang mencolok. Badannya mulai bereaksi dan tangannya secara "global" menuju objek, walaupun belum tentu berhasil menggapainya. Pada usia lima bulan bayi mulai mencoba memfungsikan tangannya dengan batas gerak sampai sikut dan mulai "membawa" objek ke mulutnya. Sungguh menarik untuk diperhatikan perilakunya yang selalu memperhatikan tangannya sendiri. Tangan yang satu memegang tangan yang lain, seolah-olah sebagai objek yang asing. Pada usia tujuh bulan kedua tangannya sudah lebih difungsikan, dengan berlatih memegang dan melepaskan pegangan.
Urutan-urutan normatif seperti itu terjadi pula pada perkembangan-perkembangan kognitif, sosial, dan psiko sosial. Karena perkembangan itu berkesinambungan, dari tahap yang satu akan beralih dengan berpengaruh pada tahap berikutnya.
4.      Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Terdapat Keteraturan Arah
Pada awal pertumbuhan bayi pada manusia, seperti juga spesies binatang, tumbuhlah bagian kepala yang kompleks dan besar sedangkan pada masa pertumbuhan bayi yang pesat terdapat pada bagian badan. Pada masa kanak-kanak pertumbuhan yang pesat terdapat pada bagian kaki.
Penguasaan bayi mengenal mata dan kepalanya diperoleh pada tiga bulan pertama sejak kelahirannya, tiga bulan kedua penguasaan pada bagian atas dan tangan, tiga bulan ketiga pada bagian-bagian bawah. Gerakan-gerakan kaki pada tiga bulan keempat. Pada urutannya itu dapat dilihat gerakan motorik dari kepala sampai ke kaki.
Perkembangan lain terjadi pada simetri kiri dan kanan yang disebut perkembangan bilateral. Tanner (1965) menyatakan bahwa manusia terdapat asimetri dalam simetri. Maksudnya, secara eksternal bagian kiri (badan) manusia hampir menjadi cerminan bagian kanan; bagaimanapun secara internal organ-organ tubuh seperti jantung, usus, dan hati adalah asimetri. Sepintas lalu otak seolah-olah simetri. Sisi kiri otak mempunyai tanggung jawab langsung untuk sisi kanan badan dan sebaliknya. Hasil dari kajian yang dilakukan diketahui bahwa daerah bicara pada otak sebelah kiri lebih besar dari yang kanan. Orang yang dominan tangan kanannya (tidak kidal) 1.30 Perkembangan Peserta Didik mungkin menjadi norma pada manusia, karena daerah bicara berada pada sisi kiri otak. Fakta menunjukkan bahwa kedua sisi otak tidak simetri, baik ukuran maupun fungsinya. Penelitian yang berkelanjutan mungkin menemukan bahwa apa yang nampaknya simetri pada perkembangan fisik tidak perlu simetris pada fungsinya.
5.      Tempo Pertumbuhan Tidak Sama
Dari uraian terdahulu diketahui bahwa terdapat urutan yang tertentu dan teratur pada proses pertumbuhan. Pada setiap anak terdapat variasi umur dalam mencapai jenjang-jenjang pertumbuhan karena kecepatan menjalani kehidupan antara seorang dan lainnya berbeda, walaupun setiap orang melalui jalan yang sama. Anak yang telah berkembang secara berkelanjutan sejak masa konsepsi, mengalami interupsi pada masa kelahiran dan kehilangan berat badan, secara berangsur bertambah ukuran/besar dan beratnya. Pemberian makan yang tidak memadai dan tidak semestinya akan memperlambat pertumbuhan serta mungkin akan mengalami kesulitan asimilasi dan mencerna bahan makanan.
Pertambahan berat badan yang terjadi secara teratur merupakan salah satu indikasi terjadinya perkembangan yang normal tetapi itu bukan satu-satunya ciri. Kita tidak dapat menentukan tempo pertumbuhan anak hanya dengan melihat berat dan besarnya badan. Ukuran dan kriteria yang baik tentang pertumbuhan adalah sistem rangka tubuh. Rangka tubuh tumbuh mengikuti rencana perkembangan secara genetik yang terkontrol dan digunakan sebagai indeks kecepatan pertumbuhan organisme. Dengan menggunakan X-ray, osifikasi pada 29 tulang pergelangan dan tangan diketahui variasi yang terdapat pada anak-anak yang sama usianya. Urutan osifikasi ini teratur dan terjadi melalui tahap-tahap yang dapat diramalkan bila anak berada dalam keadaan sehat. Menentukan umur rangka dan umur tulang merupakan hal yang sangat berguna untuk mengukur kecepatan pertumbuhan dan kematangan fisiologis.
