MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR & ILMU BUDAYA DASAR (ISD & IBD)
“KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui
pemahaman, penghayatan, dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu
karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara
naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara
aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Siapakah di antara kita yang tidak menyukai-keindahan atau nilainilai
estetika? Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menghadirkan
keindahan dalam hidupnya.
.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah Yang Dimaksud Dengan Keindahan itu ?
2.
Apa Saja Contoh Karya
Seni/Keindahan ?
C. Tujuan Masalah
1. Agar
Dapat Memahami Yang Dimaksud Dengan Keindahan.
2. Agar
Dapat Mengetahui Apa Saja Contoh Karya Seni/Keindahan.
BAB II
KONSEPSI DALAM KUSUSASTRAAN,
SENI RUPA, DAN SENI MUSIK
A. Pengertian Keindahan
Siapakah di antara kita
yang tidak menyukai-keindahan atau nilai-nilai estetika ? Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk menghadirkan keindahan dalam hidupnya.
Itu dapat kita amati dalam kehidupan kita sehari-hari. Pakaian yang kita dapati. penataan interior dan eksterior rumah kita, tempat kerja kita, sampul buku
ilmiah buku sastra juga bacaan pop, segala jenis majalah. kampus. tempat ibadah. tempat rekreasi, semuanya ditata dengan sentuhan keindahan.
Tata kota, tata lampu. tata boga, tata busana potongan rambut, wajah pun. ditampilkan
dengan membawa cita rasa estetik tertentu. Rasanya, harga
diri kita kurang bergengsi manakala dalam hidup ini kita hanya mengandalkan
fungsi, tetapi dan sama sekali mengabaikan selera keindahan.
Keindahan bagi manusia
merupakan sesuatu yang sangat penting, yang menunjukkan bahwa manusia itu
memiliki perasaan yang halus, lembut. Searta menghargai kualitas. Tingginya cita rasa artistik seseorang dalam meresapkan karya-karya yang indah, pada
gilirannya akan memberikan pengaruh positif terhadap sikap emosi dan sikap
moralnya.
Memiliki apreasiasi terhadap seni, berarti
memiliki penghargaan. Keakraban, dan kecintaan terhadap karya
seni itu sendiri. Rasa dan sikap batin tersebut berangkat dari suatu kemampuan meresap dan menghayati keindahan
serta kemampuan memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Ada keindahan dalam-arti luas dan ada pula keindahan dalam arti sempit.
ada pula estetik murni, kontemplasi, ekstese. nilai estetis karya seni, dan lain-lain. The Liang Gie dalam
bukunya Garis Bestir Estetik (filsafat keindahan), menerjemahkan keindahan dengan kata beautiful. Menurut cakupannya.
maka harus dibedakan antara keindahan sebagai suatu kualitas
abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah.
Menurut The Liang Gie,
keindahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. indah dalam arti luas
2.
indah dalam arti estetika murni
3. indah dalam arti
terbatas pada penglihatan.
Keindahan dalam arti luas mengandung ide kebaikan.
Plato menyebutnya sebagai watak yang indah dan hukum
yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan
sebagai sesuatu yang baik juga menyenangkan. Pengertian
keindahan dalam arti estetik murni, adalah pengalaman estetik
seseorang dalam hubungannya dengan sesuatu yang diserapnya. Adapun
pengertian keindahan dalam arti terbatas. hanya benda-benda yang
dapat diserap dengan penglihatan, yaitu berupa keindahan bentuk dan
warna.
Keindahan dianggap
sehagai salah satu jenis nilai, seperti halnya nilai moral, nilai
pendidikan dan sebagainya. Nilai yang tercakup dalam pengertian keindahan
disebut nilai estetis.
Para filosof
mendefinisikan keindahan sebagai suatu kesatuan hubungan yang formal pengamatan,
yang dapat menimbulkan rasa senang. Dengan batasan tersebut, orang sering
mencampur adukkan pengertian keindahan dan seni. Pada hal kesenian mempunyai gejala yang lebih kongkret
dari keindahan. Dengan demikian pernyataan bahwa segala sesuatu
yang indah adalah seni. dan seni pastilah indah, tidak selalu benar.
