1

loading...

Wednesday, December 12, 2018

ANALISIS UNSUR INSTINSIK NOVEL BUMI


ANALISIS UNSUR INTINSIKNOVEL BUMI
KARYA “ TERE LIYE “


A.       Alur
      Robert Stanton, mengemukakan bahwa alur merupakan rangkaian pristiwa-pristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Pristiwa kausal merupakan pristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai pristiwa lain dan tidak dapat di abaikan karena  berpengaruh pada keseluruhan karya. [1] jadi alur adalah rangkaian peristiwa atau jalannya cerita kearah klimaks dan penyelesaian.
           Alur Maju :
           Namaku Raib. Aku murid baru disekolah. Usia ku lima belas tahun. Aku anak              tunggal, perempuan. (Hal. 5)

Alur Mundur :
           Waktu Usia ku 2 tahun, aku suka sekali bermain petak umpet.” (Hal. 6)

B.        Penokohan
               Robert Stanton, mengemukakan bahwa Penokohan biasanya dibagi dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter menuju pada individu-individu bertanya; “berapa karakter yang ada dalam cerita itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada pencampuran dari berbagai kepentingan,keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut seperti yang tampak emplisit  pada pertanyaan; “menurutmu, bagaimanka karakter dalam cerita itu?”. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu ‘karakter utama’ karakter yang terkait  dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita.[2] Jadi penokohan adalah  suatu karakter tokoh yang terkait dengan peristiwa yang berlangsung dalam cerita.

a. Penokohan Protagonis : Karena Raib, adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari dalam cerita.
 Raib             : suka membaca, pemalu, bijak, suka dengan pelajaran bahasa Indonesia.
           “ aku suka membaca”. “pelajaran bahasa aku amat menyukainya”. “ anak pemalu”. (Hal. 5 )
      b. Penokohan Deutragonis : Adalah tokoh lain yang berada di pihak protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protagonis.

1.      Seli          : teman sebangku Raib, selalu mendukung Raib, hoby nonton korea.
         “ Seli teman satu meja ku”. “ selalu asyik nonton film korea”. ( Hal. 21 )

2.      Ali           : Teman Raib , pencari masalah, genius, pemberani
                  “ Hei!” ali lebih dulu meloncat didepanku menghentikan gerakan tamus yang ingin menangkapku”. (Hal. 164 ) .
                  “ali teman sekelas Raib yang terkenal sekali suka mencari masalah”.  (Hal. 22)

3.      Miss Selena : mendukung Raib, tegas, disiplin, penuh tanggung jawab
   “ wajahnya jarang tersenyum, suaranya tegas, dan hukumannya selalu membuat murid malu”. ( Hal. 23 )
“ Miss selena dengan cepat melangkah mendekati seli. Satu tangannya menghantam dua orang tersisa yang langsung terbantik kelantai, satu tangannya lagi merobek jarring perak yang mengikat seli, dan membebaskannya.” (Hal.171)

4.      Ilo : penuh kasih sayang, desainer pakaian
        “ semua pakaian yang kalian kenakan adalah hasil desain dari suamiku “. ( Hal. 222)
5.      Vey : istri ilo, ramah , penuh kasih sayang
Dia tersenyum kearah kami. “ Bagaimana tidurnya ? nyenyak, bukan”.( Hal. 219)
“ ayo semua duduk, masakan sudah siap. “ ( Hal.222)

6.      Av : tegas
                  “ Av nama orang tua yang berpakaian abu-abu itu, berkata tegas kepada dua petugas perpustakaan.” (Hal. 243)

7.      Ou : periang
           “ Ou terlihat riang. Dia malah turun dari bangkunya, menyalami kami bergantian. “ (Hal. 223)
c. Penokohan Tritagonis : Adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonist dan antagonis.
8.      Ayah Raib  : penyayang, pekerja keras, romantis.
                  “ papa harus berhasil melewati fase ini dengan baik, Ra. Sekali papa berhasil memenangkan hati pemilik perusahaan, karier papa akan melesat cepat.
           “ Nah, papa mau apa?”
           “ Roti panggang penuh cinta,” dan “ jus jeruk penuh kasih sayang.” ( Hal. 11 )

9.      Ibu raib   : penyayang, ibu rumah tangga, dan cekatan
“ mama ibu rumah tangga yang hebat, cekatan. Mengurus semua keperluan rumah tangga sendirian tanpa pembantu.” ( Hal. 9 )

d. Antagonis : Antagonis adalah peran lawan, karena dia sering sekali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi.

