MAKALAH KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata “Kurikulum” Mulai Dikenal
Sebagai Istilah Dalam Dunia Pendidikan Lebih Kurang Sejak Satu Abad Yang Lalu.
Istilah Kurikulum Muncul Untuk Pertama Kalinya Dalam Kamus Webster Tahun
1856. Pada Tahun Itu Kata Kurikulum Digunakan Dalam Bidang Olahraga, Yakni
Suatu Alat Yang Membawa Orang Dari Star Sampai Kefinish.
Barulah Pada Tahun 1955 Istilah Kurikulum Dipakai Dalam Bidang Pendidikan
Dengan Arti Sejumlah Mata Pelajaran Disuatu Perguruan.
Pengertian Kurikulum Berkembang
Sejalan Dengan Perkembangan Teori Dan Praktik Pendidikan. Dalam Pandangan Lama,
Kurikulum Merupakan Kumpulan Sejumlah Mata Pelajaran Yang Harus Disampaikan
Oleh Guru Dan Dipelajari Oleh Siswa. Pandangan Ini Menekankan Pengertian
Kurikulum Pada Segi Isi. Dalam Pandangan Yang Muncul Kemudian, Penekanan
Terletak Pada Pengalaman Belajar. Dengan Titik Tekan Tersebut, Kurikulum
Diartikan Sebagai Segala Pengalaman Yang Disajikan Kepada Para Siswa Dibawah
Pengawasan Atau Pengarahan Sekolah.
Ada Sejumlah Ahli Teori Kurikulum
Yang Berpendapat Bahwa Kurikulum Bukan Hanya Meliputi Semua Kegiatan Yang
Direncanakan Melainkan Juga Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Dibawah Pengawasan
Sekolah, Jadi Selain Kegiatan Kurikuler Yang Formal Juga Kegiatan Kurikuler
Yang Tidak Formal. Kegiatan Kurikuler Yang Tidak Formal Ini Sering Disebut Ko-Kurikuler
Dan Ekstra-Kurikuler
Keutamaan Mempelajari Kurikulum Bagi
Seseorang Yang Menekuni Dunia Pendidikan Adalah Suatu Kegiatan Yang Tidak Boleh
Terlewatkan, Karena Berbicara Pendidikan Berarti Berbicara Kurikulum Yang Ada
Didalamnya. Demikian Halnya Dengan Pendidikan Islam, Tentunya Terdapat
Kurikulum Didalamnya. Maka, Karena Keperluan Yang Utama Tersebutlah Dalam Mata
Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Di Perguruan Tinggi Agama Islam, Salah Satu Materi
Yang Harus Dikuasai Dan Dipahami Adalah Tentang Kurikulum Dalam Pendidikan
Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan Islam?
2.
Apa saja hakikat kurikulum pendidikan Islam?
3.
Apa saja dasar, prinsip-prinsip kurikulum pendidikan
Islam?
4.
Apa isi kurikulum pendidikan Islam?
5.
Bagaimana sistem penjenjangan kurikulum pendidikan
Islam?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
kurikulum pendidikan Islam;
2. Untuk mengetahui apa saja hakikat
kurikulum pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui dasar,
prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam;
4. Untuk mengetahui isi kurikulum
pendidikan Islam; dan
5. Untuk memahami bagaimana sistem
penjenjangan kurikulum pendidikan Islam.
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Kurikulum Pendidikan.
Kurikulum
(manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar
lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Konsep
dasar kurikulum dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian
berikut ini:
1. Kurikulum sebagai program studi.
Pengertiannya adalah seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh
peserta didik di sekolah atau instrusi pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya
adalah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi
dengan data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.
3. Kurikulum sebagai kegiatan terencana.
Pengertiannya adalah jegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan
diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar.
Pengertiannya adalah seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil
tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu,
atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
5. Kurikulum sebagai reproduksi kultural.
Pengertiannya adalah transferdan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat,
agar dimiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
6. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Pengertiannya adalah keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah
pimpinan sekolah.
Dari
beberapa definisi itu, baik dilihat dari fungsi kurikulum maupun tujuannya,
hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan
peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan ,
saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai
tujuan yang diinginkan.
