1

loading...

Sunday, December 9, 2018

MAKALAH SEJARAH DAKWAH



SEJARAH DAKWAH
“Sejarah Dakwah Islam Di Australia”



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dakwah Hingga hari ini tidak pernah berhenti, baik dalam bentuk tabligh, taklim,ceramah, atau dalam bentuk semangat pengalman Islam, baik dalam skala pribadi maupun publik. Meskipun gelombang pengurusan nilai-nilai Islam sangat besar dan berakibat pada melemahnya kekuatan penganutnya. Tetapi janji Allah untuk memelihara Al-qur’an dan memenangkan Islam selalau direalisasikan dengan menyiapakan para da’i yang aktif, saleh, peduali pada pengalamaan ajaran Islam,dan bersemangat menyebarkan ajaran Islam. Merekalah yang memelihara identitas umat di hari ini. Mereka jugalah yang membangkitkan semangat untuk bersabar menghadapi kondisi yang belum berpihak kepada Islam . Begitupula di Australia yang awalnya belum mengenal Islam, dan smpai kini telah mengenal Islam yang di sebarakan oleh para Nelayan dan pedagang sehingga Australia dapat mengenal Islam meskipun banyak minoritas umat Islam di Australia adalah kebanyakan Imgran, akan tetapi dapat membuat penyebaran Islam di Australia sangat berekembang terbukti dengan kelompok agama keempat terbesar di Australia adalh agama Islam. Dengan demikian dakwah Islam pada hakikatnya adalah membawah perubahan-perubahan dari yang tidak beriman menjadi beriman, dari yang beriman menajadi lebih beriman
(taqwa), dari yang tidak baik menjadi lebih baik, dan dari yang baik menjadi lebih  baik. Untuk mencapai maksud itulah, pendekatan yang membuat orang sadar akan keberagaman.
B.     Rumusan Masalah
1)      Pengertian Sejarah Islam di Australia ?
2)      Pengertian Australia Moderen dan Majemuk ?
3)      Pengertian Dakwah di Australia ?
4)      Pengertian Dakawah Intrekultural di Australia?
C.    Tujuan Penulis
1)      Untuk Mengetahui Sejarah Islam di Australia.
2)      Untuk Mengetahui penjelasan Australia Moderen dan Majemuk.
3)      Untuk Mengetahui Dakwah di Australia.
4)      Untuk Mengetahui Maksud dari Dakwah Interkultural di Australia.

BAB II
PEMBAHASAN
                                       
A.    Sejarah  Islam di Australia
Islam telah berekmbang bukan saja sebagai  sebuah agama yang dipraktikan oleh para pemeluknya di negara-negara Barat, akan tetap menjadi sebuah fenomena sosial, politik,hukum, ekonomi maupun budaya yang menarik untuk dikaji secara intensif dan mendalam, begitu juga di Australia. Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan dapat diperkirakan datang sebelum adanya pemukiman Eropa. Beberapa pengujung awal masyarakat Australia berasal dari bagian Timur negara Indonesia yaitu seorang pedagang dan Nelayan. Para Muslim di Australia memulai hubungan dengan daratan Australia diperkirakan pada abad 16 dan 17.
Nelayan dan pedagang dari Makasar Indonesia tiba di pinggiran utara Australia Barat, Australia Utara dan queensland. Mereka melakukan perdagangan dengan penduduk asli setempat dan mencari teripang sebagai makanan yang akan di perdagangakan di pasar Cina untuk mendapatkan keuntugan. Bukti dari kunjungan awal ini dapat terlihat dari beberapa kesamaan bahasa yang dimiliki orang Makasar dengan penduduk asli pinggitan di Australia. (Kedutaan Besar Australia Indonesia).Selain datanganya para pedagang dari Makassar Indonesia,populasi Muslim pertama dalam jumlah yang cukup banyak datang dari penunggang unta pada daswarsa 1800an.
Pada zamanya keberadaan komonitas Muslim di Australia dianggap sebagai hal yang meguntungkan dalam hal penunjang ekonomi masyarakat Australia, dimana banyak Muslim yang berdatangan dari kawasan Timur Tengah terutama Afghanistan untuk mengendarai unta sebagai hewan pengakut barang di daerah padang pasir dan bertempratur tinggi. Namun berbeda halnya bahwa Muslim tidak lagi  dianggap sebagai bagian yang “Membahayakan” kelasungan hidup kulit putih di Australia yang didominasi oleh budaya Anglo-Saxon. Akibat yang ditimbulkan dalam hal ini memunculkan kebijakan yang membatas perkembangan komonitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan  White Australia policy pada tahun1901. Kebijakan ini berpengaruh terhadap kedatangan imigran dari Timur Tengah dan Arab yang semakian lama semakin sedikit. Setelah kejadian tersebut kebijakan tersebut dihapuskan. Setelah itu muncul komonitas Islam di Australia dengan banyaknya imigran yang datang dari negara-negara Timur Tengah dan Arab yang semakin lama semakin sedikit. Setelah kejadian tersebut kebijakan di revisi pada tahuan 1958, dan pada tahun 1972 kebijakan tersebut dihapuskan. Setelah itu muncul kembali komonitas Islam di Australia dengan banyaknya imigrasi yang datang dari negara-negara Timur Tengah dan Arab.[1]