Para ahli merumuskan
beberapa delinisi keindahan sebagai berikut:
a. Loe Tolstoy (Rusia)
Dalam bahasa Rusia, keindahan adalah
krasota artinya sesuatu yang mendatangkan rasa senang bagi yang melihat dengan mata. Bangsa Rusia tidak dapat menyebutkan
keindahan untuk musik. Yang indah hanya dapat
dilihat dengan mata (visual). Itulah sebabnva Leo. Tolstoy
berpendapat bahwa keindahan adalah suatu yang mendatangkan rasa menyenangkan
bagi yang melihat.
b. AlexanderBauntgarten
(Jerman)
Keindahan adalah suatu
bagian yang memiliki susunan teratur, yang bagian-bagian itu dan
yang Barat hubungannya antara satu dan
lain, dan juga dengan keseluruhan.
c. Sulzer
Keindahan itu hanya
untuk yang baik. Jika belum baik, sesuatu itu belum dapat dikatakan indah. Keindahan
harus memupuk perasaan moral. amoral adalah tidak indah
karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.
d. Winchelmann
Keindahan itu dapat terlepas sama
sekali dari kebaikan.
e. Shaftesbury (Jerman)
Yang indah itu adalah
yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang mempunyai proporsi
yang harmonis itu nyata, maka keindahan dapat disamakan dengan
kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah
yang baik.
f. Humo (Inggris)
Keindahan adalah
sesuatu yang menyebabkan atau mendatangkan rasa senang.
g. Hemsterhuis (Belanda)
Yang indah adalah
yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan yang dalam waktu
sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengamatan yang
menyenangkan.
h. Emmanuel karat
Ada dua rumusan tentang keindahan
1. Yang subjektif, keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa bersangkut-paut dengan
kegunaan praktis. tetapi
mendatangkan rasa senang.
2. Yang objektif, mendatangkan keserasian dari suatu objek terhadap tujuan yang dikandungnya sejauh objek
ini tidak ditinjau dari
segi gunanya.
i.
Al-Ghazali
Keindahan suatu benda
terletak dari kesempurnaan, yang dapat dikenali, kembali dan
sesuai dengan sifat benda itu.
Setiap benda memiliki karakteristik yang perfeksi. Sifat
perfeksi dalam sebuah benda merupakan representasi
keindahan yang bernilai paling tinggi. Apabila hanya sebagian yang ada, benda itu
mempunyai sebagian nilai keindahan. Misalnya, karangan yang paling indah adalah karangan yang
mempunyai sifat perfeksi yang khas bagi karangan (tulisan),
seperti keharmonisan huruf hubungan arti yang tepat satu sama
lainnva. Spasi yang tepat, serta susunan
yang baik. Di samping itu,
mengantarkan jiwa sehingga mampu
merasakan keindahan dalam diunia yang lebih dalam. yaitu nilai-nilia spiritual moral, dan agama.
j.
Herbert Read
Keindahan dipandang
sebagai gejala-gejala yang tidak tetap sifatnya.
k. Sarpetreit
Perasaan dan keindahan gejala yang tak tetap
sifatnya sehingga manifestasinya juga tidak tetap wujudnya.
Pendapat tentang keindahan sangat beragam sehingga orang lebih cenderung
membicarakan kesenian dari pada keindahan. Hal ini karna kesenian mempunyai gejala yang lebih kongkret dari pada unsur keindahan. Hampir
semua. kesalahan tentang konsepsi seni disebabkan kurang ajegnya
penggunaan kata seni dan keindahan.. Kalau sudah menggidentifikasikan antara seni dan
keindahan. ada anggapan bahwa yang indah adalah seni tidaklah
tetap karena seni sudah pasti indah. Identifikasi seperti ini seni
belum tentu indah dan tidak ada keharusan harus indah. Secara historis, hasil seni pada masa silam tidak
sama dengan hasil seni pada masa sekarang. Sebab
kriteria antara seni masa silam dan seni masa kini adalah berbeda. Demikian pula
secara sosiologis bahwa manifestasi seni sekarang ini
tidak sama dengan hasil seni pelbagai tempat dunia.