Melalui
konsep dasar kurikulum tersebut, dapat disusun “teori kurikulum” sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Beauchamp (1975) mendefenisikan teori
kurikulum dengan:”...a set of related statement that gives meaning to a
school’s curriculum by pointing up the realitionship among its elements and by
directing its dipelopment, ist use, and its evaluation” (... seperangkat
pernyataan yang terkait yang memberi arti bagi suatu kurikulum suatu sekolah
dengan jalan menunjukan hubungan-hubungan di antara unsur-unsurnya dan dengan
mengarahkan pengembangan, penggunaan evaluasinya). Menurut Jaweet dan Bair,
teori kurikulum pendidikan tersebut harus didasari atas asumsi tentang hakikat
masyarakat, manusia, dan pendidikan sendiri.
B.
Dasar,Prinsip,Dan Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam
Dasar
kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk materi
kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dasar kurikulum disebut juga
sumber kurikulum atau determianan kurikulum (penentu).
Herman H.Horne memberikan dasar
kurikulum dengan tiga macam, yaitu:
1. Dasar psikologis, yang igunakan untuk
mengetahui kemampuan yang diperoleh dari pelajar dan kebutuhan peserta didik
(the ability and needs of children).
2. Dasar sosiologis, yang digunakan untuk
mengetahui tuntunan sah dari masyarakat (the legitimate demands of society).
3. Dasar filosofis, yang digunakan untuk
mengetahui keadaan alam semesta tempat kita hidup (the kind of universe in
which we live).
Dalam
persefektif islam, pendapat di atas sesungguhnya belum menjamin bahwa suatu
kurikulum dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, krena belum
memasukan dasar relegius yang wajib diresapi oleh peserta didik sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan. Karena itu, Al-Syaibani empat dasar pokok dalam
kurikulum pendidikan islam, yaitu dasar religi, dasar falsafah, dasar
psikologis, dasar sosiologis dpat pula ditambah dasar organisatoris.
a) Dasar Religi
Dasar yang
ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang tertuang dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, karena kedua kitab tersebut
merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristik.
Nabi SAW,
bersabda:
Artinya : “sesungguhnya
aku telah meninggalkan untuk kaum, yang jika kamu berpegang teguh dengannya,
maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya’ yakni kitabullah dan sunnah
nabi-nya” (HR. Hakim)
b) Dasar falsafah
Dasar ini
memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar filosofis,
sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama kebenaran di
bidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu
kebenaran. Dasar filosofis mengandung sistem nilai, baik yang berkaitan dengan
nilai dan makna hidup dan kehidupan, masalah kehidupan, norma-norma yang muncul
dari dalam individu, sekelompok masyarakat maupun suatu bangsa yang dilatar
belakangi oleh pengaruh agama, adat istiadat, dan konsep individu tentang
pendidikan. Dasar filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan islam pada
tiga dimensi yaitu, dimensi ontologis dimensi epistimologis, dan dimensi aksiologi.
c) Dimensi ontologi
Dimensi ii
mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi peserta didik untuk berhubungan
langsung dengan fisik objek-objek,serta berkaitan dengan pelajaran yang
memanipulasi benda-benda dan materi-materi kerja. Dimensi ini menghasilkan
verbal learning (belajar verbal), yaitu berupa kemampuan memperoleh data dan
iformasi yang harus dipelajari dan dihapalkan. Dimensi ini diambil dalam proses
pembelajaran yang dilakukan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Adam as., dengan
memberitahukan dan mengajarkan nama-nama benda (asma). Firman SWT.”
“Dan dia
mengajarkan pada Adam nama-nama benda seluruhnya, kemudian mengemukakan pada
para malaikat, lalu berfirman: sebutkan lah kepada ku nana-nama benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah:31)
d) Dimensi epistemologi
Metode ini
dilakukan melalui lima tahapan yaitu, kesadaran akan adanya masalah perumusan
masalah , identifikasi semua masalah, dan cara pemecahannya, proyeksi di semua
konsekuensi yang akan timbul, dan mengaji konsekuensi tersebut dalam
pengalaman. Jadi, konstruksi tersebut bersifat terbuka yang kesalahannya dapat
diverifikasi bahkan ditolak serta bersifat temporer dan tentatif.
Kurikulum
pendidikan islam juga mengacu pada pada pandangan futuristik, sehungga produk
pendidikan tidak canggung menghadapi alam yang mungkin mengalami perubahan pada
saat ke saat. Umar bin al-Khatab, menyatakan:
Artinya
: “sesumgguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi yang lain dari generasimu, dan zaman yang
lain zamanmu”.
e) Dimensi Aksiologi
Dimensi ini
mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar
memberikan kepuasan pada diri peserta didik agar memiliki nilai-nilai yang
ideal,supaya hidupdengan baik sekaligus menghindarkan nilai-nilai yang tidak
diinginkan. Tegasnya ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan
kurikulum pendidikan islam, maka memiliki arti intervensi kehidupan peserta
didik sedemikian rupa, agar mereka menjadi insan kamil, insan kafah, dan insan
yang sabar akan hak dan kewajibannya.
