1

loading...

Thursday, December 13, 2018

MAKALAH FUNGSI PENDIDIKAN PENGASUHAN DAN KELUARGA


MAKALAH FUNGSI PENDIDIKAN PENGASUHAN DAN KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pada tahap pertamanya mendapatkan sebuah didikan dan bimbingan. Pada dasarnya kehidupan anak adalah di dalam keluarga, kemudian  peran utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
 Sifat dan karakter anak sebagian besar di ambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lainnya dalam kehidupan kesehariannya. Keluarga juga merupakan  wadah bagi anak dalam proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk karakter diri dalam fungsi sosialnya. Dengan begitu bahwa  orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tuanya.
Peran orang tua dalam pengasuhan yang baik bagi anak juga sangat penting dalam mempengaruhi karakter anak semisalnya diajarkan menghargai sesama makhluk hidup Keluarga merupakan satu hal terpenting dalam pengasuhan anakkarena anak dibesarkan dan  dididik oleh keluarga. Orang tua merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru oleh anak-anaknya dalam keluarga. Oleh karena itu, pengasuhan anak merupakan serangkaian kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua. Jika pengasuhan anak belum bisa dipenuhi secara baik dan benar, kerap kali akan memunculkan masalah dan konflik, baik di dalam diri anak itu sendiri maupun antara anak dengan orangtuanya, maupun terhadap lingkungannya.
Setiap pola pengasuhan harus memberikan rasa nyaman tetapi juga diperkuat dengan batasan norma-norma yang menghindarkan anak pada perilaku menyimpang. Batasan tersebut sejatinya bukan bermaksud membuat anak terkekang namun justru membuat anak merasa terlindungi. Misalnya dengan selalu mendampingi anak ketika menonton acara televisi dan mengarahkanya agar tidak kecanduan game online, serta mengarahkan anak agar lebih mengutamakan belajar. Bila batasan-batasan tersebut terlalu mengekang anak justru akan membuat anak merasa terancam. Belajar dari kasus yang sering terjadi, anak susah yang sudah diarahkan merupakan bukti bahwa sebagai orang tua seharusnya lebih memperhatikan anak secara serius

B.     Rumusan masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan fungsi pendidikan?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan keluarga?
3.      Apa yang dimaksud fungsi keluarga dalam pendidikan anak?
4.      Apa yang dimaksud Fungsi keluarga dalam menerapkan pola asuh anak?


C.    Tujuan masalah
1.      Untuk mengetahui fungsi pendidikan
2.      Untuk mengetahui pendidikan keluarga
3.      Untuk mengetahui fungsi keluarga dalam pendidikan anak
4.      Untuk mengetahui fungsi keluarga dalam pendidikan anak

  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota keluarga. Keluarga melakukan kegiatan melalui asuhan,bimbingan dan pendampingan, seta teladan nyata untuk mengontrol pola pergaulan anak.
Pengertian pendidikan,secara umum dan universal termasuk pendidikan yang memiliki beragam devinisi,beberapa universalitas devinisi itu antara lain di gambarkan sebagai berikut:
a.       Pendidikan adalah pengaruh yang di laksanakan oleh orang dewasa atas generasi yang belum matang untuk kehidupan social.
b.      Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan,sikaf,dan bentuk bentuk prilaku lain nya di dalam masyrakat dimana yang bersangkutan hidup.
c.       Pendidikan adalah proses timbale balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian diri nya dengan alam,teman ,alam semesta.
d.      Pendidikan adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan nya,pengalaman nya,kecakapan nya,serta keterampilan nya kepada generasi mudah sebagai usaha penyiapanya agar dapat memenuhi fungsi hidup nya baik jasmania maupun rohaniah.
e.       Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadian nya sesuai dengan nilai nilai di masyrakat dan kebudyaan .
f.       Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi perkerti,pikiran,dan tubuh anak,dalam pengertian tidak boleh dipisah pisahkan bagian bagian itu,suapaya dapat memajukan kesempurnaan hidup,yakni kehiduapan dan penghidupan anak anak yang kita didik selaras dengan alam nya dan masyrakat.[1]

