1

loading...

Wednesday, December 26, 2018

MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET


MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

PENDAHULUAN
          A.    Latar Belakang
   “Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan  dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.”
                 Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal. Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai formal.
            Piaget juga memberikan proses pembentukan pengetahuan dari pandangan yang lain, ia menguraikan pengalaman fisik atau pengetahuan eksogen, yang merupakan abstraksi dari ciri – ciri dari obyek, pengalaman logis matematis atau pengetahuan endogen disusun melalui reorganisasi proses pemikiran anak didik.  Sumbangan bagi praktek pendidikan untuk karya – karya Piaget mengenali pengetahuan yang disosialisasikan dari sudut pandangan anak. Implementasi kurikulum menjadi pelik oleh kenyataan bahwa teorinya tidak memasukan hubungan antara berfikir logis dan pelajaran – pelajaran pokok seperti y dan menulis.
B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui dan menjelaskan Tahap-tahap Perkembangan kognitif
2.      Untuk mengetahui dan menjeaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan kognitif.
3.      Untuk mengetahui dan menjelaskan Perkembangan permanensi Objek


BAB II
PEMBAHASAN


          A.    Pengertian Kognitif
     
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehensions), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation)Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan  kemampuan rasional(akal).
       Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
 Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi)

          B.     Prinsip Dasar Teori Piaget
     Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis( perkembanganjiwa)
     Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh: manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
      C.    Tahap-tahap kognitif
     Tahap perkembangan
Rentang Usia
Karakteristik
Sensorimotor
Lahir sampai 2 tahun
-Dunianya terbatas
-Belum mengenal bahasa
-Belum memiliki pikiran pada masa-masa awal
-Belum mampu memahami realitas objektif 
Pra-operasional
2 sampai 7 tahun
-Pikirannyabersifat egosentris
-Pemikirannya didominasi oleh persepsi
-Intuisinya lebih mendominasi dari pada pikiran logisnya
-Belum memiliki kemampuan konservasi
Operasional- konkret
7 sampai 11 tahun
-Kemampuan konservasi
-Kemampuan mengklasifikasikan
-Berfikir konkret
Operasional-Formal
11 tahun sampai dewasa
-Pikiran bersifat umum dan menyeluruh
-Berpikir proposisional
-kemampuan membuat hipotesis
-Perkembangan idealisme yang kuat

Tahap sensorimotor merupakan tahap awal perkembangan mental anak. Perkembangan mental itu terus bertambah hingga mencapai puncaknya pada tahap operasional formal. Dicirkan dengan fase interkoordinasi progesif dari skema menjadi lebih kompleks dan terintegrasi. (Tritanto,2010:70-73)
(Ciri dasar perkembangannya: anak-anak melalui perjalanan dan inderanya dan juga belajar objek permanen)
Tahap pertama awal kognitif terjadi pada saat bayi lahir sampai sekitar kelahiran 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget.
Pada tahap sensorimotor, intel lebih bertindak pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau dan lain-lain.
Pada tahap sensorimotor, gagasan anak-anak muncul dari periode "belum memiliki ide" menjadi "sudah memiliki gagasan".
Gagasan sangat penting dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan dengan logis.
Menurut Piaget, perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi dan domestik. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak-anak yang dikembangkan dengan proses-proses asimilasi dan mengakomodasi siswa-siswa karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan pengamatan yang baru.
Piaget membagi sensorimotor dalam periode enam, yaitu:

Periode 1: Refleks (umur 0 - 1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Tahap berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks
  Periode 2: Kebiasaan (umur 1 - 4 bulan)
Pada saat perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebebasan pertama. Kebiasaan yang diproduksi dengan mencoba dan mengulang-ngulangi tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah melahirkan dan menjadi semacam kebiasaan, pertama dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dimensi. Ia mulai menyelenggarakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada tahap ini pula, tindakan yang dilakukan dengan menggunakan mata dan telinga.
Bayi memulai benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala ke suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan konsep benda.
    Periode 3: Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi sesuatu yang ada di sekitarnya. Tingkah laku bayi yang paling berpengaruh pada objek dan kejadian di luar tubuh sendiri. Ia menunjukkan pelatih antara penglihatan dan rasa.
Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik untuk itu. Ia bisa menghadirkan dan mengulang kembali gejala yang (reaksi sirkuler sekunder).
Piaget mengamati bahwa ketika seorang anak dihadapkan pada sebuah objek yang dikenal, karena ia hanya melihat reaksi singkat dan tidak akan mau lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai “pengiyan” akan arti benda itu seakan ia sudah mengetahuinya.
    Periode 4: Koordinasi Skema (umur 8 - 12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai hasil.
Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Bayi mulai memiliki kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah didapat untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi). Dari fakta bahwa ia dapat mencari benda-benda yang berbeda, tampak yang ia mulai memiliki konsep tentang ruang.
       Periode 5: Eksperimen (umur 12 - 18 bulan)
Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak-anak mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba (percobaan) bila dihadapkan pada tindakan yang tidak bisa dipecahkan dengan aturan yang ada, anak-anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial dan Kesalahan untuk mengeluarkan cara yang baru untuk digunakan dengan cara lain mengembangkan kincir angin yang baru.
Pada periode ini, anak-anak lebih banyak benda-benda yang hidup dan melihat bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam memori yang baru.
Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi ketika ia menemukan kemampuan untuk memecahkan masalah yang baru. Pada tahap ini pula, konsep anak akan objek mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak-anak akan mengubah benda-benda yang dilakukan saat benda-benda itu dapat dilihat secara bersamaan.   
      Periode Refresentasi (umur 18 - 24 bulan)
Periode ini adalah tahap terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak tidak dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga dengan internal internal dalam pikirannya.
Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak-anak bisa membuat objek dan peristiwa, dan dapat membantu dengan keras.
Karakteristik anak yang berada pada fase ini adalah sebagai berikut:
·         Berfikir melalui perbuatan (gerak)
·         Perkembangan fisik yang dapat digunakan adalah gerak-gerak refleks sampai ia dapat berjalan dan bicara.
·         Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
·         Cenderung intuitif egocentrics, tidak rasional dan tidak logis
Tahap pra-operasional merupakan tahap prilaku anak berubah dari dependesi tindakan menuju pemanfaatan representasi mental dalam tindakan-tindakannya atau yang biasa disebut berfikir. Namun, anak pada tahap pra-operasional belum mengembangkan sistem organisasi pikiran-pikirannya. Ketika kita berada di sekitar mereka dan mereka tidak melihat kita, mereka tidak berpikir bahwa kita dapat melihat mereka. Mereka masih sulit untuk membedakan antara presepsi mereka dengan oranglain. Tritanto,2010:70-73)
Ciri sebenarnya adalah penggunaan simbol dan bahasa intuitif)
Istilah "operasi" di sini adalah proses berfikir logis, dan merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam proses ini anak sangat egosentris, mereka sulit menerima orang lain.
Anak-anak percaya apa yang mereka dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa memiliki sifat bernyawa.
Tahap pra operasional ini dapat dibedakan atas dua bagian.
·         Pertama, tahap pra konseptual (2-4 tahun), dimana mempopulerkan objek-objek dengan bahasa, gambar dan permainan khayalan.
·         Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada tahap ini, proyek menjadi kenyataan, tidak untuk hukuman.
Karakteristik anak pada saat ini adalah sebagai berikut:
·         Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermain dengan pengalaman pribadi dan kepribadian menjadi egois. Anak-anak tidak rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.
·         Anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang membutuhkan pikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka masih bersifat irreversible .
·         Anak-anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau kamera, dan juga mampu bernalar ( bernalar ) secara individu dan deduktif.
·         Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak-anak juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi.
·         Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi).
Tahap operasional konkret adalah tahap penyempurnaan 3 arah penting dalam pertumbuhan intelektual yaitu: Konservasi, klasifikasi, dan transivitas. Konservasi adalah kemampuan untuk mentransformasikan sifat objek. Klasifikasi adalah pengelompokkan dan kategorisasi objek-objek yang mirip. Transivitas adalah seorang anak mampu menyelesaikan bentuk permasalahan. Tritanto,2010:70-73)
 Tahap operasi konkret ( operasi konkrit)dicirikan dengan sistem pengembangan yang ditemukan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak-anak tidak mengembangkan operasi-oprasi logis.
Operasi ini bersifat reversibel , artinya dapat mengukur dalam dua arah, yaitu proses yang dapat berubah menjadi perintah lagi. Tahap operasi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata / konkret.
Ciri-ciri operasi konkret yang lain, yaitu:
·         Adaptasi dengan mencerminkan yang menyeluruh
Pada tahap ini, seorang anak-anak dapat belajar secara bebas, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi dengan lingkungan disatukan dengan lingkar akan lingkungan itu.
·         Melihat berbagai macam segi
Anak-anak pada tahap ini bisa mendapatkan informasi atau informasi secara akurat dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersam-sama mengamati titik-titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.
·         Seriasi
Proses seriasi adalah proses yang tidak banyak terjadi atau lebih kecilnya. Menurut Piaget, jika seorang anak telah dapat membuat seriasi maka ia tidak akan melakukan banyak hal untuk membuat seri berikutnya.

·         Klasifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang disebut 3 tahun dan 12 tahun diberi bermacam-maam objek dan disintegrasi membuat yang berbeda menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.
·         Bilangan
Dalam percobaan Piaget, ada anak-anak pada tahap pra-operasi konkret belum dapat memahami korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun pada tahap-tahap operasi konkret, anak-anak sudah bisa mengerti tentang karespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.
·         Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun sudah ada anak tentang mengetahui ruang dengan melihat selang intervalitas benda. Pada umur 8 tahun anak sudan sudah susah mengerti hubungan waktu dan jug akoordinasi dengamn waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak akan sadar konsep waktu dan kecepatan.
·         Probabilitas
Pada tahap ini, konsep probabilitas yang disebut antara hal-hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.
·         Penalaran
Dalam masalah sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan alasan, tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada masalah dalam melihat masalah secara menyeluruh.
·         Egosentrisme dan Sosialisme
Pada tahap ini, anak sudah tidak terlalu egosentris dalam pemikirannya. Ia sadar bahwa orang lain dapat memiliki pikiran lain.

