Makalah Psikologi umum
Pengaruh perkembangan individu
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu
daerah dengan daerah lain, sehingga banyak yang bermunculan pemikiran-pemikiran
yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhuan yang
diperlukan. Karena nya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara
pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Oleh karena itu perlu kita ketahui
faktor-faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam perkembangan individu.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah dari uraian latar belakang diatas sebagai berikut :
1. Apa saja faktor- faktor
yang mempengaruhi perkembangan individu?
C.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari rumusan masalah diatas sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hal
apa saja yang mempengaruhi perkembangan individu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan. Perkembanganmenyangkut adanya proses
pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang dengan menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.
Persoalan mengenai faktor-faktor apakah yang memungkinkan atau
mempengaruhi perkembangan, dijawab oleh para ahli dengan jawaban yang
berbeda-beda.
1.
Nativisme.
Para ahli yang beraliran “ Nativisme
” berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur
pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor
dasar/ pembawaan. Tokoh utama aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.[1]
Dalam artinya yang terbatas juga dapat kita masukkan dalam golongan ini plato,
descartes, lombroso,dan pengiku-pengikut lainnya. Para ahli yang mengikuti
pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsepsi ini dengan menunjukkan
berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua dengan anaknya. Misalnya
kalau ayah nya ahli musik maka kemungkinannya adalah besar bahwa anaknya juga
akan menjadi ahli musik; kalau ayahnya seorang pelukis maka anaknya juga akan
menjadi pelukis. Pokoknya keistimewaan – keistimewaan yang dimiliki orang tua
juga dimiliki oleh anaknya. Memang benar kenyataan menunjukan adanya kesamaan
atau kemiripan yang besar antara orangtua dengan anak-anaknya.
Kecuali apa yang telah dikemukakan diatas itu juga
kalau di pandang dari segi ilmu pendidikan tidak dapat dibenarkan: sebab jika
benar segala sesuatu itu tergantung pada dasar, jadi pengaruh lingkungan dan
pendidikan dianggap tidak ada, maka konsekuansinya harus kita tutup semua
sekolah tokh tidak mampu mengubah anaka yang membutuhkan pertolongan. Tidak
perlu guru dan orangtua mendidik anak-anaknya karena hal itu tidak ada
gunannya, tidak dapat memperbaiki keadaan yang sudah tersedia (ada) menurut
dasar. Akan tetapi hal yang demikian demikian ini justru bertentangan dengan
kenyataan yang dihadapi, karena sudah ternyata sejak zaman dahulu hingga sekarang
orang berusaha mendidik generasi muda, karena pendidikan itu adalah hal yang
dapat, perlu, bahkan harus dilakukan. Jadi konsepsi nativisme itu tidak dapat
dipertahankan dan tidak dapat dapat di pertanggung jawabkan.[2]
Sifat sifat dan keturunan juga yang
individu pusakai dari orangtua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.
Mengenai fisik misalnya bentuk muka (hidung), bentuk badan, suatu penyakit.
Sedangkan mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan
sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat-sifat keturunan ikut
menentukan perkembangan seseorang. Meskipun demikian, karena sifat-sifat
keturunan seumpama bibit, yang tumbuhnya dapat dipengaruhi dan dipupuk kearah
yang baik atau yang buruk, maka ini berarti bahwa pendidikan dan lingkungan
dapat menghambat tumbuhnya sifat-sifat yang buruk dan mengembangkan sifat-sifat
yang baik.
Kemudian dorongan dan instink,
dorongan yaitu kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau
bertindak pada saatnya. Sedangkan instink adalah kesanggupan atau ilmu
tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara
melaksanakan dorongan batin.
Tiap anak dilahirkan dengan
dorongan-instink yang dikandung didalam jiwanya. Ada dorongan yang selama
perkembangan berlangsung atau selama hidup manusia aktif terus mempengaruhi
hidup kejiwaan, seperti dorongan mempertahankan diri, dorongan seksuil dan
dorongan sosial. Dorongan dan instink ini juga sangat besar pengaruhnya pada
perkembangan individu.[3]
2.
Empirisme
para ahli yag mengikuti aliran“ Empirisme ” atau disebut juga
aliran Enviromnetalisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya
ditentukan oleh faktor lingkungan/ pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan
tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor
lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang
individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke. Teori
enviromentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh lingkungan. Teori ini
dikemukakan filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704). Locke terkenal dengan
istilah tabularasa (meja lilin putih). Locke mengakui kalau individu memiliki
temperamen yang berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk
jiwa (Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada usia
dini, anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan membentuk
jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi (dua gagasan selalu muncul
bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi (peniruan),
dan reward and punishment (penghargaan dan hukuman).[4]
3.
