1

loading...

Wednesday, November 1, 2017

MAKALAH METODE STUDI ISLAM

MAKALAH METODE STUDI ISLAM PENDEKATAN ANTROPOLOGIS DALAM STUDI ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Antropologi merupakan suatu objek dimana teori memiliki kedudukan yang sangat penting. Antropologi juga sering kali dianggap sebagai merupakan dimana teori yang terikat dengan praktik. Dalam teori ini memaparkan hakikat umum dari kajian antropologi, percabangan, dan lapangan kajiannya. Setiap pembahasan teori antropologi memiliki pertimbangan, penekanan, dan kebijakan sendiri untuk menggolong-golongkan dan memosisikan paradigma satu sama lain dalam antropologi. Keanekaragaman budaya  menggolongkan paradigma tersebut memiliki penentuan batas yg berbeda. Sering kali terjadi suatu paradigma yang digolongkan ke dalam paradigma konflik dalam structural-fungsionalisme, sehingga paradigma konflik tersebut secara relatif dapat dimasukkan ke dalam  kedua paradigma tersebut, yakni sebagai paradigma konflik dan juga paradigma struktural-fungsionalisme. Akan tetapi, dengan senantiasa menyadari adanya kerumitan tersebut, penggolongan paradigma antropologi itu sendiri mencangkup keanekaragaman budaya. Sebagaimana halnya persoalan yang dihadapi ketika menggolongkan teori-teori ke dalam paradigma, cabang, dan pendekatan yang mengandung persoalan yang sama. Dan pengetahuan antropologi ini tidak hanya berbeda dari pengetahuan folk melainkan juga dari psikologi, sosiologi, biologi dan sumber-sumber pengetahuan lain yang kurang lebih sistematik, mengenai kondisi ini manusia. Antropologi pada dasarnya juga memfokuskan masalah budaya yang mengkaji terhadap budaya umat manusia. Berdasarkan ruang lingkup kajian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa antropologi sosial bersumber dari ruang lingkup yang sama, karena masyarakat dan budaya merupakan satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan, sehingga keduanya sering disebut antropologi sosial-budaya.Kehadiran antropologi sosial-budaya (antropologi sosiokultural) relative masih sangat muda bila dibandingkan dengan sosial lainnya. Kehadirannya sejalan dengan kebutuhan kolonialisme sejak abad ke 18. Pada saat itu orang-orang eropa banyak membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai penduduk yang dijajah, baik mengenai kehidupan sosialnya, maupun kehidupan budayanya. Sejak itu antropologi berkembangnatau bergerak kea rah ilmu pengetahuan terapan yang sebelumnyahanya berkembang atau bergerak dikawasan kampus dan lembaga ilmu pengetahuan murni. Bersamaan dengan itu, pola-pola penelitian lapangan dengan menggunakan metode etnografi pun berkembang.
Dengan memahami kedudukan ini, kita an memperoleh pemahaman dasar mengenai interaksinya dengan pemikiran-pemikiran teori dalam disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya, khususnya seperti sosiologi dan psikologi, yang sepanjang sejarah pembentukan antropologi besar pengaruhnya. Namun, selangkah lebih awal, penulis ingin membicarakan secara singkat mengenai gagasan yang mendasar mengenai ilmu sosial itu sendiri.