B.     Australia Moderen dan Majemuk
Australia Moderen dan Majemuk adalah kondisi Australia setelah terjadinya perang dunia ke II. Pada tahun 1947-1971 jumlah umat Islam di Australia moderen mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu meningkat dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini bermula dari adanya ledakan ekonomi yang terjadi pasca perang dunia ke II sehingga terjadinya pembukaan lapangan pekerjaan yang baru. Banyak Muslim dari Eropa terutama dari negara Turki yang memanfaatkan kesemptan ini untuk mencari kehidupan yang baru di Australia.
             Muslim di Australia sangat beraneka ragam. Pada sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim yang mendududki negara Australia, dari jumlah tersebut, 128.904 lahir di Australia dan sisanya merupakan imigran atau lahir diluar negri. Selain imigran dan Libanon dan Turki, negara asal Muslim lainnya adalah: Afganistan (15.965), Paksitan (13.821), Bangladesh (13.361) dan Indonesia (8.656).
Australia adalah sebuah benua yang berdiri diatas satu negara saja, artinya hanya ada satu negara saja yang menempati satu benua, tidak seperti benua lainnya yaitu Aisa, Eropa, Amerika maupun Afrika yang dihuni oleh berbagai bangsa dan negara. Muslim di Australia merupakan kelompok agama terbesar keempat, setelah Kristen, Atheisme (Tanpa Agama), dan Buddhisme. Menurut sensus penduduk pada tahun 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71% dari penduduk Australia adalah Muslim. Menurut komonikasi identitas keagamaan, masyarakat Muslim Australia merupakan masayarakat yang paliang beragama secara etnis atau secara ras, dengan anggota dari berbagai macam latar belakang yang berbeda.
Masyarakat Australia pada umumnya menganut pada sistem yang berbasis “keadilan” dimana menganut sistem demokrasi parlementer dan supremasi hukum yang masyarakatnya memiliki sikap terbuka dan ramah, terutama untuk pengujung yang datang ke Australia. Di Austrlia sendiri masyarakat bebas dalam hal mempertanyakan dan memperdebatakan sesuatu dari pada harus menerima mereka secara terpaksa atau membabi  buta. Masyarakat Australia juga menjujung tinggi asasi manusia dan kesetaraan gender.
Secara umum  Australia adalah masyarakat egilitarian, ini artinya tidak ada perbedaan kelas pada masyarakat Australia, seperti di negara-negara lain. Namun disisi lain ada beberapa masayrakat Australia yang beranggapan bahwa umat Islam tidak bisa dan tidak akan melakukan hal-hal serupa yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Australia karena mereka beranggapan bahwah Islam menolak nilai-nilai Barat karena adanya nilai fundamental Australia berdasarkan nilai Barat karena adanya nilai yang sangat bertolak belakang dengan kepercayaan.
Pada dasarnya kebanyakan Muslim Australia tidak memiliki masalah dengan nilai-nilai Barat dan nilai fudemental, Australia karena banyak dari Umat Islam yang melakukan Imigrasi ke Australia karena faktor pendukung Masyarakat Australia yang ramah terhadap pengujung. Umat Muslim yang sekarang bermukiman di Australia memiliki sudut pandang bahwa masyarakat Australia sangat murah hati dan dapat mengakomodasikan masayrakat dengan baik dengan menerima dari seluruh penjuru dunia, berbagai macam agama, warna, bahasa dan etnis.[2]