Dalam menggunakan setiap ukuran tentang pertumbuhan akan terdapat variasi pada anak-anak yang seusia. Setiap anak secara individual mempunyai pola pertumbuhan sendiri-sendiri. Meskipun pertumbuhan sama dengan anak lain waktu terjadinya pertumbuhan akan sangat individual. Adalah lebih penting untuk diketahui bahwa anak mempunyai hubungan yang konsisten dalam tinggi dan beratnya dengan anak lain daripada hanya mengetahui bahwa dia itu tinggi atau pendek.
6.      Aspek-aspek yang Berada dari Pertumbuhan Berkembang pada Waktu dan Kecepatan yang Berbeda [3]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai bagian tubuh tumbuh pada waktu dan kecepatan yang berbeda serta mencapai titik maksimal pertumbuhan yang berbeda dari seluruh siklus kehidupan.
Dibandingkan dengan ukuran bagian badan lainnya, kepala bayi yang baru lahir lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kepala lebih pesat pada masa sebelum lahir (pranatal). Selama tahun pertama pada saat pertumbuhan tulang belakang mendominasi, anak menjadi nampak bulat dan gemuk. Pada saat anak mulai belajar berjalan kepala dan badannya masih berat dan menyebabkan anak kelihatan pendek. Setelah tahun pertama kakinya tumbuh lebih cepat dari pada bagian tubuh yang lain, sebagian lemak menghilang. Penampilan anak prasekolah nampak kecil.
Makin lambat masa puber, makin lama pula waktunya untuk mencapai pertumbuhan kaki yang pesat karena anak itu yang cepat matang lebih pendek kakinya daripada yang lambat matang. Anak laki-laki, yang matang lebih lambat dari anak perempuan, mempunyai dua sampai dua setengah tahun lebih lama sampai mencapai kepesatan pertumbuhan kaki.
Adalah hal yang tidak baik dan tidak menguntungkan baik bagi laki-laki maupun anak perempuan untuk memupuk persaingan antara kedua jenis kelamin di sekolah karena anak perempuan berkembang dua tahun lebih awal. Pada waktunya, anak laki-laki akan menyusul ketinggalannya dan menjadi kuat.
Otot-otot tidak menjadi hilang kekuatannya dengan bertambahnya umur, tapi akan berkurang bila tidak digunakan. Kekuatan maksimum akan tercapai pada masa dewasa awal dan hanya akan dapat dipertahankan dengan menggunakan atau memanfaatkannya. Beberapa ahli berpendapat bahwa untuk menghitung proses penuaan yang normal diperlukan studi-studi deskriptif yang lengkap. Suatu kajian tentang mekanisme penuaan dapat dimulai. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir mulai menantang konsep-konsep penuaan. Trend terakhir dari penelitian mengenai aspek-aspek fisiologis penuaan menunjukkan perubahan metode dan desain dari pada yang digunakan terdahulu. Hal ini dapat mengubah dasar bimbingan dan perawatan. Penelitian yang dilakukan Shock menunjukkan bahwa penelitian terdahulu tentang perbedaan usia biasanya dilaksanakan terhadap subjek yang berusia tua di lembaga tempat mereka dirawat, kemudian dibandingkan dengan temuan-temuan dari kelompok-kelompok 1.32 Perkembangan Peserta Didik siswa pendidikan kesehatan, perbedaannya didasarkan atas usia. Penelitian saat ini mempertanyakan seberapa besar perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai variabel seperti prestasi belajar, pengalaman hidup, tingkat pendapatan, dan penyakit yang diderita.
7.      Kecepatan dan Pola Pertumbuhan Dapat Dimodifikasi oleh Faktor-Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik
Faktor yang paling jelas mempengaruhi pertumbuhan adalah nutrisi. Selain mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, nutrisi ini mempengaruhi pencapaian kedewasaan. Anak yang makannya tidak bergizi dapat dirangsang untuk mempercepat pertumbuhannya dengan memperbaiki gizinya. Dalam keadaan kelaparan, pertumbuhan dapat terhambat dan masa puber akan tertunda, tetapi bila kelaparan itu berakhir dengan memakan makanan yang semestinya, pertumbuhan akan berlangsung semestinya pula. Dapat tidaknya seseorang mencapai kurva pertumbuhan normal bergantung pada jangka waktu dan keparahan malnutrisi yang dialaminya. Pertumbuhan dipengaruhi pula oleh kesehatan fisik dan lingkungan.
