KONSEP STRATEGI ISLAM
DI MASA KLASIK
Konsep Islam di Zaman
Rasulullah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep merupakan suatu rujukan yang sangat penting
untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa
mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat
Islam. Perkembangan Islam pada masaRsulullah.. melalui berbagai macam cobaan
dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan pesat
hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam.
Perkembangan Islam pada zaman klaisik inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban Islam kearah yang lebih maju.
Pada awal mula Rasulullah mendapatkan wahyu dari Allah
SWT. yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan
yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu
kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh
mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang
dilakukan di Mekah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena
jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit.
Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk
Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Rasulullah untuk
melakukan dakwah secara terang-terangan. Bertambahnya penganut agama baru yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. membuat kemapanan spiritual yang sudah
lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka
berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut.
Dengan cara diplomasi dan kekerasan mereka lakukan. Merasa terancam, Allah Swt.
memerintahkan Nabi Muhammad beserta kaum muslim lainnya untuk berhijrah ke kota
Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Konsep dan
strategi penyiaran islam seperti apa pada masa klasik ?
2.
Konsep
seperti apa yang di gunakan rasulullah ketika berdakwah ?
C.
Tujuan
Makalah
1.
Agar kita
paham konsep dan strategi penyiaran islam seperti apa yang di gunakan pada
zaman klasik.
2.
Untuk
mengetahui konsep yang di gunakan Rasulullah letika berdakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Konsep Strategi Islam di Masa Klasik
a.
Islam Pada Masa Klasik I (570 – 650 M)
Arabia
merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian Barat Daya Asia. Ia
merupakan padang pasir terluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000
mil persegi yang berpenduduk rata-rata 5 jiwa permil persegi. Arabia merupakan
wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika Benua Australia dan
Amerika belum di kenal orang, karena letaknya berada pada posisi pertemuan
ketiga benua Asia, Afrika dan Eropa. Wilayah bagian utara berbatasan dengan
lembah Gurun Syiria, sebelat timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia,
sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah. Karena dikelilingi laut
pada ketiga sisinya maka wilayah ini dikenal sebagai “ Jazirah Arabia “ . [1]
Wilayah Arabia terbagi menjadi beberapa provinsi, seperti provinsi Hijaz, Nejd, Yaman, dan Hadramaut. Semua Provinsi tersebut menempati posisi yang sangat penting dalam lintasan sejarah Islam, Mekkah, Madinah dan Thaif merupakan tiga kota besar di Provinsi Hijaz. Bagian utara Arabia merupakan wilayah tandus. Sepertiga lebih dari wilayah ini merupakan padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan. Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia. Kajian tentang peradaban “ Periode Kalsik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal sebagai “ zaman jahiliyah “ atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif.
Wilayah Arabia terbagi menjadi beberapa provinsi, seperti provinsi Hijaz, Nejd, Yaman, dan Hadramaut. Semua Provinsi tersebut menempati posisi yang sangat penting dalam lintasan sejarah Islam, Mekkah, Madinah dan Thaif merupakan tiga kota besar di Provinsi Hijaz. Bagian utara Arabia merupakan wilayah tandus. Sepertiga lebih dari wilayah ini merupakan padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan. Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia. Kajian tentang peradaban “ Periode Kalsik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal sebagai “ zaman jahiliyah “ atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif.
Wilayah
padang pasir yang terbesar adalah ad-Dhana yang terletak dipertengahan wilayah
utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat
penduduknya. Mata pencahariannya mereka adalah bercocok tanam dan berdagang.
Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah yang paling subur di Arabia Selatan.
Hasil-hasil pertanian merupakan barang-barang pokok yang diperdagangkan di Arabia.
Kajian
tentang peradaban “ Periode Klasik”, peran Arab sangat menonjol karena Islam
hadir di sana. Kondisi Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum di kenal
sebagai “ zaman jahiliyah “ atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian kondisi
sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat
arab tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, idiologi agama dan tokoh besar
yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal
dan tidak mengindahkan nilai moral. Pada saat itu tingkat keberagaman mereka tidak
jauh dengan masyarakat primitif. [2]
b.
Islam Pada Periode 570 – 650 M
Kehidupan
Nabi Muhammad Quraisy adalah suku terhormat dari keturunan Ismailiyah. Salah
satu keturunan Nabi Ismail terdapat seorang yang berkuasa namanya Fihr yang
nama lainya adalah Quraisy. Pada abad kelima masehi, salah seorang keturunan
Quraisy yang bertempat tinggal di Hijaz menjadi pengauasa Ka’bah.
Abdul Muthalib mempunyai satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Ketika ia telah berusia 70 tahun datang Raja Abrahah pemimpin umat Kristen Yaman, mereka menyerbu Mekkah dan Ka’bah dengan mengendarai Gajah, satu peristiwa serangan militer yang sangat aneh bagi masyarakat Arab. Peristiwa ini diabadikan dalam sejarah Islam sebagai “Tahun Gajah“ (570 M).