C.    Dakawah di Australia
Secara Historis, kaum muslimin pertama di Australia adalah para pengendara untuk yang membuka wilayah-wilayah pedalaman negri itu pada akhir abad dua puluh.Namun mereka tidak membentuk komonitas muslim secara menetap. Hal ini terjadi pada 1950-an setelah gelombang imigrasi kaum muslimin dari laut tengah , Tahun-tahun berikutnya kaum muslimin lebih banyak berdatangan , termasuk muslimin Turki yang datang atas dukungan mereka, dan sejumlah muslim Lebano yang melarikan diri dari akibat pearang saudra setelah 1975.[3]
Komnitas muslim di negara Australia terdiri dari muslim Lebanon yang  merupakan kelompok terbesar, kemudian diikuti oleh  Turki,Arab,Asia selatan, Asia Tenggara, negara bekas Yugoslavia, dan negara lain .Dan rata-rata mereka mendiami kota, seprti New South Wales dan Victoria. Sebagian besar muslim Australia adalah migran kelas pekerja dan secara ekonomi kurang beruntung , meskipun sebagian terutama orang Asia Selatan merupakan pekerjaan kantor dan kelas menengah.
Dalam banyak hal kaum muslimin di negara ini mengalami masalah sosial, seperti diskriminasi, stereotip negatif, dan konflik antar kebiasaan muslim serta adt setempat, seperti kesulitan untuk mencari waktu ibadah, ketidakpekaan lembaga kesehatan dan sekolah terhadap kepentingan kaum muslimin serta masalah hukum berkenaan dengan perkawainan dan perceraian. Sementara itu dalam berbagai kasus sikap ambivalen ( mendua) pemerintahan Australia terhadap keberanaan umat Islam di negeri Kanguru  ini merupakan pernik-pernik yang sangat menarik. Pemerintahan Australia misalnya selalu saja bersikaap seperti anak-anak yang melihat seeokar ular Piton. Mereka senang dan menginginkan keindahan tekstur kulitnya, namun mereka juga takut kalau sang ular menggigit dan membahayakannya. Hal ini terutama berkenaan dengan kenyataan bahwa kaum muslimin di Austaralia sangat dibutuhkan untuk menjalankan roda industri di hari Sabtu dan Minggu. Sabtu dan Minggu merupakan hari yang tidak mungkin memaksakan orang Australia pribumi masuk kerja meski dengan upah lembur. Faktor inilah yang kemudian menjadikan mereka berjuang untuk membuat kemajuan yang berarti dalam memapankan diri dan belajar dalam meraiah kesejajaran dengan masyarakat lainnya.
Sementara itu, ada hal menarik pada masyarakat muslim di Australia; bahwa Islam berkembang sangat dinamis terutama bagi kaum perempuan, hal ini diindikasikan dengan berbagai hal; kaum hawa yang masuk dan menjadi juru dakwah Islam di Australia sangat menonjol jumlah dan peranannya. Fenomena ini seakan mengindikasikan bahwa sebagaiman juga di Amerika, Islam sangat memikat bagi kaum hawa terpelajar. Hal ini tentu saja sangat kontras dengan isu anti-Islam yang biasa dilansir oleh feminis Barat yang sering beranggapan bahwa ajaran Islam menempatkan kaum hawa secara sangat opresif (menindas) dan penuh ketidak adilan. Pertanyaan yang pantas diajukan oleh karenanya adalah, jika benar Islam bersifat opresif terhadap wanita mengapa para wanita terpelajar bule di berbagai belahan dunia begitu banyak yang dengan antusias mempelajari, kemudian memeluk, dan mendakwakan Islam.[4]
Perhimpunan-perhimpunan Islam lokal pertam kali diorganisasikan di Australi Pada pertengahan 1950-an. Dan pada tahun 1970-an beberap perhimpunan sudah sangat mampan. Perhimpunan ini sebagian besar mengikuti kedekatan etnis. Adapun gerekan dakwah yang dikembangkan dari perhimpunan ini adalah membrikan pelayanan dalam bidang keagamaan, pendidikan, kebudayaan, dan kesejahteraan bagi komonitas yang sesuai dengan konstituen imigrannya. Ada pula Organisasi muslim (sejenis majelis taklim) perempuan. Pada tahun 1965 sebuah organisasi Islam didirikan dan berkembang pada tahu  1975 menjadi struktur tiga jenjang yang terdiri dari perhimpunan-perhimpunan lokak delapan dewan negara bagian, dan satu organisasi nasional baru, yaitu The Australian Federation of Islamic Council (AFIC). Meskipun perhimpunan lokal memiliki karakter etnis yang kuat, akan tetapi kesadaran akan identitas Islam yang lebih luas semakin meningkat. Dalam gerakannya, AFIC memberikan pelayanan pendidikan, kebudayaan, dan keagamaan walaupaun perhimpunan-perhimpunan lokal tetap memiliki otonomi. AFIC juga berfungsi mewakili kaum muslimin Australia sendiri di dalam maupun di luar negri, dan memberikan sertifikat halal pada makanan, seperti ternak potong Seperti halnya AFIC,dalam bidang pendidikan telah berdiri KKIC pada 1982, dan menjadi sekolah islam pertama di seluruh Australia. Jika di Indonesia, sekolah ini setara dengan tingkat dasar (SD) hingga sekolah lanjutan (SMU). Kini ada sekitar 30 sekolah serupa di seluruh Australia. Namun King Khalid diambil karena sekolah ini mendapat bantuan dana pertama kali dari Raja Fahd dari Arab Saudi. Namun kini KKIC mendapat  dua pertiga dana pengelolaan pendidikan dari pemerintahan negara bagian dan federal. Soal kurikulum, KKIC juga menggunakan kurikulum internasional. Bedanya dengan sekolah lainnya, sekolah ini menetapkan pelajaran Islam dan Al- Qur’an sebagai mata pelajran wajib. Mutu sekolah ini pun boleh diadu dengan sekolah umum. Selama tiga tahun terakhir, KKIC masuk jajaran sepuluh sekolah terbaik di seluruh Victoria.[5]
Kesederhanaan akan kehidupan multikultural tampaknya ditekankan pula dari dalam organisasi islam sendiri. Organisasi Islam yang berdiri menjadi payung bagi 28 organisasi di Victoria, dan berasal dari 78 latar belakang etnik yang berbeda. Kini jumlah muslim di Australia mencapai 400 ribu orang.Semarang itu, jumlah masjid di victoria sebanyak 60 buah. Pada umumnya muslim di sini adalah generasi kedua. Meraka berfikir, bahwa mereka harus terlibat dalam sistem yang ada. Untuk itu  gerakan dakwah yang paling menojol adalah berupaya menyadarakan agar mereka pun mengenal benar sistem yang berlaku. Secara formal, pemerintahan memebentuk sejumlah badan yang terkait dengan kehidupan multikultural dan para imigran. Salah satunya adalah Australia Multicultural Foundetion (AMF) di Melbourne yang dipimpin B. Hass Dellal. Masalahanya adalah bagaimana berupaya agar dengan banyaknya latar belakang budaya dan etnis itu, tetap bisa memanikan peran sebagai warga Australia. Australia menerapkan integrating System, sehingga orang beragama latar belakang tetap bisa mempertahkan budaya dan tradisinya. Dengan menerapkan prinsip Integrating System, pemerintah Australia tampaknya menyadari bahwa identitas diri memang tak dapat dihilangkan begitu saja Konsisiten pada sistem tampaknya terjadi tantangan bagi pemerintahan Australia.
Sementara itu, dalam menjalankan sebagian aktivitas gerakan dakwah, kaum muslim di Australia mendpat bantauan pemerintahan Turki dalam memilih dan mendukung umam untuk masjid-masjid Turki. Bantuan dalam bentuk keungan untuk untuk membangaun masjid banyak berasal dari Arab Saudi dan bersumber lain yang  disalurkan melalui AFIC. Perhimpunan lokal memilih imam (pemimpin jamaah) mereka masing-masing tetapi banyak didukung oleh AFIC dan badan – badan asing. Sehingga dinamika gerakan dakwah di negeri Kanguru ini terjalin suatu hubungan ummah yang luas bukan hanya pada tatatarn lokal saja, akan tepai secara kooperatif bekerja sama dengan umat Muslim luar.[6]
D.    Potret Dakwah Interkutural di Australia
Gambaran akan potret dakwah interkultural di tiga kota besar Australia digambarakan sebagai berikut:
1.      Dakwah Interkulutural di Melbourne, Vetoria    
Total populasi 5 juta jiwa yang menetap di Melbournw, sekitar 100.000 diantaranya adalah muslim; yang sebagian besar berlatar belakang Bosnia, Turki, Arab dan Albania. Masjid yang dikenal sebagai Masjid pertama di wilaya Victoria adalah AAIS (Albanian Australia Islamic Society) atau Masjid komonikasi Albania yang terletak di 765 Drummond St Nth Carlton VIC 3054. Masjid ini lebih terfokus untuk pelayanan ibadah atau shalat. Sedangkan Masjid yang lebih luas dengan ragam kegiatan yang cukup dikenal di Melbourne adalah Masjid Coburg atau Masjid Fatih yang dibanguan di tahun1976. Masjid ini membuka diri terhadap Muslim ataupun Non-Muslim untuk bisa lebih mengenal Islam lebih dekat.
Mayoritas Muslim Australia bermukim di Melboune dan umumnya mereka tinggal berkelompok dengan komonitasnya. Karenanya tak heran bila kemudian peningkatan pemahamaan keIslaman lebih banyak dikelola oleh komonitas yang bersngkutan. Masing-masing komonitas mempunyai Masjidnya masing-masing walau tidak menutup kemungkinan komonitas lain untuk bisa datang berkunjung. Kegiatan yang dilakukan pun disesuakian dengan kebutuhan Muslim komonitasnya masing-masing. Untuk bisa menyatukan semua komonitas muslim inilah, maka dibentukalah Islamic Council of Victoria (ICV) yang menaungi eberapa komonitas, diantaranya: Afghan Islamic Society, Albanian Australian Islamic Soclety, Australia Bangladesh Islamic Concil Inc, Australi Bosnian Islamic Center Deer Park, Cyprus Turkish Islamic Cultural Society, Eritrean Islamic Society of Australia, Indonesia Muslim Community of Victoria (IMCV), United Muslim Migrant Association dll.
Selaian itu, untuk lebih menganal Islam lebih  dekat pun, bisa dikunjungi Islamic Museum of Australia (IMA) yang terletak di 15A Anderson Road, Thornbury, VIC, Australia, 3071. Misi IMA adalah membentuk kesadaran dan pemahaman akan Islam dan juga budaya setempat.[7]
2.      Dakwah Interkultural ACT (Australia Capital Territory)
Canberra adalah ibukota negara Australia dengan luas area 2400 km dengan populasi penduduk sekitar 350.000 jiwa, dimana sekitar 4.300 jiwanya adalah muslim. Cenberra terltak  disisi tenggara, 650 km dari Melbourne dan 300 km dari sydney. Masjid yang terkenal di Canberra adalah Masjid Cenberra yang terletak di Yarralumla. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini pula menjadi pusat pendidikan bagi generasi muda muslim yang dikenal dengan nama Canberra Islamic School.
Miniminya Komonikasi Muslim di Canberra, membuat komonitas yang ada sangat erat satu dengan lainnya, mengesampingkan perbedaan etnik dan budaya yang melatarbelakanginya. Hal inilah yang membuat komonitas muslim  bersatu dalam beragam kegiatan yang diadakan Canberra Islamic Centre (CIC) Di awal tahun 2015, ketika fenomena islamphobia meningkat, CIC dirusak oleh beberapa oknum. Untuk mengantisipasi meningkat hal laian tidak diinginkan, CIC bekerjasama dengan kepolisian setempat membuka kelas kajian Islam, yakni kelas untuk mengenal Islam lebih jauh. Awalnya kelas tersebut ditujukan untuk staff keplisian sebagai upaya unruk bisa melihat muslim lebih nyata berdasarkan ajaran yang ada; bukan dari isu ataupun stereotip yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kelas ini pun lalu dibuka untuk masyarakat umum, sehingga mereka bisa mengenal Islam lebih baik.[8]

