1

loading...

Wednesday, November 14, 2018

MAKALAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ’’TEORI-TEORI PERMULAAN"

MAKALAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN "TEORI-TEORI PERMULAA"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tokoh Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Dia dilahirkan di Switzerland, tetapi sebagian besarhidupnya dihabiskan di Perancis dimana dia menjadi filfus terpimpin pada masanya. Rousseau diakui sebagai bapak romantisisme, yaitu suatu gerakan dimana para seniman dan para penulis menekankan tema-tema sentimental, kealamiahan/ Kewajaran, dan kemurnian. (betri buat footnot hal:41
Ajaran filsafat naturalisme romantik Rousseau dalam Emile antara lain berisi gagasan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang bersasal dari Sang Pencipta adalah baik, tetapi segala sesuatu menjadi rusak karena tangan manusia”. Pendidikan Emile adalah pendidikan naturalistik atau alami dalam arti: 1) pendidikan yang mengembangkan kemampuan alami atau bakat / pembawaan anak, 2) pendidikan yang berlangsung dalam alam, 3) pendidikan negatif.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu teori romantic naturalism (JJ. Rousseau)
2.      Apa itu teori-teori perkembangan
3.      Apa itu tahapan-tahapan perkembangan

C.    Tujuan Penulis
1.      Mengetahui apa itu teori romantic naturalism (JJ. Rousseau)
2.      Mengetahui apa itu teori-teori perkembangan
3.      Mengetahui apa itu tahapan-tahapan perkembangan





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Romantic Naturalism (JJ Rousseau)
Tokoh Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Dia dilahirkan di Switzerland, tetapi sebagian besarhidupnya dihabiskan di Perancis dimana dia menjadi filfus terpimpin pada masanya. Rousseau diakui sebagai bapak romantisisme, yaitu suatu gerakan dimana para seniman dan para penulis menekankan tema-tema sentimental, kealamiahan/ Kewajaran, dan kemurnian.[1]
Ajaran filsafat naturalisme romantik Rousseau dalam Emile antara lain berisi gagasan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang bersasal dari Sang Pencipta adalah baik, tetapi segala sesuatu menjadi rusak karena tangan manusia”. Pendidikan Emile adalah pendidikan naturalistik atau alami dalam arti: 1) pendidikan yang mengembangkan kemampuan alami atau bakat / pembawaan anak, 2) pendidikan yang berlangsung dalam alam, 3) pendidikan negatif.
Yang mendasar bagi teori Rousseau adalah kembalinya kepada pandangan Descartes bahwa anak-anak dilahirkan dengan membawa pengetahuan dan ide yang berkembang secara alamiah dengan usianya. Pengetahuan itu diperoleh secara bertahap melalui interaksi dengan lingkungannya yang diarahkan oleh minat dan perkembangannya sendiri. Pengetahuan bawaan anak meliputi hal-hal seperti prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran, dan yang berada diatas semuanya yaitu rasa kesadaran. Rousseau memandang bahwa anak pada dasarnya adalah baik karena Tuhan membuat  segala sesuatu baik. (krogh, 1994: 15).
Sesuai dengan pandangan diatas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukan dengan mengajar anak dengan secara formal atau melalui pelajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman positif, diberi kebebasan dan mengikuti minat-minatspontannya. (krog, 1999:15).
Dalam biografinya Emile, Rousseau menyarankan bahwa untuk mendidik Emile paling sedikit harus mengandung 3 gagasan yang saat ini didukung oleh beberapa ahli pendidikan. Pertama, anak-anak dapat didorong untuk mempelajari disiplin ilmu (body of knowledge) hanya apabila  mereka telah memiliki kesiapan kognitif untuk mempelajarinya. Kedua, anak-anak belajar sebaik mungkin apabila mereka didorong secara mudah kepada informasi atau gagasan dan dilibatkan untuk memperoleh suatu pemahaman tentang dirinya melalui proses.
penemuan oleh dirinya sendiri. Ketiga, perawatan dan pendidikan anak harus membantu perkembangan secara permisif dari pada menggunakan jenis interaksi yang mengandung disiplin kaku, karena disiplin kaku tidak sesuai dengan pandangan yang lebih romantis tentang anak.
Sesuai dengan pandangannya bahwa anak dilahirkan membawa bakat yang baik, maka pendidikan adalah pengembangan bakat anak secara maksimal melaui pembiasaan, latihan, interaksi dengan alam, permainan, partisipasi dalam kehidupan, serta penyediaan kesempatan belajar dan belajar selaras dengan tahap-tahap perkembangan anak.