B.     Tujuan
a.       Mengetahui apa itu pendekatan antropologis
b.      Mengetahui signifikansi pendekatan antropologis dalam studi islam
c.       Mengetahui contoh/model studi islam dengan pendekatan antropologis
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pendekatan antropologis
Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. ;ersamaan dengan itu, makna metodologi juga mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau pengumpulan data sesuaidengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji. $engan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihatsesuatu permasalahan yang menjadi perhatian tetapi juga mencakup pengertian metode!metodeatau teknik!teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.
Islam adalah agama yang diturunkan kepada nabi muhammad SAW melalui malaikat jibril. Islam tidak hanya diperuntukkan kepada nabi Saw, tetapi juga untuk seluruh umatmanusia. Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta dilaksanakan oleh umatmanusia, maka didalam penyampaiannya harus menggunakan pendekatan atau metodologi yang pas dan sesuai dengan keadaan masyarakat setempat. jika tidak, maka dikhawatirkan dalamwaktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya saja. 8arena beda daerah tentunya juga beda budaya yang dimiliki. hal ini perlu disadari oleh para ilmuwan muslim.  karena agamaitu sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan antropologi sangat penting untuk diterapkan didalam studi Islam
Sesuai dengan tujuan antropologi yaitu memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik di masa lampau maupun sekarang, baik sebagai organisme biologis maupun sebagai makhluk berbudaya. jadi pengertian pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai salah satu upayamemahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Sari beberapa penjelasan di atas kita bisa simpulkan bahwa pendekatanantropologi itu sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejalayang menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Menurut Abudin Nata, “Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat di artikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan dekat dangan masalah-masalah yang di hadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yangdi gunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah di gunakan pula untuk memahami agama”.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi per­hatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah suatu cara pandang yang mendalam dan proporsional praktik keberagamaan kaum muslim sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal, politik, ekonomi, sosial  dan pengaruh fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.

B.     Signifikansi pendekatan antropologis dalam studi islam
Pendekatan antropologis dalam studi Islam terutama kegunaannya sebagai alat metodologi untuk memahami corak keagamaan suatu masyarakat dan para warganya. Kegunaan yang berkelanjutan ini adalah untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan-keyakinan keagamaan yang dimiliki oleh warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar, tanpa menimbulkan gejolak dan pertentangan antar sesama warga masyarakat. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini dalam studi Islam, diharapkan pemeluk agama Islam dapat lebih toleran terhadap berbagai aspek perbedaan budaya-budaya lokal dengan ajaran agama itu sendiri.Melalui pendekatan antropologis sebagaimana tersebut diatas terlihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan dapat difungsikan dengan berbagai fenomena kehidupan manusia.
Pendekatan antropologis seperti itu sangat diperlukan, sebab banyak hal yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis. Dalam Alquran sebagai sumber utama ajaran Islam misalnya kita peroleh informasi tentang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat, kisah Ashabul Kahfi yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari tiga ratus tahun lamanya. Dimana kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh itu, dan dimana kira-kira gua itu dan bagaimana pula bisa terjadi hal-hal yang menakjubkan itu, ataukah hal yang demikian itu merupakan kisah fiktif, dan masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan akkeologi.Dengan demikian pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan dengan bantuan ilmu antropologi dan cabang-cabangnya.Jika kembali pada persoalan kajian antropologi bagi kajian Islam, maka dapat dilihat kontribusinya dengan melihat dari dua hal.Pertama, penjelasan antropologi sangat berguna untuk membantu mempelajari agama secara empirik, artinya kajian agama harus diarahkan pada pemahaman aspek-aspeksocial context yang melingkupi agama. Kajian agama secara empiris dapat diarahkan ke dalam dua aspek yaitu manusia dan budaya. Pada dasarnya agama diciptakan untuk membantu manusia agar dapat memenuhi keinginan-keinginan kemanusiaannya, dan sekaligus mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini jelas menunjukkan bahwa persoalan agama yang harus diamati secara empiris adalah tentang manusia. Tanpa memahami manusia maka pemahaman tentang agama tidak akan menjadi sempurna. Kemudian sebagai akibat dari pentingnya kajian manusia, maka mengkaji budaya dan masyarakat yang melingkupi kehidupan manusia juga menjadi sangat penting. Kebudayaan, sebagai system of meaning yang memberikan arti bagi kehidupan dan perilaku manusia, adalah aspek esensial manusia yang tidak dapat dipisahkan dalam memahami manusia. Mengutip Max Weber bahwa manusia adalah makhluk yang terjebak dalam jaring-jaring (web) kepentingan yang mereka buat sendiri, maka budaya adalah jaring-jaring itu. Geertz kemudian mengelaborasi pengertian kebudayaan sebagai pola makna (pattern of meaning) yang diwariskan secara historis dan tersimpan dalam simbol-simbol dengan itu pula manusia kemudian berkomunikasi, berperilaku dan memandang kehidupan. Oleh karena itu analisis tentang kebudayaan dan manusia dalam tradisi antropologi tidaklah berupaya menemukan hukum-hukum seperti pada ilmu-ilmu alam, melainkan kajian interpretatif untuk mencari makna (meaning).
Dipandang dari makna kebudayaan yang demikian, maka agama sebagai sebuah sistem makna yang tersimpan dalam simbol-simbol suci sesungguhnya adalah pola makna yang diwarisi manusia sebagai ethos dan juga worldview-nya. Clifford Geertz mengartikan ethos sebagai “tone, karakter dan kualitas dari kehidupan manusia yang berarti juga aspek moral maupun estitika mereka.” Bagi Geertz agama telah memberikan karakter yang khusus bagi manusia yang kemudian mempengaruhi tingkah laku kesehariannya. Di samping itu agama memberikan gambaran tentang realitas yang hendak dicapai oleh manusia. Berdasar pada pengertian ini agama sebagai ethos telah membentuk karakter yang khusus bagi manusia, yang kemudian dia bisa memenuhi gambaran realitas kehidupan (worldview) yang hendak dicapai oleh manusia.Kedua, kajian antropologi juga memberikan fasilitas bagi kajian Islam untuk lebih melihat keragamaan pengaruh budaya dalam praktik Islam. Pemahaman realitas nyata dalam sebuah masyarakat akan menemukan suatu kajian Islam yang lebih empiris. Kajian agama dengan cross-culture akan memberikan gambaran yang variatif tentang hubungan agama dan budaya. Dengan pemahaman yang luas akan budaya-budaya yang ada memungkinkan kita untuk melakukan dialog dan barangkali tidak mustahil memunculkan satu gagasan moral dunia seperti apa yang disebut Tibbi sebagai “international morality” berdasarkan pada kekayaan budaya dunia.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia, karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan Islam that is practiced yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia.Antropologi yang melihat langsung secara detil hubungan antara agama dan masyarakat dalam tataran grassroot memberikan informasi yang sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. Melihat agama di masyarakat, bagi antropologi adalah melihat bagaimana agama dipraktikkan, diinterpretasi, dan diyakini oleh penganutnya. Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologis dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Powam Rahardjo, lebih mengutamakan langsung bahkan sifatnya partisipatif.
C.     Contoh/Model studi islam dengan pendekatan antropologis
Sebagai contoh :
Ada adanya klasifikasi sosial dalam masyarakat muslim di jawa, antara santri dan priyayi.