Tiba – tiba tentara Abrahah terkena serangan penyakit menular dan serangan badai padang pasir dan hujan batu mereka hancur tidak tersisa.
Perkawinan Muhammad dengan Khadijah. Muhammad dalam usia mudanya, namanya telah dikenal seluruh pelosok semenanjung Arabia. Pada suatu saat Khadijah mengundang Muhammad untuk dating ke rumahnya, atas persetujuan pamannya Muhammad datang ke rumah Khadijah, maksud untuk menjalankan perdagangan ke Syiria. Semenjak itulah Khadijah berkeinginan untuk menjadikan suami. Maka maksud Khadijah menikah dengan Muhammad disampaikan kepada Abu Thalib. Atas dasar persetujuan Abu Thalib dilaksanakan pernikahan antara Muhammad dengan Khadijah.
Abdul Muthalib mempunyai satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Ketika ia telah berusia 70 tahun datang Raja Abrahah pemimpin umat Kristen Yaman, mereka menyerbu Mekkah dan Ka’bah dengan mengendarai Gajah, satu peristiwa serangan militer yang sangat aneh bagi masyarakat Arab. Peristiwa ini diabadikan dalam sejarah Islam sebagai “Tahun Gajah“ (570 M).
Tiba – tiba tentara Abrahah terkena serangan penyakit menular dan serangan badai padang pasir dan hujan batu mereka hancur tidak tersisa.
Perkawinan Muhammad dengan Khadijah. Muhammad dalam usia mudanya, namanya telah dikenal seluruh pelosok semenanjung Arabia. Pada suatu saat Khadijah mengundang Muhammad untuk dating ke rumahnya, atas persetujuan pamannya Muhammad datang ke rumah Khadijah, maksud untuk menjalankan perdagangan ke Syiria. Semenjak itulah Khadijah berkeinginan untuk menjadikan suami. Maka maksud Khadijah menikah dengan Muhammad disampaikan kepada Abu Thalib. Atas dasar persetujuan Abu Thalib dilaksanakan pernikahan antara Muhammad dengan Khadijah.
Dari
perkawinan Muhammad dengan Khadijah dikarunia beberapa orang anak, namun mereka
meninggal pada usia yang masih kecil kecuali Fathimah. Dari Fathimah inilah
diketahui peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah kehidupan Nabi.[3]
Setelah perkawinannya dengan Khadijah , Nabi sering ke Gua Hira.
Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya.
Setelah perkawinannya dengan Khadijah , Nabi sering ke Gua Hira.
Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya.
1. bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589]
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Dakwah Nabi Muhammad Saw. Setelah
Nabi Muhammad menerima risalah kenabian pada usia 40 tahun, mulailah Nabi
Muhammad mendakwahkan risalah Islam ditengah-tengah ketersesatan masyarakat
Mekkah. Ajaran pokok adalah keyakinan kepada Allah Swt. Mereka yang pertama
kali menerima ajakan dan seruan Nabi adalah isterinya, khadijah, Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Zaid bin
Haritsah, Zubair bin Awwam, Thalah bin Ubaidillah. Pengikut Nabi semakin bertambah
jumlah hanya dalam kurun waktu 3-4 tahun masa dakwah Nabi sebanyak 40 orang
yang beriman.
1.2
Konsep Dakwah Zaman Rasulullah
a.
Bentuk
Peradaban Islam pada Masa Rasulullah Saw. periode Mekah
Secara geografis, kota Mekah terbagi menjadi dua bagian. Pertama, mulai
dari Masjidil Haram hingga ke arah timur disebut ma’lah (bagian atas)
dan kedua, mulai dari Masjidil Haram hingga ke arah barat dan selatan disebut masfalah
(bagian bawah). Rasulullah termasuk penduduk ma’lah. Beliau dilahirkan
dan bermukim disana, dalam hal ini tidak didapati komentar dari orang-orang musyakik
dan orang-orang yang membuang riwayat syadz (kontroversial). Disanalah
Beliau lahir, berkembang dan hidup hingga kenabian Beliau lalu menghabiskan
separuh kenabiannya, dan sampai Beliau hijrah.
Secara garis beras, periode Mekah dalam
kebijakan dakwah yang diterapkan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan
kepemimpinannya (mengingat sifat/karakter yang dimiliki kaum Quraisy), bukan
kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang memunculkan
aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan atau
permasalahan sosial (egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek
kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.
Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad Saw.
mulai berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat
sosial-politik pada waktu itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan
keluarga dekatnya. Mula-mula Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah unutk
beriman kepada Allah, kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib
(anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang
kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar
Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi
masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman
ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah
ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti
Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama
masuk Islam.