B.     Teori-teori Perkembangan
1.      Teori Behavioristik
Watson, Thorndike, dan Skinner adalah ahli behaviorisme yang terkenal. Skinner identik dengan teori stimulus-respon dan operant conditioning. Unsur-unsurnya meliputi bantuan dan hukuman. Kalau dalam classical conditioning, seorang anak diberikan stimulus dan suatu penghargaan dan mengharapkan penghargaan kapan saja stimulus diperkenalkan.
Kalau dalam operant conditioning perilaku sudah mendahului penguatan tersebut. Seperti percobaan pada tikus dan pedal dalam skinner box yang sudah kita pelajari sebelumnya. Jika seorang anak melengkapi suatu tugas dan memperlihatkan perilaku yang diinginkan, guru dapat menguatkan perilaku tersebut dengan memberi pujian,dsb. Penguatan negatif dapat diberikan untuk melepaskan anak dari tindakan atau situasi yang tidak menyenangkan. Contohnya, dengan memberikan “time out” pada anak, atau distrap.
Operant conditioning dapat digunakan untuk membentuk suatu perilaku dengan cara menyediakan bantuan ketika perilaku anak semakin menjauh dari tujuannya. Membentuk perilaku melibatkan kompunen berikut:
·         Mengarahkan perilaku yang diinginkan tersebut.
·         Perbaikan dari suatu dasar terhadap perilaku.
·         Memilih penguatan.
·         Menerapkan sistem penguatan secara sistematis.
Perilaku negatif dapat dikurangi dengan sikap orang dewasa yang tidak mendukung atau mengacuhkan perilaku anak yang tidak baik. Tujuan akhir dari teori ini adalah untuk semakin meningkatkan perilaku yang diinginkan untuk memberikan penghargaan pada anak, sehingga guru atau orang tua tidak perlu memberikan penghargaan secara terus menerus. Teori behavioris lebih terkait bagaimana anak berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual.[2]

2.      Teori Maturationis
Teori maturationis (kematangan) pertama kali ditemukan oleh Hll, Rousseau dan Gessel dimana ketiganya percaya bahwa anak harus diberi kesempatan berkembang.  Menurut teori ini, pengalaman memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan. Hal ini dipandang lebih baik dari teori behaviorisme.
Teori maturationis meyakini bahwa perkembangan fisik, sosial, intelektual, emosional, mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang pada dasarnya berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensi mereka apabila mereka ditempatkan pada suatu lingkungan yang optimal dan perkembangan mereka akan menjadi lambat apabila lingkungan tidak sesuai.
Teori maturationis menyatakan bahwa anak-anak akan mempunyai kesukaran disekolah apabila mereka “salah ditempatkan” dimana anak ditempatkan pada kelas yang memiliki tingkatan yang berbeda dengan tingkatan perkembangan si anak. Teori ini menekankan tahapan perkembangan si anak lebih penting dari sekedar penghargaan, hukuman, dll.

3.      Teori Interaksi
Teori interaksi atau perkembangan ditemukan oleh Piaget. Piaget percaya bahwa anak-anak itu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Anak-anak bukan merupakan objek penerima pengetahuan yang pasif, melainkan mereka dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman mereka ke dalam struktur mental yang kompleks.
Selanjutnya Piaget menguraikan tentang pemikiran anak-anak mengenai konsep asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Asimilasi terjadi ketika anak melakukan pencocokan informasi ke kategori yang ada. Jika anak diberikan pengetahuan tentang anjing, contoh tersebut akan dimasukkan ke kategori yang sudah ada. Jika kemudian diberikan pengetahuan tentang kucing, maka anak akan meciptakan suatu kategori baru dimana bukan hanya anjing hewan berbulu yang dapat digendong dan ditimang. Menciptakan suatu kategori baru adalah bagian dari akomodasi anak yang mana anak secepatnya menciptakan suatu struktur mental yang berkaitan dengan semua hewan yang ada.
Keseimbangan adalah merupakan bagian akhir dari sisa yang mencapai semua informasi dan pengalaman, yang kapan saja dapat dicocokan ke dalam suatu bagan yang baru diciptakan untuk hal tersebut. Keseimbangan ini berumur sangat pendek, sebagai suatu informasi dan pengalaman yang baru yang secara konstan ditemui oleh anak. Keseimbangan adalah proses dari pergerakan dari keadaan ketidakseimbangan kepada keadaan seimbang.
Pendukung teori Piagetian menggolongkan pengetahuan sebagai berikut yaitu perkembangan fisik, sosial, atau logika-matematika. Istilah yang digunakan dalam literatur untuk menguraikan kategori ini adalah meta-knowledge. Jika seorang anak memahami tentang sistem nomor, jumlah, maka ia juga memahami pengetahuan lain yang tidak bersifat sosial, fisik, atau logika-matematika.
Wadsworth menguraikan tentang defenisi belajar dalam terminologi para pengikut Piagetian: ada dua penggunaan. Penggunaan pertama, disebut sebagi makna di dalam pengertian yang luas, dimana bersinonim dengan kata perkembangan. Penggunaan kedua, adalah mengenai hal-hal yang lebih dangkal. Hal ini mengacu pada pengadaan informasi yang spesifik dari lingkungan, yang berasimilasi dalam suatu bagan yang ada. Bagi teori behavioristik, mengatakan memori dihafal tanpa berpikir. Sedangkan pada teori Poaget, belajar melibatkan konstruksi dan pengertian.