Berbagai
macam aliran filsafat pada dasarnya dapat dijadikan sebagai khazanah pemikiran
intelektua dibanding kurikulum pendidikan islam. Semakin banyak pergesekan satu
dengan lainnya, semakin banyak pula kontibusi konsep dan teori. Konsep dan
teori yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak begitu saja
diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu, dan hasilnya
dimodifikasi pada khazanah kurikulum pendidikan islam. Hasil modifikasi antara
filsafat dan agama dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1)
Pendidikan
islam dalam filsafat idealisme, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaaan prinsip
seperti: (1) Adanya nilai-nilai spiritual dan ideal, yang pada akhirnya
dikembalikan pada wahyunya (QS.an-Nisa:59) (2) Benda-benda itu mempunyai
hakikat yang riil dan objektif yang sifatnya tidak berubah-ubah
(QS.al-Furqan:2, al-Isra’:7); (3) Semua yang berlalu atau yang berlaku atas
sepengetahuan Allah SWT. Sesuai dengan ketentuannya(QS.Al-Baqarah:115,
Al-Hadid:4 (4) Roh dan alamnya lebih mulia daripada jasmani dan alamnya.(5)
Semua yang ada dijagat raya adalah ciptaannya.(QS.Al-an’nam:101).
2)
Pendidikan
islam dan filsafat realisme-natural’ keduanya ,mempunyai kesamaan sebagai
berikut: (1) Alam nyata ini adalah alam sebenarnya yang berdiri lepas dari akal
yang mengamatinya (QS.Shad:27, al-an’nam:73) (2) Kenyataan objektif tunduk pada
proses perkembangan dan perubahan (QS.al-mu’minun:14 al-qashash:88)
3)
Pendidikan
islam dan filsafat humanisme intelektual, keduanya mempunyaikesamaan seperti
berikut: (1) Menjunjung tinggi kemampuan berfikir dan dan segala prduk
ilmu-ilmu kemanusiaan (QS. Ali-imran:7) (2) Menjujung tinggi harkat manusia
daripada makhluk lainnya , karena manusia mempunyai akal dan mampu
mendayagunakan akalnya (QS. Al-A’raf 179, al-furqan:44).
4)
Pendidikan
islam dan filsafat realisme klasik, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaan
sebagaimana berikut ini: (1) Wahyu dan ilham dari tuhan merupakan salah satu
sumber pengetahuan(QS. Al-Kahfi:109, al-isra:85: (2) Mengakui pemikiran akal
dan penafsirannya untuk menemukan kebenaran (QS. Ali-Imran:,190,191) (3)
Mengakui kemerdekaan seorang dan mempertanggungjawabkan perbuatan yang
dilakukan (QS.Al-Kahfi 29, al-isra:34,36);
5)
Pendidikan
islam dan filsafat naturalisme romantik, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaan
sebagaimana berikut ini: (1) Memberontak kejumudan (stagnasi) dan menaruh
perhatian terhadap kehidupan aktual dan kontekstual (QS. Al-maidah:18, ar-rum:9
(2) Pada dasarnya manusia mempunyai sifat yang baik (QS. Ar-rum:30).
6)
Pendidikan
dan filsafat pragmatisme, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaan sebagaimana
berikut ini: (1) Meyakini pentingnya membuka rahasia tentang manfaat dan
pemanfaatan benda-benda yang ada, yang memberi kebahagian bagi manusia (2)
Benda-benda yang baru selalu berubah dalam drajad yang berbeda-beda, sehingga
perluadanya eksperimen, inovasi dan daya cipta, dan (3)Menghormati adanya
kebebasan, bakat,kemampuan, kebutuhan, minat, dan keinginan antar individu.
f) Dasar psikologis
Dasar
ini mempertimbangkan tahapan psikis peserta didik, yang berkaitan dengan
perkembangan jasmaniah,kematangan, bakar-bakat jasmaniah, intelektual, bahasa,
emosi, sosial, kebutuhan dan keinginananindividu minat, kecakapan. Dasar psikologis
terbagi atas dua macam, yaitu pertama, psikologis pelajar hakikat anak-anak itu
dapat didik, dibelajarkan, dan diberikan sejumlah materi pengetahuan. Kedua
psikologi anak, setiap anak mempunyai kepentingan, yakni untuk mendapatkan
situasi-situasi belajar kepada anak-anak agar dapat mengembangkan bakatnya.