Pertumbuhan, kesehatan, dan kemampuan mental dapat pula dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh nutrisi awal. Di daerah-daerah terbelakang dan serba kekurangan pertumbuhan bukan hanya lambat pada masa anak dan remaja tetapi angka kematian anak dapat tinggi pula. Dari hasil penelitian dapat dibuktikan pula bahwa faktor emosional mempengaruhi pertumbuhan. Bayi dan anak kecil yang kurang mendapat kasih sayang ibunya akan sulit merespon atau bertambah berat badannya.  
D.      Beberapa Kebiasaan
     Peserta didik atau anak-anak pada umumnya memiliki kebiasaan tertentu Kebiasaan itu biasanya nerupakan fenomena kembar. Ada kebiasaan baik dan ada pula kebiasaan buruk. Ada kebinsaan baik. tetapi sesekali mengesan kan kejengkelan Ada pula kebiasaan buruk yang dapat diubah melalui pembelajaran. Beberapa kebiasaan dimaksud disajikan berikut ini  : [4]
1.      Kebiasaan tidur (sleeping habits), Ada anak atau peserta didik yang tidurnya sangat lelap. Ada juga yang gelisah, mimpi buruk, atau bersungut-sungut ketika bangun bagi. Anak-anak atau peserta didik yang bisa tidur nyenyak, biasanya cería dan bersemangat ketika bangun. juga benar-benar siap ketika mau berangkat ke dan belajar di sekolah Mereka akan menghadapi pengalaman hidup yang memuaskan. Ada juga anak yang insomnia alias susah tidur. Kalau ini berlangsung temporal, misalnya, dua sampai tiga minggu, bukan tidak mungkin mereka sedang mencoba mengatasi stres yang berlebihan atau tengah mencoba modifikasi gaya hidup.
2.      Kebiasaan makan (eating habits). Ada anak yang doyan makan, ada
pula yang sulit. Ada yang makannya sangat banyak dan ada pula yang
sangat sedikit. Anak-anak yang terlalu banyak makan akan menghadani resiko kegemukan, sebaliknya anak yang sangat sedikit makan, bukan tidak mungkin kekurangan gizi, sakit-sakitan, dan berat badan di bawah standar. Anak-anak yang terlalu gemuk pun rentan dengan penyakit, banyak tidur, dan bukan tidak mungkin menjadi malas belajar dan lamban dalam bergerak.
3.      Kebiasaan ke toilet (toilet habits). Adakalanya anak bermsalah dengan
usus atau kandung kemihnya. Adakalanya mereka tidak teratur dalam
pola makan dan minumnya, sehingga terpaksa keluar masuk toilet
sekolah, ketika seharusnya belajar secara sungguh-sungguh. Tetapi,
bukan tidak mungkin juga anak menyalahgunakan toilet untuk mem-
buka catatan dalam rangka menjawab soal-soal ujian, bukan?
4.      Rentang emosi (range of emotions). Secara emosional anak-anak sangat beragam. Ada yang menunjukkan kemarahan, frustrasi, kesedihan, kegelisahan, uring-uringan, dan sebagainya. Sebaliknya, ada juga yang menunjukkan antusiasme, semangat, cinta kasih, dan sebagainya. Ada juga yang menunjukkan rentang emosi secara silih berganti, dari yang cenderung negatif ke potitif atau sebaliknya. Seorang anak yang emosinya tidak bervariasi, misalnya, nyaris selalu marah atau murung biasanya berada dalam kesulitan. Sebaliknya, kalau antusiasmenya. Perkembangan Peserta Didik terlalu tinggi bukan tidak mungkin tampilannya mengesankan teriau agresif, tidak sabar, dan sulit dikendalikan kehendaknya.
5.      Persahabatan (riendship), Seorang anak yang menjalani kondisi "serba enak" atau tidak pernah mengalami masalah dalam perkembangannya seringkali tidak cukup kompetitif secara sosial. Tentu saja, anak yang selalu bermasalah lebih sulit menjalin persahabatan. Seorang anak yang takut pada teman sebaya atau mengklaim superioritas atas teman temanya, atau meragukan kemampuannya pun sering bermasalah dalam persahabatan.
