MAKALAH METODE STUDI ISLAM PENDEKATAN ANTROPOLOGIS DALAM STUDI ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropologi merupakan suatu objek dimana teori
memiliki kedudukan yang sangat penting. Antropologi juga sering kali dianggap
sebagai merupakan dimana teori yang terikat dengan praktik. Dalam teori ini
memaparkan hakikat umum dari kajian antropologi, percabangan, dan lapangan
kajiannya. Setiap pembahasan teori antropologi memiliki pertimbangan,
penekanan, dan kebijakan sendiri untuk menggolong-golongkan dan memosisikan
paradigma satu sama lain dalam antropologi. Keanekaragaman budaya
menggolongkan paradigma tersebut memiliki penentuan batas yg berbeda. Sering
kali terjadi suatu paradigma yang digolongkan ke dalam paradigma konflik dalam
structural-fungsionalisme, sehingga paradigma konflik tersebut secara relatif
dapat dimasukkan ke dalam kedua paradigma tersebut, yakni sebagai
paradigma konflik dan juga paradigma struktural-fungsionalisme. Akan tetapi,
dengan senantiasa menyadari adanya kerumitan tersebut, penggolongan paradigma
antropologi itu sendiri mencangkup keanekaragaman budaya. Sebagaimana halnya persoalan
yang dihadapi ketika menggolongkan teori-teori ke dalam paradigma, cabang, dan
pendekatan yang mengandung persoalan yang sama. Dan pengetahuan antropologi ini
tidak hanya berbeda dari pengetahuan folk melainkan juga dari
psikologi, sosiologi, biologi dan sumber-sumber pengetahuan lain yang kurang
lebih sistematik, mengenai kondisi ini manusia. Antropologi pada dasarnya juga
memfokuskan masalah budaya yang mengkaji terhadap budaya umat manusia.
Berdasarkan ruang lingkup kajian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
antropologi sosial bersumber dari ruang lingkup yang sama, karena masyarakat
dan budaya merupakan satu kesatuan sistem yang tak terpisahkan, sehingga
keduanya sering disebut antropologi sosial-budaya.Kehadiran antropologi
sosial-budaya (antropologi sosiokultural) relative masih sangat muda bila
dibandingkan dengan sosial lainnya. Kehadirannya sejalan dengan kebutuhan
kolonialisme sejak abad ke 18. Pada saat itu orang-orang eropa banyak
membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai penduduk yang dijajah, baik
mengenai kehidupan sosialnya, maupun kehidupan budayanya. Sejak itu antropologi
berkembangnatau bergerak kea rah ilmu pengetahuan terapan yang sebelumnyahanya
berkembang atau bergerak dikawasan kampus dan lembaga ilmu pengetahuan murni. Bersamaan
dengan itu, pola-pola penelitian lapangan dengan menggunakan metode etnografi
pun berkembang.
Dengan memahami kedudukan ini, kita an memperoleh pemahaman dasar mengenai interaksinya dengan pemikiran-pemikiran teori dalam disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya, khususnya seperti sosiologi dan psikologi, yang sepanjang sejarah pembentukan antropologi besar pengaruhnya. Namun, selangkah lebih awal, penulis ingin membicarakan secara singkat mengenai gagasan yang mendasar mengenai ilmu sosial itu sendiri.
Dengan memahami kedudukan ini, kita an memperoleh pemahaman dasar mengenai interaksinya dengan pemikiran-pemikiran teori dalam disiplin-disiplin ilmu sosial lainnya, khususnya seperti sosiologi dan psikologi, yang sepanjang sejarah pembentukan antropologi besar pengaruhnya. Namun, selangkah lebih awal, penulis ingin membicarakan secara singkat mengenai gagasan yang mendasar mengenai ilmu sosial itu sendiri.
B.
Tujuan
a.
Mengetahui apa
itu pendekatan antropologis
b.
Mengetahui
signifikansi pendekatan antropologis dalam studi islam
c.
Mengetahui
contoh/model studi islam dengan pendekatan antropologis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan
antropologis
Dalam dunia
ilmu pengetahuan makna dari
istilah pendekatan adalah sama
dengan metodologi, yaitu sudut pandang
atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau
masalah yang dikaji. ;ersamaan dengan itu, makna metodologi juga
mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau
pengumpulan data sesuaidengan cara melihat
dan memperlakukan masalah yang dikaji. $engan demikian, pengertian pendekatan
atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai sudut pandang atau cara
melihatsesuatu permasalahan yang menjadi perhatian tetapi juga mencakup
pengertian metode!metodeatau teknik!teknik penelitian yang sesuai dengan
pendekatan tersebut.
Islam adalah agama yang diturunkan kepada nabi muhammad
SAW melalui malaikat jibril.
Islam tidak hanya diperuntukkan
kepada nabi Saw, tetapi juga untuk
seluruh umatmanusia.
Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta dilaksanakan oleh umatmanusia, maka didalam
penyampaiannya harus menggunakan pendekatan atau metodologi yang pas dan
sesuai dengan keadaan masyarakat setempat. jika tidak, maka dikhawatirkan dalamwaktu yang tidak lama Islam
hanya tinggal namanya saja. 8arena beda daerah
tentunya juga beda budaya yang dimiliki. hal ini perlu disadari
oleh para ilmuwan muslim. karena
agamaitu sangat erat hubungannya dengan manusia, maka pendekatan antropologi
sangat penting untuk diterapkan didalam studi Islam
Sesuai dengan tujuan antropologi yaitu
memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk, baik di masa lampau maupun sekarang, baik sebagai organisme
biologis maupun sebagai makhluk berbudaya. jadi pengertian pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai salah
satu upayamemahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Sari beberapa penjelasan di atas kita bisa simpulkan bahwa pendekatanantropologi itu sebagai suatu sudut pandang atau cara
melihat dan memperlakukan sesuatu gejalayang
menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil
dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Menurut Abudin Nata, “Pendekatan
antropologis dalam memahami agama dapat di artikan sebagai salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama tampak akrab dan
dekat dangan masalah-masalah yang di hadapi manusia dan berupaya menjelaskan
dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yangdi gunakan
dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah di gunakan pula
untuk memahami agama”.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau
cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian terkait
bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi dalam studi
Islam adalah suatu cara pandang yang mendalam dan proporsional praktik
keberagamaan kaum muslim sebagai suatu gejala yang terkait dengan budaya lokal,
politik, ekonomi, sosial dan pengaruh
fakto-faktor lainnya dalam kehidupan.
B. Signifikansi
pendekatan antropologis dalam studi islam
Pendekatan antropologis dalam studi Islam terutama kegunaannya sebagai
alat metodologi untuk memahami corak keagamaan suatu masyarakat dan para
warganya. Kegunaan yang berkelanjutan ini adalah untuk dapat mengarahkan dan
menambah keyakinan-keyakinan keagamaan yang dimiliki oleh warga masyarakat
tersebut sesuai dengan ajaran yang benar, tanpa menimbulkan gejolak dan
pertentangan antar sesama warga masyarakat. Selanjutnya melalui pendekatan
antropologis ini dalam studi Islam, diharapkan pemeluk agama Islam dapat lebih
toleran terhadap berbagai aspek perbedaan budaya-budaya lokal dengan ajaran
agama itu sendiri.Melalui pendekatan antropologis sebagaimana tersebut diatas
terlihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia,
dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan dapat difungsikan dengan berbagai
fenomena kehidupan manusia.
Pendekatan antropologis seperti itu sangat diperlukan, sebab banyak hal
yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan
antropologis. Dalam Alquran sebagai sumber utama ajaran Islam misalnya kita
peroleh informasi tentang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat, kisah Ashabul Kahfi
yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari tiga ratus tahun lamanya. Dimana
kira-kira bangkai kapal Nabi Nuh itu, dan dimana kira-kira gua itu dan
bagaimana pula bisa terjadi hal-hal yang menakjubkan itu, ataukah hal yang
demikian itu merupakan kisah fiktif, dan masih banyak lagi contoh lain yang
hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan akkeologi.Dengan
demikian pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama,
karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat
dijelaskan dengan bantuan ilmu antropologi dan cabang-cabangnya.Jika kembali
pada persoalan kajian antropologi bagi kajian Islam, maka dapat dilihat
kontribusinya dengan melihat dari dua hal.Pertama, penjelasan antropologi
sangat berguna untuk membantu mempelajari agama secara empirik, artinya kajian
agama harus diarahkan pada pemahaman aspek-aspeksocial context yang melingkupi
agama. Kajian agama secara empiris dapat diarahkan ke dalam dua aspek yaitu
manusia dan budaya. Pada dasarnya agama diciptakan untuk membantu manusia agar
dapat memenuhi keinginan-keinginan kemanusiaannya, dan sekaligus mengarahkan
kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini jelas menunjukkan bahwa persoalan
agama yang harus diamati secara empiris adalah tentang manusia. Tanpa memahami
manusia maka pemahaman tentang agama tidak akan menjadi sempurna. Kemudian
sebagai akibat dari pentingnya kajian manusia, maka mengkaji budaya dan
masyarakat yang melingkupi kehidupan manusia juga menjadi sangat penting.
Kebudayaan, sebagai system of meaning yang memberikan arti bagi kehidupan dan
perilaku manusia, adalah aspek esensial manusia yang tidak dapat dipisahkan
dalam memahami manusia. Mengutip Max Weber bahwa manusia adalah makhluk yang
terjebak dalam jaring-jaring (web) kepentingan yang mereka buat sendiri, maka
budaya adalah jaring-jaring itu. Geertz kemudian mengelaborasi pengertian kebudayaan
sebagai pola makna (pattern of meaning) yang diwariskan secara historis dan
tersimpan dalam simbol-simbol dengan itu pula manusia kemudian berkomunikasi,
berperilaku dan memandang kehidupan. Oleh karena itu analisis tentang
kebudayaan dan manusia dalam tradisi antropologi tidaklah berupaya menemukan
hukum-hukum seperti pada ilmu-ilmu alam, melainkan kajian interpretatif untuk
mencari makna (meaning).
