SEJARAH DAKWAH
“Sejarah Dakwah Islam Di Australia”
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dakwah Hingga hari ini tidak pernah berhenti, baik
dalam bentuk tabligh, taklim,ceramah, atau dalam bentuk semangat pengalman
Islam, baik dalam skala pribadi maupun publik. Meskipun gelombang pengurusan
nilai-nilai Islam sangat besar dan berakibat pada melemahnya kekuatan
penganutnya. Tetapi janji Allah untuk memelihara Al-qur’an dan memenangkan
Islam selalau direalisasikan dengan menyiapakan para da’i yang aktif, saleh,
peduali pada pengalamaan ajaran Islam,dan bersemangat menyebarkan ajaran Islam.
Merekalah yang memelihara identitas umat di hari ini. Mereka jugalah yang
membangkitkan semangat untuk bersabar menghadapi kondisi yang belum berpihak
kepada Islam . Begitupula di Australia yang awalnya belum mengenal Islam, dan
smpai kini telah mengenal Islam yang di sebarakan oleh para Nelayan dan
pedagang sehingga Australia dapat mengenal Islam meskipun banyak minoritas umat
Islam di Australia adalah kebanyakan Imgran, akan tetapi dapat membuat
penyebaran Islam di Australia sangat berekembang terbukti dengan kelompok agama
keempat terbesar di Australia adalh agama Islam. Dengan demikian dakwah Islam
pada hakikatnya adalah membawah perubahan-perubahan dari yang tidak beriman
menjadi beriman, dari yang beriman menajadi lebih beriman
(taqwa), dari yang tidak baik menjadi lebih baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik. Untuk mencapai maksud itulah, pendekatan yang membuat orang sadar akan keberagaman.
(taqwa), dari yang tidak baik menjadi lebih baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik. Untuk mencapai maksud itulah, pendekatan yang membuat orang sadar akan keberagaman.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian
Sejarah Islam di Australia ?
2) Pengertian
Australia Moderen dan Majemuk ?
3) Pengertian
Dakwah di Australia ?
4) Pengertian
Dakawah Intrekultural di Australia?
C.
Tujuan
Penulis
1) Untuk
Mengetahui Sejarah Islam di Australia.
2) Untuk
Mengetahui penjelasan Australia Moderen dan Majemuk.
3) Untuk
Mengetahui Dakwah di Australia.
4) Untuk
Mengetahui Maksud dari Dakwah Interkultural di Australia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Islam di Australia
Islam telah berekmbang bukan saja sebagai sebuah agama yang dipraktikan oleh para
pemeluknya di negara-negara Barat, akan tetap menjadi sebuah fenomena sosial, politik,hukum,
ekonomi maupun budaya yang menarik untuk dikaji secara intensif dan mendalam,
begitu juga di Australia. Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan
dapat diperkirakan datang sebelum adanya pemukiman Eropa. Beberapa pengujung
awal masyarakat Australia berasal dari bagian Timur negara Indonesia yaitu
seorang pedagang dan Nelayan. Para Muslim di Australia memulai hubungan dengan
daratan Australia diperkirakan pada abad 16 dan 17.
Nelayan dan pedagang dari Makasar Indonesia tiba di
pinggiran utara Australia Barat, Australia Utara dan queensland. Mereka
melakukan perdagangan dengan penduduk asli setempat dan mencari teripang
sebagai makanan yang akan di perdagangakan di pasar Cina untuk mendapatkan
keuntugan. Bukti dari kunjungan awal ini dapat terlihat dari beberapa kesamaan
bahasa yang dimiliki orang Makasar dengan penduduk asli pinggitan di Australia.
(Kedutaan Besar Australia Indonesia).Selain datanganya para pedagang dari
Makassar Indonesia,populasi Muslim pertama dalam jumlah yang cukup banyak
datang dari penunggang unta pada daswarsa 1800an.