Anak-anak memiliki dunia yang tidak sama dengan dunia orang dewasa. Biarlah
mereka bermain karena, bermain itu bagian dari dunianya.
g) Dasar sosiologis
Dasar
sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peranan
penting terhadap menyampaikan dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi
individu, dan rekontruksi masyarakat. Meskipun kita temukan kesulitan dalam
bentuk kebudayaan macam apa yang patut disampaikan serta ke arah mana proses
sosialisasi, dan bentuk masyarakat yang mana yang sesuai dengan tuntunan
masyarakat. Hal tersebut karena tidak mudah mengkaji tuntunan teknologi yang
menyebabkan masyarakat selalu dalam proses perkembangan sehingga, tuntunanya
dari masa ke masa tidak selalu sama.
h) Organisatoris
Dasar
ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum,
dasar ini berpijak pada teori psikologi asosiasi, yang menganggap keseluruhan
adalah jumlah bagian-bagiannya. Sehingga menjadikan kurikulum merupakan mata
kuliah yang terpisah-pisah. Kemudian disusul teori psikologi gestalt yang
menganggap keseluruhan memengaruhi organisasi kurikulum yang disusun secara
unit tanpa adanya batas-batas antara berbagai mata pelajaran.
Adapun
prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1) Prinsip yang berorientasi pada tujuan
“al-umur bi maqashidiha” merupakan adagium ushuliyah yang berimplikasikan pada
aktivitas kurikulum yang terarah, sehingga tujuan pendidikan yang tersusun
sebelumnya tercapai.
2) Prinsip relevansi, implikasinya adalah
mengusulkan agar kurikulum yang ditetapkan harus dibentuk sedemikian rupa
sehingga tuntunan pendidikan dengan kurikulum tersebut dapat memenuhi jenis dan
mutu tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat, serta tuntunan vertikal dalam
mengemban nilai-nilai ilahi sebagai rahmah lil al-alamin.
3) Prinsip efesiensi dan efektivitas,
implikasinya adalah mengusulkan agar kegiatan kurikulum dapat mendayagunakan
waktu,tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat. Sehingga
hasilnya memadai dan memenuhi harapan serta embuahkan hasil sebanyaknya.
4) Prinsip fleksibilitas program.
Implikasinya adalah kurikulum adalah kurikulum disusun begitu lawas, sehingga
mampu disesuaikan dengan situasi-situasi setempat, serta waktu yang berkembang
tanpa mengubah tujuan pendidikan yang diinginkan.
5) Prinsip integritas. Implikasinya adalah
mengupayakan kurikulum tersebut agar menghasilkan manusia seutuhnya, manusia
yang mampu mengintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas fikir, serta manusia
yang menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat.
6) Prinsip kontuinitas (istiqamah)
implikasinya adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang
berkesinambungan dengan kegiatan_kegiatan kurikulum lainnya, baik secara
vertikal maupun secara horizontal.
7) Prinsip sinkronisme. Implikasinya adalah
bagaimana suatu kurikulum dapat seiramah, searah dan setujuan.
8) Prinsip objektivitas. Implikasinya
adalah adanya kurikulum tersebut dilakukan melalui tuntunan kebenaran ilmiah
yang objekti.
9) Prinsip demokratis. Implikasinya adalah
pelaksanaan kurikulum harus dilakukan secara demokrasi.
10) Prinsip analisis kegiatan. Prinsip ini
mengandung tuntunan agar kurikulum dikonstruksikan melalui proses analisis isi
bahan mata pelajaran
11) Prinsip individualisme. Prinsip
kurikulum yang memerhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan pada umumnya.
12) Prinsip pendidikan seumur hidup. Konsep
ini diterapkan dalam kurikulum mengingat keutuhan potensi subjek manusia
sebagai subjek yang berkembang dan perlunya keutuhan wawasan.
Menurut
al-syaibani prinsip utama dalam kurikulum pendidikan islam adalah sebagai berikut:
(1) berorientasi pada islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Adapun
kegiatan kurikulum yang baik berupa falsafah,tujuan, metode dan hubungan yang
berlaku di lembaga-lembaga harus berdasarkan islam. (2) prinsip menyeluruh baik
dalam tujuan maupun isi kanungannya. (3) prinsip keseimbangan antara tujuan dan
kandungan kurikulum. (4) prinsip pemeliharaan antara perbedaan-perbedaan
individu.