6.      Variasi dalam bermain (variations in play). Ada anak yang bermainmya berlebihan, ada pula yang kurang waktu atau kesempatan bermain. Anak-anak yang terlalu asyik bermain, mungkin akan mengabaikan pelajaran. Sebaliknya, anak-anak yang tidak ada variasi mainan, bukan tidak mungkin menderita kejenuhan. Anak-anak yang marmpu meng kombinasikan belajar dan bermain dalam kadar yang cukup. Biasanya hidupnya lebih damai.
7.      Respon atas otoritas (response to authority). Ada anak yang menerim baik otoritas orang dewasa atau gurunya, ada pula yang memberontak Anak-anak yang mandiri, biasanya kurang menerima kekuatan otoritas Sebaliknya, anak-anak yang menjadi pengikut yang baik, biasanya sangat tergantung pada pihak yang memiliki otoritas atau lebih kuasa. Anak-anak yang tidak menerima otoritas sesekali melakukan perlawanan, mementingkan diri sendiri. protes, dan menunjukkan keberatan. Jika orang dewasa atau guru mampu memberikan pemahaman yangcukup biasanya muncul proses sosialisasi yang sehat. Keberterimaan mereka atas kehadiran orang dewasa biasanya akan menghilangkan kecemasan yang berlebihan
8.      Rasa ingin tahu (curiosity). Seringkali peserta didik tertentu kadang- kadang menunjukkan rasa ingin tahu. petualangan, dan bahkan cenderung merusak. Seorang peserta didik yang tidak pernah merasa puas akan apa yang telah diketahuinya sekarang, selalu mengembangkan rasa ingin tahu. Sebagian dari rasa ingin tahunya itu dipenuhinya dengan caranya sendiri, sebagian lagi ingin diperolehnya dengan cara bertanya kepada guru atau orang dewasa. Peserta didik semacam ini sering juga tekun namun baik, pembelajar yang sangat "menjengkelkan" ketika guru atau orang dewasa selalu dijejali dengan pertanyaan yang aneh-aneh yang kadangkala sulit dijawab. Terlepas dari semua itu, rasa ingin tahu merupakan awal dari akuisisi penge- tahuan. Sebaliknya, peserta didik yang sangat rendah rasa ingin Hakikat Pertumbuhan dan Perkembanganahunya, biasanya statis, kurang pergaulan, dan memiliki pengetahuan yang terbatas.
9.      Minat (interest). Adakalanya anak atau pescrta didik tersebut terlibat, menyerap, dan tertarik pada sesuatu di luar dirinya-sendiri? Penekanan di sini adalah pada keterlibatan berkelanjutan dalam "kegialan daripada di passivities" seperti menonton televisi. Seorang anak prasekolah yang tidak bisa menjadi "tenggelam" dalam suatu kegiatan atau yang jarang tinggal bersama sebuah "proyek" sampai selesai mungkin membutuhkan bantuan.
10.  Afeksi spontan (spontaneous affection). Sebagian anak bisa meng- eksperesikan afeksi atau kecintaan antarsesama secara spontan dan bertanggungjawab, namun sebagian lagi cenderung tidak peduli dengan sesama. bahkan mengesankan antisosial. Kriteria ini merujuk pada deklarasi cinta spontan, meski tidak selalu bisa ditemukan kondisi seperti itu. Memang demonstrasi kasih sayang itu bervariasi di antara keluarga dan budaya dan harus diperhitungkan pada kriteria ini. Namun demikian, dalam budaya tertentu cara yang tepat bagi seorang anak agar berkembang pesat dalam mengungkapkan kasih sayang ditentukan oleh cara kepengasuhan dan kesenangan vang mendalam. Tentu saja ekspresi kasih sayang atau afeksi yang berlebihan sangat mungkin menjadi Sinyal keraguan, karena bukan tidak mungkin bersifat kebablasan atau proteksi yang keterlaluan.