10.  Tamus : penuh dendam dan tamak,
                  Hari ini seluruh rencana itu sempurna. Aku menguasai seluruh kota, memiliki buku kehidupan, dan kamu ada disini. Malam ini semua akan selesai.” (Hal. 416)

C.       Latar
               Asul Wiyanto, mengemukakan bahwa latar adalah tempat, waktu dan suasana terjadinya suatu adegan, adapun p[engertiang latar ialah elemen-elemen fiksi yang menyatakan pada pembaca dimana dan kapan terjadinya peristiwa. [3] jadi, latar adalah suatu yang menyatakan atau menunjukkan dimana dan kapan terjadinya peristiwa.
                Robert Stanton, mengemukakan bahwa Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah pristiwa dalam cerita, semesta yang berintraksi dengan pristiwa-pristiwa yang sedang berlangsung. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu(hari,bulan,dan tahun),cuaca, atau satu priode. [4] jadi, latar adalah suatu peristiwa dan tempat yang sedang berlangsung didalam sebuah cerita.

           a. Latar Tempat
               Latar tempat adalah latar yang berkaitan dengan suatu tempat terjadinya peristiwa. [5] jadi, latar tempat adalah latar yang menunjukkan deskrisi tempat suatu peristiwa didalam cerita.
           Rumah Raib : “  bukannya kamu tadi masih di kamar Ra? Berkali-kali mama teriaki kamu agar turun, sarapan. ( Hal. 8)

           Dikelas : “ Pagi, Anak-anak , keluarkan buku PR kalian. Sekarang. Ujar miss keriting” (Hal. 23 )

           Lorong sekolah : “ aku melangkah malas, mencari lokasi menunggu yang baik dilorong. nasib, aku menghela nafas sebal”. (Hal. 24 )

           Kantin : “ Kali ini aku benar-benar menimpuk seli dengan bola bakso. Seli tertawa dan cekatan menghindar. Tapi gawat! Bakso ku mengenai kepala anak dua belas ! kami terpaksa kabur dari kantin, sambil berteriak ke tukang bakso bayarnya nanti-nanti”. ( Hal. 38)

           Tokoh elektronik : “ setengah jam salip-menyalip, vespa mama sudah terparkir rapi di basement pusat perbelanjaan besar. Tujuan utama kami ke toko elektronik dibagian mesin cuci”. ( Hal. 50)

           Angkutan umum : “ angkutan umum terus mengambil jalur kiri, merangsek macet, membuat tambah macet meski penumpang seperti kami senang-senang saja, jadi lebih cepat. Aku tiba dirumah sesuai jadwal. Seli bilang dia saja yang teraktir bayar ongkos. “ ( Hal. 76 ).

           Aula sekolah : “ aula sekolah berubah persis seolah kami sedang ada ditanah lapang luas, tapi pada malam hari, dengan semburat cahaya bulan yang lembut . kami bisa menatap dari kejauhan, meski tidak jelas”. (Hal. 161)

           Rumah ilo : “ ilo memimpin didepan. Kami diantarkan ke kamar yang besar yang dulunya kamar anak ilo si sulung.” (Hal. 20
           Perpustakaan sentral : “ tempat semua catatan dan buku disimpan, semua ilmu dikumpulkan.” (Hal. 237)

           Stasiun sentral : “ selamat datang di stasiun sentral.” Ilo tertawa melihat wajah bingung kami“ (Hal. 229)

           Kapsul kereta : “ kapsul kereta yang kami naiki terus melesat cepat dalam jalur kereta. Di luar tidak terlihat apa-apa, tapi sepertinya kami masuk semakin dalam“ (Hal. 232)
           Kapsul yang kami naiki berputar cepat, belok dengan tajam masuk ke lorong kanan.” (Hal. 301)

           Hutan      : “ sekarang kita berada di tengah hutan lembah,”. Ilo menjawab.” (Hal. 268)

           b. Latar Suasana : Keadaan suatu peristiwa dalam suatu lingkungan.

