1

loading...

Thursday, December 13, 2018

KONSEP STRATEGI ISLAM DI MASA KLASIK Konsep Islam di Zaman Rasulullah


KONSEP STRATEGI ISLAM DI MASA KLASIK

Konsep Islam di Zaman Rasulullah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konsep merupakan suatu rujukan yang sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat Islam. Perkembangan Islam pada masaRsulullah.. melalui berbagai macam cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Perkembangan Islam pada zaman klaisik  inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban Islam kearah yang lebih maju.
Pada awal mula Rasulullah mendapatkan wahyu dari Allah SWT. yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Mekah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit.
Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Rasulullah untuk melakukan dakwah secara terang-terangan. Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.  membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasan mereka lakukan. Merasa terancam, Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad beserta kaum muslim lainnya untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
B.     Rumusan Masalah
1.      Konsep dan strategi penyiaran islam seperti apa pada masa klasik ?
2.      Konsep seperti apa yang di gunakan rasulullah ketika berdakwah ?
C.     Tujuan Makalah
1.      Agar kita paham konsep dan strategi penyiaran islam seperti apa yang di gunakan pada zaman klasik.
2.      Untuk mengetahui konsep yang di gunakan Rasulullah letika berdakwah.

  
BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Konsep Strategi Islam di Masa Klasik
a.       Islam Pada Masa Klasik I (570 – 650 M)
Arabia merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian Barat Daya Asia. Ia merupakan padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000 mil persegi yang berpenduduk rata-rata 5 jiwa permil persegi. Arabia merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika Benua Australia dan Amerika belum di kenal orang, karena letaknya berada pada posisi pertemuan ketiga benua Asia, Afrika dan Eropa. Wilayah bagian utara berbatasan dengan lembah Gurun Syiria, sebelat timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah. Karena dikelilingi laut pada ketiga sisinya maka wilayah ini dikenal sebagai “ Jazirah Arabia “ .     [1]
            Wilayah Arabia terbagi menjadi beberapa provinsi, seperti provinsi Hijaz, Nejd, Yaman, dan Hadramaut. Semua Provinsi tersebut menempati posisi yang sangat penting dalam lintasan sejarah Islam, Mekkah, Madinah dan Thaif merupakan tiga kota besar di Provinsi Hijaz. Bagian utara Arabia merupakan wilayah tandus. Sepertiga lebih dari wilayah ini merupakan padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan. Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia. Kajian tentang peradaban “ Periode Kalsik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal sebagai “ zaman jahiliyah “ atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif.
Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan. Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia.
Kajian tentang peradaban “ Periode Klasik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal sebagai “ zaman jahiliyah “ atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif. [2]

b.      Islam Pada Periode 570 – 650 M 
Kehidupan Nabi Muhammad Quraisy adalah suku terhormat dari keturunan Ismailiyah. Salah satu keturunan Nabi Ismail terdapat seorang yang berkuasa namanya Fihr yang nama lainya adalah Quraisy. Pada abad kelima masehi, salah seorang keturunan Quraisy yang bertempat tinggal di Hijaz menjadi pengauasa Ka’bah.
            Abdul Muthalib mempunyai satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Ketika ia telah berusia 70 tahun datang Raja Abrahah pemimpin umat Kristen Yaman, mereka menyerbu Mekkah dan Ka’bah dengan mengendarai Gajah, satu peristiwa serangan militer yang sangat aneh bagi masyarakat Arab. Peristiwa ini diabadikan dalam sejarah Islam sebagai “Tahun Gajah“ (570 M).
            Tiba – tiba tentara Abrahah terkena serangan penyakit menular dan serangan badai padang pasir dan hujan batu mereka hancur tidak tersisa.
Perkawinan Muhammad dengan Khadijah. Muhammad dalam usia mudanya, namanya telah dikenal seluruh pelosok semenanjung Arabia. Pada suatu saat Khadijah mengundang Muhammad untuk dating ke rumahnya, atas persetujuan pamannya Muhammad datang ke rumah Khadijah, maksud untuk menjalankan perdagangan ke Syiria. Semenjak itulah Khadijah berkeinginan untuk menjadikan suami. Maka maksud Khadijah menikah dengan Muhammad disampaikan kepada Abu Thalib. Atas dasar persetujuan Abu Thalib dilaksanakan pernikahan antara Muhammad dengan Khadijah.
Dari perkawinan Muhammad dengan Khadijah dikarunia beberapa orang anak, namun mereka meninggal pada usia yang masih kecil kecuali Fathimah. Dari Fathimah inilah diketahui peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah kehidupan Nabi.[3]
Setelah perkawinannya dengan Khadijah , Nabi sering ke Gua Hira.
Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya.     