3.      Dakwah Interkultural Sydney ,NSW (New South Wales)
Sydney adalah kota tertua dan merupakan ibukota dari Negara bagian NSW (New South Wales). Kota ini terkenal dengan multikulturalnya. Dari 6,4 juta jiwa penduduk Sydney, kurang lebih 169.000nya adalah muslim. Karenanya, mencari makanan halal bukanlah hal yang sulit di Sydney.
Selain itu, secara keseluruhan, terdapat 167 tempat ibadah muslim di kota bagian NSW  82 diantaranya hanya dibuka saat lima waktu dan shalt jum’at yakni masjid yang dianggap permanen  sedang 85 lainnya hanya dibuka untuk beberapa hal, seperti untuk shalt lima waktu saja namuan tidak menyediakan layanan shalat jum’at, untuk shalat jum’at saja ataupun sedang dalam pembangunan. Umumny semua masjid ini dikelolah oleh relawan. Masjid pun mengelola finansial yang didaptakan daei sedekah, zakat fitrah, zakat hartadan kurban bekerja sama dengan lembaga kemanusian. Efektifitas fungsi masjid banyak di tentukan oleh pengelola. Semakin aktif kinerja pengelola, semakin bergam kegiatan danpelayanan yang ditawarkan pada jamaah. Dalam beberapa kasus dimana masjid tempat untuk melakukn shalat waktu sja tanpa  ada aktivitas lain melengkapai.
Hampir 50% imm masjid yang ada di NSW berusia kurang dari 40 tahun dan mereka adalah kauam muda yang sangat fasih berbahasa inggris. Khutbah jum’at di NSW  banyak disampaikan dalam bahasa inggris walau terkadang, dibeberapa masjid juga disertai dengan bahasa komonikasi tertentu dari mayoritas jamaah masjid yang ada.[9]
Dari ke-3 (tiga) wilayah yang dijadikan penelitian, tampak bahwa dakwah  interkulutural telah berjalan secara optimal, karena mencakup 3 (tiga) hal penting sebagai berikut:
1.      Kesadaraan heterogenitas
Terlepas dari keragamaan komonitas yang ada di Australia, namaun dakwah yang ada di Australia sudah mempertimbangkan heterogenitas yang ada, diantaranya dengan berupaya menterjemahakan materi dakwah ke dalam bahasa komonitas mayoritas.Karenanya didapati Dai, yang selain berkhutbah dengan bahasa Inggris , juga disertai dengan bahasa pendengar mayoritas, yang terkadang bahasa arab, pasto dan bahkan bahasa Indonesia.[10]

