Makalah Riwayat Hidup Ibnu Bajjah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup
Ibnu Bajjah
Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Bajjah lahir di Saragossah pada
perempatan akhir abad V H, dan wafat di Fez (Maroko) pada tahun 533 H / 1138 M.
Meskipun tidak diketahui secara jelas masa kecil dan remajanya, para ahli
menduga bahwa ia berhasil mematangkan dirinya dengan pengetahuan di kota
kelahirannya. Ibnu Bajjah tidak melulu menekuni ilmu dan falsafat, tetapi juga
terlibat politik, khusus nya sejak di angkat menjadi wazir di Saragossah oleh
penguasa Abu Bakr Assah-Rowi yang berasa dikekuasaan daulah Murabithun. Setelah
kota itu direbut oleh Raja Alfonso dan Arragon pada tahun 512 H / 1118 M, Ibnu
Bajjah pindah ke Kota Seville dan bekerja di sana sebagai Dokter. Dari Seville,
ia bertolak ke Granada, dan kemudian ke Maroka. Karena dituduh zindik
(kafir) atau bid’ah oleh kalangan ulama, ia dipenjara di syathibah.
Setelah bebas, ia berhubungan lagi dengan penguasa tertinggi daulah Murabithun,
di Fez, dan diangkat sebagai wazir. Setelah memegang jabatan selama 20
tahun, Ibnu Bajjah wafat dan dimakamkan di Fez dalam suasana kekacauan (chaos)
di daulah murabithun. Kondisi masyarakat Baeber yang belum bisa berfikir
filoshofis tersebut, menyebabkan ia melanjutkannnya ke Frez di Maroko. disini
ia masih dapat melanjutkan kariernya sebagai ilmuan dibawah perlindungan
penguasa Murabithun yang ad disana. bahkan, hubungannya debngan pihak penguasa
istana berjalan baik, sehingga ia diangkat sebgai menteri oleh Abu Bakar Yahya
Bin Yusuf Ibn Tasifin untuk waktu yang lama. Akirnya ia meninggal pada tahun
533 H (1138 M) di Frez dan dimakamkan disamping ibn arabi. Menurut riwayat ia
meninggal karena diracun oleh seorang dokter bernama abu al-ala
ibn zuhri yang iri hati terhadap kecerdasan ,ilmu dan ketenarannya.[1]
Karena keterlibatannya di bidang
politik, Ibnu Bajjah tidak seproduktif filsuf lainnya. Beberapa karya
tulisnya berkenaan dengan logika, jiwa, etika, astronomi, kedoktoran dan lain
sebagainya. Karya tulisnya antara lain Risalah Al-wada’ yang berisi
uraiaan tentang penggerak pertama dan tujuan sesungguhnya dari wujud alam dan
manusia, dan Tadbir Al-mutawahid tentang penataan diri mutahid
(sang pribadi unik).
B.
Pemikiran Filsafat
Ibnu Bajjah
Biografi Ibnu Bajjah adalah seorang
tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab
Spanyol. Dalam sumber latin, ia dinamai Avempace. Nama Lengkapnya
Abu bakar Muhammad Bakar Bin Yahya Bin Asy-sa’ikh At Tujubi Al-Andalusi As
–saraqusti. karena berasal dari keluarga at-tujubi, ia juga biasa disebut
at-Tujibi yang beerja sebagai pedagang emas (Bajjah /Emas). ia dibesarkan dan
merampugkan pendidikannnya di Zaragoza.[2]
Selain sebagai filsuf, Ibnu Bajjah dikenal sebagai penyair,
komponis, bahkan sewaktu Saragossa berada dibawah kekuasaan Abu Bakar Bin
Ibnu Ibrahim Al-Sharawi (terkenal sebagai Ibnu Tufalwit) dari Daulah
l-Nurhabirthun.namun pada tahun 512 H, Saragossa jatuh ketangan Raja
Alfanso I Dari Arogan Bin Bajjah terpaksa pindh ke Sevila . dikota ini ia
bekerja sebagai dokter, kemudian ia pindah ke Granadia ,dari sana ia pindah ke
Afrika Utara, pusat dinasti murabithun. Malang bagi Ibnu Bajjah, ketika
dikota Syatibah ia ditangap oleh Amir Abu Ishak Ibrahim Bin Yusuf Ibn Tasifin yang
mnuduhnya sebagai murtad dan membawa bid’ah. hal tersebut disebabkan
pikiran-pikiran filsafatnya yang asing bagi masyarakat islam di Maghribi yang
sangat kental dengan faham sunni artodoks. atas jasa Ibnu Rusyd yang pernah menjadi muridnya, Ibnu
Bajjah dilepaskan.