4.      Teori Psikoanalis
Sigmund Freud, bapak dari teori psikoanalitical, yang menggambarkan perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam terminologi dikatakan bahwa anak-anak bergerak melalui langkah-langkah yang berbeda dengan tujuan untuk mencari kepuasan yang berasal dari sumber yang berbeda, di mana mereka juga harus berusaha untuk menyeimbangkan keadaan tersebut dengan harapan orang tua. Mekanisme pertahanan diri diciptakan untuk tujuan agar dapat berhubungan dengan ketertarikan. Kebanyakan orang belajar untuk mengendalikan perasan mereka dan juga berusaha agar dapat diterima di dalam lingkungan sosial serta untuk mengintegrasi diri mereka.

5.      Teori Pengaruh
Berbagai teori yang berbeda mengemukakan sudut pandang mereka yang berbeda dalam hal menginterpretasikan pengamatan yang sudah mereka lakukan terhadap anak-anak ketika mereka tumbuh dan berkembang. Seorang anak akan berkembang secara menyeluruh. Perkembangan di suatu area pasti memengaruhi perkembangan di area lain. Sebagai contoh, ketika anak menjadi gesit ia membuka lebih banyak lagi hal-hal lain dari berbagai kemungkinan untuk melakukan eksplorasi dan belajar tentang lingkungan. Anak-anak yang merasakan bahwa mereka sedang belajar dengan sukses atau anak-anak yang merasa yakin tentang kemampuan fisik mereka memiliki kepercayaan diri yang baik. Anak-anak yang belajar untuk mampu mengendalikan perilaku mereka yang impulsif dapat berinteraksi dengan orang lain atau alat-alat permainan dalam waktu yang lebih lama, dimana hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan intelektual mereka. Perkembangan sosial, fisk, dan intelektual selalu berkaitan.

6.      Teori Kontruktivisme
Semiawan berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme bertolak dari suatu keyakinan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan itu sendiri, setelah dicernakan kemudian dipahami dalam diri individu, dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang. Pengetahuan itu diciptakan kembali dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, dan pemahamannya.
Vygotsky dikenal sebagai socialkultural constructivist berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajaran aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya. Prinsip dari teori Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses konstruksi membangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dimana anak tersebut berada.
Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan konsep Zone of Proximal Development (ZPD) sebagai kapasitas potensial belajar anak yang dapat erwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih terampil. Vygotsky mendefenisikan ZPD sebagai jarak antarab level perkembangan aktual dengan pemecahan masalah secara mandiri dengan level perkembangan potensial oleh pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa.
Stuyf mengatakan bahwa strategi pembelajaran pentahapan memberikan bantuan secara perseorangan berdasarkan ZPD. Aktifitas-aktifitas yang diberikan dalam pembelajaranscaffolding hanya melewati tingkatan yang dapat dilalui sendiri. Askep penting dalam pembelajaran scaffolding adalah bantuan bersifat sementara. Akhirnya anak dapat menyelesaikan tugas dengan sendirinya tanpa bantuan lagi.
Penerapan teori konstruktivisme dalam program kegiatan bermain pada anak usia dini haruslah memperlihatkan hal-hal berikut: anak hendknya memperoleh kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran pada anak usia diini hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan aktualnya, program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi, anak diberi kesempatan luas untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah, dan proses belajar tidak sekedar transfersal tetapi lebih kepada ko-konstruksi.