Fungsi
kurikulum dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut : (1) alat untuk mencapai
tujuan dan menempuh harapan manusia sesuai tujuan yang dicita-citakan. (2)
pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan .
C.
Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pada
dasarnya orientasi kurikulum pendidikan islam dalam umumnya dapat dirangkum
menjadi lima yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, pesrta didik, pada
masa depan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1) Orientasi pelestarian nilai-nilai dalam pandangan
islam.\
Nilai
terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah SWT. Yang disebut
dengan nilai ilahiah, dan nilai yang tumbuhdan berkembang dari peradaban
manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut
selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan
melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.
Nilai-nilai
pada suatu masyarakat mengalami perubahan dan pergeseran dengan nilai nilai
lain. Menurur Amin Rais dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: pertama, konservativ, mengarah pada
nilai-nilai lama yang sudah mapan, sungguh pun nilai itu irasional: kedua radikal revolusioner mengarah pada
semua pencabutan nilai sampai akar-akarnya dan ketiga reformis, mengarah perpaduan antara antara konserfativ dan
radikal revolusioner, yakni perubahan dan pergeseran nilai dengan
perlahan-lahan sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
2) Orientasi pada kebutuhan sosial (social
demand)
Masyarakat
yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya sebagai peradaban dan
kebudayaan, sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan
yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal
ini karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada
kehidupan.orientasi kurikulum model ini pernah dikembangkan oleh Olson, yang
dikutip oleh suntari Imam Barnadib, dengan menawarkan sekolah masyarakat
(comunity centered school) yang mempumyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
memustatkan tujuan pendidikan pada perhatian dan kebutuhan masyarakat; (2)
menggunakan buku-buku dan sumber-sumber dari masyarakat sebanyak-banyaknya; (3)
mempraktikan dan menghargai paham demokrasi; (4) menyusun kurikulum berdasarkan
kehidupan manusia; (5) memupuk jiwa pemimpin dalam lapangan; (6) mendorong
peserta didik untuk aktif bekerja sama dan saling mengerti antar sesama.
Kalau
diteliti dengan cermat, sebenarnya ciri kurikulum modern adalah adanya upaya
mengatasi masalah kebutuhan hidup masyarakat (comonity oriented curriculum).
Inilah yang melatarbelakangi adanya pola integraed curiculum yang diterapkan
melalui pengajaran unit.
“sesungguhnya
allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga merekamengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-ra’d:11).
Untuk
mewujudkan orientasi kebutuhan sosial (social demand). Abu Ala Al-Maududi
merumuskan tujuh polaprinsip umum pengaturan kehidupan sosial, yang mungkin
tidak diterapkan dan dijadikan pedoman dalm rumusan kurikulum pendidikan islam,
yaitu (1) saling menolong dalam berbuat kebajikan dan tawa (2) persahabatan
dalam permusuhan seseorang harus ditunjukan untuk memperoleh keridhan Allah
SWT.(3) manusia adalah sebaik-baiknya umat yang mengajak pada kebajikan dan
melarang berbuat kemungkaran. (4) jauhilah dirimu dari buruk sangka. (5)
janganlah membantu orang jahat kalau sudah diketahui dia akan berbuat jahat.
(6) mendukung masyarakat yang salah sama halnya dengan orang yang jatuh
kesumuremegang ekor unta yang hampir jatuh kesumur pula. (7) sayangilah orang
lan sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri.
3) Orientasi pada tenaga kerja
Manusia
sebagai makhluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan
kebutuhan – kebutuhan lahiriah, misalnya sandang, pangan, dan papan (QS. al-
Baqarah, al- Khafi : 77, 82 ), dan kebutuhan biologis lainnya.kebutuhan –
kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara
layak, dan salah satu diantara persiapan untuk pemenuhannya yang layak adalah
melalui pendidikan.
Sebagai
konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
Setelah lulus dari lembaga sekolah, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan
dan keterampilan. Sekolah adalah tempat peserta didik memperoleh ilmu
pengetahuan. Tanpa fungsi itu, eksistensi sekolah akan kehilangan pamornya yang
paling utama. Saat memuncak, model subjek akademis (istilah lain
rasionalisasi-akademis) ini mengalami perkembangan menjadi tiga struktur
disiplin, yaitu :
a) Aliran yang melanjutkan struktur
disiplin. Aliran ini menonjolkan proses penelitian ilmiah, baik masalah sosial,
nilai-nilai, maupun kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintah. Selain itu aliran ini
pun menghasilkan manusia-manusia yang tidak memiliki cita-cita nasional, dan
tidak memiliki pemujaan terhadap pahlawan, serta emosinya miskin.
