MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
“PEMIKIRAN PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI”
KATA PENGANTAR
Puja puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam kita kirim
kepaada Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawah kita dari zaman kebodohan
menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang .
Dengan demikian kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pendidikan Menurut Pemikiran
K.H.AHMAD DAHLAN DAN HASYIM ASY’ARI”. Mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
dengan lancar. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan baik materi
maupun pikirannya.
Kami menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami sebagai manusia biasa.
Selain itu makalah ini ditulis agar para peserta diskusi dapat memahami dan
mempelajari . oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Bengkulu,8 Desember 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh agama
islam yang disegani dan dihormati pada zamannya sebagai anak yang dibesarkan
dikeluarga yang kental dengan pendidikan agama di kampung kauman Yogyakarta.
Beliau terkenal pragmatis dengan semboyannya “sedikit bicara banyak bekerja”.
Dengan pola pemikiran bercorak rasyid ridha sebagai pembaharu islam, hal ini
dikarenakan saat beliau belajar di makkah sedang santer-santernya pemikiran
rasyid ridha yang berkembang di mesir dengan buah pemikirannya tentang
pemurnian ajaran islam dari segala hal yang berasal dari luar islam.
K.H. Hasyim Asy’ari juga merupakan
tokoh besar yang amat disegani pada zamannya hingga saat ini. Beliau dilahirkan
di jombang. Berasal dari Rahim seorang ibu dengan keluarga dan lingkungan
pesantren. Seorang yang ambisius akan pengetahuan akan membuat pribadi K.H.
Hasyim Asy’ari menjadi sangat disegani beliau juga pernah belajar di makkah
selama beberapa tahun. Pola pemikiran beliau yang bersifat kesufi-sufian
membuat daya tarik bagi penulis dengan membandingkannya dengan pola pemikiran
K.H. Ahmad Dahlan.
Kedua tokoh tersebut mempunyai
beberapa kesamaan yang bersifat umum diantaranya pernah berguru pada guru yang
sama di makkah yaitu Syaikh Ahmad Khotib
seorang guru besar yang berasal dari minangkabau sekaligud imam masjidil haram
saat itu. Walaupun dengan guru yang sama pola pemikiran beliau berbeda seperti
halnya yang tersirat dalam apa yang diajarkan ornes islam bentukan beliau yaitu
muhammadiyah dan nahdlatul ulama.[1]
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah
sejarah dan konsep pemikiran Ahmad
Dahlan?
2.
Bagaimanakah
sejarah dan konsep pemikiran Hasyim
Asy’ari?
3.
Bagaimanakah
relevansi pemikiran Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari terhadap islam kekinian?
C.
Tujuan masalah
1.
Untuk mengetahui sejarah dan
konsep pemikiran ahmad dahlan
2.
Untuk mengetahui sejarah dan konsep pemikiran hasyim asy’ari
3.
Untuk mengetahui relevansi pemikiran ahmad dahlan dan hasyim
asy’ari terhadap islam kekinian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi K.H.Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan di
lahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1
agustus tahun 1868 M dengan nama Muhammad Darwis, anak dari seorang K.H.Abu
Bakar Bin K.H.Sulaiman, khatib di masjid sultan kota itu. Ibunya adalah Siti
Aminah Bin K.H.Ibrahim, penghlu besar di Yogyakarta.[2]
Dalam sumber lain Ahmad Dahlan dilahirka pada tahun 1869.[3]
Muhammad darwis adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Adapun
saudara Muhammad darwis adalah (1) Nyai Chatib Arum, (2) Nyai Muhsinah, (3)
Nyai H.Sholeh, (4) M.Darwis, (5) Nyai Abdurrahman, (6) Nyai H.Muhammad fekih,
(7) Muhammad basir.[4]
Menurut buku
silsilah milik eyang Abdurrahman pleso kuning, silsilah keturunan muhammmad
darwis adalah sebagai berikut: Muhammad darwis putra H.Abu Bakar, putra
K.H.Muhammad Sulaiman, putra K.H.Murtadla, putra K.H.Iyas, putra Demang Jurang
juru kampindo, putra Jurang Juru Sapisan, putra Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig. Putra Maulana Muhammad Fadlullah (rapen), putra Maulana Ainul Jakin,
putra Maulana Ishaq dan Maulana Ibrahim.
Ia lahir dan
tumbuh dalam lingkungan yang sangat religious yang tinggi, yaitu masyarakat
kauman. Bahkan dalam catatan sejarah, setelah masjid agung keraton
Ngayogyakarto Hadiningrat selesai di bangun, beberapa keraton yang ahli dalam
masalah islam diminta untuk tinggal di sekitar masjid dan di serahi tugas untuk
memelihara dan memakmurkannya. Dari mereka inilah disebut-sebut sebagai cikal
bakal penduduk asli kampung kauman. Maka sangat wajar jika ahmad dahlan tumbuh
menjadi seorang ahli agama. Karena sejak kecil ia hidup dengan lingkungan yang
didasar agama yang kuat.