Perjuangan dakwah ini dilakukan secara rahasia yang
berpusat di rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam (karena letaknya yang tersembunyi
dan cukup aman). Dakwah yang bersifat individu ini berjalan selama lebih kurang
tiga tahun. Kemudian turunlah perintah kepada Nabi Saw.. untuk menyampaikan
dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan dan menentang kebatilan mereka
serta menyerang berhala-berhala mereka.Seperti dalam kalam Allah Swt. yang
berbunyi :
Artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami
memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu)”. QS. Al-Hijr : 94-95.
Artinya :
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” QS. Asy-Syura’
: 214.
1.3 Bentuk
Peradaban Islam pada Masa Rasulullah Saw Periode Madinah
a. Pembentukan sistem
sosial kemasyarakatan.
b. Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.
c. Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin
dan non Muslimin.
d.
Peletakan
Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial.[4]
Dengan dakwah agama Islam mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
a.
Ajaran Islam simple, mudah, tidak memberatkan, tidak banyak tuntutan dan
aturan.
b.
Prinsip-prinsip dari masyarakat Islam bersendikan ukhuwah Islamiyah.
c. Islam tersiar
luas dan cepat semata-mata karena Dakwah bi al-Hikmah dari Nabi dan para
sahabat.
1.4 Aplikasi
Metode Dakwah Zaman Rasullulah
1. Pendekatan personal
Pendekatan dengan cara
ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang
disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u
akan langsung diketahui. Pendekatan dakwah seperti ini pernah dilakukan pada
zaman rasullah ketika berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan dizaman era modernseperti sekarang ini pendekatan personal harus
tetap dilakukan karena mad’u terdiri dari berbagai karakteristik. Disinilah
letak elastisitas pendekatan dakwah.[5]
2. Pendekatan pendidikan
Pada masa nabi, dakwah
lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuk nya islam kepada para
kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat
pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembaga pendidikan pesantren,
yayasan yang bercorak islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat
materi-materi keislaman.[6]
3. Pendekatan diskusi
Pendekatan diskusi pada
era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berperan
sebagai nara sumber, sedangkan mad’u berperan sebagai audience.tujuan dari
diskusi ini adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang ada
kaitan nya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan
jalan keluarnya.[7]
4. Pendekatan penawaran
Salah satu falsafah
pendekatan penawaran yang dilakukan nabi adalah ajakan untuk beriman kepada allah tanpa menyekutukan-nya dengan
yang lain. Cara ini dilakukan nabi
dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika
meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukan nya dengan niat
yang timbul dari hati yang paling dalam.
5. Pendekatan misi
Maksud dari pendekatan
misi adalah pengiriman tenaga para da’i ke daerah-daerah diluar tempat
domisili. Kita bisa mencermati untuk masa sekarang ini, ada banyak organisasi
yang bergerak di bidang dakwah mengirimkan da’i mereka untuk disebarluaskan ke
daerah-daerah yang minim para da’i nya,
dan dan disamping itu daerah yang menjadi tujuan adalah biasanya kurang
memahami ajaran-ajaran islam yang prinsipil. Pendekatan-pendekatan di atas
adalah sebagian kecil dari seluruh pendekatan yang ada, dan semua itu dijadikan
acuan oleh para da’i dalam melakukan kegiatan dakwahnya. [8]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami
ambil kesimpulan bahwasannya peradaban Islam pada masa nabi Muhammad Saw
terbagi menjadi dua fase (periode) yaitu Fase Mekah dan Madinah.
Pada fase Makkah lebih ditekasnkan hanya pada bidang
Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah yang
dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara
sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan. Meskipun dalam prosesnya Nabi
sering mendapat gangguan dan perlakuan kasar dari kaum kafir Quraisy.
Setelah hijrah, pada fase Madinah ini ada beberapa
bidang yang dikembangkan sebagai wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara
Islam diantaranya yaitu pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer,
politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendapatan Negara. Pada fase ini Islam
menjadi agama yang dipeluk oleh seluruh Jazirah Arab, sebagai tanda
keberhasilan dakwah Nabi Muhammad Saw.
Daftar
Pustaka
Ajid Thohir. 2009, Perkembangan Peradaban di
Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers.
Aripudi Acep.
2011, Pengenbangan Metode Dakwah, Jakarta:Rajagrafindo
Persada
Suparta
Munzier dan Harjani Hefni. 2015, Metode
Dakwah, Jakarta:Prenadamedia Group
Susmihara
dan Rahmad. 2013, Sejarah Islam Klasik,
Yogyakarta:Ombak
[1] Susmihara,Sejarah Islam Klasik,(Yogyakarta:Ombak,2013),hal,1
[2] Susmihara,Sejarah Islam Klasik,
hal,2
[3] Susmihara,Sejarah Islam Klasik,
hal,28-29
[4] Susmihara,Sejarah Islam Klasik,
hal,133
[5] Munir,Metode Dakwah,(PernadaMedia
Group),2015,hal 21
[6] Munir,Metode Dakwah,(PernadaMedia
Group),2015,hal 22
[7] Acep Aripudin,Perkembangan Metode Dakwah,(Pt.RajaGrafindo
Persada),2011,hal 126
No comments:
Post a Comment