1

loading...

Wednesday, March 27, 2019

Makalah Riwayat Hidup Ibnu Bajjah


Makalah Riwayat Hidup Ibnu Bajjah

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Riwayat Hidup Ibnu Bajjah
Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Bajjah lahir di Saragossah pada perempatan akhir abad V H, dan wafat di Fez (Maroko) pada tahun 533 H / 1138 M. Meskipun tidak diketahui secara jelas masa kecil dan remajanya, para ahli menduga bahwa ia berhasil mematangkan dirinya dengan pengetahuan di kota kelahirannya. Ibnu Bajjah tidak melulu menekuni ilmu dan falsafat, tetapi juga terlibat politik, khusus nya sejak di angkat menjadi wazir di Saragossah oleh penguasa Abu Bakr Assah-Rowi yang berasa dikekuasaan daulah Murabithun. Setelah kota itu direbut oleh Raja Alfonso dan Arragon pada tahun 512 H / 1118 M, Ibnu Bajjah pindah ke Kota Seville dan bekerja di sana sebagai Dokter. Dari Seville, ia bertolak ke Granada, dan kemudian ke Maroka. Karena dituduh zindik (kafir) atau bid’ah oleh kalangan ulama, ia dipenjara di syathibah. Setelah bebas, ia berhubungan lagi dengan penguasa tertinggi daulah Murabithun, di Fez, dan diangkat sebagai wazir. Setelah memegang jabatan selama 20 tahun, Ibnu Bajjah wafat dan dimakamkan di Fez dalam suasana kekacauan (chaos) di daulah murabithun. Kondisi masyarakat Baeber yang belum bisa berfikir filoshofis tersebut, menyebabkan ia melanjutkannnya ke Frez di Maroko. disini ia masih dapat melanjutkan kariernya sebagai ilmuan dibawah perlindungan penguasa Murabithun yang ad disana. bahkan, hubungannya debngan pihak penguasa istana berjalan baik, sehingga ia diangkat sebgai menteri oleh Abu Bakar Yahya Bin Yusuf Ibn Tasifin untuk waktu yang lama. Akirnya ia meninggal pada tahun 533 H (1138 M) di Frez dan dimakamkan disamping ibn arabi. Menurut riwayat ia meninggal karena diracun oleh seorang dokter bernama  abu al-ala  ibn zuhri yang iri hati terhadap kecerdasan ,ilmu dan ketenarannya.[1]

Karena keterlibatannya di bidang politik, Ibnu Bajjah tidak seproduktif filsuf lainnya. Beberapa karya tulisnya berkenaan dengan logika, jiwa, etika, astronomi, kedoktoran dan lain sebagainya. Karya tulisnya antara lain Risalah Al-wada’ yang berisi uraiaan tentang penggerak pertama dan tujuan sesungguhnya dari wujud alam dan manusia, dan Tadbir Al-mutawahid tentang penataan diri mutahid (sang pribadi unik).