B.      Pendidikan Keluarga
Keluarga sebagai sebuah lembaga atau masyarakat pendidikan yang pertama senantiasa berusaha menyediakan kebutuhan biologi bagi anak dan serta merta merawat dan mendidiknya.Keluarga mengaharapakan agar tindakan nya itu dapat mendorong perkembangan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang dapat hidup dalam masyarakat nya,dan sekaligus yang dapat menerima ,mengolah,menggunakan dan mewariskan kebudayaan.Karena menyebut warga itu sebagai kelompok inti,sebab ia adalah dasar dan dalam pembentukan kepribadian.Warga sebagai masyrakat pendidikan pertama bersifat alamiah anak di persiapkan oleh lingkungan keluarga nya untuk menjalani tingakatan perkembangan nya sebagai bekal untuk memasuki dunia orang dewasa.Bahasa, adat istiadat dan seluruh isi kebudayaan keluarga dan masyrakatnya diperkenalkan keluarga kepada anak.
Pendidikan keluarga adalah segala usaha yang di lakukan orang tua dan kebiasaan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anak.Prilaku para pendidik dalam pendidikan keluarga umum nya timbul secara spontan sesuai dengan muncul keadaan .Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga pada dasar nya akan terkait dengan sejumlah fungsi dasar yang melekat dalam keluarga .
Fungsi fungsi itu adalah  (1)Mengekalkan kelompok (2) mengatur dan melatih anak (3)memberikan status inisial pada anak (4) mengarul dan mengontrol dorongan dorongan sekual dan parental(5) menydiakan suatu lingkungan yang intim untuk kasih sayang dan persahabatan (6)menetapkan suatu dasar kekayaan pribadi dan (7) mengsosialisasiakn anggota baru.