2.      Dakwah secara persuasif
Kegiatan muslim terbuka umtuk umum sehingga non-muslim bisa mengenal dan memilih Islam dengan kesdarannya dan bahkan kauam muslim sendiri makin mengenal ajarannya sendiri lebih baik. Bahkan ICV merekomendasikan agara Masjid membuka diri agar non-muslim bisa mengenal Islam secara langsung.
3.      Menafikan kebencian terhadap keyakian lain.
Dengan semakian terbikanya akses untuk memahami ajaran Islam lebih baik, maka menjadi satu keniscayaan untuk mampau menafikan kebencian terhadap keyakinan lain. Selain itu, kerjasama dalam bentuk interfaith semakin gencar dilakukan , baik di Melbourne maupun Canberra.[11]
E. Minoritas Islam di Australia
Jumlah kaum muslimin di Australia berubah-ubah antra 350 ribu jiwa. Prosentase kaum muslimin di sana hanya 1% dari seluruh jumlah penduduk, terdiri atas sejumlah bangsa. Yang terbesar adalah dari penduduk asli Lebanon.
1.      Masuknya Islam di Australia
Islam masuk melalui para imigran pada tahuan 1227 H/1850 M. Penguasa mendatangkan sejumlah imigran untuk membuka daerah-daerah sahara di Australia, maka berdatnganlah mereka dari Afganistan, Iran, dan Paksitan. Mereka membangun masjid-masjid, dan melakukan perdagangan dengan amanah serta menyebarkan ajaran Islam. Kedatangan mereka merupakan rombongan gelombng pertama.
Gelombang kedua adalah hijrahnyaa kaum muslimin dari sejumlah negara dalam fase yang berbeda-beda (dimulai pada tahun 1324/1915M). Kedatangan mereka umumnya adalah untuk mecari pekerjaan. Jumlah kaum muslimin di negeri ini semakin bertambah akibat dari hijrah ini.[12]
2.      Problematika yang Dihadapi Muslim Australia
a.       Isolasi/pengucilan dan sedikitnya hubungan di antara mereka, disebabkan di antara masyarakat Islam memiliki nasionalisme yang berbeda-beda.
b.      Sedikitnya sarana pembelajaran dan pengajran yang dimiliki lembaga-lembaga pendidikan Islam.
c.       Terdapat kesejangan yang besar antara para orang tua dan anak-anak mereka yang lahir di sana.
Di antarabsasaran penting yang perlu diwujudkan di sana adalah menyatukan kaum muslimin di bawah satu kepemimpinan, menambah pengajaran bahasa Arab dan Islam, serta menyediakan para imam dan guru-guru yang kompeten dalam jumlah cukup. Juga adanya jalinan kerja sama aktif dalam masyarakat Islam di Australia dalam semua strata dengan tujuan untuk menyebarkan Islam. Australia sebenar-nya termasuk tanah yang subur untuk menyebarkan Islam, karena di sana diberikan kebabasan beragama.[13]




