MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek
dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri
subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan dari sudut tinjauan biologi dan antara
fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.”
Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang
dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan
masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa
meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal.
Piaget juga memberikan proses pembentukan
pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik atau
pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari obyek,
pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui
reorganisasi proses pemikiran anak didik. Sumbangan bagi praktek
pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang
disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi
pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir
logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti y dan menulis.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui dan menjelaskan Tahap-tahap Perkembangan kognitif
2. Untuk
mengetahui dan menjeaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan
kognitif.
3.
Untuk mengetahui dan
menjelaskan Perkembangan permanensi Objek
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah
satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri
dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehensions), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional(akal).
Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki
oleh orang lain.
Jean
Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun
secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat
dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian
dan penyesuaian (adaptasi)
B.
Prinsip Dasar Teori Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori
perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara
fungsi biologi & psikologis( perkembanganjiwa)
Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi
terhadap lingkungan. Contoh: manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut
untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari
dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat
pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian &
kendaraan untuk transportasi.
C. Tahap-tahap kognitif
Tahap perkembangan
|
Rentang
Usia
|
Karakteristik
|
Sensorimotor
|
Lahir sampai 2 tahun
|
-Dunianya
terbatas
-Belum
mengenal bahasa
-Belum
memiliki pikiran pada masa-masa awal
-Belum
mampu memahami realitas objektif
|
Pra-operasional
|
2 sampai 7 tahun
|
-Pikirannyabersifat
egosentris
-Pemikirannya
didominasi oleh persepsi
-Intuisinya
lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya
-Belum
memiliki kemampuan konservasi
|
Operasional- konkret
|
7 sampai 11 tahun
|
-Kemampuan
konservasi
-Kemampuan
mengklasifikasikan
-Berfikir
konkret
|
Operasional-Formal
|
11 tahun sampai dewasa
|
-Pikiran
bersifat umum dan menyeluruh
-Berpikir
proposisional
-kemampuan
membuat hipotesis
-Perkembangan
idealisme yang kuat
|
Tahap
sensorimotor merupakan tahap awal perkembangan mental anak.
Perkembangan mental itu terus bertambah hingga mencapai puncaknya pada tahap
operasional formal. Dicirkan dengan fase interkoordinasi progesif dari skema
menjadi lebih kompleks dan terintegrasi. (Tritanto,2010:70-73)
(Ciri dasar
perkembangannya: anak-anak melalui perjalanan dan inderanya dan juga belajar
objek permanen)
Tahap pertama awal kognitif terjadi pada saat
bayi lahir sampai sekitar kelahiran 2 tahun. Tahap ini disebut tahap
sensorimotor oleh Piaget.
Pada tahap sensorimotor, intel lebih
bertindak pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat,
meraba, menjamah, mendengar, membau dan lain-lain.
Pada tahap sensorimotor, gagasan anak-anak
muncul dari periode "belum memiliki ide" menjadi "sudah memiliki
gagasan".
Gagasan sangat penting dengan konsep anak
tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur
ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat
disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, perkembangan sensorimotor ini
menggunakan proses asimilasi dan domestik. Tahap-tahap perkembangan
kognitif anak-anak yang dikembangkan dengan proses-proses asimilasi dan
mengakomodasi siswa-siswa karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan
pengalaman dan pengamatan yang baru.
Piaget membagi sensorimotor dalam periode
enam, yaitu:
Periode
1: Refleks (umur 0 - 1 bulan)
Periode
paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Tahap berkembang sejak
bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi
kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan.
Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang
ditanggapi secara refleks
Periode 2:
Kebiasaan (umur 1 - 4 bulan)
Pada saat perkembangan ini, bayi mulai
membentuk kebiasan-kebebasan pertama. Kebiasaan yang diproduksi dengan
mencoba dan mengulang-ngulangi tindakan. Refleks-refleks yang dibuat
diasimilasikan dengan skema yang telah melahirkan dan menjadi semacam
kebiasaan, pertama dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan benda-benda di dimensi. Ia mulai menyelenggarakan diferensiasi
akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada tahap ini pula, tindakan
yang dilakukan dengan menggunakan mata dan telinga.
Bayi memulai benda yang bergerak dengan
matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala ke suara yang ia
dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan hal yang
penting untuk menumbuhkan konsep benda.