C.    Fungsi keluarga dalam pendidikan anak
proses pendidikan anak dalam keluarga akan terjadi timbal  balik,yaitu orangtua mendidik anaknya dan sebaliknya orangtua pun turut dikembangkan pribadinya dengan adanya anak ,dalam keluarga terjadi interaksi dalam keluarga. interaksi antara suami istri, suami(ayah) dengan anak,istri(ibu) dengan anak.bahkan antara dengan keluarga dengan keluarga lain.dalam interaksi itu akan terjadi proses belajar,  pembinaan, pembimbingan ,atau proses pendidikan .lembaga keluarga banyak memberikan kontribusi pendidikan kepada anak-anak, terutam dalam pembentukan kepribadiaan.lembaga[2] keluarga mejadi agen sosialisi danm agen pembentukan ketakwaan kepada tuhan YME. pada mulanya dalam keluargalah terjadi pembelajraan tentang norma,kaidah atau tata nilai  dan keyakinan agama.oramgtua akan menjadi”model”atau panutan pertma yang akan dititu oleh anak.anak itu peranan keluarga akan menjadi dominandalam proses kepribadiaan dan watak bagi anak.
-kegiatan pendidikan dalam keluarga meliputi keyakinan agama,nilai moral,nilai budaya dan aspek kehidupan kerumah tangga proses pendidikannya akan berlangsung dengan panutan,pengajaraan ,pembinaan,pembimbingan yang sesuai dengan kondisi keluarga.
Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam proses perkembangan anak. Pada sebuah keluarga, anak mendapatkan aturan-aturan atau norma, nilai-nilai dan pendidikan yang sangat diperlukan untuk menghadapi lingkungan dimana dia tinggal.lembaga pertama dalam kehidupan anak akan memberikan pola dan corak bagi konsep diri anak yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya. Pengalaman interaksi dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Sebagai contoh adalah tuntutan pekerjaan orang tua yang sangat sibuk mengakibatkan perhatian terhadap anak menjadi kurang dan orang tua cenderung memberikan anak gadget untuk menghiburnya, namun ada dampak dari penggunaan gadget. Walaupun satu rumah, bapak, ibu dan anak sangat kurang dalam berkomunikasi karena masing-masing sibuk dengan gadgetnya. Kesalahan interaksi dalam keluarga yang dikarenakan kurang optimalnya anggota keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga.
Melalui pendidikan setiap individu diharapkan dapat memahami dan mempelajari norma yang ada di masyarakat. Pengasuhan keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku watak, moral, dan pendidikan anak. Bila dalam proses interaksi orang tua cenderung terbuka maka interaksi yang terjalin dalam keluarga tersebut berjalan dengan harmonis, dan dinamis yang kemudian akan memunculkan suatu kerja sama dalam keluarga tersebut. Interaksi yang harmonis akan dapat memperlancar proses sosialisasi anak. Namun apabila proses interaksi yang terjalin tersebut kurang harmonis maka proses sosialisasi anak juga akan terhambat, maka akan berdampak pada pola tingkah laku anak. Sering terdengar kasus-kasus tentang penyimpangan tingkah laku anak entah dalam usia kanak-kanak, remaja maupun dewasa itu sesungguhnya mencerminkan berhasil atau tidaknya proses sosialisasi pembentukan kepribadian dalam keluarganya sendiri.
Pola pengasuhan anak dalam garis besarnya, didefinisikan menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut.
a.      Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan cara memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya agar mengikuti semua kemauan dan perintahnya. Jika anak melanggar perintahnya berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi. Pola asuh otoriter dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan psikologis anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mengendalikan diri dan emosi bila berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tidak kreatif, tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Pola pengasuhan ini akan menyebabkan anak menjadi stres, depresi, dan trauma. Oleh karena itu, tipe pola asuh otoriter tidak dianjurkan.
b.      Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan terhadap anak. Anak bebas melakukan apapun sesuka hatinya. Sedangkan orang tua kurang peduli terhadap perkembangan anak. Pengasuhan yang didapat anak cenderung di lembaga formal atau sekolah. Pola asuh semacam ini dapat mengakibatkan anak menjadi egois karena orang tua cenderung memanjakan anak dengan materi. Keegoisan tersebut akan menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan orang lain (Syafie, 2002: 24). Pola pengasuhan anak yang seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kompetensi sosial karena adanya kontrol diri yang kurang.
c.       Pola Asuh Demokratis
Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan kepada anak. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu berhubungan secara harmonis dengan orang tuanya. Anak akan bersifat terbuka, bijaksana karena adanya[3] komunikasi dua arah.Sedangkan orang tua bersikap obyektif, perhatian, dan memberikan dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini mendorong anak menjadi mandiri, bisa mengatasi masalahnya, tidak tertekan, berperilaku baik terhadap lingkungan, dan mampu berprestasi dengan baik. Pola pengasuhan ini dianjurkan bagi orang tua.
Adapun beberapa gaya pengasuhan/model pengasuhan terhadap anak menurut Baumrid  (1971)
a.      Pengasuhan ototitarian,
adalah gaya yang membatasi dan menghukum dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Orang tua yang otoriter akan berkata ”lakukan dengan caraku atau tak usah”. Orang tua yang otoriter mungkin juga memukul anak, memaksakan aturan secara kakutanpa menjelaskannya. Dan menunjukkan amarahnya pada anak. Anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah. Anak dari orang tua yang otoriter mungkin berperilaku agresif.
b.      Pengasuhan otoritatif,
mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal member dan menerima dimungkinkan, orang tua bersifat hangat dan penyayang terhadap anak. orang tua yang otoritatif mungkin merangkul anak dengan mesra dan berkata, ”Kamu tahu, kamu tak seharusnya melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kita bisa menangani situasi tersebut lebih baik lain kali”. Orang tua yang otoritatif menunjukkan kesenanganan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif anak. mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri dan sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua yang otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi. Mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stress dengan baik.
c.       Pengasuhan yang mengabaikan,
adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya mereka pengendalian yang buruk dan tidak mandiri. Mereka seringkali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga, dalam masa remaja, mereka mungkin menunjukkan sikap suka membolos dan nakal.
d.      Pengasuhan yang menuruti,
adalah gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun anak yang memiliki orang tua yang selalu menuruti jarang belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya.