Dipandang dari makna
kebudayaan yang demikian, maka agama sebagai sebuah sistem makna yang tersimpan
dalam simbol-simbol suci sesungguhnya adalah pola makna yang diwarisi manusia
sebagai ethos dan juga worldview-nya. Clifford Geertz mengartikan ethos
sebagai “tone, karakter dan kualitas dari kehidupan manusia yang berarti juga
aspek moral maupun estitika mereka.” Bagi Geertz agama telah memberikan
karakter yang khusus bagi manusia yang kemudian mempengaruhi tingkah laku
kesehariannya. Di samping itu agama memberikan gambaran tentang realitas yang
hendak dicapai oleh manusia. Berdasar pada pengertian ini agama sebagai ethos
telah membentuk karakter yang khusus bagi manusia, yang kemudian dia bisa
memenuhi gambaran realitas kehidupan (worldview) yang hendak dicapai oleh
manusia.Kedua, kajian antropologi juga memberikan fasilitas bagi kajian Islam
untuk lebih melihat keragamaan pengaruh budaya dalam praktik Islam. Pemahaman
realitas nyata dalam sebuah masyarakat akan menemukan suatu kajian Islam yang
lebih empiris. Kajian agama dengan cross-culture akan memberikan gambaran yang
variatif tentang hubungan agama dan budaya. Dengan pemahaman yang luas akan
budaya-budaya yang ada memungkinkan kita untuk melakukan dialog dan barangkali
tidak mustahil memunculkan satu gagasan moral dunia seperti apa yang disebut
Tibbi sebagai “international morality” berdasarkan pada kekayaan budaya dunia.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia, karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan Islam that is practiced yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia.Antropologi yang melihat langsung secara detil hubungan antara agama dan masyarakat dalam tataran grassroot memberikan informasi yang sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. Melihat agama di masyarakat, bagi antropologi adalah melihat bagaimana agama dipraktikkan, diinterpretasi, dan diyakini oleh penganutnya. Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologis dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Powam Rahardjo, lebih mengutamakan langsung bahkan sifatnya partisipatif.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia, karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan Islam that is practiced yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia.Antropologi yang melihat langsung secara detil hubungan antara agama dan masyarakat dalam tataran grassroot memberikan informasi yang sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. Melihat agama di masyarakat, bagi antropologi adalah melihat bagaimana agama dipraktikkan, diinterpretasi, dan diyakini oleh penganutnya. Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini, agama tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologis dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memahami agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Powam Rahardjo, lebih mengutamakan langsung bahkan sifatnya partisipatif.
C.
Contoh/Model studi islam dengan pendekatan antropologis
Sebagai
contoh :
Ada
adanya klasifikasi sosial dalam masyarakat muslim di jawa, antara santri dan
priyayi.
Melalui
pendekatan antropologis dapat dilihat dengan jelas hubungan agama dengan
berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab
dan fungngsional dengan dngan berbagai fenomena kehidupan manusia. Dengan
demikian pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama,
karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat
dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dan cabang-cabangnya.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah
merupakan salah satu cara untuk memahami Islam dan cara melihat wujud praktek
keagamaan yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Untuk memahami Islam
secara kaffah harus dengan pendekatan yang konfrehensif, aktual dan integral
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan agar dapat mengaktualisasikan Islam dalam dunia empirik, terutama menguasai teori-teori ilmu pengetahuan serta metodologinya, baik secara teoritis sehingga benar-benar Islam dapat menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan manusia
Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan agar dapat mengaktualisasikan Islam dalam dunia empirik, terutama menguasai teori-teori ilmu pengetahuan serta metodologinya, baik secara teoritis sehingga benar-benar Islam dapat menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan manusia
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmed,
Akbar. S. Toward Islamic Antropology Defenition, Dogma, Direction, terj. Asmara
Hadi Usman, Kearah Antropologi Islam. Jakarta: Media Da’wah, 1994.
____________.
Living Islam, terj. Pangestu Ningsih. Bandung: Mizan, 1997.
Abdullah, M. Amin. Studi Agama Normativitas atau Historitas? Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002.
Abdullah, M. Amin. Studi Agama Normativitas atau Historitas? Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002.
Al-Jawanisi,
Abu al-Futuh Muhammad. Abu Rahyan Muhammad Ibnu Ahmad al-Biruni. Kairo :
al-Majlis al-A’la li al-Syu’ al-Islamiyah, 1967.
Prof.Dr.H.Abuddin
Nata,M.A, Metodologi studi islam ,Jakarta :rajagrafindo persada 2012.
No comments:
Post a Comment