Seperti dikemukakan pada defnisi-definisi di
atas, rumusan keindahan yang
paling sederhana adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk yang ada di antara kesadaran persepsi kita atau Iebih sederhana lagi adalah sesuatu yang
memberi kesenangan. Sekarang kalau dibandingkan dengan pengertian
seni, supaya makin tampak perbedaannya dan makin jelas. Benedetto Crose mempunyai dalil seni yang paling tepat adalah sebagai intuisi.
Secara sederhana seni
adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk
yang demikian itu memuaskan kesadaran keindahan kita dan rasa indah itu terpenuhi bila kita dapat
menemukan kesatuan atau harmonis dari hubungan bentukbentuk yang kita amati
itu.
1) Perbedaan antara Seni dan
Keindahan
Hampir semua kesalahan
kita mengenai konsepsi semi ditimbulkan oleh kekurang tepatan dalam penggunaan kata seni dan
keindahan. Yang jelas bagi kita ialah bahwa kedua kata itu selalu
salah dalam penggunaannya. Kita selalu menganggap bahwa
semua yang indah itu adalah seni, atau sebaliknya,
bahwa semua seni itu indah dan yang tidak indah itu bukanlah
seni. Identifikasi seni dan keindahan seperti ini adalah dasar dari segala kesukaran kita di dalam memberikan apresiasi kepada seni. Bahkan, pada orang-orang nyata-nyata
sensitif terhadap segi-segi estetis pun, anggapan itu secara tidak disadari,
merupakan sensor dalam hal-hal
tertentu pada sesuatu hasil seni kebetulan tidak indah. Sebetulnya seni tidaklah selalu harus indah. Baik pandangan
historis (dengan meneliti bagaimana
hasil-hasil seni di masa silam) maupun secara sosiologis (dengan mengingat, bagaimanakah manifestasi-manifestasi semi
sekarang ini di berbagai tempat di dunia) ternyata bahwa hasil seni sering tidak indah.
Seni tidak identik
dengan keindahan. Dalam menghadapi sebuah karya seni, tidak hanya kategori
keindahan yang bergetar dalam hati seorang penonton, melainkan
kategori lainnya juga. Perasaan estetik hanya merupakan
sebagian saja dari perasaan seni. Sebuah contoh yang sangat sederhana
dapat menerangkan bahwa keselarasan tidak selalu merupakan satu-satunya pedoman
untuk menimbulkan efek estetik, bahkan penyimpanan
rnenambah efek estetik. Misalnya, meja, persegi, daun meja
ditutup dengan taplak yang juga persegi, tetapi taplak itu tidak
dipasang sedemikian rupa sehingga tepi taplak tidak selaras dengan daun
meja, tetapi justru menyilang. Karena persilangan inilah, efeknya justru
lebih menarik dan enak untuk dipandang.
Selain itu perlu kita
perhatikan bahwa manusia menciptakan karya karya seni dan
manusia pula yang menikmati. Manusia tidak melulu merupakan homo
estheticus, melainkan sebagai manusia sosial yang secara historis berakar dalam suatu masyarakat
clan zaman tertentu. itulah sebabnya dalam menciptakan
barang-barang seni, seorang seniman juga terpenganih
lingkungan dan zamannya, yang mungkin oleh generasi sebelumnya
kurang diperhatikan.
Dunia moderen memang
penuh kejutan dan ketegangan yang dalam waktu singkat dapat
menggoncangkan hati kita akibat adanya sistem komunikasi moderen.
Generasi muda ketika menciptakan karya seni dan mengekspresikan diri,
tidak terdorong oleh gambaran keindahan, melainkan oleh
kejutan-kejutan yang sedang mereka alami. Protes terhadap pembunuhan massal, tindakan yang
merajalela, kemunafikan kaum beragama yang
melarikan diri ke dalam benteng agama dan tidak mau melihat martabat manusia diinjak-injak, sernua itu, lebih bermakna
,dan lebih mendesak bagi seniman modern daripada mengungkapkan hasil kontemplasi yang dinikmati di temp at yang
tenang dan tenteram. Jeroen Bosch,
seorang pehikis Belanda yang hidup pada abad ke-15, abad penuh pergolakan yang di dalanuiya terjadi
peperangan dan wabah pes yang
merajalela menampilkan gambar dari impian buruk dan penuh dengan makhluk yang aneh dan menakutkan dalam
lukisamlya.