11.  Kenikmatan hidup (enjoyment of the good things of life). Sebagian besar anak atau peserta didik menikmati "hal-hal yang baik dalam hidup ini", sebagian lagi kurang merasakannya. Banyak anak atau peserta didik berpeluang untuk bermain dengan orang lain atau temannya, piknik. pesta, festival, dan mengunjungi tempat-tempat baru, serta menjelajahi permainan baru yang merupakan bagian dari kehidupan yang baik. Sebagian lagi justru tidak mempunyai peluang untuk itu. Jika seorang anak memiliki masalah seperti rasa malu, takut anjing, atau tidak menyukai makanan, tentu saja masalahnya tidak begitu parah jika kemudian mereka mampu mengatasi masalah itu. Orang tua dan guru harus mampu mewujudkan kenikmatan hidup bagi anak atau peserta didik, tentu dalam batas-batas yang tidak berlebihan dalam takaran kultur dan nilai-nilai edukasi.
Guru dan orang tua mengambil peran penting dalam pembinaan dan pengembangan kebiasaan itu. Keberhasilan mewujudkannya berarti mendorong kesejahteraan anak atau peserta didik dalam takaran dan pengendalian yang wajar. Inisiatif untuk itu harus dilakukan dengan pertimbangan kondisi. 
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
    Dengan demikian, perkembangan tidak hanya dilihat dari aspek fisiknya saja melainkan dilihat dan dipahami juga aspek psikisnya karena pada hakekatnya perkembangan anak berjalan seiring dengan perkembangn aspek fisik dan psikis sehingga para orang tua dan tenaga pendidik dapat memahami karakteristik anak-anak serta dapat memaksimalkan potensi anak-anak sejak dini.
B.  Saran
     Penulis menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat di pertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengaharapkana kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
  
DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2013 Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta
Sumantri. Mulyani dan nana syaodi. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
Sunarto dan Agung Hartono.2008.Perkembangan Peserta Didik . Jakarta : Rineka cipta
Fauziah. RSP dan RK Rusli. Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928.Vol 4. Nomor 2, Oktober 2013. Diakses Pada Tanggal 17 September 2019


[1] Sunarto dan Agung Hartono.2008.Perkembangan Peserta Didik . Jakarta : Rineka cipta
[2] Fauziah. RSP dan RK Rusli. Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928.Vol 4. Nomor 2, Oktober 2013. Diakses Pada Tanggal 17 September 2019
[3] Sumantri. Mulyani dan nana syaodi. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Terbuka
[4] Danim, Sudarwan. 2013 Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN IPA “PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH”


MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN IPA
“PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH”



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
       Pemecahan masalah berawal dari kita dihadapkan pada suatu situasi yang menunjukkan adanya kesukaran untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan . kebanyakan situasi yang kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari pada dasarnya menpunyai situasi pemecahan masalah. Meskipun banyak orang senantiasa berusaha dan berharap dapat menyelesaiakan masalah yang dihadapinya, namun kenyataanya tidak demikian. Kadang – kadang orang berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapinya, kadang – kadang tidak berhasil.
       Pemecahan masalah merupakan kurikulum dari matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika yang penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, menggeneralisasikan, komunikasi matematika, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik.
       Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif.                  
B.  Rumusan Masalah  
1.         Apa yang dimaksud dengan pendekatan pemecahan masalah? 
2.         Apa yang dimaksud dengan pendekatan pemecahan masalah menurut para ahli? 
3.         Bagimana langkah – langkah pendekatan pemecahan masalah ? 
4.          Apa saja keunggulan pemecahan masalah ? 
5.          Apa saja kelemahan pemecahan masalah ? 
6.         Apa saja ciri – ciri pendekatan pemecahan masalah? 
7.         Apa saja strategi untuk memecahkan masalah ?
C.  Tujuan 
1.             Mengetahui Apa yang dimaksud dengan pendekatan pemecahan masalah. 
2.             Mengetahui pengertian pendekatan pemecahan masalah menurut para ahli. 
3.             Mengetahui langkah – langkah pendekatan pemecahan masalah. 
4.             Mengetahui keunggulan pemecahan masalah. 
5.             Mengetahui kelemahan pemecahan masalah. 
6.             Mengetahui ciri – ciri pendekatan pemecahan masalah 
7.             Mengetahui strategi untuk memecahkan masalah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pendekatan Pemecahan Masalah
     Pendekatan adalah cara umum dalam melihat dan bersikap dalam suatu masalah. Pemecahan masalah adalah proses, cara, perbuatan, memecah atau memecahkan. Masalah dapat diartikan setiap hal yang menggundang keragu-raguan, ketidak pastian atau kesulitan yang harus di atasi dan diselesaikan, yang biasanya masalah terjadi dilapangan. Dengan demikian pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan yang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatikan prosedur pemecahan yang sistematis.