Pada zamanya keberadaan komonitas Muslim di
Australia dianggap sebagai hal yang meguntungkan dalam hal penunjang ekonomi
masyarakat Australia, dimana banyak Muslim yang berdatangan dari kawasan Timur
Tengah terutama Afghanistan untuk mengendarai unta sebagai hewan pengakut
barang di daerah padang pasir dan bertempratur tinggi. Namun berbeda halnya
bahwa Muslim tidak lagi dianggap sebagai
bagian yang “Membahayakan” kelasungan hidup kulit putih di Australia yang
didominasi oleh budaya Anglo-Saxon.
Akibat yang ditimbulkan dalam hal ini memunculkan kebijakan yang membatas
perkembangan komonitas Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan White
Australia policy pada tahun1901. Kebijakan ini berpengaruh terhadap
kedatangan imigran dari Timur Tengah dan Arab yang semakian lama semakin
sedikit. Setelah kejadian tersebut kebijakan tersebut dihapuskan. Setelah itu
muncul komonitas Islam di Australia dengan banyaknya imigran yang datang dari
negara-negara Timur Tengah dan Arab yang semakin lama semakin sedikit. Setelah
kejadian tersebut kebijakan di revisi pada tahuan 1958, dan pada tahun 1972
kebijakan tersebut dihapuskan. Setelah itu muncul kembali komonitas Islam di
Australia dengan banyaknya imigrasi yang datang dari negara-negara Timur Tengah
dan Arab.[1]
B.
Australia
Moderen dan Majemuk
Australia Moderen dan Majemuk adalah kondisi
Australia setelah terjadinya perang dunia ke II. Pada tahun 1947-1971 jumlah
umat Islam di Australia moderen mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
yaitu meningkat dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini bermula dari adanya ledakan
ekonomi yang terjadi pasca perang dunia ke II sehingga terjadinya pembukaan
lapangan pekerjaan yang baru. Banyak Muslim dari Eropa terutama dari negara Turki
yang memanfaatkan kesemptan ini untuk mencari kehidupan yang baru di Australia.
Muslim di Australia sangat beraneka ragam. Pada
sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim yang mendududki negara
Australia, dari jumlah tersebut, 128.904 lahir di Australia dan sisanya
merupakan imigran atau lahir diluar negri. Selain imigran dan Libanon dan
Turki, negara asal Muslim lainnya adalah: Afganistan (15.965), Paksitan
(13.821), Bangladesh (13.361) dan Indonesia (8.656).
Australia adalah sebuah benua yang berdiri diatas
satu negara saja, artinya hanya ada satu negara saja yang menempati satu benua,
tidak seperti benua lainnya yaitu Aisa, Eropa, Amerika maupun Afrika yang
dihuni oleh berbagai bangsa dan negara. Muslim di Australia merupakan kelompok
agama terbesar keempat, setelah Kristen, Atheisme (Tanpa Agama), dan Buddhisme.
Menurut sensus penduduk pada tahun 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71% dari
penduduk Australia adalah Muslim. Menurut komonikasi identitas keagamaan,
masyarakat Muslim Australia merupakan masayarakat yang paliang beragama secara
etnis atau secara ras, dengan anggota dari berbagai macam latar belakang yang
berbeda.
Masyarakat Australia pada umumnya menganut pada
sistem yang berbasis “keadilan” dimana menganut sistem demokrasi parlementer
dan supremasi hukum yang masyarakatnya memiliki sikap terbuka dan ramah,
terutama untuk pengujung yang datang ke Australia. Di Austrlia sendiri
masyarakat bebas dalam hal mempertanyakan dan memperdebatakan sesuatu dari pada
harus menerima mereka secara terpaksa atau membabi buta. Masyarakat Australia juga menjujung
tinggi asasi manusia dan kesetaraan gender.