2) Karya Seni yang Tidak
Indah
Seni moderen memang sukar
dimengerti, bahkan mengejutkan. Para seniman moderen tidak tertarik lagi oleb
keindahan clan keharmonisan, melainkan oleh sesuatu yang menggernparkan dan merisaukan hati.
Sesuatu _yang dalam kesenian tradisional disinggung atau disublimasikan, diabstrakkan
atau dilapisi dengan cahaya keindahan, kini ditonjolkan secara blak-blakan,
kasar, dan serba menantang.
Sifat
umum yang dewasa ini Bering tampak dalam kesenian Barat ialah usaha untuk menimbulkan efek shock, memperlihatkan rasa frustrasi dan kejemuan yang dirasakan oleh sang
seniman dan sebagaian masyarakat. Balk dalam semi sastra,
seni drama, seni pahat, dan seni film, yang kita jumpai adalah gej ala senlpa
itu.
Shock menggoncangkan
yang dulu dianggap telah melemparkan batu ke kaca yang melindungi harta nilai tradisional, dengan sengaja menertawakan dan mencemoohkan apa yang oleh
angkatan-angkatan dulu dianggap suci dan keramat, memberontak tata tertib yang semula
tak pernah diragukan serta membubuhkan tanda
tanya di belakang setiap pernyataan
dan ucapan.
Gejala
fnistrasi tampak dari suasana keabu-abuan yang meliputi banyak karya seni kontemporer, yang tak menyiratkan gairah, serta ditonjolkan tanpa emosi dan secara faktual saja. Sebelum
Perang Dunia II, dosa masih
memperlihatkan sebagai suatu yang memang dilarang, tetapi toh ada segi-segi yang indah, yang
membebaskannya, sebagai ekspresi gaga
hidup yang vital. Akan tetapi sekarang sering digambarkan sebagai sesuatu
yang menjemukan serta ditonjolkan dalam kejelekannya yang dengan sengaja
dijauhkan dari segala sesuatu yang indah. Misalnya film televisi Madema Bovare (berdasarkan karangan
Flaubert pada
pertengahan abad yang lalu) terra asmara dilukiskan sebagai sesuatu yang
romantis dan merayu walaupun haram, dan Last Tango is Paris sebagai sesuatu yang percuma tanpa
makna dan tanpa tujuan. Kita dapat melihat juga hal serupa itu dalam Nyanyian Angsa dan Khotbah karangan Renda
sajak-sajak dari Sutardji Dalzoum Bachri.
3) Sifat-sifat keindahan
Untuk mengatakan sesuatu itu
indah atau tidak, berikut ini akan diungkapkan sifat keindahan. Atas dasar sifat
ini, juga akai dikemukakan beberapa tanggapan mengenai keinrlahan.
a)
Keindahan itu kebenaran
Kebenaran artinya
bukan tiruan. Oleh karena itu, tiruan lukisan Monalisa tidak indah karena
dasarnya tidak benar. Mana yang indah, gadis cantik atau lukisan gadis cantik
itu?
b)
Keindahan itu abadi
Abadi artinya tidak
pernah dilupakan, tidak pernah hilang susut. Karya musik Beethoven tidak
pernah dilupakan orang karena indah. Acara TVRI, dari masa 'ke masa menunjukkan bahwa
lagu-lagu itu indah. John Keats menyatakan bahwa sesuatu yang indah adalah abadi, sedangkan yang
tidak abadi adalah tidak indah.
c)
Keindahan mempunyai daya tank
Daya tank artinya
memikat perhatian orang, menyenangkan, tidak membosankan. Bali menyenangkan
orang, is mempunyai daya tank. Karena itu, dikatakan bahwa Bali itu indah. John Keats juga menyatakan bahwa
sesuatu yang indah itu selain abadi, juga mempunyai daya tarik yang selaht
bertambah.
d)
Keindahan itu universal
Universal artinya
tidak terikat dengan seiera perseorang=an, waktu. dan tempat. Selera mode tidak universal karena terikat
dengan pilihan seseorang dalam kunm waktu
tertenta pula. Jadi_ mode itu tidak
indah.