Dia mendirikan Organisasi Muhammadiyah, pada tanggal 18 Nopember 1912
oleh K.H.A. Dahlan (1868-1923), menerima pengaruh gagasan gagasan dan tafsiran
Muhammad Abduh tentang perlunya usaha reformasi dan pembaruan pendidikan Islam
di scluruh dunia. Usaha ini menjadi prasyarat bagi pembangunan kembali
peradaban ummat dalam menghadapi perubahan sosial yang begitu cepat di abad
moderen.
Dari sudut penglihatan di atas, kebangkitan Muhammadiyah bukanlah
semata-masa sebagai reaksi terhadap kegiatan missi Kris¬ten yang agresif di
Jawa Tengah sebagaimana dikatakan Amry
Vandenbosch.
Ada tiga faktor
yang mendorong lahirnya gerakan ini. Pertama, keterbelakangan dan kebodohan
ummat Islam Indonesia dalam hampir semua bidang kehidupan. Kedua, suasana
kemiskinan yang parah yang diderita ummat dalam suatu negeri kaya seperti
Indonesia. Ketiga, kondisi pendidikan Islam yang sudah sangat kuno seperti yang
terlihat pada pesantren.
Latar belakang pendidikan ahmad dahlan
1.
Belajar dari homeschooling
2.
Belajar dari guru keguru
B.
Konsep pemikiran Ahmad Dahlan
1.
Tujuan
Pemikiran KH.Ahmad
Dahlan merupakan respon pragmatis
terhadap kondisi ekonomi
umat Islam yang
tidak menguntungkan di Indonesia.
Masa di bawah kolonial Belanda, umat
Islam tertinggal secara
ekonomi, sosial dan politik
karena tidak memiliki
akses kepada sektorsektor pemerintahan
dan perusahaan-perusahaan swasta.
Kondisi yang demikian itu
menjadi perhatian KH.Ahmad Dahlan
dengan berusaha memperbaiki sistem pendidikan Islam.
Berangkat
dari kondisi ini, maka
menurut KH.Ahmad Dahlan, pendidikan
Islam bertujuan pada usaha
membentuk manusia muslim yang
berbudi pekerti luhur, ’alim
dalam agama, luas
pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakatnya. Berarti bahwa pendidikan Islam
merupakan upaya pembinaan
pribadi muslim sejati
yang bertaqwa, baik sebagai
’abd maupun khalīfah
fī alard. Untuk
mencapai tujuan ini, proses
pendidikan Islam hendaknya
mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama
untuk mempertajam daya intelektualitas dan
memperkokoh spritualitas peserta
didik. Menurut KH.Ahmad Dahlan, upaya
ini akan terealisasi manakala
proses pendidikan bersifat
integral.[5]
2.
Materi
Materi
pendidikan KH.Ahmad Dahlan adalah al-Qur’an dan Hadith, membaca,
menulis, berhitung menggambar. Materi al-Qur’an dan Hadith meliputi: ibadah,
persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya,
musyawarah, pembuktian kebenaran al-Qur’an dan Hadith menurut akal, kerjasama
antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu
dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berfikir, dinamika
kehidupan dan peranan manusia di dalamnya dan akhlak.[6]
3.
Metode
KH.Ahmad Dahlan mencermati pembelajaran yang
selama ini berlangsung di lembaga-lembaga Islam masih stagnan, tradisional yang
menyebabkan lamanya materi tertentu dipahami siswa. Usaha KH. Ahmad Dahlan dalam melakukan perombakan dalam metode pembelajaran
adalah menggunakan metode klasikal atau kelas sebagaimana sudah diterapkan
dalam sekolah gubernemen. Bagi KH.
4.
Peranan pendidik dan peserta didik
·
Berperanan sebagai: penyedia berbagai pengalaman yang akan
memunculkan motivasi belajar.
·
Pembimbing (a guide) bagi munid-murid dalam merumuskan masalah,
kegiatan penyelesaian masalah dan proyek-proyek mereka.
·
Merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas
untuk digunakan dalam memecahkan masalah.
·
Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan
masalah, dan bersama-sama anggota kelas mengevaluasi mengenai apa yang telah
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, informasi baru apa yang setiap siswa
peroleh, apa yang siswa temukan oleh dirinya.
C. Biografi
K.H.Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari
Lahir di Desa Nggedang Jombang pada Selasa Kliwon 24 Zulqaidah 1287 H/25 Juli
1871 M, dengan nama lengkap Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd al-Wahid ibn Abd
al-Halim. Menggunakan pesantren sebagai basis kegiatan dan melestarikan tradisi
lama, kemudian bergerak dalam bidang social keagamaan.