Konvergensi
Paham konvergensi ini dianggap yang
dapat mengatasi keberatseblahan, yang
biasanya dianggap dirumuskan secara baik untuk pertama kalinya oleh W. Stern.
Paham ini berpendapat bahwa dalam perkembangan individu itu baik dasar atau
pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat sebagai keungkinan
telah ada pada masing-masing individu; akan tetapi bakat yang sudah tersedia
itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya:
tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak diataskedua
kakinya; akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi aktual (menjadi kenyataan)
jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat
manusia.
Disamping bakat sebagai kemungkinan yang harus
dijawab dengan lingkungan yang sesuai, perlu pula dipertimbangkan soal
kematangan (readiness). Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan kalau mendapat
pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu kalau dapat berkembang, kecuali
kalau bakat itu memang sudah matang. Misalnya anak yang normal umur enam bulan,
walaupun hidup ditengah- tengah manusia-manusia lain, tak akan dapat berjalan
karena belum matang. Dewasa ini sebagian besar para ahli mengikuti konsepsi ini,
dengan variasi yang bermacam-macam ada yang walaupun berpegang pada prinsip
konvergensi , tetapi dalam praktiknya menganggap bahwa yang lebih dominan itu
dasar, yaitu ahli-ahli psikologi konstitusional. Ada pula yang mengganggap yang
lebih dominan itu adalah lingkungan. [5]
Dalam hal ini , Ki Hajar Dewantara
juga mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan individu yaitu
faktor dasar/pembawaan (faktor internal) dan faktor ajar/lingkungan (faktor
eksternal) (Ki Hajar Dewantara, 1977: 485).
Manurut Hurlock (1980), baik faktor
kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal akan dapat mempengaruhi
tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan seseorang. Tetapi sejauh
mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan, terlebih lagi untuk
dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Ada beberapa faktor
faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan seseorang yaitu:
a.
Inteligensi
. Inteligensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai
oleh perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan
terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan penelitian Terman
LM ( Genetic studies of Genius ) dan Mead TD ( The age of walking and
talking in relation to general intelligence ) telah dibuktikan adanya
pengaruh inteligensi terhadap tempo perkembangan anak terutama dalam
perkembangan berjalan dan berbicara.
b.
Seks.
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas. Yang nyata
kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah. Pada waktu lahir anak
laki-laki lebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat
perkembangannya dan lebih cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada
anak laki-laki. Anak perempuan pada umumnya lebih cepat mencapai kematangan
seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal dan pisiknya juga tampak lebih
cepat besar dari pada anak laki-laki. Hal ini jelas pada anak umur 9 sampai 12
tahun.
c.
Kelenjar-kelenjar.
Hasil penelitian di lapangan indoktrinologi (kelenjar buntu) menunjukkan adanya
peranan penting dari sementara kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan
jasmani dan rohani dan jelas pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan
sesudah dilahirkan.
d.
Kebangsaan
(ras). Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari
anak-anak Eropa sebelah timur. Anak-anak negro dan Indian pertumbuhannya tidak
terlalu cepat dibandingkan dengan anakanak kulit putih dan kuning.
e.
Posisi
dalam keluarga. Kedudukan anak dalam keluarga merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan. Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya
perkembangannya lebih cepat dari anak yang pertama. Anak bungsu biasanya karena
dimanja perkembangannya lebih lambat. Dalam hal ini anak tunggal biasanya
perkembangan mentalitasnya cepat, karena pengaruh pergaulan dengan orangorang
dewasa lebih besar.
f.
Makanan.
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan
faktor yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan. Bukan saja
makanannya, tetapi isinya yang cukup banyak mengandung gizi yang terdiri dari
pelbagai vitamin.
g.
Luka
dan penyakit. Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun
terkadang hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
h.
Hawa
dan sinar. Hawa dan sinar pada tahun-tahun pertama merupakan faktor yang
penting. Terdapat perbedaan antara anak-anak yang kondisi lingkungannya baik
dan yang buruk.
i.
Kultur
(budaya) . Penyelidikan Dennis di kalangan orang-orang Amerika dan Indiana
menunjukan bahwa sifat pertumbuhan anak-anak
bayi dari kedua macam kultur adalah sama. Ini menguatkan pendapat bahwa
sifatsifat anak bayi itu adalah universal dan bahwa budayalah yang kemudian
merubah sejumlah dasar-dasar tingkah laku anak dalam proses perkembangannya.
Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat juga di dalamnya
termasuk pendidikan, agama, dsb.[6]
Ketiga faktor dominan
yang mempengaruhi proses perkembangan individu, ialah faktor pembawaan
(heredity) yang bersifat alamiah (nature), faktor lingkungan (environtment) yang
merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan
(nurture), dan faktor waktu (time) yaitu saat-saat tibanya masa peka atau
kematangan (naturation).
Ketiga faktor dominan itu
dalam proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif, yang
dapat dijelaskan secara fungsional atau regresional. [7]
Herditet dan
lingkungan,dari berbagai studi tentang dan besarnya pengaruh kedua faktor
terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu telah banyak dilakukan orang
antara lain :
1.
penelitian
H. Thomas pada 1957 yang dilaksanakan di jerman timur hasilnya sebagai berikut:
-
anak
dari keluarga harmonis (utuh) yang tidak naik kelas 2,9% memperoleh nilai
rata-rata 6,5 keatas 42,7% yang konsrntrasinya bertahan 43,6%
-
sedang
anak dari keluarga tidak utuh (tidak harmonis) 12,3% 25,2% dan 27,5%
semua perbedaan persentase antaradu agolongantersebut adalah
signifikan menurut statistik, ini berarti pengaruh lingkungan cukup mantap.
2.
Penelitiam
H.H Goddard pada tahun 1914 pada vineland training school, new york menunjuk
kan bahwa 300 orangpenderita-penderita lemah pikiran sebagian besar (77%)
adalah warisan dari keluarga mereka.
Kedua hasil penelitian tersebut diatas bisa diambilkesimpulan bahwa
dua faktor hereditat dan lingkungan memang sama pentingnya, orang dewasa
sebaiknya berusaha secara maksimal untuk memberi lingkungan seluas-sulasnya dan
sebaik-baik nyaagar warisan yang mereka terima bisa berkembang maksimal, sebab
meskipun warisan berkualitas tinggi namun lingkungan yang kurang memadai hanya
akan menghasilkan individu yang relatif rendah. [8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para ahli yang beraliran “ Nativisme ” berpendapat bahwa
perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan
individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/ pembawaan. Tokoh utama
aliran ini yang terkenal adalah Scopenhauer.
Berbeda dengan aliran
Nativisme , para ahli yag mengikuti aliran “ Empirisme ” atau disebut juga
aliran enviromnetalisme berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya
ditentukan oleh faktor lingkungan/ pendidikan, sedangkan faktor dasar/pembawaan
tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empririsme ini menjadikan faktor
lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang
individu. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Aliran yang tampak menengahi
kedua pendapat aliran yang ekstrim di atas adalah aliran “ Konvergensi ” dengan
tokohnya yang terkenal adalah Willian Stern. Menurut aliran Konvergensi , perkembangan
individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. Baik faktor
dasar/pebawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara convergent
akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu.
B. Saran
Demikian
makalah yang dapat kami sampaikan semoga sedikit uraian kamiini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna maka dari itupenulis sanggat menharapkan adanya
kritik yang konstruktif fan dari
sistematis dari pembaca yang budimann guna melahirkan sebuah perbaiakn dalam
penyusulan makalah selanjutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, psikologi perkembangan
peserta didik,(PT. Remaja Rosdakarya, 2009)
makmun syamsudin Abin , psikologi kependidikan perangkat sistem
pengajaran modal, (PT Remaja rosdakarya, bandung, 2007)
Masganti,perkembangan
peserta didik,(perdana publishing, medan, 2012)
Mustaqim,
psikologi pendidikan, (pustaka belajar, yogyakarta, 2001)
Suryabrata Sumadi, psikologi pendidikan, (PT RajaGrapindo
Persada, jakarta, 2008)hlm
[1] Masganti,perkembangan
peserta didik,(perdana publishing, medan, 2012)hlm 25
[2] Sumadi
suryabrata, psikologi pendidikan, (PT RajaGrapindo Persada, jakarta,
2008)hlm 177
[3] Desmita,
psikologi perkembangan peserta didik, (PT. Remaja Rosdakarya, 2009)hlm
27-28
[4] Masganti,perkembangan
peserta didik,(perdana publishing, medan, 2012)hlm 25
[5] Sumadi
suryabrata, psikologi pendidikan, (PT RajaGrapindo Persada, jakarta,
2008)hlm 180
[6] Masganti,perkembangan
peserta didik,(perdana publishing, medan, 2012)hlm26-28
[7] Abin syamsudin
makmun, psikologi kependidikan perangkat sistem pengajaran modal, (PT Remaja rosdakarya, bandung, 2007)hlm 81
[8] Mustaqim, psikologi
pendidikan, (pustaka belajar, yogyakarta, 2001) hlm28-29
No comments:
Post a Comment