Secara umum
Australia adalah masyarakat egilitarian, ini artinya tidak ada perbedaan
kelas pada masyarakat Australia, seperti di negara-negara lain. Namun disisi
lain ada beberapa masayrakat Australia yang beranggapan bahwa umat Islam tidak
bisa dan tidak akan melakukan hal-hal serupa yang dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat Australia karena mereka beranggapan bahwah Islam menolak nilai-nilai
Barat karena adanya nilai fundamental Australia berdasarkan nilai Barat karena
adanya nilai yang sangat bertolak belakang dengan kepercayaan.
Pada dasarnya kebanyakan Muslim Australia tidak
memiliki masalah dengan nilai-nilai Barat dan nilai fudemental, Australia
karena banyak dari Umat Islam yang melakukan Imigrasi ke Australia karena
faktor pendukung Masyarakat Australia yang ramah terhadap pengujung. Umat
Muslim yang sekarang bermukiman di Australia memiliki sudut pandang bahwa
masyarakat Australia sangat murah hati dan dapat mengakomodasikan masayrakat
dengan baik dengan menerima dari seluruh penjuru dunia, berbagai macam agama,
warna, bahasa dan etnis.[2]
C.
Dakawah
di Australia
Secara Historis, kaum muslimin pertama di Australia
adalah para pengendara untuk yang membuka wilayah-wilayah pedalaman negri itu
pada akhir abad dua puluh.Namun mereka tidak membentuk komonitas muslim secara
menetap. Hal ini terjadi pada 1950-an setelah gelombang imigrasi kaum muslimin
dari laut tengah , Tahun-tahun berikutnya kaum muslimin lebih banyak
berdatangan , termasuk muslimin Turki yang datang atas dukungan mereka, dan
sejumlah muslim Lebano yang melarikan diri dari akibat pearang saudra setelah
1975.[3]
Komnitas muslim di negara Australia terdiri dari
muslim Lebanon yang merupakan kelompok
terbesar, kemudian diikuti oleh
Turki,Arab,Asia selatan, Asia Tenggara, negara bekas Yugoslavia, dan
negara lain .Dan rata-rata mereka mendiami kota, seprti New South Wales dan
Victoria. Sebagian besar muslim Australia adalah migran kelas pekerja dan
secara ekonomi kurang beruntung , meskipun sebagian terutama orang Asia Selatan
merupakan pekerjaan kantor dan kelas menengah.
Dalam banyak hal kaum muslimin di negara ini
mengalami masalah sosial, seperti diskriminasi, stereotip negatif, dan konflik
antar kebiasaan muslim serta adt setempat, seperti kesulitan untuk mencari
waktu ibadah, ketidakpekaan lembaga kesehatan dan sekolah terhadap kepentingan
kaum muslimin serta masalah hukum berkenaan dengan perkawainan dan perceraian.
Sementara itu dalam berbagai kasus sikap ambivalen ( mendua) pemerintahan
Australia terhadap keberanaan umat Islam di negeri Kanguru ini merupakan pernik-pernik yang sangat
menarik. Pemerintahan Australia misalnya selalu saja bersikaap seperti
anak-anak yang melihat seeokar ular Piton. Mereka senang dan menginginkan
keindahan tekstur kulitnya, namun mereka juga takut kalau sang ular menggigit
dan membahayakannya. Hal ini terutama berkenaan dengan kenyataan bahwa kaum
muslimin di Austaralia sangat dibutuhkan untuk menjalankan roda industri di
hari Sabtu dan Minggu. Sabtu dan Minggu merupakan hari yang tidak mungkin
memaksakan orang Australia pribumi masuk kerja meski dengan upah lembur. Faktor
inilah yang kemudian menjadikan mereka berjuang untuk membuat kemajuan yang
berarti dalam memapankan diri dan belajar dalam meraiah kesejajaran dengan
masyarakat lainnya.
Sementara itu, ada hal menarik pada masyarakat
muslim di Australia; bahwa Islam berkembang sangat dinamis terutama bagi kaum
perempuan, hal ini diindikasikan dengan berbagai hal; kaum hawa yang masuk dan
menjadi juru dakwah Islam di Australia sangat menonjol jumlah dan peranannya.