C.    Tahapan-tahapan Perkembangan
1.      Tahapan Perkembangan Periodisasi
Secara biologis tahapan perkembangan itu didasarkan kepada keadaan atau proses pertumbuhan tertentu. Salah satu tokoh yang memberikan ulasan terperinci mengenai tahapan perkembangan ini adalah Aristoteles, ia seorang filfus, tetapi ia juga sangat memahami tentang tahap-tahap perkembangan, sehingga ia dapat menjelaskan tahap-tahap perkembangan secara memadai dengan mengkhususkan pada pembahasan perkembangan anak sejak lahir hingga 20 tahun. Aristoteles kemudian mengklarifikasikan tahap perkembangan menjadi tiga periode yang masing-masing periode berlansung selama 7 tahun , dan antara periode yang satu dan yang lain mengikutinya dibatasi oleh adanya perubahan jasmani yang dianggapnya penting.[3]
Adapun perubahan jasmani yang dianggapnya penting ialah terjadiny pertukaran gigi diumur tujuh tahun, dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas seperti perubahan suara, kumis, dan tanda-tanda kelamin sekunder lainnya yang timbul pada umur 14 tahun. Atau dasar pembagian itu dibagi sebagai berikut:
o   Periode I: dari, 0,0 – 7,0 tahun (periode anak kecil)
o   Periode II dari 7,0 – 14,0tahun (periode sekolah)
o   Periode III dari 14,0 – 21,0 tahun (periode pubertas, masa peralihan usia anak menjadi dewasa)
Selain Aristoteles, ahli lain yang mengemukakan tentang tahab-tahab perkembangan ini Adalah Kretscmer. (Mudzakir & Sutrisno, 1997). Ia berpendapat bahwa sejak lahir hingga dewasa individu melewati empat tahapan, yaitu:
o   Tahap 1 : dari 0,0 sampai kira-kira 3,0 tahun disebut dengan fullungs (pengisian, periode ini anak kelihatan pendek.
o   Tahap II : dari kira-kira 3,o tahun sampai kira-kira 7,o tahun; yang disebut dengan streckungs (rentangan, periode ini anak terlihat langsing, memanjang, dan meninggi.
o   Tahap III : dari kira-kira 7,o tahun sampai kira-kira 13,o tahun, periode ini adak terlihat pendek gemuk kembali.
o   Tahab IV : dari kira-kira 13,o sampai kira-kira 2o tahun, masa ini kelihatan lansing kembali.
Ahli lain yang memberikan perkembangan dilihat dari periodissi biologis adalah Elizabeth B. Hurlock, seorang ahli perkembangan kepribadian dengan karyanya sangat terkenal, personality Development, ditulis pada 1898. Menurut Hurlock, pentahapan perkembangan individu dibagi kedalam lima tanap, yaitu:
o   Tahap I: fase prenatal (sebelum lahir), terhitung sejak proses kelahiran sampai 9 bulan
o   Tahap II: infancy (bayi baru lahir,  orok, terhitung sejak lahir sampai usia 1o atau 1 hari.
o   Tahab III: babyhood (bayi, mulai dari 14 hari sampai 2 tahun.
o   Tahap IV: Childhood (kanak-kanak), mulai dari 2 tahun sampai masa remaja (puber).
o   Tahap V: adolesence/puberty, mulai usia 11 atau 13 sampai 21 tahun. Pada tahap ini terbagi menjadi 3 golongan, yaitu: pre-adolescence, early adolescence, late adolescence.

Penahapan yang lebih lengkap dilihat dari aspek biologis ini adalah tahapan perkembangan yang diberikan oleh Sumiati Ahmad Mohammad. Ia membagi periodisasi biologis perkembangan manusia kedalam tujuh tahap, sebagai berikut:
o   Tahap I : mulai dari 0-7 tahun, disebut masa bayi
o   Tahap II : 7-6 tahun, disebut masa prasekolah
o   Tahap III : 6-10 tahun, disebut masa sekolah
o   Tahap IV : 10-20 tahun disebut masa pubertas
o   Tahap V : 20-40tahun, disebut dewasa
o   Tahap VI : 40-65 tahun, disebut masa setengah umur (praseneum).
o   Tahap VII : 65 tahun keatas, disebut masa lanjut usia (senium.)