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Islam telah berekmbang bukan saja sebagai  sebuah agama yang dipraktikan oleh para pemeluknya di negara-negara Barat, akan tetap menjadi sebuah fenomena sosial, politik,hukum, ekonomi maupun budaya yang menarik untuk dikaji secara intensif dan mendalam, begitu juga di Australia. Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan dapat diperkirakan datang sebelum adanya pemukiman Eropa. Beberapa pengujung awal masyarakat Australia berasal dari bagian Timur negara Indonesia yaitu seorang pedagang dan Nelayan. Para Muslim di Australia memulai hubungan dengan daratan Australia diperkirakan pada abad 16 dan 17.
Australia Moderen dan Majemuk adalah kondisi Australia setelah terjadinya perang dunia ke II. Pada tahun 1947-1971 jumlah umat Islam di Australia moderen mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu meningkat dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini bermula dari adanya ledakan ekonomi yang terjadi pasca perang dunia ke II sehingga terjadinya pembukaan lapangan pekerjaan yang baru. Banyak Muslim dari Eropa terutama dari negara Turki yang memanfaatkan kesemptan ini untuk mencari kehidupan yang baru di Australia
Secara Historis, kaum muslimin pertama di Australia adalah para pengendara untuk yang membuka wilayah-wilayah pedalaman negri itu pada akhir abad dua puluh.Namun mereka tidak membentuk komonitas muslim secara menetap. Hal ini terjadi pada 1950-an setelah gelombang imigrasi kaum muslimin dari laut tengah , Tahun-tahun berikutnya kaum muslimin lebih banyak berdatangan , termasuk muslimin Turki yang datang atas dukungan mereka, dan sejumlah muslim Lebano yang melarikan diri dari akibat pearang saudra setelah 1975.
1.      Dakwah Interkulutural di Melbourne, Vetoria
2.      Dakwah Interkultural ACT (Australia Capital Territory)
3.      Dakwah Interkultural Sydney ,NSW (New South Wales)
Jumlah kaum muslimin di Australia berubah-ubah antra 350 ribu jiwa. Prosentase kaum muslimin di sana hanya 1% dari seluruh jumlah penduduk, terdiri atas sejumlah bangsa. Yang terbesar adalah dari penduduk asli Lebanon.         