Melalui pendekatan antropologis dapat dilihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungngsional dengan dngan berbagai fenomena kehidupan manusia. Dengan demikian pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dan cabang-cabangnya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah merupakan salah satu cara untuk memahami Islam dan cara melihat wujud praktek keagamaan yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Untuk memahami Islam secara kaffah harus dengan pendekatan yang konfrehensif, aktual dan integral dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan agar dapat mengaktualisasikan Islam dalam dunia empirik, terutama menguasai teori-teori ilmu pengetahuan serta metodologinya, baik secara teoritis sehingga benar-benar Islam dapat menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan manusia

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Akbar. S. Toward Islamic Antropology Defenition, Dogma, Direction, terj. Asmara Hadi Usman, Kearah Antropologi Islam. Jakarta: Media Da’wah, 1994.
____________. Living Islam, terj. Pangestu Ningsih. Bandung: Mizan, 1997.
Abdullah, M. Amin. Studi Agama Normativitas atau Historitas? Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002.
Al-Jawanisi, Abu al-Futuh Muhammad. Abu Rahyan Muhammad Ibnu Ahmad al-Biruni. Kairo : al-Majlis al-A’la li al-Syu’ al-Islamiyah, 1967.
Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A, Metodologi studi islam ,Jakarta :rajagrafindo persada 2012.

No comments:

Post a Comment