B.     Pemikiran Filsafat Ibnu Bajjah
Biografi Ibnu Bajjah adalah seorang tokoh pertama  dalam sejarah filsafat Arab Spanyol. Dalam sumber latin, ia dinamai Avempace. Nama Lengkapnya Abu bakar Muhammad Bakar Bin Yahya Bin Asy-sa’ikh At Tujubi Al-Andalusi As –saraqusti. karena berasal dari keluarga at-tujubi, ia juga biasa disebut at-Tujibi yang beerja sebagai pedagang emas (Bajjah /Emas). ia dibesarkan dan merampugkan pendidikannnya di Zaragoza.[2]
Selain sebagai filsuf, Ibnu Bajjah dikenal sebagai penyair, komponis, bahkan sewaktu Saragossa berada dibawah kekuasaan Abu Bakar Bin Ibnu Ibrahim Al-Sharawi (terkenal sebagai Ibnu Tufalwit) dari Daulah l-Nurhabirthun.namun pada tahun 512 H, Saragossa jatuh ketangan Raja Alfanso I Dari Arogan Bin Bajjah terpaksa pindh ke Sevila . dikota ini ia bekerja sebagai dokter, kemudian ia pindah ke Granadia ,dari sana ia pindah ke Afrika Utara, pusat dinasti murabithun. Malang bagi Ibnu Bajjah, ketika dikota Syatibah ia ditangap oleh Amir Abu Ishak Ibrahim Bin Yusuf Ibn Tasifin yang mnuduhnya sebagai murtad dan membawa bid’ah. hal tersebut disebabkan pikiran-pikiran filsafatnya yang asing bagi masyarakat islam di Maghribi yang sangat kental dengan faham sunni artodoks. atas jasa Ibnu  Rusyd yang pernah menjadi muridnya, Ibnu Bajjah dilepaskan.
C.    Karya -Karya Ibnu Bajjah
Diantara karya Ibnu Bajjah yang terpenting adalah sebagai berikut .
a)      Risalah Al-Wada’ berisi tentang penggerak pertama bagi wujud manusia, alam, serta beberapa uraian mengenai kedokteran.
b)      Risalah Tadbir Al-Mutawahhid (tingkah laku sang penyendiri ),yang sampai sekarang dikenal melalui slinan salmon munk dari terjemahan bahasa ibrani ,tetapi dicetak oleh asin dari perpustakaan bodleian dan kitab ini mirip dengan kitab Al-Farabi, Al-Madinah Al-Fadhilah. hanya ia yang lebih menekankan kehidupan individu dalam masyarakat, yang disebut Mutawahid. Pemikiran filsfatnya terbuat dalam kitab ini.
c)      Kitab Al-Nafs, berisi keteangan mnegenai kegemaran Ibnu Bajjah, pemusatan dalam batas kemungkinan persatuan jiwa manusia dengan tuhan, sebagai aktivitas manusia yang tertinggi dan kebahagiaan yang tertinggi, yang merupakan tujuan akhir dari  wujud manusia .
d)     Rishalah Al-Ittishal Al-Aql Bi Al-Insan (perhubungan akal dengan manusia ),berisi uraian tentang pertemuan manusia dengan akal fa’al .
e)      Komentar terhadap logika Al-Farabi, sampai sekarang masih tersimpan diperpustakaan Escuuria (spanyol).
f)        Beberapa ulasan terhadap buku –buku filsafat, antar lain dari Aristoteles, Al-Farabi porphiyrius .menurut carra di perpustakaan berlin ada 24 risalah manuskrift karangan Bajjah, diantaranya tadiyyah.
g)      Kitab Al-Nabat
h)      Risalah Al-ghayah Al-insaniyyah

D.    Filsuf dan Nabi
Menurut Ibnu Bajjah, filsuf adalah manusia mulia karena selalu condong kepada kebaikan (al-hanafiyah al-samhah). Bila tujuan dari segala perbuatan telah tercapai, yakni tatkala memahami wujud-waujud ruhaniah berupa akal-akal sederhana dengansegala ide rasional yag melekat didalamnya, maka seorang filsuf akan menjadi bagian dari akal- akal tersebut dan layak dusebut wujud bersifat ilahi.[3]
E. Filsafat Ibnu Bajjah
Filsafat Ibnu Bajjah banyak terpengaruh oleh pemikiran islam dari kawasan ditimur, seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina. Hal ini disebabkan kawasan islam ditimur lebih dahulu melakukan penelitian ilmiah dan kajian filsafat dari kawasan islam di barat (andalusia).untuk lebih jelasnya,dibawah ini kita akan menelusuri pemikiran filasafatnya.
1)      Metafisika (Ketuhanan)
Menurut Ibnu Bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi dua : yang bergerak dan tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini di gerakan pula lh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh penggerak yang tidakbergerak. Dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim (materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari substansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas), yang oleh ibnu bajjah disebut dengan ‘Aql.