e) Keindahan itu wajar
Wajar artinya tidak
berlebihan dan tidak pula kurang atau menurut apa adanya. Misahiya, foto berwarna yang
dicetak-iebih indah dari pada warna aslinya, justru tidak indah karena
berlebihan. Penyanyi yang
berteriak-teriak dan be rjingkrak-jingkrak ketika membawakan lagunya sehingga
melampaui kewajaran, justru tidak indah.
f)
Keindahan itu kenikmatan
Kenikmatan artinya
kesenangan _yang memberikan kepuasan. Menonton filer atau pertunjukan tari-tan an
yang tidak menyenangkan dikatakan tidak indah. Apabila pencipta suahl
karya seni memperoleh kenikmatan atau kepuasan apabila karyanya itu
dikatakan indah. Contohnva ialah banyaknya pembaca clan penonton film yang diangkat dari novel Kabut Sutra Ungu oleh Ike Sutopo, dan Cintaku di Kampus
Biru oleh Ashadi Siregar,
menyebabkan si pengarang merasa peas karena keindahan karyanya.
g)
Keindahan itu kebiasoan
ebiasaan artinya
dilakukan berulang-ulang. Yang tidak biasa menjadi biasa karena dilakukan_
bentlang-clang. Yang tidak biasa tidak indah namun karena dilakukan berulang-ulang
sehingga menjadi biasa dan
indah. Contohnya ialah Hanafi dalam upacara perkawinan dengan Rafiah (Salah Asuhan, karya Abdul Muis) tidak mau mengenakan
pakaian adat Minangkabau karena is terbiasa dengan pendidikan Barat dan
berpakaian. ala Barat. Menurut Coleridge, seorang penyair romantik, keindahan
itu dapat dipengaruhi oleh
kebiasaan. Kebiasaan mempunyai akibat terhadap daya tangkap atas sesuatu. Sesuatu yang
tidak nikmat menjadi nikmat karena
terbiasa (misalnya merokok). Sesuatu yang tidak berarti dapat menjadi
berarti karena terbiasa. Sesuatu yang tidak indah dapat berubah menjadi indah
karena kebiasaan. AAan tetapi memirut
Coleridge (1772- 1834) kebiasaan jangan pula sampai mengubah konsep
keindahan.
1. Estetika
Berbagai definisi tentang
keindahan bersifat abstrak padahal keindahan adalah sesuatu yang nyata. Oleh karena
itu, orang lebih suka berbicara tentang seni dan pengalaman estetik, karena_pengalaman estetika seseorang merupakan sesuatu yang abstrak.
Estetika dapat diartikan
sebagai'teori tentang keindahan dan seni. Arti keindahan sud_ah diuraikan di muka, sedangkan
arti seni adalah keindahan yang diciptakan oleh manusia. Pemandangan alam yang indah adalah ciptaan Tuhan. Begitu pula bu
nga yang indah dan warna yang beragam. Akan
tetapi keelokan tubuh manusia bukanlah merupakan
seni karena kesemuanya itu bukan ciptaan manusia, tetapi ciptaan Tuhan.
Pada hakikatnya seni adalah indah, tetapi bukan berarti
bahwa segalanya yang indah adalah seni_ Di dalam
seni orang mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh maknanya. Melalui berbagai
kemampuan, manusia berusaha mengungkapkan objek penelaahan itu sehingga betniakna bagi penciptanya dan sekaligus bagi orang lain yang menikmatinya. Muhtar Lubis
mengatakan bahwa seni merupakan
produk daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas dari cengkerarnan dan belenggu berbagai ikatan.
Karya seni ditujukan kepada manusia dengan harapan bahwa pencipta dan objek yang diungkapkannya mampu
berkomunikasi dengan manusia Dengan demikian, memungkinkana manusia tersebut berkomunikasi
dengan cara menangkap pesan yang dibawa oleh karya seni tersebut. Pesan yang- dibawakan oleh para
seniman biasanya bersifat moral, estetik, gagasan pemikiran atau politik. Pesan yang disampaikan hanya berupa
imbauan, yang diharapkan mampu mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Singkatnya,
seni merupakan pengaturan dari isi kesadaran jiwa atau kehidupan perasaan penciptanya dalam segala aspeknya.
The Liang Gie mengungkapkan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai, yaitu nilai
estetis. Mengenai nilai itu sendiri, adalah berbagai pernbedaan, yaitu.