Fenomena ini seakan mengindikasikan bahwa sebagaiman juga di Amerika, Islam
sangat memikat bagi kaum hawa terpelajar. Hal ini tentu saja sangat kontras
dengan isu anti-Islam yang biasa dilansir oleh feminis Barat yang sering
beranggapan bahwa ajaran Islam menempatkan kaum hawa secara sangat opresif
(menindas) dan penuh ketidak adilan. Pertanyaan yang pantas diajukan oleh
karenanya adalah, jika benar Islam bersifat opresif terhadap wanita mengapa
para wanita terpelajar bule di berbagai belahan dunia begitu banyak yang dengan
antusias mempelajari, kemudian memeluk, dan mendakwakan Islam.[4]
Perhimpunan-perhimpunan Islam lokal pertam kali diorganisasikan
di Australi Pada pertengahan 1950-an. Dan pada tahun 1970-an beberap
perhimpunan sudah sangat mampan. Perhimpunan ini sebagian besar mengikuti
kedekatan etnis. Adapun gerekan dakwah yang dikembangkan dari perhimpunan ini
adalah membrikan pelayanan dalam bidang keagamaan, pendidikan, kebudayaan, dan
kesejahteraan bagi komonitas yang sesuai dengan konstituen imigrannya. Ada pula
Organisasi muslim (sejenis majelis taklim) perempuan. Pada tahun 1965 sebuah
organisasi Islam didirikan dan berkembang pada tahu 1975 menjadi struktur tiga jenjang yang
terdiri dari perhimpunan-perhimpunan lokak delapan dewan negara bagian, dan
satu organisasi nasional baru, yaitu The
Australian Federation of Islamic Council (AFIC). Meskipun perhimpunan lokal
memiliki karakter etnis yang kuat, akan tetapi kesadaran akan identitas Islam
yang lebih luas semakin meningkat. Dalam gerakannya, AFIC memberikan pelayanan
pendidikan, kebudayaan, dan keagamaan walaupaun perhimpunan-perhimpunan lokal
tetap memiliki otonomi. AFIC juga berfungsi mewakili kaum muslimin Australia
sendiri di dalam maupun di luar negri, dan memberikan sertifikat halal pada
makanan, seperti ternak potong Seperti halnya AFIC,dalam bidang pendidikan
telah berdiri KKIC pada 1982, dan menjadi sekolah islam pertama di seluruh
Australia. Jika di Indonesia, sekolah ini setara dengan tingkat dasar (SD)
hingga sekolah lanjutan (SMU). Kini ada sekitar 30 sekolah serupa di seluruh
Australia. Namun King Khalid diambil karena sekolah ini mendapat bantuan dana
pertama kali dari Raja Fahd dari Arab Saudi. Namun kini KKIC mendapat dua pertiga dana pengelolaan pendidikan dari
pemerintahan negara bagian dan federal. Soal kurikulum, KKIC juga menggunakan
kurikulum internasional. Bedanya dengan sekolah lainnya, sekolah ini menetapkan
pelajaran Islam dan Al- Qur’an sebagai mata pelajran wajib. Mutu sekolah ini
pun boleh diadu dengan sekolah umum. Selama tiga tahun terakhir, KKIC masuk
jajaran sepuluh sekolah terbaik di seluruh Victoria.[5]
Kesederhanaan akan kehidupan multikultural tampaknya
ditekankan pula dari dalam organisasi islam sendiri. Organisasi Islam yang
berdiri menjadi payung bagi 28 organisasi di Victoria, dan berasal dari 78
latar belakang etnik yang berbeda. Kini jumlah muslim di Australia mencapai 400
ribu orang.Semarang itu, jumlah masjid di victoria sebanyak 60 buah. Pada
umumnya muslim di sini adalah generasi kedua. Meraka berfikir, bahwa mereka
harus terlibat dalam sistem yang ada. Untuk itu
gerakan dakwah yang paling menojol adalah berupaya menyadarakan agar mereka
pun mengenal benar sistem yang berlaku. Secara formal, pemerintahan memebentuk
sejumlah badan yang terkait dengan kehidupan multikultural dan para imigran.