D.    Fungsi Keluarga dalam Menerapkan pola Pengasuhan Anak
Berdasarkan pendekatan sosio-kultural keluarga memiliki fungsi sebagai berikut.
a.      Fungsi Biologis
Secara biologis, keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syaratsyarat tertentu. Menurut pakar pendidikan William Bennett (dalam Megawangi, 2003), keluarga merupakan tempat yang paling awal (primer) dan efektif untuk menjalankan fungsi Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Berkaitan dengan pola tersebut dibidang[4] kesehatan, peran orang tua yang dapat dilakukan adalah: 1) Memberitahukan pada anak untuk mengurangi mengonsumsi makananinstan atau cepat saji. 2) Mengajak anak untuk rutin berolahraga. 3)Menyeimbangkan sayuran dan buah untuk gizi dan kesehatan anak. 4)Menerapakan untuk menjaga kebersihan.
b.      Fungsi Pendidikan
Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota keluarga. Keluarga melakukan kegiatan melalui asuhan,bimbingan dan pendampingan, seta teladan nyata untuk mengontrol pola pergaulan anak.
c.       Fungsi Religius
Para orang tua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan seluruh anggota keluarga untuk mengenal akidah-akidah agama dan perilaku beragama. Sebagai keluarga hendaknya melakukan sholat berjamaah dirumah untuk mengembangkan dan meningkatkan kereligiusan anak dalam beribadah.
d.      Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga dari tindakan negatif yangmungkin akan timbul. Keluarga melindungi anggota keluarganya dalam hal apapun. Misalnya, melindungi anak untuk tidak terpengaruh negative dari lingkungan maupun untuk senantiasa menjadikan keluarga sebagai pelindung bila anak mengalami suatu masalah.
e.       Fungsi Sosialisasi
Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat  yang baik, kalau tidak mau disebut warga negara kelas satu. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan social dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat positif di dalam dan terhadap lingkungannya.
f.       Fungsi Kasih Sayang
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu.Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan persoalan hidup.
g.      Fungsi Ekonomis
Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
h.      Fungsi Rekreatif
Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari. (Megawangi, 2003: 12) Adapun menurut Hasbullah (1997) dalam tulisannya tentang “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”, keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak dirumah, serta fungsi keluarga atau orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dalam mendidik anak di rumah bisa juga dikelompokkan menjadi beberapa bagian diantaranya: Pertama, sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak. Kedua, menjamin kehidupan emosional anak. Ketiga, menanamkan dasar pendidikan moral anak. Keempat, memberikan dasar pendidikan sosial. Kelima, meletakan dasar-dasar pendidikan agama. Keenam, bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak.[5]


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Fungsi pendidikan merupakan Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan keluarga sebagai “instusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling berinteraksi antara anggota keluarga.
Pendidikan keluarga adalah segala usaha yang di lakukan orang tua dan kebiasaan improvisasi untuk membantu perkembangan pribadi anak.
proses pendidikan anak dalam keluarga akan terjadi timbal  balik,yaitu orangtua mendidik anaknya dan sebaliknya orangtua pun turut dikembangkan pribadinya dengan adanya anak ,dalam keluarga terjadi interaksi dalam keluarga.



DAFTAR PUSTAKA
[1] Istina rakhmawati, peran keluarga dalam pengasuhan anak, 2015:7
Achmad hufad, keluarga dan pendidikan anak, hal 4
Emile durkhein dalam muhamad said, 1995:73
[1]Achmad hufad, A. hufad 1997. Pengaruh pendidikan keluarga terhadap sosialisasi dan perkembangan kepribadian anak
Istina rackmawati 2015 peran keluarga dalam pengasuhan anak hal:6-9
Syafie, 2002: 24.
[1]Hari Harjanto Setiawan, 2014 pola pengasuhan keluarga dalam perkembangan anak hal 290-291



[1] Istina rakhmawati, peran keluarga dalam pengasuhan anak, 2015:7
Achmad hufad, keluarga dan pendidikan anak, hal 4
Emile durkhein dalam muhamad said, 1995:73
[2] Achmad hufad, A. hufad 1997. Pengaruh pendidikan keluarga terhadap sosialisasi dan perkembangan kepribadian anak(hal.18-20)
[3] Istina rackmawati 2015 peran keluarga dalam pengasuhan anak hal:6-9
  Syafie, 2002: 24.
[4]Hari Harjanto Setiawan, 2014 pola pengasuhan keluarga dalam perkembangan anak hal 290-291
[5] Istina rakhmawati, peran keluarga dalam pengasuhan anak hal 7-8

No comments:

Post a Comment