2)      Materi dan Bentuk
Bentuk, menurut Ibnu Bajjah, bertingkat-tingkat. Tingkat yang paling rendah adalah bentuk materi pertama dan yang paling tinggi adalah bentuk akal pemisah (Al-‘aql Al-mufariq). Dari bentuk yang paling rendah sampai pada waktu yang paling tinggi terjalin seperti mata rantai. Jiwa seperti ini dapat berhubungan dngan akal aktif.
Setiap materi menurut Ibnu Bajjah, mempunyai tiga bentuk, bentuk rohani umum atau bentuk intelekual, bentuk rohani khusus dan bentuk fisik.[4]
Jenis bentuk yang pertama memiliki satu hubungan, yakni hubungan dengan yang menerima. Jenis bentuk kedua (khusus) mempunyai dua hubungan, satu hubngan khusus dengan yang berakal sehat, yang satu lagi hubungan umum dengan yang terasa. Jenis bentuk yang ketiga ialah bentuk yang bereksistensi pada materi. Contoh : kita ingat bentuk Ka’bah . bentuk Ka’bah yang kita ingat sama dengan bentuk Ka’bah yang kita ingat yang nyata. Kalau Ka’bah tersebut berada di depat mata, ini dinamakan bentuk Rohani umum. Bentuk ini juga mempunyai hubungan dengan wujud umum yang terasa sebab banyak orang yang melihat Ka’bah, ini dinamakan bentuk khusus. Sedangkan bentuk fisik, yaitu Ka’bah itu benar.



3)      Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai satu jiwa. Jiwa ini tidak mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa di gerakkan dengan dua jenis alat : alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah diantaranya ada berupa perbuatan dan ada pula yang berupa alamiah, seperti kaki dan tangan.
Jiwa menurut Ibnu Bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Diakhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (syurga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya berfikir bagi jiwa, adalah suatu bagi setiap orang yang berakal. Ia dapat bersatu dengan akal Fa’al yang diatas nya dengan jalan ma’rifa filsafat. Filsafat Ibnu Bajjah tentang jiwa pada prinsipnya di dasarkan pada Filsafat Al-Farabi Dan Ibnu Sina.

4)      Akal dan Ma’rifah
Ibnu Bajjah menempatkan akal dalam posisi yang sangat penting. Dengan perantara akal, manusia dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk dalam mencapai kebahagian dan masalah Illahiat.
Menurut Ibnu Bajjah manusia dapat mencapai puncak ma’rifah dengan akal semata, bukan dengn jalan sufi malalui al-qalb, atau al-zau. Manusia kata ibnu Bajjah, setelah bersih dari sifat kerendahan dan keburukan masyarakat akan dapat bersatu dengan Akal Aktif dan ketika itulah ia akan memperoleh puncak Ma’rifah karena limpahan dari Allah.

5)      Akhlak
Ibnu Bajjah membagi membagi perbuatan manusia menjadi perbuatan hewani dan manusiawi. Perbuatan hewani didasarkan atas dorongan naluri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan hawa nafsu. Sementara itu perbuatan manusiawi adalah perbuatan yang didasarkan atas pertimbangan rasio dan kemauan yang bersih lagi luhur. Padandangan ibnu Bajjah sejalan dengan ajaran islam, yang juga mendasarkan perbuatan pada motivasi pelakunya.[5]




Secara ringkas Ibnu Bajjah membagi tujuan perbuatan manusia menjadi tiga tingkatan sebagai berikut :
a)      Tujuan Jasmaniah, dilakukan atas dasar kepuasan jasmaniah semata. Pada tujuan ini manusia sama derajatnya dengan hewan.
b)      Tujuan rohani khusus, dilakukan atas dasar kepuasan rohaniah. Tujuan ini akan melahirkan keutamaan akhlaqiah dan aqliyah.
c)      Tujuan rohaniah umum (rasio), dilakukan atas dasar kepuasan pemikiran untuk dapat berhubungan dengan Allah. Inilah tingkat manusia yang sempurna dan taraf inilah yang ingin dicapai manusia penyendiri Ibnu Bajjah.