b) Pelajar terpadu. Dalam memahami masalah
yang kompleks, aliran ini menggunakan beberapa disiplin ilmu yang terpadu,
yang diperoleh dari pelajaran
konseo-konsep pokok, proses-proses ilmiah, gejala-gejala alam, dan masalah yang
dihadapi. Oleh karna itu, pendekatannya adalah interdispliner.
c) Pendidikan fundamental. Aliran ini
mementingkan isi dan materi, di samping cara-cara atau proses perfikir.
d) Activity curriculum. Kurikulum yang
mengutamakan kegiatan dan pengalaman peserta didik, walaupun dalam tiap
kurikulum, peserta didik dapat diberikan berbagai kegiatan dan pengalaman.
Jadi, kurikulum model ini bercirikan sebagai berikut : (1) programnya
ditentukan oleh minat dan kebuutuhan, (2) sambil melakukan kegiatan-kegiatan
untuk memecahkan masalah, peserta didik memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan,
(3) tidak adanya perencanaan terlebih dahulu, rencana itu berkembang sambil
berjalan seiring dengan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan pesera didik.
e) Kurikulum inti ( core curriculum ).
Kurikulum yang bercirikan rangkaian pengalaman yang saling berkait,
direncanakan secara kontinu, didasarkan atas masalah yg bersifat pribadi dan
sosial, serta diperuntukan bagi semua peserta didik.
Untuk merealisasikan kurikulum
terpadu, menurut kunto wijoyo, dapat dilakukan dengan pendekatan lima metode,
yaitu : (1) memasukan mata pelajaran / kuliah keislaman sebagai bagian integral
dan kurikulum sistem yang ada. Misalnya, memasukan materi-materi bidang studi
islam secara wajib mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi (2) menawarkan mata pelajaran/kuliah dokteran,
matematika, idustri, pertanian, teknologi, dan sebagainya (4) ilmu-ilmu
beberapa cabang filsafat.
Klafisikasi isi kurikulum tersebut
berpijak pada klafisikasi ilmu pengetahuan dengan tiga kelomppk, yaitu :
1) Kelompok menurut kuantitas yang
mempelajari
·
Ilmu
fardhu’ain, yaitu yang harus diketahui oleh setiap muslim yang bersumber dari
kitab Allah
·
Ilmu
fardhu kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian orang muslim saja,
seperti ilmu yang berkaitan dengan masalah duniawi, misalnya ilmu hitung,
kedokteran, teknik pertanian, industri, dan sebagainya.
2) Kelompok menurut fungsinya
·
Ilmu
tercela (madzmumah), yaitu ilmu yang tidak berguna untuk masalah dunia dan
masalah akhirat, serta mendatangkan kerusakan, misalnya ilmu sihir, nujum, dan
perdukunan
·
Ilmu
terpuji (mahmudah), ilmu-ilmu agama yang dapat menyucikan jiwa dan
menghindarkan diri manusia kepada Allah SWT
·
Ilmu
terpuji dalam batas btas tertentu dan tidak boleh dipelajari secara mendalam,
karna akan mendatangkan ateis (ilhad) sepeerti ilmu filsafat.
Selanjutnya,
al-Ghazali membagi ilmu model ini menjadi lima macam, yaitu :
a) Olahraga (riyadliyah), sperti ilmu
teknik, matematika, dan organisasi
b) Ilmu logika (manthiq) yang digunakan untuk mendatangkan pemahaman dan bukti dari
syar’i
c) Ilmu teologi (uluhiyah), yaitu ilmu yang
digunakan untuk memperbincangkan tuhan seprti ilmu kalam
d) Ilmu alam (thab,iyyah), yaitu ilmu yang
digunakan mengetahui sifat-sifat jasmani
Sa’ad Mursi Ahmaddan Sa’id Ismail
Ali, Op.cit., h.
Ketiga dominan itu dapat
diilustrasikan tentang rukun shalat dan masalah keimanan. Shalat terdiri atas
tiga rukun, yaitu : pertama qalbiyah
(hati) yang berdimensi afektif (infi’aki). Dimensi ini menimbulkan perasaan-perasaan
dan daya emosi yang khas dan kuat. Kedua, rukun qawliyah (ucapan) yang
berdimensi kognitif (ma’rifi). Dimensi ini menimbulkan efek pengenalan,
pikiran, dan daya cipta yang luar biasa.