Salah satunya adalah Australia
Multicultural Foundetion (AMF) di Melbourne yang dipimpin B. Hass Dellal.
Masalahanya adalah bagaimana berupaya agar dengan banyaknya latar belakang
budaya dan etnis itu, tetap bisa memanikan peran sebagai warga Australia.
Australia menerapkan integrating System,
sehingga orang beragama latar belakang tetap bisa mempertahkan budaya dan
tradisinya. Dengan menerapkan prinsip Integrating
System, pemerintah Australia tampaknya menyadari bahwa identitas diri
memang tak dapat dihilangkan begitu saja Konsisiten pada sistem tampaknya terjadi
tantangan bagi pemerintahan Australia.
Sementara itu, dalam menjalankan
sebagian aktivitas gerakan dakwah, kaum muslim di Australia mendpat bantauan
pemerintahan Turki dalam memilih dan mendukung umam untuk masjid-masjid Turki.
Bantuan dalam bentuk keungan untuk untuk membangaun masjid banyak berasal dari
Arab Saudi dan bersumber lain yang
disalurkan melalui AFIC. Perhimpunan lokal memilih imam (pemimpin
jamaah) mereka masing-masing tetapi banyak didukung oleh AFIC dan badan – badan
asing. Sehingga dinamika gerakan dakwah di negeri Kanguru ini terjalin suatu
hubungan ummah yang luas bukan hanya
pada tatatarn lokal saja, akan tepai secara kooperatif bekerja sama dengan umat
Muslim luar.[6]
D.
Potret
Dakwah Interkutural di Australia
Gambaran akan potret dakwah interkultural di tiga
kota besar Australia digambarakan sebagai berikut:
1.
Dakwah
Interkulutural di Melbourne, Vetoria
Total populasi 5 juta jiwa yang menetap di
Melbournw, sekitar 100.000 diantaranya adalah muslim; yang sebagian besar
berlatar belakang Bosnia, Turki, Arab dan Albania. Masjid yang dikenal sebagai
Masjid pertama di wilaya Victoria adalah AAIS (Albanian Australia Islamic
Society) atau Masjid komonikasi Albania yang terletak di 765 Drummond St Nth
Carlton VIC 3054. Masjid ini lebih terfokus untuk pelayanan ibadah atau shalat.
Sedangkan Masjid yang lebih luas dengan ragam kegiatan yang cukup dikenal di
Melbourne adalah Masjid Coburg atau Masjid Fatih yang dibanguan di tahun1976.
Masjid ini membuka diri terhadap Muslim ataupun Non-Muslim untuk bisa lebih
mengenal Islam lebih dekat.
Mayoritas Muslim Australia bermukim di Melboune dan
umumnya mereka tinggal berkelompok dengan komonitasnya. Karenanya tak heran
bila kemudian peningkatan pemahamaan keIslaman lebih banyak dikelola oleh
komonitas yang bersngkutan. Masing-masing komonitas mempunyai Masjidnya
masing-masing walau tidak menutup kemungkinan komonitas lain untuk bisa datang
berkunjung. Kegiatan yang dilakukan pun disesuakian dengan kebutuhan Muslim
komonitasnya masing-masing. Untuk bisa menyatukan semua komonitas muslim
inilah, maka dibentukalah Islamic Council of Victoria (ICV) yang menaungi
eberapa komonitas, diantaranya: Afghan Islamic Society, Albanian Australian
Islamic Soclety, Australia Bangladesh Islamic Concil Inc, Australi Bosnian Islamic
Center Deer Park, Cyprus Turkish Islamic Cultural Society, Eritrean Islamic
Society of Australia, Indonesia Muslim Community of Victoria (IMCV), United
Muslim Migrant Association dll.