           Tegang, : . “ Tamus tiba-tiba menampar miss selena. Tubuh miss selena terbanting ke lantai. Aku berseru. Seli yang terbaring di lantai. Pualam ikut berseru. Ali hanya meringkuk, entah apakah dia masih pingsan atau tidak .” (Hal.423)

   Bahagia,: “terima kasih, Ra,” miss selena berbisik. “ aku yang harus bilang terima kasih .  terima kasih banyak, miss selena.” Seli sekali lagi ikut memeluk Miss Selena. Kami bertiga berpelukan.” (Hal. 437)

           Menyedihkan :  Aku terhuyung, jatuh terduduk diatas bangku. Mama dan papa bukan orang tua ku? Itu mustahil.” (Hal. 252)

           c. Latar waktu :
                Pujiharto, mengemukakan bahwa latar waktu adalah hal yang mengacu pada saat terjadinya peristiwa dalam plot. [6]Jadi, latar    waktu adalah suatu hal yang berkaitan dengan terjadinya peristiwa.

           pagi hari, : “Pagi ini cerah , wajah-wajah sibuk menyambut pagi disiram cahaya lembut matahari. Langit terlihat bersih, hanya sisa air hujan diujung atap rumah, halte, pepohonan, juga genangan kecil dijalan.”

           siang hari, : “siang itu, seluruh cerita berbelok tajam. Saat kami melewati kembali lorong dibelakang sekolah, asyik mengobrol tentang Klub Menulis, salah satu petugas PLN berteriak Panik, “Awas!” (Hal.149)

malam hari : “ Papa baru pulang pukul sepuluh malam. Aku yang belum tidur, meski mematikan lampu sejak tadi, bergegas turun saat mendengar mobil memasuki garasi. (Hal.58)

           pulang sekolah. : “Aku boleh mengerjakan PR bahasa Indonesia di rumahmu ya, Ra?” seli memegang lenganku. Kami dalam perjalanan pulang sekolah.angkutan umum yang kami tumpangi penuh.“ (Hal. 76

D.       Judul
     Prof. Suminto A. Sayuti, mengemukakan bahwa Judul merupakan hal pertama dibaca oleh pembaca fiksi. Judul merupakan elemen lapisan luar suatu fiksi.[7] Jadi, judul adalah suatu halaman yang paling utama dibaca oleh pembaca.
           Jadi judul dalam novelnya adalah “Bumi-Tere Liye”


E.        Sudut pandang
                Prof. Suminto A. Sayuti mengemukakan bahwa sudut pandang adalah arah pandang terhadap pristiwa-pristiwa didalam cerita sehingga tercipta satu kesatuan cerita yang utuh. Atau pristiwa dan kejadian dalam cerita.[8] Jadi, sudut pandang adalah satu kesatuan peristiwa sebuah cerita yang utuh, dan kejadian dalam cerita

           a. Orang pertama pelaku utama : “ NAMA KU RAIB “ (Hal. 5)

F.        Gaya bahasa dan nada
               Prof. Suminto A. Sayuti, mengemukakan bahwa nada adalah sikap emosional pengarang yang di tampilkan dalam cerita. Nada bisa nampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantis, hironis, mistirius, seyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan.[9] Jadi, nada adalah yang Nampak dalam berbagai wujud yang penuh dengan perasaan dan suasana. 
                Robert stanton, mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang dalam menggunakan bahasa. [10] jadi, gaya adalah ciri khas pengarang dalam mengungkapkan sebuah cerita.

           a. Nada
           Rendah : “Nama ku Raib. Aku murid baru disekolah. Usiaku lima belas tahun. Aku anak tunggal, perempuan (Hal.5)

           Tinggi : “ Tutup mulut mu, selena! Lancang sekali kamu megajariku, seseorang yang mendidikmu sejak kecil, kamu ajari tentang moralitas, hah?” Tamus menggeramn (Hal.423)

           b.             Gaya
               bahasa Indonesia modern
               Halo, Gadis Kecil.” (Hal. 26)
               Cewek itu ketua geng Cheerleader.” (Hal. 38)

G.       Simbolisme
     Robert stanton, mengemukakan bahwa dalam fiksi, simbolisme dapat memunculkan tigak efek yang masing-masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan pertama, simbol muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukan makna peristiwa. Dua, satu simbol yang ditambilkan berulang-ulang. Mengingatkan kita akan beberapa elemet konstan dalam semesta cerita. Tiga, simbol yang muncul apa konteks yang berbeda-beda akan membantu kita menemukan tema. [11] jadi, simbolisme adalah suatu lambang yang muncul pada satu kejadian yang menunjukkan makna peristiwa.