1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
            Dakwah Nabi Muhammad Saw. Setelah Nabi Muhammad menerima risalah kenabian pada usia 40 tahun, mulailah Nabi Muhammad mendakwahkan risalah Islam ditengah-tengah ketersesatan masyarakat Mekkah. Ajaran pokok adalah keyakinan kepada Allah Swt. Mereka yang pertama kali menerima ajakan dan seruan Nabi adalah isterinya, khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Zaid bin Haritsah, Zubair bin Awwam, Thalah bin Ubaidillah. Pengikut Nabi semakin bertambah jumlah hanya dalam kurun waktu 3-4 tahun masa dakwah Nabi sebanyak 40 orang
yang beriman.
1.2  Konsep Dakwah Zaman Rasulullah
a.       Bentuk Peradaban Islam pada Masa Rasulullah Saw. periode Mekah
Secara geografis, kota Mekah terbagi menjadi dua bagian. Pertama, mulai dari Masjidil Haram hingga ke arah timur disebut ma’lah (bagian atas) dan kedua, mulai dari Masjidil Haram hingga ke arah barat dan selatan disebut masfalah (bagian bawah). Rasulullah termasuk penduduk ma’lah. Beliau dilahirkan dan bermukim disana, dalam hal ini tidak didapati komentar dari orang-orang musyakik dan orang-orang yang membuang riwayat syadz (kontroversial). Disanalah Beliau lahir, berkembang dan hidup hingga kenabian Beliau lalu menghabiskan separuh kenabiannya, dan sampai Beliau hijrah.
Secara garis beras, periode Mekah dalam kebijakan dakwah yang diterapkan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya (mengingat sifat/karakter yang dimiliki kaum Quraisy), bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan atau permasalahan sosial (egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.
Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad Saw. mulai berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat sosial-politik pada waktu itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah unutk beriman kepada Allah, kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama masuk Islam.
Perjuangan dakwah ini dilakukan secara rahasia yang berpusat di rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam (karena letaknya yang tersembunyi dan cukup aman). Dakwah yang bersifat individu ini berjalan selama lebih kurang tiga tahun. Kemudian turunlah perintah kepada Nabi Saw.. untuk menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan dan menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.Seperti dalam kalam Allah Swt. yang berbunyi :
Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu)”. QS. Al-Hijr : 94-95.
Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” QS. Asy-Syura’ : 214.
1.3  Bentuk Peradaban Islam pada Masa Rasulullah Saw Periode Madinah
a.       Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan.
b.      Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.
c.       Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin.
d.      Peletakan Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial.[4]

Dengan dakwah agama Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a.       Ajaran Islam simple, mudah, tidak memberatkan, tidak banyak tuntutan dan aturan.
b.      Prinsip-prinsip dari masyarakat Islam bersendikan ukhuwah Islamiyah.
c.       Islam tersiar luas dan cepat semata-mata karena Dakwah bi al-Hikmah dari Nabi dan para sahabat.
1.4 Aplikasi Metode Dakwah Zaman Rasullulah
1.      Pendekatan personal
Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung  bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui. Pendekatan dakwah seperti ini pernah dilakukan pada zaman rasullah ketika berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan dizaman era modernseperti sekarang ini pendekatan personal harus tetap dilakukan karena mad’u terdiri dari berbagai karakteristik. Disinilah letak elastisitas pendekatan dakwah.[5]
2.      Pendekatan pendidikan
Pada masa nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuk nya islam kepada para kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.[6]
3.      Pendekatan diskusi
Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan sebagai nara sumber, sedangkan mad’u berperan sebagai audience.tujuan dari diskusi ini adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang ada kaitan nya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya.[7]
4.      Pendekatan penawaran
Salah satu falsafah pendekatan penawaran yang dilakukan nabi adalah ajakan untuk beriman  kepada allah tanpa menyekutukan-nya dengan yang lain. Cara ini dilakukan nabi  dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukan nya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
5.      Pendekatan misi
Maksud dari pendekatan misi adalah pengiriman tenaga para da’i ke daerah-daerah diluar tempat domisili. Kita bisa mencermati untuk masa sekarang ini, ada banyak organisasi yang bergerak di bidang dakwah mengirimkan da’i mereka untuk disebarluaskan ke daerah-daerah  yang minim para da’i nya, dan dan disamping itu daerah yang menjadi tujuan adalah biasanya kurang memahami ajaran-ajaran islam yang prinsipil. Pendekatan-pendekatan di atas adalah sebagian kecil dari seluruh pendekatan yang ada, dan semua itu dijadikan acuan oleh para da’i dalam melakukan kegiatan dakwahnya.   [8]  






















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami ambil kesimpulan bahwasannya peradaban Islam pada masa nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (periode) yaitu Fase Mekah dan Madinah.
Pada fase Makkah lebih ditekasnkan hanya pada bidang Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah yang dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan. Meskipun dalam prosesnya Nabi sering mendapat gangguan dan perlakuan kasar dari kaum kafir Quraisy.
Setelah hijrah, pada fase Madinah ini ada beberapa bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam diantaranya yaitu pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer, politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam menjadi agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw.



Daftar Pustaka
Ajid Thohir. 2009Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers.
Aripudi Acep. 2011, Pengenbangan Metode Dakwah, Jakarta:Rajagrafindo Persada
Suparta Munzier dan Harjani Hefni. 2015, Metode Dakwah, Jakarta:Prenadamedia Group
Susmihara dan Rahmad. 2013, Sejarah Islam Klasik, Yogyakarta:Ombak


[1] Susmihara,Sejarah Islam Klasik,(Yogyakarta:Ombak,2013),hal,1
[2] Susmihara,Sejarah Islam Klasik, hal,2
[3] Susmihara,Sejarah Islam Klasik, hal,28-29
[4] Susmihara,Sejarah Islam Klasik, hal,133
[5] Munir,Metode Dakwah,(PernadaMedia Group),2015,hal  21
[6] Munir,Metode Dakwah,(PernadaMedia Group),2015,hal  22
[7] Acep Aripudin,Perkembangan Metode Dakwah,(Pt.RajaGrafindo Persada),2011,hal  126
[8] Munir,Metode Dakwah,(PernadaMedia Group),2015,hal 23

No comments:

Post a Comment