1.
Nilai subjektif
2.
Nilai objektif
3.
Nilai perseorangan
4.
Nilai kemasyarakatan
5.
Nilai ntrinsik
6.
Nilai ekstrinsik.
Nilai estetis lebih condong
kepada penggolongan niai intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini karena nilai
intrinsik berhubungan dengan isi pesan yang
terkandung di dalam karya seni tersebut, sedangkan nilai ekstrinsik berhubungan dengan bentuk karya seni
yang bersa,ngkutan.
2. Kontemplasi dan Ekstasi
dapat dinikmati
menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan pada
selera didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstasi. KontempIasi adalah dasar
dalam dirt nianusia untuk menciptakan
sesuatu yang indah. Ekstasi adalah dasar dalam dirt manusia umtuk menyatakan, merasakan, dan
menikmati sesuatu yang indah.
Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar dirt manusia,
terjadilah penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah itu mengikat atau menarik perhatian orang
yang melihat, dan mendengar. Bentuk
di luar dirt manusia itu merupakan karya budaya, yaitu karya seni lukis, seni suara, seni tart, seni sastra, sent drama
dan film, atau berupa ciptaan Tuhan,
misalnya, pemandangan alam, bunga wama
warn dan lain-lain.
Apabila kontemplasi dan ekstasi itu dihubungkan dengan kreativitas, kontemplasi itu merpakan faktor pendorong
untuk menciptakan yang indah, sedangkan
ekstasi merupakan pendorong untuk
merasakan dan menikmati keindahan.
Karena derajat kontemplasi dan ekstasi itu berbeda-beda antara
setiap manusia, tanggapan terhadap
keindahan karya seni juga berbeda-beda. Mungkin orang yang satu mengatakan
karya seni itu indah tetapi orang yang laic mengatakan karya seni
itu tidak atau kurang indah, karena selera seni yang berlainan.
Bagi seseorang
seniman, selera seni lebih dominan dibandingkan dengan orang bukan
seniman. Bagi orang bukan seniman, mungkin menonjol, sehingga is lebih suka
menikmati karya tari dari pada menciptakan karya seni.
Dengan kata lain, ia hanya mampu menikmati keindahan, tetapi
tidak mampu menciptakan yang indah.
3.
Teori-teori Penciptaan Seni
Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Contoh teori itu ialah teori
pengungkapan, teori metafisis, dan teori psikologik.
a.
Teori Pengungkapan
Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetik (filsafat keindahan)
menjelaskan
bahwa setelah mendapat inspirasi, yaitu yang pengalaman, maka apa yang telah dialami itu
direnungkan, lalu diungkapkan, dan hasil ungkapan itu adalah basil send.
Tokoh ekspresi yang
paling terkenal ialah filosof Italia, Benedetto Croce (1899 "1952)
dengan karyanya yang telah diterjemahkan di dalam bahasa
Inggris. Aesthetics as Science of Expression and General Linguistic antara lain mengatakan art is expression of Impression: Seni adalah pengungkapan kesankesan. Ekspresi
adalah sama dengan intuisi. Dan intuisi
adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan tentang hal-hal individual
yang menghasilkan gambaran angan-angan (image). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud
bermacam-macam gambaran angan-angan, seperti gambaran warna, garis,
dan data. Bagi seseorang, mengungkapkan hasil renungan
berarti menciptakan seni dalam dirinya, tanpa perlu adanya
kegiantan jasmaniah ke luar.
Pengalaman estetik
seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan. Teori
Croce yang tidak banyak menghiraukan karya seni
yang diwujudkan keluar, terasa kurang memuaskan bagi ahli estetika.
b.
Metafisik
The Liang Gie menjelaskan bahwa teori seni
yang bercorak metafisis
menipakan salah satu teori yang tertua. yakni berasal dan Plato, yang karya tulisnya membahas estetik
filsafat, konsepsi keindahan, dan teori seni. Plato mengemukakan suatu teori
peniruan (imitation theory), sesuai dengan
metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tinggi
sebagai realita Ilahi itu. Karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan imitasi dari realita duniawi. Sebagai
contoh, Plato mengemukakan ide keranjangan yang
abadi, asli dan indah sempurna
ciptaan Tuhan. Kemudian tukang kayu membuat ranjang dari kayu sebagai imitasi dari ide tertinggi keranjangan
itu. Akhirnya, seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarnya dalam
sebuah lukisan. Jadi, karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga
bersifat jauh dari kebenaran atau dapat
menyesatkan. Oleh karena itu, seniman tidak mendapat tempat
sebagai warga dari negara republik yang ideal menurut konsepsi
Plato.
