1

loading...

Thursday, December 13, 2018

MAKALAH SENI BERCERITA BAGI AUD ( Persiapan Sebelum Bercerita dan Teknik Penyajian Cerita )


MAKALAH SENI BERCERITA BAGI AUD

( Persiapan Sebelum Bercerita dan Teknik Penyajian Cerita )


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di Taman Kanak-kanak bercerita adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikis anak TK sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak.
Perkembangan bahasa pada dasarnya dimulai sejak tangis pertama bayi, sebab tangis bayi dapat dianggap sebagai bahasa anak.  Menangis bagi anak merupakan sarana mengekspresikan kehendak jiwanya. Dan inilah yang disebut dengan bahasa eksperif dimana tangisan bayi adalah merupakan bahasa dalam mengekpresikan keinginannya dan perasaannya melalui tangisan tersebut.
Bahasa merupakan alat komunikasi sebagai wujud dari kontak social dalam menyatakan gagasan atau ide-ide dan perasaan-perasaan oleh setiap individu sehingga dalam mengembangkan bahasa yang bersifat ekspresif, seorang anak memerlukan cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia taman kanak-kanak dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi pribadi anak tersebut. Melalui bercerita, dapat membantu mereka dalam mengembangkan dan melatih kemampuan bahasa yang anak-anak miliki dan dengan melalui cerita anak lebih dituntut aktif dalam mengembangkan bahasanya khususnya bahasa ekspresif dibantu oleh arahan dan bimbingan guru.
Metode bercerita memang sesuatu yang sangat menarik, Karena metode tersebut sangat digemari anak-anak, apalagi jika metode yang digunakan ditunjang dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak, sehingga anak lebih berpotensi dalam mengembangkan bahasa yang sifatnya ekspresif.
Untuk itu, kali ini kita akan membahas tentang persiapan sebelum bercerita dan teknik apa saja yang dapat kita lakukan dalam penyajian cerita.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembahasan kali ini adalah :
1.      Apa saja yang harus kita lakukan sebelum bercerita ?
2.      Teknik apa sajakah yang dapat digunakan dalam penyajian cerita ?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan sebelum bercerita.
2.      Untuk mengetahui teknik dalam penyajian cerita .




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Persiapan Sebelum Bercerita
Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita, guru harus terlebih dahulu menetapkan rancangan prosedur/langkah-langkah yang harus dilalui dalam bercerita. Hal ini diperlukan agar penerapan pembelajaran melalui berceritadapat berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini akan disampaikan langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam menerapkan kegiatan bercerita di kelas. Adapun yang harus disiapkan sebelum bercerita adalah:
1.      Pemilihan tema dan judul.
Tema dipilih berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan serta berdasarkan pada kehdupan anak di dalam keluarga, disekolah, atau di masyarakat. Untuk mendapatkan tema bercerita yang tepat disesuaikan dengan usia anak. Anak berusia di bawah 4 tahun, menyukai cerita horor dan fabel, seperti: Si Wortel, Tomat yang Hebat, Anak Ayam yang Manja, dan lain-lain. Umur 4-8 tahun, anak menyukai dongeng jenaka, seperti: kepahlawanan, Perjalanan ke Planet Biru, dan lain-lain. Anak usia 8-12 tahun menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan Si Pintar dan Si Pikun, Karni Juara Menyanyi, dan lain-lain. [1]
2.      Menetapkan tujua cerita.
Tujuan kegiatan bercerita ada dua yaitu: memberikan informasi tentang nilai-nilai sosial, moral atau keagamaan.
3.      Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih
Bentuk-bentuk yng bisa dipilih, misalnya bercerit dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan ilustrasi gambar, menggunkan papan flannel, menceritakan dongeng dan sebagainya.