Dibutuhkan syarat yang perlu diajukan
dalam perumusannya, yaitu:
1)
Perception,
keterampilan persepsi dalam menggunakan organ-organ indra untuk memperoleh
petunjuk yang membimbing kegiatan motorik.
2)
Set,
keterampilan kesiapan untuk melakukan kegiatan yang khusus, yg meliputi
kesiapan mental, kesiapan fisik, maupun kemampuan untuk bertindak.
3)
Guided
response, keterampilan respons terpimpin dalam melakukan hal-hal yang kompleks.
4)
Mechanism,
keterampilan mekanis merupakan pekerjaan
yang menunjukan bahwa respons yg dipelajari telah menjadi kebiasaan dan
gerakan bisa dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran, sehingga
melahirkan beberapa keterampilan.
Setelah syarata-syarat itu
dipenuhi, disusunlah isi kurikulum pendidikan islam. Ibnu Khaldu, sebagaimana
yg dikutip oleh al-Abrasyi, membagi isi kurikulum pendidikan islam dengan dua
tingkatan , yaitu :
1) tingkatan pemula (manhaj ibtida’i)
Our’an merupakan
asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan, dan asas pelaksanaan pendidikan
islam.
2) tingkat atas (manhaj ‘ ali)
Kurikulum
tingkat ini mempunyai dua kualifikasi, yaitu (1)ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
dzatnya sendiri, seperti ilmu syariah yang mencakup fikih, tafsir, hadis, ilmu
kalam, ilmu bumi, dan ilmu filsafat, (2) Ilmu-ilmu yang ditunjukkan untuk
imu-ilmu lain, dan bukan berkaitan dengan zatnya sendri.
Al-Ghazali
membagi isi kurikulum pendidikan islam dengan 4 kelompok dengan
mempertimbangkan jenis, dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu (1) Ilmu-ilmu
al-qur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu fiqih,as-sunnah,tafsir dsbg. (2)
Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu al-quran dan ilmu agama.
3) Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah sepeti
ilmu kepolitik dan rekayasa untuk kepentingan kemaslahatan dunia.
D.
Kurikulum sebagai model teknologi
Kurikulum
sebagaimodel teknologi edukasi pendidikan menekankan pada penyusunan program
pengajaran dan rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem dalm
konteks kurikulum model teknologi pendidikan mempunyai dua aspek yakni Hardware
berupa alat benda keras seperti proyektor, Tv, LCD, Radio dan sebagainya dan
software berupa tekhnik penyusunan kurikulum baik secara mikro maupun makro.
Bentuk
dan model yang dapat digunakan, selama memiliki nilai mashlahah, maka bentuk
dan model itu dapat digunakan. Sabda Nabi SAW.
”engkau
lebih tahu tentang urusan duniamu ‘’ (HR. Muslim dariAnas dan aisyah).
Kurikulum
ini bertujuan mengembangkan kemampuan mental, antara lain berpikir dan
berkeyakinaan bahwa kemampuan tersebut dapat ditransfer atau diterapakn pada
bidang-bidang lain. Model ini berpijak pada psikologi kognitif, yang konsepnya
berpijak pada kekuaran pikiran.
F.
Isi kurikulum pendidikan islam
Finc
dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan
dalam perumusan isi kurikulum pendidikan, yaitu (1) waktu dan biaya yang
tersedia, (2) tekanan internal dan eksternal (3) persyaratan tentang isi
kurikulum dari pusat maupun daerah (4) tingkat dari isi kurikulum yang akan
disajikan.
G.
Kurikulum sebagai model subjek Akademis
Model
kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan
lebih bersifat intelektual.konotasi model ini tidak hanya menerima apa yg
disampaikan dalam perkembangan, tetapi juga menerima proses belajar yg dialami
peserta didik. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan pada masa
lalu, sedangkan masa kini hanya memelihara dan mewarisi hasil budaya masa lalu
tersebut. Sebaliknya, kurikulum lebih mengutamakan isi pendidikan dan peserta
didik merupakan usaha untuk menguasai pendidikan sebanyak-banyaknya.
Nasution,
pengembangan kurikulum (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991 )
Pola
organisasi kurikulum pendidikan islam
Organisasi
kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yg disusun dan disampaikan
kepada peserta didik, atau struktur program kurikulum yg berupa kerangka umum
program-program pendidikan atau pengajaran yg hendak disampaikan pada peserta
didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran yg ditetapkan.
