Makalah Bahasa Daerah
“AKSARA KA GA NGA DI
INDONESIA”
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan
Masalah............................................................................1
C.
Tujuan Penulisan..............................................................................1
D.
Manfaat
penulisan............................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Persebaran Aksara Ka Ga Nga di Indonesia....................................3
B. Teknik Baca dan Tulis Aksara Ka Ga Nga......................................4
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................8
B. Kritik dan Saran
.............................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu dari berbagai cara manusia membudayakan dirinya ialah dengan
bahasa, yang merupakan alat komunikasi antar sesama. Bahasa itu kemudian
diungkapkan juga dengan simbol atau lambang sebagai bahasa tulis disamping
bahasa lisan. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada
hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan
identifikasi diri.
Tulisan, merupakan salah satu cara untuk memberitahukan sesuatu pada
orang lain selain dengan tuturan. Budaya tulisan merupakan sebuah kebudayaan
baru, yang menjadi pemisah antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah. Pada
awalnya, tulisan-tulisan ini masih berupa simbol-simbol yang digambar di
sembarang tempat, seperti di dinding gua. Manusia mengalami sesuatu dengan
melihat, kemudian mendengar. Melalui daya ingat dan penglihatan, maka timbulah
bahasa gambar. Bahasa gambar pun berkembang tatkala manusia berbahasa lisan,
dari bahasa lisan manusia mengungkapkan gambar-gambar tadi menjadi simbol atau
gambar abstrak yang menjadi huruf-huruf sebagai alat penyampaian pesan kepada
manusia lain secara tidak langsung.
Perlahan-lahan
budaya tulisan ini mengalami perkembangan sesuai dengan daerahnya
masing-masing, meskipun berasal dari satu induk yang sama. Begitu juga halnya
di Indonesia. Budaya tulisan berkembang dengan seiringnya waktu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
persebaran aksara Ka Ga Nga di Indonesia?
2. Bagaimana
teknik baca dan tulis aksara Ka Ga Nga?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk
mengetahui persebaran aksara Ka Ga Nga di Indonesia.
2. Untuk
mengetahui teknik baca dan tulis aksara Ka Ga Nga.
D.
Manfaat
1. Makalah
ini bermanfaat untuk mahasiswa, sebagai bahan pembelajaran mengenai aksara Ka
Ga Nga di Indonesia.
2. Makalah
ini bermanfaat untuk masyarakat, agar mengetahui tentang aksara Ka Ga Nga di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Persebaran
Aksara Ka Ga Nga di Indonesia
Aksara
Kaganga Produk Budaya Adiluhung Leluhur. Aksara Kaganga merupakan sebuah nama
kumpulan beberapa aksara yang berkerabat yang digunakan oleh suku
bangsa dan etnik budaya di Sumatra bagian selatan. Aksara-aksara yang
termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Kerinci, Lampung,
Rencong dan lain-lain. Aksara Batak atau Surat Batak juga berkerabat dengan
kelompok ini. Diperkirakan jaman dahulu di seluruh pulau Sumatra dari Aceh di
ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara yang berkerabat
dengan kelompok aksara Kaganga ini. Kecuali di Aceh dan di daerah Sumatra
Tengah (Minangkabau dan Riau), yang dipergunakan sejak lama adalah huruf Jawi.
Aksara kaganga disebut juga dengan aksara ulu karena banyak berkembang
dalam masyarakat yang tinggal di hulu sungai di pedalaman. Para peneliti asing
kerap menyebutnya kaganga karena pedoman aksaranya menggunakan huruf ka ga,
nga, dan seterusnya. Aksara ini memiliki 19 huruf tunggal dan sembilan huruf
pasangan (ngimbang). Berikut aksara kaganga yang tersebar di Indonesia yaitu:
1. Aksara
Rencong
Aksara rencong adalah istilah yang
mula-mula digunakan oleh para peneliti belanda untuk merujuk pada aksara surat
ulu yang digunakan di kawasan ulu (pegunungan) sumatra, khususnya di kerinci,
bengkulu, sumatra selatan, dan lampung. Bersama dengan aksara-aksara daerah
lain di sumatra, surat ulu merupakan turunan dari aksara pallawa. Pada masa
lalu surat ulu dituliskan pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu. Aksara ulu
yang kadang-kadang juga dinamakan aksara kaganga berdasarkan tiga huruf pertama
dalam urutan abjadnya, masih serumpun dengan surat batak (aksara batak).
2. Aksara
Batak
Sistem tradisi
penulisan didalam bahasa batak toba diduga telah ada sejak abad ke-13,dengan
aksara yang mungkin berasal dari aksara jawa kuno, melalui aksara sumatera
kuno. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu suku
kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang /tanda itu sebanyak 19 buah huruf yang
disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf.