Selaian itu, untuk lebih menganal Islam lebih dekat pun, bisa dikunjungi Islamic Museum of
Australia (IMA) yang terletak di 15A Anderson Road, Thornbury, VIC, Australia,
3071. Misi IMA adalah membentuk kesadaran dan pemahaman akan Islam dan juga
budaya setempat.[7]
2.
Dakwah
Interkultural ACT (Australia Capital Territory)
Canberra adalah ibukota negara Australia dengan luas
area 2400 km dengan populasi penduduk sekitar 350.000 jiwa, dimana sekitar
4.300 jiwanya adalah muslim. Cenberra terltak
disisi tenggara, 650 km dari Melbourne dan 300 km dari sydney. Masjid
yang terkenal di Canberra adalah Masjid Cenberra yang terletak di Yarralumla.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini pula menjadi pusat pendidikan bagi
generasi muda muslim yang dikenal dengan nama Canberra Islamic School.
Miniminya Komonikasi Muslim di Canberra, membuat
komonitas yang ada sangat erat satu dengan lainnya, mengesampingkan perbedaan
etnik dan budaya yang melatarbelakanginya. Hal inilah yang membuat komonitas
muslim bersatu dalam beragam kegiatan
yang diadakan Canberra Islamic Centre (CIC) Di awal tahun 2015, ketika fenomena
islamphobia meningkat, CIC dirusak oleh beberapa oknum. Untuk mengantisipasi
meningkat hal laian tidak diinginkan, CIC bekerjasama dengan kepolisian
setempat membuka kelas kajian Islam, yakni kelas untuk mengenal Islam lebih
jauh. Awalnya kelas tersebut ditujukan untuk staff keplisian sebagai upaya
unruk bisa melihat muslim lebih nyata berdasarkan ajaran yang ada; bukan dari
isu ataupun stereotip yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kelas ini pun lalu
dibuka untuk masyarakat umum, sehingga mereka bisa mengenal Islam lebih baik.[8]
3.
Dakwah
Interkultural Sydney ,NSW (New South Wales)
Sydney adalah kota tertua dan merupakan ibukota dari
Negara bagian NSW (New South Wales). Kota ini terkenal dengan multikulturalnya.
Dari 6,4 juta jiwa penduduk Sydney, kurang lebih 169.000nya adalah muslim.
Karenanya, mencari makanan halal bukanlah hal yang sulit di Sydney.
Selain itu, secara keseluruhan, terdapat 167 tempat
ibadah muslim di kota bagian NSW 82
diantaranya hanya dibuka saat lima waktu dan shalt jum’at yakni masjid yang
dianggap permanen sedang 85 lainnya
hanya dibuka untuk beberapa hal, seperti untuk shalt lima waktu saja namuan
tidak menyediakan layanan shalat jum’at, untuk shalat jum’at saja ataupun
sedang dalam pembangunan. Umumny semua masjid ini dikelolah oleh relawan.
Masjid pun mengelola finansial yang didaptakan daei sedekah, zakat fitrah,
zakat hartadan kurban bekerja sama dengan lembaga kemanusian. Efektifitas
fungsi masjid banyak di tentukan oleh pengelola. Semakin aktif kinerja pengelola,
semakin bergam kegiatan danpelayanan yang ditawarkan pada jamaah. Dalam
beberapa kasus dimana masjid tempat untuk melakukn shalat waktu sja tanpa ada aktivitas lain melengkapai.
Hampir 50% imm masjid yang ada di NSW berusia kurang
dari 40 tahun dan mereka adalah kauam muda yang sangat fasih berbahasa inggris.