2.      Tahap Perkembangan periode Didaktis
Dasar didaktis yang digunakan para ahli dapat digolongan kedalam 2 kategori: pertama, apa yang harus diberikan kepada anak didik pada masa tertentu?. Kedua, bagaimana caranya mengajarkan atau menyajiakan pengalaman belajar kepada anak didik pada masa-masa tertentu?. Kedua hal ini dilakukan secara bersmaan.
Para ahli yang memberikan penahapan perkembangan berdasarkan didaktis atau intruksionil adalah Comenius dan JJ. Rosseeau, Comenius memandang dari sudut pandang pendidikan , pendidikan yang lengkap bagi seseorang berlangsung dalam empat jenjang, yaitu:
o   Sekolah ibu (scola maternal), untuk anak-anak usia o-6 tahun.
o   Sekolah bahasa ibu (scola pernaculan) , untuk anak-anak usia 6-12 tahun.
o   Sekolah latin (scola latin) untuk remaja usia 12-18 tahun.
o   Akadem (akademica), untuk pemuda-pemudi usia 18-2 tahun.
Pada setiap jenjang sekolah tersebut diberikan bahan pengajaran, bahan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan haru digunakan metode yang sesuai dengan pekembanganya.
Adapun periodisasi perkembangan menurut Rosseau, tahapan perkembangan dibagi kedalam, empat yaitu:
o   Tahap I : mulai dari 0-2 tahun, disebut usia asuhan
o   Tahap II : mulai dari 2-12 tahun, disebut masa pendidikan dan masa pancaindra
o   Tahap III : mulai dari 12-15 tahun, disebut masa pendidikan akal
o   Tahap IV : mlai dari 15-2 tahun, disebut sebagai periode watak dan pendidikan agama.
3.      Tahapan Perkembangan Periodisasi Psikologis
Para ahli yang menggunakan aspek psikologis sebagai landasan dalam menganalisis tahap perkembangan mengidentifikasi pengalaman- pengalaman psikologis ana yang spesifik bagi individu agar dapat diterapkan dalam menandai sebagai masa perpindahan tertentu, dari fase ke satu ke fase yang lain dalam perkembangannya. Dalam hal ini, para ahli sepakat bhwa dalam perkembangan psikologis, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan.
Kegoncangan psikis itu dialami hampir semua orang , karena dapat digunakan sebagai ancar-ancar perpindahan dari masa yang stu ke masa yang lain dalam proses perkembangan. Selama masa perkembangan, pada umumnya individu mengalami masa kegoncangandua puber. (Syamsu, 2oo1: 22).
Berdasarkan dua masa goncangan tersebut, perkembangan individu dapat di gambarkn melewati tiga periode atau masa, yaitu:
o   Sejak lahir sampai masa kogoncangan pertama (tahun ke3 atau ke4 yang biasa disebut masa kanak-kanak).
o   Sejak masa kegoncangan pertama sampai goncangan kedua yang disebut masa keserasian bersekolah.
o   Sejak masa kegoncangan kedua smpai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ajaran filsafat naturalisme romantik Rousseau dalam Emile antara lain berisi gagasan sebagai berikut: “Segala sesuatu yang bersasal dari Sang Pencipta adalah baik, tetapi segala sesuatu menjadi rusak karena tangan manusia”. Pendidikan Emile adalah pendidikan naturalistik atau alami dalam arti: 1) pendidikan yang mengembangkan kemampuan alami atau bakat / pembawaan anak, 2) pendidikan yang berlangsung dalam alam, 3) pendidikan negatif.
Teori-teori perkembangan: Teori Behavioristik, teori Maturationis, teori interaksi, teori psikoanalisi, teori pengaruh dan teori konstruktuvisme.
Tahapan-tahapan perkembangan: Tahapan perkembangan periodisasi, Tahap perkembangan periode didaktis, tahapan perkembangan periodisasi psikologis.



 












DAFTAR PUSTAKA

Trianto, 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usi Dini TK/RA & Anak             Kelas Awal SD/MI. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Latif, Mukhtar dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan          Anak Usia Dini. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.





[1] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bgi Anak Usi Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.2011) hal:41-43
[2] Latif, Mukhtar, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini,  (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP 2013), hal: 73-74
[3]Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini,( Jakarta: KENCANA PRENADAMEDIA GROUP 2011), hal: 26-29


No comments:

Post a Comment