Dalam zaman moderen,
suatu teori seni lainnya yang juga bercorak metafisis
dikemukakan antara lain oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788 - 1860).
Menurutnya, seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita, dan
realita yang sejati ialah suatu keingian (will) yang semesta. Dunia
objektif sebagai ide hanyalah wujud luar dari keinginan itu Selanjutnya, ide-ide itu mempunyai perwujudan
sebagai benda-benda khusus. Pengetahuan sehari-hari adalah pengetahuan praktis yang
berhubungan dengan benda-benda itu. Akan
tetapi, ada pengetahuan yang lebih tinggi kedudukannya, yakni yang diperoleh bilamana pikiran diarahkan kepada ide-ide itu
sendiri.Melalui perenungan semacam
]ini, lahirlah karya seni.
Seniman besar ialah seseorang yang dengan
perenungannya itu mampu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya sampai pada maknanya yang dalam,
yakni memahami ide-ide di baliknva.
c.
Teori Psikologis
Lebih lanjut The Liang Gie menguraikan bahwa
teori-teori metafisik dari
filsuf yang bergerak. di atas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau
kehendak semesta umumnya tidak mermuaskan karena terlampau abstrak dan spekulatif. Hal tersebut
mendorong sebagian ahli estetika dalam abad moderen untuk menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptaannya dengan
mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya, berdasarkan psikoanalisis ditemukan teori bahwa
proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan bawah sadar
seorang seniman, sedangkan karya seni merupakan bentuk terselubung
atau perluasan yang diwujudkan dari keinginan itu.
Suatu teori lain
tentang sumber seni ialah teori peiuiainan yang dikembangkan oleh Friedrick
Schiller (1757- 1805) dan Herber Spencer (1820- 1903). Menurut Schiller asal mula seni adalah dorongan untuk
bermain-main (play impulse) diri seseorang. Seni merupakan semacam
permainan yang untuk mengembangkan segenap kemampuan mental manusia
yang berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan
itu berperan untuk mencegah kemampuan-kemampuan mental manusia yang menganggur
kemudian menciut karena disia siakan. Seseorang yang makin
meningkat taraf kehidupannya, tidak memakan habis energinya untuk keperluan
sehari-hari. Kelebihan tenaga itu digunakan untuk
menciptakan kebutuhan dan kesempatan untuk
melakukan rangkaian permainan yang imajinatif. Teori permainan tentang seni tidak
sepenulmya diterima oleh para estetika, bahwa
permainan merupakan suatu kreasi, padahal seni adalah kegiatan yang
serius yang pada dasarnya kreatif.
Teori lain yang dapat
digolongkan dalam teori psikologis ialah teori penandaan (signification Theory) yang memandang seni sebagai suatu lambang
atau mirip dengan benda yang dilambangkan. Misalnya tanda lalu lintas memperingatkan jalan yang berbelok-belok dengan
semacam huruf Z, yaitu suatu tanda yang serupa atau mirip
dengan keadaan jalan yang akan dilalui. Menurut teori penandaan itu,
karya seni adalah iconic sign dari proses psikologis yang
berlangsung dalam diri manusia, khususnya, tandatanda dari
perasaannva. Sebagai contoh, sebuah lagu dengan irama naik turun dan alunan cepat lamban serta akhirnya berhenti
adalah simbol atau tanda dari kehidupan manusia dengan
berbagai perasaannya. Ada pasang atau surutnya, ada saat
tergesa-gesa atau santai, dan ada pula akhirnya.
B.
Contoh Karya Seni/Keindahan
Puisi-puisi ciptaan
Lord Byron (1788 - 1824) di Inggris, dan musikmusik susunan Wagner dan lukisan Monalise
merupakan contoh karya seni yang
indah.