           Apapun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat . apapun yang hilang tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang.” ( Hal. 99)

           “ setiap pintu masuk, selalu ada pintu keluar.”(Hal. 215)

           “seperti ada yang menuangkan tinta hitam ke air bening.” (Hal. 295)

H.       Ironi
               Robert stanton, mengemukakan bahwa Ironi adalah sebagai cara untuk menunjukan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah di duga sebelumnya. [12] Jadi, ironi adalah suatu kata sindiran yang berlawanan dengan apa yang diduga sebelumnya.

           `“ Lantas apa yang kamu ajarkan kepada mereka ? menyulam pakaian? Atau membuat anyaman? Atau jangan-jangan kamu guru berhitung mereka? Apakah kau berkata seperti ini? Murid-murid ku mari kita berhitung anak ayam, satu, dua, tiga –“ (Hal. 172)

I.          Tema
               Robert stanton, mengemukakan bahwa tema adalah gagasan utama dan maksud utama secara fleksibel, tergantung pada konteks yang ada. Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak.[13] Jadi, tema adalah gagasan utama yang menyeluruh dan membuat cerita lebih terfokus.
               Jadi novel dari Bumi-Tere Liye yang bertemakan “ Petualangan yang mencari jati diri sendiri.” Yang didapat dari tiga konflik yaitu sebagai berikut;
           a. “ darimana kekuatanku berasal, kekuatan yang tidak pernah aku mengerti hingga hari ini , kekuatan yang aku rahasiakan dari siapapun hingga umur ku lima belas tahun.” (Hal.7)
           b. “ satu sosok muncul begitu saja di depan delapan orang berbaris rapi. Orang itu yang muncul di cerminku tadi malam, dan malam-malam sebelumnya, sosok tinggi, kurus, wajahnya tirus, telinganya mengerucut, rambutnya meranggas, dengan bola mata hitam pekat. “ Sosok itu semakin dekat menyuruhku untuk ikut pergi dengannya secara paksa, tapi aku tetap menggelengkan kepala tidak mau ikut, ketakutan dan kebingungan yang aku rasakan pada saat itu, lalu sosok tinggi itu ingin menyeret ku, namun ali menghentikan sosok tinggi itu dengan pemukul kasti dan ali terbanting, dan seli pun membantu dengan kekuatan listriknya, kemudian seli yang tertangkap dan di ikat “(Hal. 161)
           c.  Buku PR Ra yang tidak tau apa maksudnya. “ Sejak beberapa hari lalu, aku sudah menggunakan berbagai cara, dan  buku PR matematika ku ini tetap saja buku biasa. (Hal. 187)                       
DAFTAR  PUSTAKA
               Robert, Stanton. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
               Harto, Puji, 2000. Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta : Ombak
               Utami, Ayu. 2013. Larung. Jakarta : Gramedia.
               Wiyanto, Asul, 2002. Trampil Bermain Drama. Jakarta : PT. Ormandia Widiasana Indonesia



                [1] Robert Stanton (teori fiksi).Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007  hal. 26
                [2] Robert Stanton (teori fiksi).Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007  hal. 33
                [3] Asul Wiyanto (terampil bermain drama).Grasido. hal.28
                [4] Robert Stanton (Teori fiksi). Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2007. Hal.35
                [5] Pujiharto (pengantar pengantar teori fiksi).  Ombak. Hal. 48
                [6] Pujiharto (pengantar teori fiksi). Ombak. Hal. 48
                [7] Prof. Suminto A. Sayuti (Kenalan dengan prosa fiksi). Yogyakarta : Gama Media, 2000. Hal. 147
                [8] Prof. Suminto A. Sayuti (Kenalan dengan prosa fiksi). Yogyakarta : Gama Media, 2000. Hal. 157
                [9] Ibid., Hal. 173
                [10] Robert Stanton. (Teori fiksi). (Yogyakarta : pustaka pelajar 2007. Hal. 61
                [11] Robert Stanton. (Teori fiksi). (Yogyakarta : pustaka pelajar 2007 Hal. 64
                [12] Ibid, Hal. 71
                [13]Ibid., Hal. 37

No comments:

Post a Comment