4.      Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita.
Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiataan bercerita sangat tergaantung pada bentuk bercerita yang dipilih guru.
5.      Waktu penyajian.
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak. Anak umur di bawah 4 tahun waktu yang efektif maksimal 7 menit, 4-8 tahun 10-15 menit, dan 8-12 tahun 25 menit. Namun apabila cara penyajian menarik waktu bisa lebih panjang.
6.      Suasana (situasi dan kondisi).
Suasana disesuaikan dengan acara atau peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, dan lain-lain. Oleh sebab itu, seorang pendongeng harus memperkaya materi cerita supaya bisa menyesuaikan suasana dengan tema bercerita. [2]
7.      Menetapkan rancanga langkah-langkah kegiatan bercerita
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Mengomunikasikan tujuan dan tema cerita
Mengomunikasikan tujuan dan tema merupakan pemberian informasi tentang tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih.
b.      Pengaturan Tempat Dan Suasana
Cerita dapat disampaikan dengan duduk mengelilingi meja, di atas lantai/tikar, atau berkerumun di dekat api unggun. Yang penting pastikan bahwa anak-anak merasa nyaman sebelum cerita dimulai dan bahwa setiap anak memiliki pandangan yang jelas (tidak terhalang) pada guru yang akan menyampaikan cerita. Pendengar anak-anak cenderung untuk mendekat pada orang yang bercerita selama cerita berlangsung, khususnya jika ada alat bantu yang menarik, seperti: orang-orangan, boneka maupun wayang. Jadi, buatlah aturan tertentu sebelum cerita disampaikan.
Hubungan yang akrab dapat dibangun antara guru dan anak-anak dengan kontak mata dan interaksi. Untuk memelihara hubungan ini usahakan kelas terdiri dari sekelompok kecil anak, dan anak yang memiliki fisik paling kecil dapat duduk di bagian depan.
Bila cerita harus disampaikan dalam kelompok besar, maka posisikan guru-guru yang lain untuk duduk di tengah anak-anak, supaya dapat menjaga dan memberikan contoh pada anak bagaimana sikap mendengarkan yang baik. [3]

B.     Teknik Penyajian Cerita
Dalam menyajikan sebuah cerita, terdapat beberapa teknik yang dapat dikembangkang, yaitu :
1.      Teknik bercerita.
Pendidik perlu mengasah keterampilannya dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi, serta ekspresi. Seorang pencerita harus pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah (1) Narasi, (2) Dialog, (3) Ekspresi (terutama mimik muka), (4) Visualisasi gerak/peragaan (acting), (5) Ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim, (6) Media/alat peraga (bila ada), dan (7) Teknis ilustrasi lainnya,  misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
2.      Mengkondisikan anak tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita.
Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Misalnya dengan menggunakan aneka tepuk, tepuk satu, tepuk tenang, lomba duduk tenang, dan lain-lain. Ikrar sebelum cerita dimulai, contoh: tidak akan berjalan-jalan selama cerita berlangsung, tidak akan menebak dan mengomentari cerita, tidak akan mengobrol, dan tidak akan membuat gaduh.
3.      Teknik membuka cerita ”Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah Anda”.
Kalimat yang mengingatkan kita pada iklan salah satu produk. Hal ini mengingatkan pula betapa pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang kuat. [4]
4.      Menutup cerita dan evaluasi.
Ini dapat dilakukan dengan menanyakan tokoh dalam cerita tersebut dan nilai yang dapat dicontoh.
5.      Penanganan keadaan darurat.
Apabila saat bercerita terjadi keadaan yang mengganggu jalannya cerita, pendidik harus segera tanggap dan melakukan tindakan tertentu untuk mengembalikan keadaan, dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik (tertib). Contoh kejadian yang sering terjadi: anak menebak cerita, apabila hal ini terjadi, pendongeng bisa mengubah alur cerita.
6.      Media dan alat bercerita berdasarkan cara penyajiannya.
Bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (direct story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung: kucing, dan lain-lain) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang, dan lain-lain). Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita. Adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita, dan sebagainya sehingga kegiatan bercerita tidak membosankan. [5]
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Sebelum bercerita guru hendaknya melakukan persiapan yang maksimal agar hasilnya maksimal. Misalnya dengan menentukan judul dan tema, tujuan, hingga menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan dalam bercerita.
2.      Teknik penyajian cerita dilakukan dengan teknik mengkondisikan anak, membuka cerita, menutup cerita, dan penanganan keadaan darurat.

B.     Saran
Makalah ini membahas tentang persiapan dan teknik bercerita, apabila kita melakukan persiapan yang baik, maka ketika kita menyajikan dengan teknik yang baik, hasilnya akan baik. Namun, pada makalah ini masih kurang dalam hal isi maupun penulisan. Maka kritik dan saran dari teman-teman yang membangun kami terima.




No comments:

Post a Comment