     Menurut beberapa  ahli tentang pengertian pendekatan pemecahan masalah adalah:
1.      Watts, M (1991) pembelajaran pemecahan masalah adalah jika seseorang menemui masalah dan orang itu memiliki suatu obsesi/ kehendak/ keinginan yang sulit diperoleh secara lansung.
2.      Jackson (1983) merumuskan masalah sebagai gabungan antara obsesi dan hambatan.
3.      Gagne (1970) memberikan batasan sebagai berikut:”pemecahan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses dimana pembelajar menemukan perpaduan rumus/ aturan/ konsep yang sudah di pelajari sebelumnya dan selanjutnya menerapkan untuk memperoleh cara pemecahan ada situasi keadaan baru, cara demikian juga merupakan proses belajar yang baru.
B.       Langkah-langkah Pemecahan Masalah
     Secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya sebagai berikut :
      1.      Memahami masalah
            Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan apa yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami masalah ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, antara lain:
a)      Apakah yang diketahui dari soal?
b)      Apakah yang ditanyakan soal?
c)      Apakah saja informasi yang diperlukan?
d)     Bagaimana akan menyelesaikan soal?
          Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas, diharapkan siswa dapat lebih mudah mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan soal. Dalam hal ini, strategi mengidentifikasi informasi yang diinginkan, diberikan, dan diperlukan akan sangat membantu siswa melaksanakan tahap ini.
     2.      Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
            Pemecahan masalah tidak akan berhasil tanpa perencanaan yang baik. Dalam perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. Dalam mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. 
      3.      Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
            Jika siswa telah memahami permasalahan dengan baik dan sudah menentukan strategi pemecahannya, langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan yang telah direncanakan. Kemampuan siswa memahami substansi materi dan keterampilan siswa melakukan perhitungan-perhitungan matematika akan sangat membantu siswa untuk melaksanakan tahap ini.
     4.      Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
            Langkah memeriksa ulang jawaban yang diperoleh merupakan langkah terakhir dari pendekatan pemecahan masalah matematika (Hudojo, 2001). Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya.  Ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan langkah ini, yaitu:
·         Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan
·         Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
·         Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah
·         Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi.
Selain itu, John Dewey  juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan gambaran pemecahan masalah, yaitu:
1.    Merumuskan masalah dengan jelas
2.    Menelaah permasalahan
3.    Merumuskan permasalahan secara jelas
4.    Memnghipun, mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
5.    Pembuktian hipotesis
6.    Menentukan pilihan pemecahan/keputusan
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang di kemukakan oleh David Johnson dan Frank Johnson adalah sebagai berikut :
1)        Definisi Masalah
2)        Diagnosis Masalah
3)        Merumuskan Alternatif Strategi
4)        Penentuan dan Penerapan susatu Strategi
5)        Evaluasi Keberhasilan Strategi

C.      Keunggulan Pendekatan Pemecahan Masalah :
·         Siswa memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimilikinya.
·         Dapat memperkaya, memperdalam, dan memperluas kemampuan siswa.
·          Siswa lebih kreatif, aktif, berpikir logis dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah.
·          Dapat menimbulkan kegairahan belajar siswa.
·         Memberi kesempatan pada siswa maju terus dalam belajar (progress continus).
·          Memperkuat konsep diri pada siswa dengan latihan percaya diri.
·         Pendekatan ini kegiatan pembelajarannya lebih berpusat pada siswa

D.       Kelemahan Pendekatan Pemecahan Masalah :
·           Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru secara apa adanya.
·           Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya sebagai pemberi atau penyaji informasi.  
·           Dituntut siswa harus aktif dan harus berkompeten. Memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi. 
·           Keberhasilan sulit dicapai bila diikuti oleh siswa dengan jumlah siswa cukup banyak karena berbeda dengan kemampuan berfikir.

E.       Ciri-ciri Pendekatan Pemecahan Masalah
1)      Di awali dengan masalah yang tidak rutin
2)      Mempunyai penyelesaian yang berbeda
3)      Untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan seseorang harus memiliki banyak pengalaman.
