1

loading...

Sunday, December 9, 2018

MAKALAH HADIS DAKWAH




MAKALAH  HADIS DAKWAH
“HADIS TENTANG METODE DAN STRATEGI DAKWAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar ma’ruf dan nahi munkar, yaitu perintah untuk mengajak masyarakat untuk melakukan perilaku positif-konstruktif sekaligus mengajak mereka untuk meninggalkan dan menjauhkan diri dari perilaku negatif-destruktif. Konsep ini mengandung dua implikasi makna sekaligus, yakni prinsip perjuangan menegakkan kebenaran dalam Islam serta upaya mengaktualisasikan kebenaran Islam tersebut dalam kehidupan sosial guna menyelamatkan mereka dan lingkungan dari kerusakan.
Dalam penyampaian dakwah beberapa macam cara penyampaiannya baik dalam bentuk lisan, perbuatan, sikap  dan sebagainya. Setiap muslim yang akan melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendakwah, pengajak, penyeru dan pemanggil umat, harus senantiasa berpegang kepada segala ketentuan serta keterangan yang ada dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi.

B.  Rumusan Masalah
1.    Pengertian metode dakwah?
2.    Macam macam metode dakwah?
3.    Pengertian strategi dakwah?
4.    Macam-macam strategi dakwah?

C.  Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui metode dakwah
2.    Untuk mengetahui Macam macam metode dakwah
3.    Untuk mengetahui strategi dakwah
4.    Untuk mengetahui Macam-macam strategi dakwah


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Metode Dakwah
Dakwah berarti memanggil, mengajak, atau menyeru. Menurut Muhammad al-Wakil dalam Ushuhlu ad-Dakwah Waadabu ad-Duat, dakwah artinya “mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf nahi munkar.” Sandaran dari pendapat ini merujuk pada firman Allah Swt yang berbunyi:[1]
Description: Hasil gambar untuk (QS Ali Imran [3]: 104).
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung,” (QS Ali Imran :104).[2]
Description: Hasil gambar untuk qs an nahl 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS an-nahl:125).[3]
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah dengan cara lisan, perbuatan, dan sikap yang harus di lakukan oleh setiap orang.[4]
Description: C:\Users\ACER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20181107_170006.jpg
Dari Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda : " Barangsiapa menyeruh kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikuti petunjuknya, tidak mengurangi sedikitpun pahala mereka karenanya, dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun karenanya". (HR. Muslim).[5]

الْإِيمَانِ أَ ضْعَفُ وَذَلِكَ فَبِقَلْبِهِ يَسْتَطِعْ لَمْ فَإِنْ فَبِلِسَانِهِ يَسْتَطِعْ لَمْ فَإِنْ بِيَدِهِ فَلْيُغَيِّرْهُ مُنْكَرًا مِنْكُمْ رَأَى مَنْ
Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).
Hadits di atas menunjukkan perintah kepada umat Islam untuk mengadakan dakwah sesuai dengan kemampuan masing masing. Apabila seorang muslim mempunyai kekuasaan tertentu maka dengan kekuasaannya itu ia diperintah untuk mengadakan dakwah. Jika ia hanya mampu dengan lisannya maka dengan lisan itu ia diperintahkan untuk mengadakan seruan dakwah, bahkan sampai diperintahkan untuk berdakwah. dengan hati, seandainya dengan lisan pun ternyata ia tidak mampu.
Keterangan yang dapat diambil dari pengertian ayat Al-Qur’an dan hadits nabi di atas adalah bahwa kewajiban berdakwah itu merupakan tanggung jawab dan tugas setiap muslim di manapun dan kapanpun ia berada. Tugas dakwah ini wajib dilaksanakan bagi laki-laki dan wanita Islam yang baligh dan berakal. Kewajiban dakwah ini bukan hanya kewajiban para ulama, tetapi merupakan kewajiban setiap insan muslim dan muslimat tanpa kecuali. Hanya kemampuan dan bidangnya saja yang berbeda, sesuai dengan ukuran dan kemampuan masing-masing.
·      Macam-macam metode dakwah yaitu:
1.    Metode dakwah dengan lisan (bil lisan)
Metode dakwah dengan lisan (bil lisan), dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan ( ceramah atau komunikasi langsung antara da’I dan mad’u ). maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati. Contohnya: ceramah, nasihat, tabligh, dan khutbah dengan penuturan lisan yang baik terhadap mad’unya.[6]
مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أُمَّةٍ قَبْليِ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّوْنَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ ماَ لاَ يَفْعَلُوْنَ وَيَفْعَلُوْنَ ماَ لاَ يُؤْمَرُوْنَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلَ (رواه مسلم من باب الإيمان)
 “Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H. R. Muslim).
2.    Metode dakwah dengan perbuatan (bil hal)  
Yang dimaksud dengan dakwah dengan tindakan (atau perbuatan) adalah setiap amal yang dapat menghilangkan kemungkaran, membela kebenaran, dan menjadikan kebenaran unggul. Dakwah dengan perbuatan mempunyai manfaat dan dapat mempublikasikan Islam, sebagaimana kata-kata , bahkan terkadang melebihi. Sebab, dalam tindakan terdapat hal-hal yang dapat membantu penegakkan beberapa aspek syariat allah swt. Contohnya pada saat pertama kali Rasulullah Saw tiba di kota Madinah, beliau mencontohkan Dakwah bil-Hal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah. Contoh lainnya membantu kaum dhuafa atau fakir-miskin, mendanai pembangunan masjid atau membantu kegiatan dakwah, mendamaikan orang yang bermusuhan, bersikap Islami.[7]
Menurut E. Hasim,  yang dimaksud dengan dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata, karena merupakan tindakan nyata maka dakwah ini lebih mengarah pada tindakan menggerakkan mad’u sehingga dakwah ini lebih berorentasi pada pengembangan masyarakat.[8]
Description: Hasil gambar untuk Surah fussilat ayat 33 : 
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri" (QS fussilat:33).[9]
مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أُمَّةٍ قَبْليِ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّوْنَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ ماَ لاَ يَفْعَلُوْنَ وَيَفْعَلُوْنَ ماَ لاَ يُؤْمَرُوْنَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلَ (رواه مسلم من باب الإيمان)
“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia adalah orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H. R. Muslim).
3.    Metode dakwah dengan sikap (bil hikmah)
Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yakni melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah bisa melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif. Dakwah  bil hikmah yang dicontohkan oleh rasulullah dengan sikap keteladanan.[10]

ْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).[11]

B.  Strategi Dakwah
Menurut Al-Bayanuni, strategi dakwah adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah. Sedangakan menurut Moh. Ali Aziz, strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.[12] 
1.    Strategi merupakan rencana tindakan ( rangkaian kegiatan dakwah ) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuataan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.
2.    Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
·      Strategi dakwah dibagi menjadi tiga bentuk yaitu :
1.      Strategi Sentimental ( al-manhaj al-athifi )
adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memanggil dengan kelembutan atau memberikan pelayanan yang memuaskan merupakan beberapa metode yang dikembangkan dari strategi ini.[13]

2.      Strategi Rasional ( al-manhaj al-aqli )
Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Al-qur’an mendorong penggunaan srategi rasional dengan beberapa terminology antara lain: tafakur,tadzakkur, nazhar, taammul, I’tibahr, tadabbur, dan istibshar.tafakur adalah mengunakan pemikiran untuk mencapaiannya dan memikirkannya, tadzakur merupakan menghadirkan ilmu yang harus dipelihara setelah dilupakan nazhar ialah mengarahkan hati untuk berkosentrasi pada objek yang sedang diperhatikan, taamul berarti mengulang-ngulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hatinya, I’tibar bermakna perpindahan dari pengetahuan yang sedang dipikirkan menuju pengetahuan lain, tadabbur, adalah suatu usaha memikirkan akibat-akibat setiap masalah, istibshar, ialah mengungkap sesuatu atau menyingkapnya, serta memperlihatkannya kepada pandangan hati.

3.      Strategi Indriawi ( al-manhaj al-hiss )
Strategi indriawi (almanhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan strategi eksprimen atau strategi ilmiah. Ia didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada pancaindra dan berpegang teguh pada hasil penelitaian dan percobaan.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dakwah berarti memanggil, mengajak, atau menyeru. Dakwah dapat di artikan juga dengan mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf nahi munkar.
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah dengan cara lisan, perbuatan, dan sikap yang harus di lakukan oleh setiap orang. Ada bebrapa macam metode dakwah diantaranya, metode dakwah dalam bentk lisan (bil-lisan), pernbuatan (bil-hal), sikap (bil-hikmah), dan sebagainya.
Menurut Al-Bayanuni, strategi dakwah adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah. Sedangakan menurut Moh. Ali Aziz, strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada beberapa macam strategi dakwah diantaranya Strategi Sentimental ( al-manhaj al-athifi ), Strategi Rasional ( al-manhaj al-aqli ), Strategi Indriawi ( al-manhaj al-hiss ).

B.   Saran
Kami menyakini bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan karena murni berasal dari kelemahan, kekurangan, serta keterbatasan kami dalam mencari sumber referensi dan menyajikan kepada pembaca semua. Maka dari itu kritik dan saran dari saudara/i pembaca yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan untuk bahan koreksi dan pembenahan kami selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Moh Ali. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana
QS Ali Imran :104
QS an-nahl:125
HR. Muslim, Hadits Shahih no. 16-(2674)
Munir. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: KENCANA
Harjani, Hefni. 2006. metode dakwah. Jakarta: Kencana
QS fussilat:33
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas



[1] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm 123
[2] QS Ali Imran :104
[3] QS an-nahl:125
[4] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah,… hlm 124
[5] HR. Muslim, Hadits Shahih no. 16-(2674)
[6] Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: KENCANA, 2009), hlm 104
[7] Munir, Metode Dakwah, hlm…
[8] Hefni. Harjani, metode dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 106
[9] QS fussilat:33
[10] Munir, Metode Dakwah, hlm…
[11] QS. An-Nahl: 125
[12] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, hlm108
[13]Asmuni Syukir, Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,1983), hlm 104

No comments:

Post a Comment