C.
Karya -Karya
Ibnu Bajjah
Diantara karya Ibnu Bajjah yang terpenting adalah sebagai berikut .
a)
Risalah Al-Wada’ berisi tentang penggerak pertama bagi wujud manusia, alam, serta
beberapa uraian mengenai kedokteran.
b)
Risalah Tadbir
Al-Mutawahhid (tingkah laku
sang penyendiri ),yang sampai sekarang dikenal melalui slinan salmon munk
dari terjemahan bahasa ibrani ,tetapi dicetak oleh asin dari perpustakaan
bodleian dan kitab ini mirip dengan kitab Al-Farabi, Al-Madinah Al-Fadhilah. hanya
ia yang lebih menekankan kehidupan individu dalam masyarakat, yang disebut Mutawahid.
Pemikiran filsfatnya terbuat dalam kitab ini.
c)
Kitab Al-Nafs, berisi keteangan mnegenai kegemaran Ibnu Bajjah, pemusatan dalam
batas kemungkinan persatuan jiwa manusia dengan tuhan, sebagai aktivitas
manusia yang tertinggi dan kebahagiaan yang tertinggi, yang merupakan tujuan
akhir dari wujud manusia .
d)
Rishalah
Al-Ittishal Al-Aql Bi Al-Insan (perhubungan
akal dengan manusia ),berisi uraian tentang pertemuan manusia dengan akal
fa’al .
e)
Komentar terhadap
logika Al-Farabi, sampai sekarang masih tersimpan diperpustakaan Escuuria
(spanyol).
f)
Beberapa ulasan
terhadap buku –buku filsafat, antar lain dari Aristoteles, Al-Farabi porphiyrius
.menurut carra di perpustakaan berlin ada 24 risalah manuskrift karangan Bajjah,
diantaranya tadiyyah.
g)
Kitab Al-Nabat
h)
Risalah
Al-ghayah Al-insaniyyah
D.
Filsuf dan Nabi
Menurut Ibnu
Bajjah, filsuf adalah manusia mulia karena selalu condong kepada kebaikan
(al-hanafiyah al-samhah). Bila tujuan dari segala perbuatan telah tercapai,
yakni tatkala memahami wujud-waujud ruhaniah berupa akal-akal sederhana
dengansegala ide rasional yag melekat didalamnya, maka seorang filsuf akan
menjadi bagian dari akal- akal tersebut dan layak dusebut wujud bersifat ilahi.[3]
E. Filsafat Ibnu Bajjah
Filsafat Ibnu
Bajjah banyak terpengaruh oleh pemikiran islam dari kawasan ditimur, seperti Al-Farabi
dan Ibnu Sina. Hal ini disebabkan kawasan islam ditimur lebih dahulu melakukan
penelitian ilmiah dan kajian filsafat dari kawasan islam di barat (andalusia).untuk
lebih jelasnya,dibawah ini kita akan menelusuri pemikiran filasafatnya.
1)
Metafisika (Ketuhanan)
Menurut Ibnu Bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi
dua : yang bergerak dan tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi)
yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang
menggerakan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini di gerakan pula lh gerakan
yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh penggerak yang
tidakbergerak. Dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan
jisim (materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari
substansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti
berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas), yang oleh ibnu
bajjah disebut dengan ‘Aql.