Hubungan antara
ulama dan pemerintah berjalan dengan harmonis. Mereka relative tidak
mempersoalkan, apakah bentuk Negara nya Islam atau bukan. Baginya, bentuk
pemerintahan yang dzalim relatif lebih baik daripada tidak ada pemerintahan
sama sekali.[7]
D.
Konsep pemikiran Hasyim Asy’ari
1.
Tujuan
KH. Hasyim Asyari menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu
pengetahuan dan belajar adalah mengamalkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat
sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak dan merupakan ibadah untuk mencari
ridha Allah.
KH. Hasyim Asy’ari
menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan
Islam di samping pemahaman terhadap pengetahuan adalah pembentukan insān
Islām kāmil yang penuh pemahaman secara benar dan sempurna terhadap
ajaran-ajaran Islam serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari
secara konsisten
2.
Materi
Menurut KH. Hasyim Asy’ari materi yang ditawarkan adalah materi-materi
yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT yang terangkum dalam ilmu fardu ‘ain.
bagian, yaitu:
a.
Ilmu pengetahuan yang tercela dan dilarang. Artinya, ilmu
pengetahuan yang tidak diharapkan kegunaannya, baik di dunia dan di akhirat,
seperti: ilmu sihir, nujum, ramalan nasib.
b. pengetahuan yang dalam keadaan tertentu
menjadi terpuji, tetapi jika mendalaminya tercela. Artinya ilmu yang sekiranya
didalami akan menimbulkan kekacauan pikiran, sehingga dikhawatirkan menimbulkan
kufur. Misalnya, ilmu kepercayaan dan kebatinan, ilmu filsafat.
c. Ilmu pengetahuan yang
terpuji, yakni ilmu pelajaranpelajaran agama dan berbagai macam ibadah. Ilmu
tersebut dapat menyucikan jiwa, melepaskan diri dari perbuatanperbuatan
tercela, membantu mengetahui kebaikan dan mengerjakannya, mendekatkan diri
kepada Allah SWT, mencari rido-Nya dan mempersiapkan dunia untuk kepentingan
akhirat.
3.
Metode
Metode
pembelajaran KH. Hasyim Asy’ari
menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kondisi siswa,
guru dan materi yang disampaikan.diantaranya adalah metode hafalan, metode ceramah, metode diskusi, metode tanya
jawab dan metode Tahdzīb wa targhīb.
Metode ceramah
menjadi perhatian KH. Hasyim Asy’ari
dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
Menghindari penjelasan yang terlalu panjang sehingga membosankan,
sebaliknya juga tidak terlalu ringkas sehingga substansi dari materi tidak
tersampaikan.
2.
Tidak terlalu tergesa-gesa dalam menjelaskan sehingga penjelasannya
dapat disimak dan dipikirkan oleh siswa.
3.
Apabila materi yang disampaikan lebih dari satu pembahasan, dimulai
dengan materi-materi yang penting.
4.
Pendidik dan peserta didik
KH. Hasyim
Asy’ari membangun suasana dialogis dalam proses pembelajaran. Meskipun
demikian, KH. Hasyim Asy’ari
menggarisbawahi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pelajar,
yaitu moralitas dan etika dalam menghormati serta menghargai seorang ulama.
Apalagi di lingkungan pesantren yang mempunyai gaya tersendiri dalam mendidik
para santri.
Kyai adalah simbol dari moralitas, yang
kedudukannya lebih dari sekadar ulama. Sebab, kyai dianggap tidak hanya
mengajarkan ilmu, tetapi juga mengajarkan moralitas. Di sinilah kenapa para
santri di pesantren sangat menghargai seorang kyai.
E.
Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari
terhadap Pendidikan Islam Kekinian
Dalam menyikapi
isu globalisasi, umat Islam terbagi ke dalam tiga kelompok; yaitu yang menerima
secara mutlak, menolak sama sekali dan pertengahan, yakni yang menyikapi secara
proposional. Perbedaan sikap ini berimplikasi terhadap respon dalam mensikapi
model pendidikan di Nusantara.
Pendidikan merupakan sarana yang paling
efektif dalam menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik di rumah,
sekolah maupun lingkungan masyarakat, dengan berbagai metode, cara dan geraknya
dapat dicegah pengaruh negatif yang bakal terjadi dari globalisasi. Dalam perkembangannya, pendidikan
Islam telah melahirkan
dua pola pemikiran yang
kontradiktif. Keduanya mengambil
bentuk yang berbeda,
baik pada aspek materi, sistem
pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari
respon sejarah pemikiran manusia dari
masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akanpendidikan.