Tahap operasional formal adalah tahap ditandai dengan kemampuan anak untuk memformulasikan hipotesis dan mengujinya terhadap relitas (Tritanto,2010:70-73)
Tahap operasi formal ( operasi formal)merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kognitif menurut Piaget.
Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan menggunakan teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dapat terbaca saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai jelas. Sifat dasar dari aktivitas formal adalah sarana deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan abstrak reflektif.
·         Pemikiran Deduktif Hipotesis
Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik yang spesifik dari sesuatu yang umum. Kesimpulan hanya jika premis-premis yang dipakai dalam pengambilan keputusan benar.
Alasan deduktif adalah alasan / argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil kesimpulan dari proposisi yang diasumsikan, tidak perlu diperhitungkan dengan kenyataan yang nyata.
Dalam pikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi ada yang mengenali yang logis, meskipun para remaja sendiri tidak tahu atau belum mengetahui cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menuntun ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.
·         Pemikiran Induktif Saintifik
Pemikiran induktif adalah pengukuran yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga dengan metode ilmiah. Pada tahap ini, anak-anak dapat membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel, kontrol, mencatat hasil, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat mempelajari berbagai variabel yang berbeda pada waktu yang sama.
·         Pemikiran Abstraksi Reflektif
Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga digunakan sebagai abstraksi reflektif karena kekhawatiran itu tidak dapat disimpulkan dari pengalaman.

D.    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
1.      Lingkungan Fisik
Artinya, kontak dengan lingkungan fisik perlu karena interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru. Namun kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman. Karena itu, kematangan sistem saraf menjadi penting untuk memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik.
2.      Kematangan
Artinya, membuka kemungkinan untuk perkembangan. Sedangkan kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi kognitif. Meskipun kematangan suatu kondisi yang penting bagi perkembangan kognitif, kejadian-kejadian tertentu tidak ditentukan sebelumnya. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan, bergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3.      Lingkungan sosial
Artinya, penanaman bahasa dan pendidikan pentingnya lingkungan sosial adalah bahwa pengalaman speerti itu, seperti halnya pengalam fisik dapat mengacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.


4.      Equlibrasi
Artinya, proses pengaturan. Equlibrasi menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik(Yatim Riyanto, 2009:125-126

E.     Perkembangan permanensi objek

Perkembangan Permanensi dapat di lihat dari :
1.      Tahapan-tahapan secara Umum:
·         Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
·         Universal (tidak terkait budaya)
1.      Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
2.      Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
3.      Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
4.      Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif

2.      Proses Perkembangan

   Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
·         Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
5.      Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh8 di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
6.      Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
7.      Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.
3.      Isu dalam Perkembangan Kognitif
   Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara umum.

Tahapan perkembangan


·         Perbedaan kualitatif dan kuantitatifTerdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas atau kuantitas kognisi.
·         Kontinuitas dan diskontinuitasKontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.
·         Homogenitas dari fungsi kognisi
Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu

·         Natur dan nurtur

Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.

·         Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.

4.      Sudut Pandang lain
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
·         Teori perkembangan Kognitif Neurosanis
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu

a.       Apakah hubungan antara Pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik dan mental proses
b.       Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis yang teratur


·         Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologikonteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev VygotskyAlbert BanduraMichael Tomasello

·         Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff
                                                                       BAB III
                                                                    PENUTUP
a)      Kesimpulan
Belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang.
Seorang guru harus mampu memahami tahapan perkembangan kognitif manusia. Mulai dari lahir hingga dewasa yang terbagi dalam tahap sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal, agar mampu melaksanakan proses pembelajaran dan memahami psikologis anak didi
b)      Saran
Semoga Makalah “Teori perkembangan Jean Piaget” dapat bermanfaat bagi kita mahasiswa calon-calon pahlawan tanpa jasa. Semoga mampu menerapkan teori perkembangan Jean Piaget dalam metode belajar dan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Tritanto.2010.Model Pembelajaran Terpadu.Surabaya:PT Bumi Aksara
Yatmin Riyanto.2009.Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta:Kencana
Bjorklund, D.F. (2000) Children's Thinking: Developmental Function and individual differences. 3rd ed. Bellmont, CA : Wadsworth
Cole, M, et al. (2005). The Development of Children. New York: Worth Publishers.
Johnson, M.H. (2005). Developmental cognitive neuroscience. 2nd ed. Oxford : Blacwell publishing
Piaget, J. (1954). "The construction of reality in the child". New York: Basic Books.
Piaget, J. (1977). The Essential Piaget. ed by Howard E. Gruber and J. Jacques Voneche Gruber, New York: Basic Books
Piaget, J. (1983). "Piaget's theory". In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley.
Piaget, J. (1995). Sociological Studies. London: Routledge.
Piaget, J. (2000). "Commentary on Vygotsky". New Ideas in Psychology18, 241–259.
Piaget, J. (2001). Studies in Reflecting Abstraction. Hove, UK: Psychology Press.
Seifer, Calvin "Educational Psycho

No comments:

Post a Comment