Periode 3: Reproduksi kejadian yang menarik (4-8
bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah
dan memanipulasi sesuatu yang ada di sekitarnya. Tingkah laku bayi yang
paling berpengaruh pada objek dan kejadian di luar tubuh sendiri. Ia
menunjukkan pelatih antara penglihatan dan rasa.
Pada periode ini, seorang bayi juga
menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik untuk itu. Ia bisa
menghadirkan dan mengulang kembali gejala yang (reaksi sirkuler sekunder).
Piaget mengamati bahwa ketika seorang anak
dihadapkan pada sebuah objek yang dikenal, karena ia hanya melihat reaksi
singkat dan tidak akan mau lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai
“pengiyan” akan arti benda itu seakan ia sudah mengetahuinya.
Periode 4: Koordinasi Skema (umur 8 - 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan
sarana untuk mencapai hasil.
Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai
tujuan. Bayi mulai memiliki kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang
sebelumnya telah didapat untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai
membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi). Dari fakta bahwa ia dapat
mencari benda-benda yang berbeda, tampak yang ia mulai memiliki konsep tentang
ruang.
Periode 5: Eksperimen (umur 12 - 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya
anak-anak mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara
mencoba (percobaan) bila dihadapkan pada tindakan yang tidak bisa dipecahkan
dengan aturan yang ada, anak-anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial dan
Kesalahan untuk mengeluarkan cara yang baru untuk digunakan dengan cara lain
mengembangkan kincir angin yang baru.
Pada periode ini, anak-anak lebih banyak
benda-benda yang hidup dan melihat bagaimana benda-benda di sekitarnya
bertingkah laku dalam memori yang baru.
Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi
intelegensi ketika ia menemukan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
baru. Pada tahap ini pula, konsep anak akan objek mulai maju dan
lengkap. Tentang keruangan anak-anak akan mengubah benda-benda yang
dilakukan saat benda-benda itu dapat dilihat secara bersamaan.
Periode
Refresentasi (umur 18 - 24 bulan)
Periode ini adalah tahap terakhir pada tahap
intelegensi sensorimotor. Seorang anak tidak dapat menemukan cara-cara
baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga
dengan internal internal dalam pikirannya.
Pada periode ini, anak berpindah dari periode
intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental,
seorang anak-anak bisa membuat objek dan peristiwa, dan dapat membantu dengan
keras.
Karakteristik anak yang berada pada fase ini
adalah sebagai berikut:
·
Berfikir melalui perbuatan (gerak)
·
Perkembangan fisik yang dapat digunakan
adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara.
·
Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
·
Cenderung intuitif egocentrics, tidak
rasional dan tidak logis
Tahap
pra-operasional merupakan tahap prilaku anak berubah dari dependesi
tindakan menuju pemanfaatan representasi mental dalam tindakan-tindakannya atau
yang biasa disebut berfikir. Namun, anak pada tahap pra-operasional belum
mengembangkan sistem organisasi pikiran-pikirannya. Ketika kita berada di
sekitar mereka dan mereka tidak melihat kita, mereka tidak berpikir bahwa kita
dapat melihat mereka. Mereka masih sulit untuk membedakan antara presepsi
mereka dengan oranglain. Tritanto,2010:70-73)
Ciri sebenarnya
adalah penggunaan simbol dan bahasa intuitif)
Istilah "operasi" di sini adalah
proses berfikir logis, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam proses ini
anak sangat egosentris, mereka sulit menerima orang lain.
Anak-anak percaya apa yang mereka dan alami
juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda
yang tidak bernyawa memiliki sifat bernyawa.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan
atas dua bagian.
·
Pertama, tahap pra
konseptual (2-4 tahun), dimana mempopulerkan objek-objek dengan bahasa, gambar
dan permainan khayalan.
·
Kedua, tahap intuitif (4-7
tahun). Pada tahap ini, proyek menjadi kenyataan, tidak untuk hukuman.
Karakteristik anak pada saat ini adalah
sebagai berikut:
·
Anak dapat mengaitkan
pengalaman yang ada di lingkungan bermain dengan pengalaman pribadi dan
kepribadian menjadi egois. Anak-anak tidak rela bila barang miliknya
dipegang oleh orang lain.
·
Anak-anak tidak memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pikiran “yang dapat
dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat irreversible .
·
Anak-anak belum mampu
melihat dua aspek dari satu objek atau kamera, dan juga mampu bernalar ( bernalar )
secara individu dan deduktif.