2)
Materi dan
Bentuk
Bentuk, menurut Ibnu Bajjah, bertingkat-tingkat. Tingkat yang
paling rendah adalah bentuk materi pertama dan yang paling tinggi adalah bentuk
akal pemisah (Al-‘aql Al-mufariq). Dari bentuk yang paling rendah sampai pada
waktu yang paling tinggi terjalin seperti mata rantai. Jiwa seperti ini dapat
berhubungan dngan akal aktif.
Setiap materi menurut Ibnu Bajjah, mempunyai tiga bentuk, bentuk
rohani umum atau bentuk intelekual, bentuk rohani khusus dan bentuk fisik.[4]
Jenis bentuk yang pertama memiliki satu hubungan, yakni hubungan
dengan yang menerima. Jenis bentuk kedua (khusus) mempunyai dua hubungan, satu
hubngan khusus dengan yang berakal sehat, yang satu lagi hubungan umum dengan
yang terasa. Jenis bentuk yang ketiga ialah bentuk yang bereksistensi pada
materi. Contoh : kita ingat bentuk Ka’bah . bentuk Ka’bah yang kita ingat sama
dengan bentuk Ka’bah yang kita ingat yang nyata. Kalau Ka’bah tersebut berada
di depat mata, ini dinamakan bentuk Rohani umum. Bentuk ini juga
mempunyai hubungan dengan wujud umum yang terasa sebab banyak orang yang
melihat Ka’bah, ini dinamakan bentuk khusus. Sedangkan bentuk fisik,
yaitu Ka’bah itu benar.
3)
Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa.
Jiwa ini tidak mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak
bagi manusia. Jiwa di gerakkan dengan dua jenis alat : alat-alat jasmaniah dan
alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah diantaranya ada berupa perbuatan dan
ada pula yang berupa alamiah, seperti kaki dan tangan.
Jiwa menurut Ibnu Bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah
mati. Diakhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan
(syurga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya berfikir bagi jiwa, adalah
suatu bagi setiap orang yang berakal. Ia dapat bersatu dengan akal Fa’al yang
diatas nya dengan jalan ma’rifa filsafat. Filsafat Ibnu Bajjah tentang jiwa
pada prinsipnya di dasarkan pada Filsafat Al-Farabi Dan Ibnu Sina.
4)
Akal dan
Ma’rifah
Ibnu Bajjah menempatkan akal dalam
posisi yang sangat penting. Dengan perantara akal, manusia dapat mengetahui
segala sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagian dan masalah Illahiat.
Menurut Ibnu Bajjah manusia dapat
mencapai puncak ma’rifah dengan akal semata, bukan dengn jalan sufi malalui al-qalb,
atau al-zau. Manusia kata ibnu Bajjah, setelah bersih dari sifat
kerendahan dan keburukan masyarakat akan dapat bersatu dengan Akal Aktif dan
ketika itulah ia akan memperoleh puncak Ma’rifah karena limpahan dari Allah.
5)
Akhlak
Ibnu Bajjah membagi membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan
hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani didasarkan atas
dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan hawa nafsu. Sementara
itu perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan atas pertimbangan
rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur. Padandangan ibnu Bajjah sejalan
dengan ajaran islam, yang juga mendasarkan perbuatan pada motivasi pelakunya.[5]
Secara ringkas Ibnu Bajjah membagi tujuan perbuatan manusia menjadi
tiga tingkatan sebagai berikut :
a)
Tujuan
Jasmaniah, dilakukan atas dasar kepuasan jasmaniah semata. Pada tujuan ini
manusia sama derajatnya dengan hewan.
b)
Tujuan rohani
khusus, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Tujuan ini akan melahirkan keutamaan
akhlaqiah dan aqliyah.
c)
Tujuan rohaniah
umum (rasio), dilakukan atas dasar kepuasan pemikiran untuk dapat berhubungan
dengan Allah. Inilah tingkat manusia yang sempurna dan taraf inilah yang ingin
dicapai manusia penyendiri Ibnu Bajjah.