Pemecahan masalah juga dapat mendorong untuk dapat melakukan evaluasi, cara memilih pembelajaran dengan pendekatan masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan
2)   Memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata dalam kehidupan
3)   Mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras.

F.       Strategi Memecahkan Masalah
Beberapa strategi pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan yaitu:
     1.      Strategi Act It Out 
Strategi ini menuntut kita melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian aksi fisik atau manipulasi objek.
    2.      Membuat gambar dan diagram 
Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Pada saat guru mencoba mengajar strategi ini, penekanan perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak perlu sempurna, terlalu bagus atau terlalu detail.
    3.      Menemukan Pola 
Hal ini dapat dilakukan dengan sekumpulan gambar atau bilangan kegiatan ini mungkin dilakukan antara laian dengan mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau bilangan yang tersedia.
    4.      Membuat tabel 
Strategi ini membantu mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas informasi yang hilang. Dengan kata lain, strategi ini sangat membantu dalam mengklasifikasi dan menyusun informasi atau data dalam jumlah besar. 
5.      Menghitung Semua Kemungkinan secara Sistematis
Strategi ini sering digunakan bersamaan dengan strategi “mencari pola” dan  “membuat tabel”, karena kadangkala tidak mungkin bagi kita untuk mengidentifikasi seluruh kemungkinan himpunan penyelesaian. Dalam kondisi  demikian, kita dapat menyederhanakan pekerjaan kita dengan mengkategorikan semua kemungkinan tersebut ke dalam beberapa bagian. Namun, jika  memungkinkan kadang-kadang kita juga perlu mengecek atau menghitung semua kemungkinan jawaban tersebut.
    6.      Menebak dan Menguji 
Strategi Menebak yang “terdidik” ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Hasil tebakan tentu saja harus diuji kebenarannya serta diikuti oleh sejumlah alasan yang logis.
    7.      Strategi kerja mundur 
Strategi ini cocok untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi (hasil) akhir dan menanyakan sesuatu yang terjadi sebelumnya.
     8.      Mengidentifikasi Informasi yang Diinginkan, Diberikan dan Diperlukan 
Strategi ini membantu kita menyortir informasi dan memberi mereka pengalaman dalam merumuskan pertanyaan. Dalam hal ini kita perlu menentukan pemasalahan yang akan dijawab, menyortir informasi-informasi penting untuk menjawabnya, dan memilih langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal.
     9.      Menulis Kalimat terbuka 
Strategi ini membantu kita melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari. Untuk menyederhanakan permasalahan, kita dapat menggunakan variabel sebagai pengganti kalimat dalam soal.
    10.  Menyelesaikan Masalah yang Lebih Sederhana atau Serupa
Strategi ini membantu kita untuk menyelesaikan suatu masalah yang rumit yang dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah yang serupa tetapi lebih sederhana.
    11.  Mengubah sudut pandang 
Strategi ini seringkali digunakan setelah kita gagal untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan strategi lainnya. Walau kita mencoba menyelesaikan masalah, sebenarnya kita mulai dengan suatu sudut pandang tertentu atau mencoba  menggunakan asumsi tertentu. Setelah kita mencoba menggunakan suatu strategi tetapi gagal, kecendrungannya adalah kembali memperhatikan soal dengan menggunakan sudut pandang yang sama, jika masih tetap gagal, cobalah mengubah sudut pandang dengan memperbaiki asumsi atau memeriksa logika berfikir yang digunakan sebelumnya.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
       Pendekatan pemecahan masalah adalah pendekatan tang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual menjadi suatu keadaan, seperti yang kita kehendaki dengan memperhatika prosedur pemecaha yang sistematis. Seperti yang dikemukakan oleh Polya, prosedur pemecahan masalah ada empat langkah yaitu Memahami masalah, Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua, Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.
       Dengan mengembangkan pembelajaran pemecahan masalah, peserta didik dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah. Kekurangan pada pendekatan pemecahan masalah ini adalah membutuhkan waktu lama, tidak semua masalah yang dapat diselesaikan dengan metode ini, guru sulitmencari masalah yang tidak rutin.

B.  Saran
       Dengan adanya makalah ini tentang pemecahan masalah matematika, penulis mengharapkan pembaca untuk dapat menggunakan dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari, khusus pembelajaran matematika.Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sbab itu, kami mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung, 2003, Jica)h.100
Hudojo, Herman.2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang
Suherman.erman. Dkk. 2003.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.