6)      Politik
Pandangan politik Ibnu Bajjah dipengaruhi oleh pandangan politik Al-Farabi, sebagaimana Al-Farabi, dalam buku Ara’ Ahl al-Madinat al-Fadhilat, ia (Ibnu Bajjah) juga membagi negara menjadi negara utama (al-madinat al-Fadhilat) atau sempurna dan negara yang tidak sempurna.
Warga negara utama, menurut Ibnu Bajjah, merea tidak lagi memerlukan dokter dan hakim. Sebab mereka hidup dalam keadaan puasterhadap segala rezeki yng diberikan Allah, yang dalam istilah agama disebut dengan Al-qana’ah. Mereka tidak mau memakan makanan yang akan merusak kesehatan. Mereka juga hidup saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menghormati. Oleh karena itu, tidaklah akan ditemukan perselisihan antara mereka. Mereka seluruhnya mengerti undang-undang negara dan mereka tidak mau melanggarnya.[6]





7)      Manusia Penyendiri
Filsafat Ibnu Bajjah yang paling populer ialah manusia peyendiri (al-ihsan al-munfarid). Pemikiran ini termuat dalam magnum opum-nya Kitab Tadbir-Mutawahhid. Sebagaimana Al-Farabi, pembicaraan Ibnu Bajjah tentang hal ini erat kaitannya dengan politik dan akhlak.
Lafal tadbir ialah mengatur perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan kata lain, aturan yang sempurna. Hanya dapat dilakukan oleh manusi melalui perantara akal dan juga ikhtiar hal ini lah yang membedakan manusia dari makhluk hewan.
            Adapun yang dimaksud dengan Al-Mutawwahid ialah manusia penyendiri. Dengan kata lain, seseorang mengasingkan diri masing-masing secara sendiri-sendiri, tidak berhubungan dengan orang lain. Perlu dijelaskan bahwa manusia penyendiri (‘uzlah) yang dikemukakan Ibnu Bajjah adalah ‘uzlah aqliyyah berbeda dengan ‘uzlah sufi yng dikmukkan Al-Ghazali. Manusia penyendiri Ibnu Bajjah ialah seorang filososf hidup pada suatu negara yang tidak sempurna, mereka harus mengasingkan diri dari sikap dan perbuatan-perbuatan masyarakat yang tidak baik dan tidak akan mencapai akal Mustafad, yakni akal yang dapat berhubungan dengan akal Fa’al. Itulah sebabnya Ibnu Bajjah menyamakan manusia penyendiri bagaikan tumbuhan. Jika ia tidak menyendiri dalam menghadapi kondisi seperti itu, ia akan layu, artinya pemikiran filsafatnya mangalami kemuduran. Jika ini terjadi, filosof dimaksud tidak akan pernah mencapai kebahagiaan (sa’adah).[7]


DAFTAR PUSTAKA
Zar, Sirajuddin. 2014.  Filsafat Islam. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Ismail. 2013. Filsafat Islam (Tokoh Dan Pemikirannya). Bogor: Percetakan IPB.
Drajat, Amroeni. 2006.  Filsafat Islam. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.



[1] Ismail. Filsafat Islam (Tokoh Dan Pemikirannya). Bogor: Percetakan IPB, hlm 59

[2] Sirajuddin zar. Filsafat islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 197
[3] Drajat, Amroeni. Filsafat Islam. Jakarta : PT  Gelora Aksara Pratama, hlm 66.
[4] Sirajuddin zar. Filsafat islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 197-200
[5] Sirajuddin zar. Filsafat islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 200-202
[6] Sirajuddin zar. Filsafat islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 204
[7] Sirajuddin zar. Filsafat islam. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hlm 205

No comments:

Post a Comment