DAFTAR PUSTAKA

Ridla M. Rosyid, Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif, dan  Ruang Lingkup, Samudra Biru  (Yogyakarta 2017)
Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah ,  PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007),
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no 1,Tah
Al-Usairy Ahmad , Sejarah Islam, Akbar Media Eka Sarana  (Jakarta 2003 un 2016)


 



[1] Ridla M. Rosyid, Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif, dan  Ruang Lingkup, Samudra Biru  (Yogyakarta 2017) hlm 72
[2] Ridla M. Rosyid, Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif, dan  Ruang Lingkup, Samudra Biru (Yogyakarta  2017 ) hlm  89
[3]Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah ,  PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007), hlm  233.
[4] Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah ,  PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007), hlm  234
[5] Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah ,  PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007), hlm  235
[6] Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah ,  PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007), hlm  236
[7]  JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no 1,Tahun 2016  hlm 44
[8] JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no 1,Tahun 2016  hlm 45
[9] JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no 1,Tahun 2016  hlm 45
[10] JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no 1,Tahun 2016  hlm 46
[11] JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no 1,Tahun 2016  hlm 47
[12] Al-Usairy Ahmad , Sejarah Islam, Akbar Media Eka Sarana  (Jakarta 2003 ) hlm 556
[13] Al-Usairy Ahmad , Sejarah Islam, Akbar Media Eka Sarana  (Jakarta 2003 ) hlm 557

No comments:

Post a Comment