Khutbah jum’at di NSW banyak disampaikan
dalam bahasa inggris walau terkadang, dibeberapa masjid juga disertai dengan
bahasa komonikasi tertentu dari mayoritas jamaah masjid yang ada.[9]
Dari ke-3 (tiga) wilayah yang dijadikan penelitian,
tampak bahwa dakwah interkulutural telah
berjalan secara optimal, karena mencakup 3 (tiga) hal penting sebagai berikut:
1. Kesadaraan
heterogenitas
Terlepas
dari keragamaan komonitas yang ada di Australia, namaun dakwah yang ada di
Australia sudah mempertimbangkan heterogenitas yang ada, diantaranya dengan
berupaya menterjemahakan materi dakwah ke dalam bahasa komonitas
mayoritas.Karenanya didapati Dai, yang selain berkhutbah dengan bahasa Inggris
, juga disertai dengan bahasa pendengar mayoritas, yang terkadang bahasa arab,
pasto dan bahkan bahasa Indonesia.[10]
2. Dakwah
secara persuasif
Kegiatan
muslim terbuka umtuk umum sehingga non-muslim bisa mengenal dan memilih Islam
dengan kesdarannya dan bahkan kauam muslim sendiri makin mengenal ajarannya
sendiri lebih baik. Bahkan ICV merekomendasikan agara Masjid membuka diri agar
non-muslim bisa mengenal Islam secara langsung.
3. Menafikan
kebencian terhadap keyakian lain.
Dengan semakian
terbikanya akses untuk memahami ajaran Islam lebih baik, maka menjadi satu
keniscayaan untuk mampau menafikan kebencian terhadap keyakinan lain. Selain
itu, kerjasama dalam bentuk interfaith semakin
gencar dilakukan , baik di Melbourne maupun Canberra.[11]
E.
Minoritas Islam di Australia
Jumlah kaum muslimin di Australia berubah-ubah antra
350 ribu jiwa. Prosentase kaum muslimin di sana hanya 1% dari seluruh jumlah
penduduk, terdiri atas sejumlah bangsa. Yang terbesar adalah dari penduduk asli
Lebanon.
1. Masuknya
Islam di Australia
Islam
masuk melalui para imigran pada tahuan 1227 H/1850 M. Penguasa mendatangkan
sejumlah imigran untuk membuka daerah-daerah sahara di Australia, maka
berdatnganlah mereka dari Afganistan, Iran, dan Paksitan. Mereka membangun
masjid-masjid, dan melakukan perdagangan dengan amanah serta menyebarkan ajaran
Islam. Kedatangan mereka merupakan rombongan gelombng pertama.
Gelombang
kedua adalah hijrahnyaa kaum muslimin dari sejumlah negara dalam fase yang
berbeda-beda (dimulai pada tahun 1324/1915M). Kedatangan mereka umumnya adalah
untuk mecari pekerjaan. Jumlah kaum muslimin di negeri ini semakin bertambah
akibat dari hijrah ini.[12]
2. Problematika
yang Dihadapi Muslim Australia
a. Isolasi/pengucilan
dan sedikitnya hubungan di antara mereka, disebabkan di antara masyarakat Islam
memiliki nasionalisme yang berbeda-beda.
b. Sedikitnya
sarana pembelajaran dan pengajran yang dimiliki lembaga-lembaga pendidikan
Islam.
c. Terdapat
kesejangan yang besar antara para orang tua dan anak-anak mereka yang lahir di
sana.
Di antarabsasaran penting yang perlu
diwujudkan di sana adalah menyatukan kaum muslimin di bawah satu kepemimpinan,
menambah pengajaran bahasa Arab dan Islam, serta menyediakan para imam dan
guru-guru yang kompeten dalam jumlah cukup. Juga adanya jalinan kerja sama
aktif dalam masyarakat Islam di Australia dalam semua strata dengan tujuan
untuk menyebarkan Islam. Australia sebenar-nya termasuk tanah yang subur untuk
menyebarkan Islam, karena di sana diberikan kebabasan beragama.[13]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam telah berekmbang
bukan saja sebagai sebuah agama yang
dipraktikan oleh para pemeluknya di negara-negara Barat, akan tetap menjadi
sebuah fenomena sosial, politik,hukum, ekonomi maupun budaya yang menarik untuk
dikaji secara intensif dan mendalam, begitu juga di Australia. Muslim di
Australia memiliki sejarah yang panjang dan dapat diperkirakan datang sebelum
adanya pemukiman Eropa. Beberapa pengujung awal masyarakat Australia berasal
dari bagian Timur negara Indonesia yaitu seorang pedagang dan Nelayan. Para
Muslim di Australia memulai hubungan dengan daratan Australia diperkirakan pada
abad 16 dan 17.