Pada dasarnya huruf
/ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa batak toba, misalnya orang batak toba
pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi
sekarang ini orang batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah
perubahan pelafalan dalam bahasa batak toba.
3. Aksara
Lampung
Aksara lampung yang
disebut dengan had lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan
aksara pallawa dari india selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata
yang merupakan huruf hidup seperti dalam huruf arab dengan menggunakan tanda
tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak
menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di
belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
4. Aksara
Sunda
Aksara sunda kuna
merupakan aksara yang berkembang di daerah Jawa Barat pada abad xiv-xviii yang
pada awalnya digunakan untuk menuliskan bahasa sunda kuna. Aksara sunda kuna
merupakan perkembangan dari aksara pallawa yang mencapai taraf modifikasi
bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada abad xvi.
5. Aksara
Jawa
Hanacaraka atau dikenal
dengan nama carakan atau cacarakan (bahasa sunda) adalah aksara turunan aksara
brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah
berbahasa jawa, bahasa madura, bahasa sunda, bahasa bali, dan bahasa sasak.
Aksara jawa modern
adalah modifikasi dari aksara kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat
dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf
(aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara ha yang mewakili dua huruf
yakni h dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan
kata “hari”. Aksara na yang mewakili dua huruf, yakni n dan a, dan merupakan
satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian,
terdapat penyingkatan cacah huruf .dalam suatu penulisan kata apabila
dibandingkan dengan penulisan aksara latin.
6. Aksara
Bali
Aksara bali adalah
huruf tradisional masyarakat bali dan berkembang di bali. Aksara bali merupakan
suatu abugida yang berpangkal pada huruf pallawa. Aksara ini mirip dengan
aksara jawa. Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk huruf.
7. Aksara
Bugis/Lontara
Sejarahnya lontara
mempunyai dua pengertian dalam bahasa bugis,yakni lontara sebagai sejarah dan
ilmu pengetahuan dan lontara sebagai tulisan. Kata lontara berasal dari bahasa
bugis yang berarti daun lontar karena awalnya ditulis dalam daun lontar. Daun
lontar ini memiliki lebar kira-kira 1 cm sedangkan panjangnya disesuaikan
dengan panjangnya tulisan. Tiap – tiap daun lontar disambungkan dengan
menggunakan benang lalu digulung pada
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Aksara Ka Ga Nga di Indonesia yaitu:
1.
Perebaran aksara
Ka Ga Nga di Indonesia meliputi aksara Rejang, aksara Batak, aksara Lampung,
aksara Sunda, aksara Bali dan aksara Bugis/Lontara
2.
Teknik baca dan
tulis aksara Ka Ga Nga yaitu sebagai berikut:
Penggunaan tanda baca aksara kaganga
merupakan huruf yang melambangkan bunyi suku kata yang bersifat konsonan.
Menurut jenisnya tanda baca aksara kaganga dapat dibedakan menjadi
a. Tanda baca
berbunyi huruf hidup (vocal) yaitu i, u, o, e, e', ei, ai, au.
b. Tanda huruf
mati (konsonan) yaitu n, m, r, h, ng, eak.
c. Tanda baca
mati.
d. Tanda baca
ganda. 1.
e. Tanda baca
huruf hidup (vokal) yaitu i, u, o, e, e', ei, ai, au.
f. Tanda baca
huruf mati yaitu n, m, r, h, ng, eak
Penulis menyebut metode ini dengan metode Galananya.
a. Dengan cara
mengingat urutan aksara setiap baris sambil membayangkan perubahan bentuk
aksara kita dapat menguasai keseluruhan aksara kaganga secara cepat. Urutan
bunyi aksara kaganga metode galananya: ga-la-na-nya-nga-ngga-gha ta-ra-ja-nja-nta pa-ha-ya-ma-mpa ba-mba-da-nda ka-a-ngka sa-wa- ca-nca
b. Teknik
menulis kaganga dimulai dengan menarik garis lurus dari kiri ke kanan dengan
kemiringan sudut 45 derajat, kemudian bergerak kebawah atau keatas sesuai
bentuk yang diinginkan hingga aksara terbentuk. Dengan menggunakan program
CorelDRAW(12) dapat dikuti tahapan langkah/gerakan mengalir dalam penulisan
aksara kaganga
B.
Saran
Kami sebagai penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca. Kita ketahui bahwa sekarang ini
masyarakat sudah tidak mengetahui tentang aksara-aksara sebagai peninggalan
sejarah tulisan di Nusantara. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat kami harapkan guna menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment