1

loading...

Sunday, December 9, 2018

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN  ISLAM
“PEMIKIRAN PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI”
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam kita kirim kepaada Nabi Muhammad SAW yang mana telah membawah kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang .
Dengan demikian kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pendidikan Menurut Pemikiran K.H.AHMAD DAHLAN DAN HASYIM ASY’ARI”. Mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan lancar. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan baik materi maupun pikirannya.
            Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami sebagai manusia biasa. Selain itu makalah ini ditulis agar para peserta diskusi dapat memahami dan mempelajari . oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

Bengkulu,8 Desember 2018


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh agama islam yang disegani dan dihormati pada zamannya sebagai anak yang dibesarkan dikeluarga yang kental dengan pendidikan agama di kampung kauman Yogyakarta. Beliau terkenal pragmatis dengan semboyannya “sedikit bicara banyak bekerja”. Dengan pola pemikiran bercorak rasyid ridha sebagai pembaharu islam, hal ini dikarenakan saat beliau belajar di makkah sedang santer-santernya pemikiran rasyid ridha yang berkembang di mesir dengan buah pemikirannya tentang pemurnian ajaran islam dari segala hal yang berasal dari luar islam.
K.H. Hasyim Asy’ari juga merupakan tokoh besar yang amat disegani pada zamannya hingga saat ini. Beliau dilahirkan di jombang. Berasal dari Rahim seorang ibu dengan keluarga dan lingkungan pesantren. Seorang yang ambisius akan pengetahuan akan membuat pribadi K.H. Hasyim Asy’ari menjadi sangat disegani beliau juga pernah belajar di makkah selama beberapa tahun. Pola pemikiran beliau yang bersifat kesufi-sufian membuat daya tarik bagi penulis dengan membandingkannya dengan pola pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. 
Kedua tokoh tersebut mempunyai beberapa kesamaan yang bersifat umum diantaranya pernah berguru pada guru yang sama  di makkah yaitu Syaikh Ahmad Khotib seorang guru besar yang berasal dari minangkabau sekaligud imam masjidil haram saat itu. Walaupun dengan guru yang sama pola pemikiran beliau berbeda seperti halnya yang tersirat dalam apa yang diajarkan ornes islam bentukan beliau yaitu muhammadiyah dan nahdlatul ulama.[1]

B.           Rumusan masalah

1.      Bagaimanakah sejarah dan  konsep pemikiran Ahmad Dahlan?
2.      Bagaimanakah sejarah dan  konsep pemikiran Hasyim Asy’ari?
3.      Bagaimanakah relevansi pemikiran Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari terhadap islam kekinian?

C.          Tujuan masalah
1.      Untuk  mengetahui sejarah dan konsep pemikiran ahmad dahlan
2.      Untuk mengetahui sejarah dan konsep pemikiran hasyim asy’ari
3.      Untuk mengetahui relevansi pemikiran ahmad dahlan dan hasyim asy’ari terhadap islam kekinian




 




BAB II
PEMBAHASAN
A.             Biografi K.H.Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan di lahirkan  di Yogyakarta pada tanggal 1 agustus tahun 1868 M dengan nama Muhammad Darwis, anak dari seorang K.H.Abu Bakar Bin K.H.Sulaiman, khatib di masjid sultan kota itu. Ibunya adalah Siti Aminah Bin K.H.Ibrahim, penghlu besar di Yogyakarta.[2] Dalam sumber lain Ahmad Dahlan dilahirka pada tahun 1869.[3]
Muhammad darwis adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Adapun saudara Muhammad darwis adalah (1) Nyai Chatib Arum, (2) Nyai Muhsinah, (3) Nyai H.Sholeh, (4) M.Darwis, (5) Nyai Abdurrahman, (6) Nyai H.Muhammad fekih, (7) Muhammad basir.[4]
Menurut buku silsilah milik eyang Abdurrahman pleso kuning, silsilah keturunan muhammmad darwis adalah sebagai berikut: Muhammad darwis putra H.Abu Bakar, putra K.H.Muhammad Sulaiman, putra K.H.Murtadla, putra K.H.Iyas, putra Demang Jurang juru kampindo, putra Jurang Juru Sapisan, putra Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig. Putra Maulana Muhammad Fadlullah (rapen), putra Maulana Ainul Jakin, putra Maulana Ishaq dan Maulana Ibrahim.
Ia lahir dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat religious yang tinggi, yaitu masyarakat kauman. Bahkan dalam catatan sejarah, setelah masjid agung keraton Ngayogyakarto Hadiningrat selesai di bangun, beberapa keraton yang ahli dalam masalah islam diminta untuk tinggal di sekitar masjid dan di serahi tugas untuk memelihara dan memakmurkannya. Dari mereka inilah disebut-sebut sebagai cikal bakal penduduk asli kampung kauman. Maka sangat wajar jika ahmad dahlan tumbuh menjadi seorang ahli agama. Karena sejak kecil ia hidup dengan lingkungan yang didasar agama yang kuat.
Dia mendirikan Organisasi Muhammadiyah, pada tanggal 18 Nopember 1912 oleh K.H.A. Dahlan (1868-1923), menerima pengaruh gagasan gagasan dan tafsiran Muhammad Abduh tentang perlunya usaha reformasi dan pembaruan pendidikan Islam di scluruh dunia. Usaha ini menjadi prasyarat bagi pembangunan kembali peradaban ummat dalam menghadapi perubahan sosial yang begitu cepat di abad moderen.
Dari sudut penglihatan di atas, kebangkitan Muhammadiyah bukanlah semata-masa sebagai reaksi terhadap kegiatan missi Kris¬ten yang agresif di Jawa Tengah sebagaimana  dikatakan Amry Vandenbosch.
Ada tiga faktor yang mendorong lahirnya gerakan ini. Pertama, keterbelakangan dan kebodohan ummat Islam Indonesia dalam hampir semua bidang kehidupan. Kedua, suasana kemiskinan yang parah yang diderita ummat dalam suatu negeri kaya seperti Indonesia. Ketiga, kondisi pendidikan Islam yang sudah sangat kuno seperti yang terlihat pada pesantren.

Latar belakang pendidikan ahmad dahlan
1.      Belajar dari homeschooling
2.      Belajar dari guru keguru

B.              Konsep pemikiran Ahmad Dahlan
1.      Tujuan
Pemikiran  KH.Ahmad  Dahlan  merupakan respon  pragmatis  terhadap  kondisi  ekonomi  umat  Islam  yang  tidak menguntungkan  di  Indonesia.  Masa di bawah  kolonial Belanda,  umat  Islam  tertinggal  secara  ekonomi, sosial  dan politik karena  tidak  memiliki  akses kepada  sektorsektor  pemerintahan  dan  perusahaan-perusahaan  swasta.  Kondisi yang  demikian  itu  menjadi  perhatian KH.Ahmad Dahlan dengan berusaha memperbaiki sistem pendidikan Islam.
 Berangkat  dari  kondisi ini,  maka  menurut KH.Ahmad Dahlan, pendidikan  Islam bertujuan  pada  usaha  membentuk  manusia muslim  yang  berbudi pekerti  luhur,  ’alim  dalam  agama,  luas  pandangan  dan  paham  masalah  ilmu keduniaan,  serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Berarti bahwa  pendidikan  Islam  merupakan  upaya  pembinaan  pribadi  muslim  sejati  yang bertaqwa,  baik  sebagai  ’abd  maupun  khalīfah    alard.  Untuk  mencapai  tujuan ini,  proses  pendidikan  Islam  hendaknya  mengakomodasi  berbagai  ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama untuk mempertajam daya intelektualitas dan  memperkokoh  spritualitas  peserta  didik.  Menurut  KH.Ahmad Dahlan,  upaya  ini  akan terealisasi  manakala  proses  pendidikan  bersifat  integral.[5]
2.      Materi
Materi pendidikan KH.Ahmad  Dahlan   adalah al-Qur’an dan Hadith, membaca, menulis, berhitung menggambar. Materi al-Qur’an dan Hadith meliputi: ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran al-Qur’an dan Hadith menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berfikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia di dalamnya dan akhlak.[6]
3.      Metode
 KH.Ahmad Dahlan mencermati pembelajaran yang selama ini berlangsung di lembaga-lembaga Islam masih stagnan, tradisional yang menyebabkan lamanya materi tertentu dipahami siswa. Usaha KH. Ahmad Dahlan    dalam melakukan perombakan dalam metode pembelajaran adalah menggunakan metode klasikal atau kelas sebagaimana sudah diterapkan dalam sekolah gubernemen. Bagi KH.

4.      Peranan pendidik dan peserta didik
·         Berperanan sebagai: penyedia berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi belajar.
·         Pembimbing (a guide) bagi munid-murid dalam merumuskan masalah, kegiatan penyelesaian masalah dan proyek-proyek mereka.
·         Merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas untuk digunakan dalam memecahkan masalah.
·         Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah, dan bersama-sama anggota kelas mengevaluasi mengenai apa yang telah dipelajari, bagaimana mempelajarinya, informasi baru apa yang setiap siswa peroleh, apa yang siswa temukan oleh dirinya.
C. Biografi K.H.Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari Lahir di Desa Nggedang Jombang pada Selasa Kliwon 24 Zulqaidah 1287 H/25 Juli 1871 M, dengan nama lengkap Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd al-Wahid ibn Abd al-Halim. Menggunakan pesantren sebagai basis kegiatan dan melestarikan tradisi lama, kemudian bergerak dalam bidang social keagamaan.
Hubungan antara ulama dan pemerintah berjalan dengan harmonis. Mereka relative tidak mempersoalkan, apakah bentuk Negara nya Islam atau bukan. Baginya, bentuk pemerintahan yang dzalim relatif lebih baik daripada tidak ada pemerintahan sama sekali.[7]
D. Konsep pemikiran Hasyim Asy’ari
1.   Tujuan
KH.  Hasyim Asyari  menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan  dan belajar  adalah mengamalkan  agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak dan merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah.
KH. Hasyim  Asy’ari menyimpulkan bahwa  tujuan  pendidikan  Islam di samping pemahaman terhadap pengetahuan adalah pembentukan insān Islām kāmil yang penuh pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-ajaran Islam serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten
2.      Materi
Menurut KH. Hasyim Asy’ari materi yang ditawarkan adalah  materi-materi  yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT yang terangkum  dalam ilmu fardu ‘ain.
bagian, yaitu:
a. Ilmu pengetahuan yang tercela dan dilarang. Artinya, ilmu pengetahuan yang tidak diharapkan kegunaannya, baik di dunia dan di akhirat, seperti: ilmu sihir, nujum, ramalan nasib.
 b.     pengetahuan yang dalam keadaan tertentu menjadi terpuji, tetapi jika mendalaminya tercela. Artinya ilmu yang sekiranya didalami akan menimbulkan kekacauan pikiran, sehingga dikhawatirkan menimbulkan kufur. Misalnya, ilmu kepercayaan dan kebatinan, ilmu filsafat.
c.  Ilmu pengetahuan yang terpuji, yakni ilmu pelajaranpelajaran agama dan berbagai macam ibadah. Ilmu tersebut dapat menyucikan jiwa, melepaskan diri dari perbuatanperbuatan tercela, membantu mengetahui kebaikan dan mengerjakannya, mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencari rido-Nya dan mempersiapkan dunia untuk kepentingan akhirat.
3.         Metode
              Metode pembelajaran KH. Hasyim Asy’ari  menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kondisi siswa, guru dan materi yang disampaikan.diantaranya adalah metode hafalan,  metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab dan metode Tahdzīb wa targhīb.
              Metode ceramah menjadi perhatian KH. Hasyim Asy’ari   dengan ketentuan sebagai berikut:
1.   Menghindari penjelasan yang terlalu panjang sehingga membosankan, sebaliknya juga tidak terlalu ringkas sehingga substansi dari materi tidak tersampaikan.
2.   Tidak terlalu tergesa-gesa dalam menjelaskan sehingga penjelasannya dapat disimak dan dipikirkan oleh siswa.
3.   Apabila materi yang disampaikan lebih dari satu pembahasan, dimulai dengan  materi-materi yang penting.
4.         Pendidik dan peserta didik
              KH. Hasyim Asy’ari membangun suasana dialogis dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian, KH. Hasyim Asy’ari   menggarisbawahi hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pelajar, yaitu moralitas dan etika dalam menghormati serta menghargai seorang ulama. Apalagi di lingkungan pesantren yang mempunyai gaya tersendiri dalam mendidik para santri.       
               Kyai adalah simbol dari moralitas, yang kedudukannya lebih dari sekadar ulama. Sebab, kyai dianggap tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga mengajarkan moralitas. Di sinilah kenapa para santri di pesantren sangat menghargai seorang kyai.


E.     Relevansi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Islam Kekinian
            Dalam menyikapi isu globalisasi, umat Islam terbagi ke dalam tiga kelompok; yaitu yang menerima secara mutlak, menolak sama sekali dan pertengahan, yakni yang menyikapi secara proposional. Perbedaan sikap ini berimplikasi terhadap respon dalam mensikapi model pendidikan di Nusantara.
             Pendidikan merupakan sarana yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dunia, melalui pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat, dengan berbagai metode, cara dan geraknya dapat dicegah pengaruh negatif yang bakal terjadi dari globalisasi. Dalam  perkembangannya,  pendidikan  Islam  telah  melahirkan  dua  pola pemikiran  yang  kontradiktif.  Keduanya  mengambil  bentuk  yang  berbeda,  baik pada aspek materi,  sistem pendekatan, atau dalam  bentuk  kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari respon sejarah pemikiran  manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akanpendidikan.
              Dua model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam yang bercorak  tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis. Pendidikan Islam  yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya lebih menekankan pada  aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusif-literalis, apologetis.  Sementara  pendidikan  Islam  modernis, lama-kelamaan ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh  mendasarnya.  Tentu  saja semua  faktor  kelemahan  tradisi  ilmiah  di  kalangan  muslim  tidak  tampil  secara merata  pada  semua  periode  pemikiran  dan  kelompok  ilmuwan.
              Namun,  pada umumnya  bebannya  masih  sangat  terasa  dewasa  ini.  Jika  ini  terjadi,  secara teoretis,  pendidikan  Islam  tidak  akan  pernah  mampu  memberikan  jawaban terhadap tuntutan liberasi, dan humanisasi. Orientasi yang digagas KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam kenyataannya ternyata memiliki muatan yang juga tidak berbeda dengan apa yang telah ditetapkan oleh negara dalam bidang pendidikan. Memang secara umum keduanya mengutamakan muatan pendidikan yang bersifat ukhrawi. Namun apabila dilihat lebih jauh bahwa orientasi pendidikan ke arah ukhrawi mempunyai dampak positif dalam mengembangkan keseimbangan antara kebutuhan jasmaniah dan rohani.
             Keseimbangan ini akan menjadi dasar  untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna yakni dunia dan akhirat.  Pesatnya arus globalisasi yang ditingarai dengan kemajuan teknologi informatika yang bisa diakses kapanpun dan oleh siapapun, tawuran pelajar yang sering terjadi di kota-kota besar, pornografi, merupakan alasan yang mengharuskan kembalinya peran basis moral dalam kehidupan, harus difahami sebagai ajakan kembali pada konsep agama.
            Penyelarasan langkah antara akal dan hati, antara pemikiran dan ajaran agama. Tentang penyertaan religius dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang berarti berusaha membuat suasana keagamaan selama proses pendidikan. Kontribusi ini punya peran besar dalam menumbuhkembangkan moral dan spiritual siswa. Dengan orientasi ini maka perkembangan pendidikan tidak sekedar pada transfer pengetahuan dengan pengajaran semata, tetapi lebih dari itu diharapkan mampu membekali kepribadian yang mantap dan agamis terhadap anak didik.[8]














PENUTUP
BAB III
A.                Kesimpulan
1.      Dari pembahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwasanya k.h. ahmad dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia. K.H.Ahmad Dahlan (Muhammad darwis) lahir di kauman, Yogyakarta, 1 agustus 1868 M.
2.   K.H.Hasyim Asy’ari lahir di jombang, jawa timur 10 april 1875 M.  KH. Hasyim  Asy’ari menyimpulkan bahwa  tujuan  pendidikan  Islam di samping pemahaman terhadap pengetahuan adalah pembentukan insān Islām kāmil yang penuh pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-ajaran Islam serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.

B.                 Saran
Menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.











DAFTAR PUSTAKA
Maulana,Denih.2003. pemikiran pendidikan islam K.H.Ahmad Dahlan dan K.H.Hasyim Asy’ari:studi analisis-komparatif. Yogyakarta:pustaka belajar dan lkis
Muhibbi,Bin Zuhri Ahmad.2010.Ahlusunnah Wal Jamaah.Surabaya:PT.Kholista
Mulkan,abdul munir.2010.pembaharuan social dan kemanusiaan kyai ahmad dahlan.Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara
Salam, Junus.2009.Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah.Tanggerang:Al-Wasat Publishing House.
Soedja,Muhammad.1993.kyai haji ahmad dahlan.Jakarta:PT.Rhineka Cipta
Tabroni.2003.Pendidikan Islam.Malang:Khalimashaba Press


[1] Denih maulana, “pemikiran pendidikan islam K.H.Ahmad Dahlan dan K.H.Hasyim Asy’ari:studi analisis-komparatif”, (Yogyakarta fakultas tarbiyah UIN sunan kalijaga, 2003)
[2] Junus Salam, gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tanggerang Al-wasat Publising House,2009),hal.56
[3] Muhammad Soedja, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, (Jakarta:Rhineka Cipta, 1993), hal.202
[4] Junus Salam,K.H.Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya, hal.57
[5] Abdul Munir Mulkan, jejak pembaharuan social dan kemanusiaan kiyai Ahmad Dahlan,(Jakarta:kompas media nusantara,2010), hal.128-129
[6] Nasrudi Ansori,matahari Pembaharuan rekam jejak K.H.Ahmad Dahlan,(Yogykarta:Galang Press, 2010), hal.83
[7] Ahmad Muhibbi Bin Zuhri,Pemikiran K.H.M.Hasyim Asy’ari Tentang Ahl Alsunnah Wal Jamaah.,(Surabaya :kholista, 2010), hal.67
[8] Tobroni, Pendidikan Islam,”Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas, hal.18

No comments:

Post a Comment