Australia Moderen dan
Majemuk adalah kondisi Australia setelah terjadinya perang dunia ke II. Pada
tahun 1947-1971 jumlah umat Islam di Australia moderen mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, yaitu meningkat dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini
bermula dari adanya ledakan ekonomi yang terjadi pasca perang dunia ke II sehingga
terjadinya pembukaan lapangan pekerjaan yang baru. Banyak Muslim dari Eropa
terutama dari negara Turki yang memanfaatkan kesemptan ini untuk mencari
kehidupan yang baru di Australia
Secara Historis, kaum
muslimin pertama di Australia adalah para pengendara untuk yang membuka
wilayah-wilayah pedalaman negri itu pada akhir abad dua puluh.Namun mereka
tidak membentuk komonitas muslim secara menetap. Hal ini terjadi pada 1950-an
setelah gelombang imigrasi kaum muslimin dari laut tengah , Tahun-tahun berikutnya
kaum muslimin lebih banyak berdatangan , termasuk muslimin Turki yang datang
atas dukungan mereka, dan sejumlah muslim Lebano yang melarikan diri dari
akibat pearang saudra setelah 1975.
1. Dakwah
Interkulutural di Melbourne, Vetoria
2. Dakwah
Interkultural ACT (Australia Capital Territory)
3.
Dakwah
Interkultural Sydney ,NSW (New South Wales)
Jumlah kaum muslimin di
Australia berubah-ubah antra 350 ribu jiwa. Prosentase kaum muslimin di sana
hanya 1% dari seluruh jumlah penduduk, terdiri atas sejumlah bangsa. Yang
terbesar adalah dari penduduk asli Lebanon.
DAFTAR
PUSTAKA
Ridla M. Rosyid, Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif, dan Ruang Lingkup, Samudra Biru (Yogyakarta 2017)
Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar
Sejarah Dakawah , PT Fajar
Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007),
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume
12,no 1,Tah
Al-Usairy Ahmad , Sejarah Islam, Akbar Media Eka Sarana (Jakarta 2003 un 2016)
[1]
Ridla M. Rosyid, Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif,
dan Ruang Lingkup, Samudra Biru (Yogyakarta 2017) hlm 72
[2]
Ridla M. Rosyid, Pengantar Ilmu Dakwah Sejarah, Perspektif,
dan Ruang Lingkup, Samudra Biru
(Yogyakarta 2017 ) hlm 89
[3]Ilaihi Wahayu, Hefni Harjani , Pengantar
Sejarah Dakawah , PT Fajar
Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007), hlm
233.
[4]
Ilaihi Wahayu, Hefni
Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah , PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007),
hlm 234
[5]
Ilaihi Wahayu, Hefni
Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah , PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007),
hlm 235
[6]
Ilaihi Wahayu, Hefni
Harjani , Pengantar Sejarah Dakawah , PT Fajar Interpramata Mandiri ( Jakarta 2007),
hlm 236
[7]
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an ). Volume 12,no
1,Tahun 2016 hlm 44
[8]
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an
). Volume 12,no 1,Tahun 2016 hlm 45
[9]
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an
). Volume 12,no 1,Tahun 2016 hlm 45
[10]
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an
). Volume 12,no 1,Tahun 2016 hlm 46
[11]
JSA (Jurnal Studi Al-qur’an
). Volume 12,no 1,Tahun 2016 hlm 47
[12]
Al-Usairy Ahmad , Sejarah Islam, Akbar Media Eka Sarana (Jakarta 2003 ) hlm 556
[13]
Al-Usairy Ahmad , Sejarah Islam, Akbar Media Eka Sarana (Jakarta 2003 ) hlm 557
No comments:
Post a Comment