·
Anak bernalar secara
transduktif (dari khusus ke khusus). Anak-anak juga belum mampu membedakan
antara fakta dan fantasi.
·
Anak belum memiliki konsep
kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
Tahap
operasional konkret adalah tahap penyempurnaan 3 arah
penting dalam pertumbuhan intelektual yaitu: Konservasi, klasifikasi, dan
transivitas. Konservasi adalah kemampuan untuk mentransformasikan sifat objek.
Klasifikasi adalah pengelompokkan dan kategorisasi objek-objek yang mirip.
Transivitas adalah seorang anak mampu menyelesaikan bentuk permasalahan.
Tritanto,2010:70-73)
Tahap
operasi konkret ( operasi konkrit)dicirikan
dengan sistem pengembangan yang ditemukan pada aturan-aturan tertentu yang
logis. Anak-anak tidak mengembangkan operasi-oprasi logis.
Operasi ini bersifat reversibel ,
artinya dapat mengukur dalam dua arah, yaitu proses yang dapat berubah menjadi
perintah lagi. Tahap operasi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem
operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata / konkret.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
·
Adaptasi
dengan mencerminkan yang menyeluruh
Pada tahap ini, seorang anak-anak dapat
belajar secara bebas, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget,
adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan lingkar akan lingkungan itu.
·
Melihat
berbagai macam segi
Anak-anak pada tahap ini bisa mendapatkan
informasi atau informasi secara akurat dengan melihat apek-aspeknya. Ia
tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sama mengamati
titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
·
Seriasi
Proses seriasi adalah proses yang tidak
banyak terjadi atau lebih kecilnya. Menurut Piaget, jika seorang anak
telah dapat membuat seriasi maka ia tidak akan melakukan banyak hal untuk
membuat seri berikutnya.
·
Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang disebut 3
tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disintegrasi membuat yang
berbeda menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
·
Bilangan
Dalam percobaan Piaget, ada anak-anak pada
tahap pra-operasi konkret belum dapat memahami korespondensi satu-satu dan
kekekalan, namun pada tahap-tahap operasi konkret, anak-anak sudah bisa
mengerti tentang karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan
perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
·
Ruang,
waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun sudah ada anak
tentang mengetahui ruang dengan melihat selang intervalitas benda. Pada
umur 8 tahun anak sudan sudah susah mengerti hubungan waktu dan jug akoordinasi
dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak akan sadar konsep waktu dan
kecepatan.
·
Probabilitas
Pada tahap ini, konsep probabilitas yang
disebut antara hal-hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
·
Penalaran
Dalam masalah sehari-hari, anak pada tahap
ini jarang berbicara dengan alasan, tetapi lebih mengatakan apa yang
terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada masalah dalam melihat
masalah secara menyeluruh.
·
Egosentrisme
dan Sosialisme
Pada tahap ini, anak sudah tidak terlalu
egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat memiliki
pikiran lain.
Tahap
operasional formal adalah tahap ditandai dengan kemampuan anak
untuk memformulasikan hipotesis dan mengujinya terhadap relitas (Tritanto,2010:70-73)
Tahap operasi formal ( operasi formal)merupakan
tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget.
Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat
berpikir logis, berpikir dengan menggunakan teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi
dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dapat terbaca saat
itu. Cara berpikir yang abstrak mulai jelas. Sifat dasar dari
aktivitas formal adalah sarana deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan
abstrak reflektif.
·
Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang
menarik yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan hanya jika
premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar.
Alasan deduktif adalah alasan / argumentasi
yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih
hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari proposisi yang
diasumsikan, tidak perlu diperhitungkan dengan kenyataan yang nyata.
Dalam pikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi
ada yang mengenali yang logis, meskipun para remaja sendiri tidak tahu atau
belum mengetahui cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model
logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menuntun ungkapan
remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
·
Pemikiran Induktif Saintifik
Pemikiran induktif adalah pengukuran yang
lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini
disebut juga dengan metode ilmiah. Pada tahap ini, anak-anak dapat membuat
hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel, kontrol, mencatat hasil,
dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat mempelajari
berbagai variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
·
Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga
digunakan sebagai abstraksi reflektif karena kekhawatiran itu tidak dapat
disimpulkan dari pengalaman.
D. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif
1. Lingkungan
Fisik
Artinya, kontak dengan
lingkungan fisik perlu karena interaksi antara individu dan dunia luar
merupakan sumber pengetahuan baru. Namun kontak dengan dunia fisik itu tidak
cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat
memanfaatkan pengalaman. Karena itu, kematangan sistem saraf menjadi penting
untuk memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman
fisik.
2. Kematangan
Artinya, membuka
kemungkinan untuk perkembangan. Sedangkan kurang hal itu akan membatasi secara
luas prestasi kognitif. Meskipun kematangan suatu kondisi yang penting bagi
perkembangan kognitif, kejadian-kejadian tertentu tidak ditentukan sebelumnya.
Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan, bergantung pada sifat
kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3. Lingkungan
sosial
Artinya, penanaman bahasa
dan pendidikan pentingnya lingkungan sosial adalah bahwa pengalaman speerti
itu, seperti halnya pengalam fisik dapat mengacu atau menghambat perkembangan
struktur kognitif.
4. Equlibrasi
Artinya,
proses pengaturan. Equlibrasi menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara
terpadu dan tersusun baik(Yatim Riyanto, 2009:125-126
E. Perkembangan permanensi
objek
Perkembangan Permanensi dapat di lihat dari :
1.
Tahapan-tahapan secara Umum:
·
Walau tahapan-tahapan itu
bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada
tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
·
Universal (tidak terkait
budaya)
1. Bisa
digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
2. Tahapan-tahapan
tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
3. Urutan
tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
4.
Tahapan merepresentasikan
perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
2. Proses Perkembangan
Seorang
individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema.
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan
memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun
fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
·
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi
baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena
seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam
contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung"
adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
5. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain
yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru
yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh8 di atas, melihat
burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung
si anak.
6. Melalui kedua proses penyesuaian
tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa
meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut
dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara
struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu
berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan
kedua proses penyesuaian di atas.
7.
Dengan
demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari
luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya.
3.
Isu dalam Perkembangan
Kognitif
Isu utama dalam
perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.
Tahapan
perkembangan
·
Perbedaan kualitatif dan kuantitatifTerdapat
kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan
kualitas atau kuantitas kognisi.
·
Kontinuitas dan diskontinuitasKontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan
merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
·
Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan
kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu
·
Natur dan nurtur
Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara
filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme
mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak
lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai
bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
·
Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
Secara relatif
kecerdasan seorang anak tetap stabil pada
suatu derajat kecerdasan, namun
terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun
dibandingkan dengan usia 15 tahun.
4.
Sudut Pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda
untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
·
Teori perkembangan Kognitif Neurosanis
Kemajuan ilmu
neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis
menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan
ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia
yaitu
a.
Apakah hubungan antara Pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses
b.
Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis
yang teratur
·
Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari
perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan
budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan
pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan.
Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada
secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert Bandura, Michael Tomasello
·
Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan
kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya
yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff
BAB
III
PENUTUP
a)
Kesimpulan
Belajar
bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari
dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan
penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget berpendapat bahwa belajar
merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dipunyai seseorang.
Seorang
guru harus mampu memahami tahapan perkembangan kognitif manusia. Mulai dari
lahir hingga dewasa yang terbagi dalam tahap sensorimotorik, pra-operasional,
operasional konkret, dan operasional formal, agar mampu melaksanakan proses
pembelajaran dan memahami psikologis anak didi
b)
Saran
Semoga
Makalah “Teori perkembangan Jean Piaget” dapat bermanfaat bagi kita mahasiswa
calon-calon pahlawan tanpa jasa. Semoga mampu menerapkan teori perkembangan
Jean Piaget dalam metode belajar dan pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Tritanto.2010.Model
Pembelajaran Terpadu.Surabaya:PT Bumi Aksara
Yatmin Riyanto.2009.Paradigma
Baru Pembelajaran.Jakarta:Kencana
Bjorklund, D.F.
(2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual
differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
Cole, M, et al.
(2005). The Development of Children. New York: Worth
Publishers.
Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed.
Oxford : Blacwell publishing
Piaget, J. (1954).
"The construction of reality in the child". New York: Basic Books.
Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J.
Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books
Piaget, J. (1983).
"Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook
of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
Piaget, J. (2000).
"Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology, 18, 241–259.
Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology
Press.
Seifer, Calvin "Educational Psycho
No comments:
Post a Comment