Di Indonesia, karya
sastra yang bergaya romantik yang lebih mengutamakan
pengorbanan perasaan daripada penalaran dihasilkan oleh pada umumnya
pengarang-pengarang zaman Balai Pustaka (1920-1930) dan
Pujangga Baru (1933 1943). Buku-buku jenis prosa roman ataupun
puisi-puisi pada masa tersebut lebih banyak menggerakkan perasaan haru
dibandingkan puisi-puisi dan prosa-prosa Indonesia moderen yang
lebih banyak membuat pembacanya berpikir dan berkreasi keras.
Keindahan cipta seni sastra zaman itu kurun dua puluh dan tiga puluh-
adalah keindahan romantik yang semata-mata berdampak emosional. Awan, mega, angin dan margasatwa diimbau penyair dalam bahasa sendu untuk menyeirtai rasa
duka nestapanva. Sebuah contoh
berikut ini dapat membuktikan nada emosi tersebut.
BUAH RINDU
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
di waktu ini gelap gulita
Kicau murai tiada merdu
Pada beta bujang melayu
Himhau pungguk tiada merindu
Dalam telingaku seperti dahulu
Tuan ayuhai mega berarak
Yang meliputi dewangga raya
Berhentilah tuan tiada teratak
Anak lengkat musyafir lata
Sesaat, sekejap mata beta berpesan
Padamu tuan aduhai awam
Arah menatah tuan berjalan
Di negeri menatah tuan bertahan?
Sampai rinduku pada adinda
Bisikan rayuanku pada juita
Liputi lututnya muda kencana
Serupa beta memeluk dia
Ibu, Konon jauh tanah selindung
Tempat gadis duduk berjuntai
Bondan, hajat hati memeluk gunung
apatah daya tangan tak sampai
Elang Rajawali burung angkasa
Turunlah tuan bareng semesta
Beta bertanya sepatah kata
Adakah tuan melihat adinda?
Mega telah kusapa
Margasatwa telah kutanya
Maut telah kupuja
Tetapi adinda menatah dial
(Amir Hamzah, Buah rindu)
contoh nyanyian:
MALAM SYAHDU Lagu/Syair: Iskandar/F. Zai
Malam Syahdu bergema
Dengan urama hati tulis memuji
Mendoa suci bermohon ampun
Dan segala dosa-noda
Maha besar berikanlah hamba
Karunia dan cahaya dalam hidup
Malam syahdu bergema
Dengan irama suci
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya
dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang
berkaitan dengan sastra dan seni. Siapakah di
antara kita yang tidak menyukai-keindahan atau nilai-nilai estetika ? Setiap manusia memiliki
kecenderungan untuk menghadirkan keindahan dalam hidupnya.
Itu dapat kita amati dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pakaian yang kita dapati. penataan interior dan eksterior rumah kita, tempat kerja kita, sampul buku
ilmiah buku sastra juga bacaan pop, segala jenis majalah. kampus. tempat ibadah. tempat rekreasi, semuanya ditata dengan sentuhan keindahan.
Tata kota, tata lampu. tata boga, tata busana potongan rambut, wajah pun. ditampilkan
dengan membawa cita rasa estetik tertentu. Rasanya, harga
diri kita kurang bergengsi manakala dalam hidup ini kita hanya
mengandalkan fungsi, tetapi dan sama sekali mengabaikan selera keindahan.
B. Saran
Ketika seseorang memiliki ilmu budaya dasar dan sifat
kesusastraan, pasti dapat membuat pelihat hasil cipta karyanya
menghayati dan melakukan hal positif dengan hasil cipta karya yang di buat.
untuk itu bagi seseorang yang telah mampu melakukan hal tersebut,
tuangkanlah hal-hal yang positif agar suatu ketika ada pelihat hasil cipta
karya dapat menirukan hal yang positif yang memiliki nilai ke indahan, dan
jangan buat cipta karya yang negatif yang dapat merusak pemikiran manusia dan
membuat manusia melakukan hal -hal yang positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Mawardi, Nur Hidayati, Editor, Maman Abd. Djaliel. Ilmu
Alami Dasar, Ilmu Budaya Dasar (IAD, ISD, IBD), Bandung Pustaka Setia, 2007
No comments:
Post a Comment