6)
Politik
Pandangan politik Ibnu Bajjah
dipengaruhi oleh pandangan politik Al-Farabi, sebagaimana Al-Farabi, dalam buku
Ara’ Ahl al-Madinat al-Fadhilat, ia (Ibnu Bajjah) juga membagi negara
menjadi negara utama (al-madinat al-Fadhilat) atau sempurna dan negara yang tidak
sempurna.
Warga negara utama, menurut Ibnu
Bajjah, merea tidak lagi memerlukan dokter dan hakim. Sebab mereka hidup dalam
keadaan puasterhadap segala rezeki yng diberikan Allah, yang dalam istilah
agama disebut dengan Al-qana’ah. Mereka tidak mau memakan makanan yang
akan merusak kesehatan. Mereka juga hidup saling mengasihi, saling menyayangi,
dan saling menghormati. Oleh karena itu, tidaklah akan ditemukan perselisihan
antara mereka. Mereka seluruhnya mengerti undang-undang negara dan mereka tidak
mau melanggarnya.[6]
7)
Manusia
Penyendiri
Filsafat Ibnu Bajjah yang paling
populer ialah manusia peyendiri (al-ihsan al-munfarid). Pemikiran ini
termuat dalam magnum opum-nya Kitab Tadbir-Mutawahhid.
Sebagaimana Al-Farabi, pembicaraan Ibnu Bajjah tentang hal ini erat kaitannya
dengan politik dan akhlak.
Lafal tadbir ialah mengatur
perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan kata lain,
aturan yang sempurna. Hanya dapat dilakukan oleh manusi melalui perantara akal
dan juga ikhtiar hal ini lah yang membedakan manusia dari makhluk hewan.
Adapun yang
dimaksud dengan Al-Mutawwahid ialah manusia penyendiri. Dengan kata
lain, seseorang mengasingkan diri masing-masing secara sendiri-sendiri, tidak
berhubungan dengan orang lain. Perlu dijelaskan bahwa manusia penyendiri
(‘uzlah) yang dikemukakan Ibnu Bajjah adalah ‘uzlah aqliyyah berbeda
dengan ‘uzlah sufi yng dikmukkan Al-Ghazali. Manusia penyendiri Ibnu Bajjah
ialah seorang filososf hidup pada suatu negara yang tidak sempurna, mereka
harus mengasingkan diri dari sikap dan perbuatan-perbuatan masyarakat yang
tidak baik dan tidak akan mencapai akal Mustafad, yakni akal yang dapat
berhubungan dengan akal Fa’al. Itulah sebabnya Ibnu Bajjah menyamakan
manusia penyendiri bagaikan tumbuhan. Jika ia tidak menyendiri dalam menghadapi
kondisi seperti itu, ia akan layu, artinya pemikiran filsafatnya mangalami
kemuduran. Jika ini terjadi, filosof dimaksud tidak akan pernah mencapai
kebahagiaan (sa’adah).[7]
DAFTAR PUSTAKA
Zar, Sirajuddin. 2014. Filsafat Islam. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Ismail. 2013. Filsafat
Islam (Tokoh Dan Pemikirannya). Bogor: Percetakan IPB.
Drajat,
Amroeni. 2006. Filsafat Islam.
Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
[1] Ismail. Filsafat Islam (Tokoh
Dan Pemikirannya). Bogor: Percetakan IPB, hlm 59
[2] Sirajuddin zar. Filsafat
islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 197
[3] Drajat,
Amroeni. Filsafat Islam. Jakarta : PT
Gelora Aksara Pratama, hlm 66.
[4]
Sirajuddin zar. Filsafat islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm
197-200
[5] Sirajuddin zar. Filsafat
islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 200-202
[6] Sirajuddin zar. Filsafat
islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 204
[7] Sirajuddin zar. Filsafat
islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 205
No comments:
Post a Comment