Dua model bentuk yang dimaksud adalah
pendidikan Islam yang bercorak
tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan
Islam yang bercorak tradisionalis dalam
perkembangannya lebih menekankan pada
aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusif-literalis,
apologetis. Sementara pendidikan
Islam modernis, lama-kelamaan
ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh
mendasarnya. Tentu saja semua
faktor kelemahan tradisi
ilmiah di kalangan
muslim tidak tampil
secara merata pada semua
periode pemikiran dan
kelompok ilmuwan.
Namun,
pada umumnya bebannya masih
sangat terasa dewasa
ini. Jika ini
terjadi, secara teoretis, pendidikan
Islam tidak akan
pernah mampu memberikan
jawaban terhadap tuntutan liberasi, dan humanisasi. Orientasi yang
digagas KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam kenyataannya ternyata
memiliki muatan yang juga tidak berbeda dengan apa yang telah ditetapkan oleh
negara dalam bidang pendidikan. Memang secara umum keduanya mengutamakan muatan
pendidikan yang bersifat ukhrawi. Namun apabila dilihat lebih jauh bahwa
orientasi pendidikan ke arah ukhrawi mempunyai dampak positif dalam
mengembangkan keseimbangan antara kebutuhan jasmaniah dan rohani.
Keseimbangan ini akan menjadi dasar untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna
yakni dunia dan akhirat. Pesatnya arus
globalisasi yang ditingarai dengan kemajuan teknologi informatika yang bisa
diakses kapanpun dan oleh siapapun, tawuran pelajar yang sering terjadi di
kota-kota besar, pornografi, merupakan alasan yang mengharuskan kembalinya
peran basis moral dalam kehidupan, harus difahami sebagai ajakan kembali pada
konsep agama.
Penyelarasan
langkah antara akal dan hati, antara pemikiran dan ajaran agama. Tentang
penyertaan religius dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang berarti
berusaha membuat suasana keagamaan selama proses pendidikan. Kontribusi ini
punya peran besar dalam menumbuhkembangkan moral dan spiritual siswa. Dengan
orientasi ini maka perkembangan pendidikan tidak sekedar pada transfer
pengetahuan dengan pengajaran semata, tetapi lebih dari itu diharapkan mampu
membekali kepribadian yang mantap dan agamis terhadap anak didik.[8]
PENUTUP
BAB III
A.
Kesimpulan
1.
Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwasanya k.h.
ahmad dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi
dunia pendidikan di Indonesia. K.H.Ahmad Dahlan (Muhammad darwis) lahir di
kauman, Yogyakarta, 1 agustus 1868 M.
2.
K.H.Hasyim Asy’ari lahir di jombang, jawa timur 10 april 1875 M. KH.
Hasyim Asy’ari menyimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam di samping
pemahaman terhadap pengetahuan adalah pembentukan insān Islām kāmil yang penuh
pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-ajaran Islam serta mampu
mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.
B.
Saran
Menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana,Denih.2003.
pemikiran pendidikan islam K.H.Ahmad Dahlan dan K.H.Hasyim Asy’ari:studi
analisis-komparatif. Yogyakarta:pustaka belajar dan lkis
Muhibbi,Bin
Zuhri Ahmad.2010.Ahlusunnah Wal Jamaah.Surabaya:PT.Kholista
Mulkan,abdul
munir.2010.pembaharuan social dan kemanusiaan kyai ahmad
dahlan.Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara
Salam,
Junus.2009.Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah.Tanggerang:Al-Wasat
Publishing House.
Soedja,Muhammad.1993.kyai
haji ahmad dahlan.Jakarta:PT.Rhineka Cipta
Tabroni.2003.Pendidikan
Islam.Malang:Khalimashaba Press
[1] Denih maulana, “pemikiran pendidikan islam K.H.Ahmad Dahlan dan
K.H.Hasyim Asy’ari:studi analisis-komparatif”, (Yogyakarta fakultas tarbiyah
UIN sunan kalijaga, 2003)
[2] Junus Salam, gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tanggerang
Al-wasat Publising House,2009),hal.56
[3] Muhammad Soedja, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, (Jakarta:Rhineka
Cipta, 1993), hal.202
[4] Junus Salam,K.H.Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, hal.57
[5] Abdul Munir Mulkan, jejak pembaharuan social dan kemanusiaan
kiyai Ahmad Dahlan,(Jakarta:kompas media nusantara,2010), hal.128-129
[6] Nasrudi Ansori,matahari Pembaharuan rekam jejak K.H.Ahmad
Dahlan,(Yogykarta:Galang Press, 2010), hal.83
[7] Ahmad Muhibbi Bin Zuhri,Pemikiran K.H.M.Hasyim Asy’ari Tentang
Ahl Alsunnah Wal Jamaah.,(Surabaya :kholista, 2010), hal.67
[8] Tobroni, Pendidikan Islam,”Paradigma Teologis, Filosofis dan
Spiritualitas, hal.18
No comments:
Post a Comment