Ada
tiga desain kurikulum yang dapat diterapkan dalam pendidikan, yaitu : (1)
subject centered design, yaitu desain kurikulum yang berpusat pada bahan
pelajaran (2) leaner centered design, yaitu desain kurikulum yang mengutamakan
peranan peserta didik, dan (3) problem centered design, yaitu desain kurikulum
yang bertolak dari masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Namun
dipihak lain, ada pula ahli yang mengklafisikasikan jenis organisasi kurikulum
menjadi dua bagian, yaitu : (1) kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject
curriculum), yang terdidri atas mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject
curriculum) (2) kurikulum terpadu, ada yang berdasarkan social functions atau “
inajor areas of living”
Kurikulum
terpadu dapat diterapkan pada bagian-bagian sebagai berikut :
a) Social functions. Kurikulum yg
didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan utama manusia dalam masyarakat, yg
terdiri atas perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber daya alam,
produksi barang dan jasa serta distribusinya.
b) Persistent life situations. Suatu
modifikasi sosial fungsional, yaitu situasi-situasi yg akan senantiasa dihadapi
manusia dalam hidupnya, baik dahulu, sekarang maupun yang akan datang.
Stratemeyer menggolongkan situasi hidup dalam tiga golongan utama :
perkembangan individu (kesehatan, intelektual, moral dan keindahan),
partisipasi sosial (antara pribadi, kelompok dan antar kelompok), dan situasi
perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor dan daya lingkungan (bersifat
alamiah, teknologis, dan sosial ekonomis)
c) Minat kebutuhan pemuda. Kurikulum
terpadu pada akhirnya akan berdasarkan kebutuhan, minat, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh
peserta didik. Ross Mooney menemukan 383 buah masalah yg dapat digolongkan
menjadi sebelas bidang masalah peserta didik, yaitu : (1) kesehatan dan perkembangan
fisik (2) keuangan, keadaan hidup, dan bekerja (3) kegiatan sosial dan rekreasi
(4) perkawinan
Berpijak
dari sitem perjenjangan materi kurikulum menurut bobot materi, pendidikan dan
tujuan tersebut, dapat dipastikan bahwa dalam suatu jenjang pendidikan islam
dapat diberikan ilmu-ilmu sebagai berikut:
a) Madrasah Ibtidaiyah (sekolah dasar).
Materi yang diberikan adalah pelajaaran al-Qur’an (bi al-nadhar, qira’ah,
hidz/hafalan)
b) Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah (SMP dan
SMA). Materi yang diberikan adalah materi yang mengundang nilai pemahaman,
pengembangan, dan penerapan keyakinan keislaman, hubungan ilmu dan kebenaran,
ilmu dan kegiatan, ilmu dan kekuasaan , ilmu dan kekayaan, ilmu dan
pembangunan, sehingga tercapai kepekaan rasa, ketajaman intelek, dan kemampuan
berkomunikasi.
c) Jam’iyyah atau universitas. Materi yang
diberikan dikontruksikan dari landasan madrasah dibawahnya. Materinya disusun
untuk mencapai tiga tujuan institusional sebagai berikut:
·
Membina
pengertian yang dalam tentang islam, sehingga mahasiswa mampu mengabdikan diri
untuk diri sendiri, kepentingan umat,
dan kepentingan islam
·
Menguasai
ilmu yang menjadi spesialisasinya.
·
Membina
kepribadian mahasiswa yang seimbang melalui perkuliahan berbagai ilmu
pengetahuan
ketiga
bagian isi kurikulim tersebut disajikan dengan terpadu (integrated approach),
tanpa adanya pemisahan, misalnya apabila membicarakan tuhan dan sifatnya, akan
bberkaitan pula dengan relasi Tuhan dengan manusia dan alam
semesta.membicarakan asma al-husna sebagai penjelasan tawhid fi al-shifat
(mengesakan Allah dalam sifatnya) juga menjelaskan pula bagaimana manusia
berprilaku seperti perilaku tuhaannya, baik terhadap sesama manusai maupun pada
alam semesta. Jika Allah SWT. Cinta yang inklusif (al-Rahman) dan cinta
eksklusif (al-Rahim), maka manusia pun harus cinta demikian. Dengan demikian,
isi kurikulum tersebut akan membicarakan hakikat tuhan, manusia, dan alam
semesta untuk lebih jelasnya
H.
Sistem penjenjangan kurikulum pendidikan islam
Kurikulum
pendidikan islam bersifat dinamis dan kontinu (berkesinambungan), disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan khusus,
terutama masalah kemampuan inteligensia dan mental peserta didik. Dari sini,
dapat ditentukan bobot materi yang diberikan, misalnya, Untuk tingkat dasar
(ibtidaiyah). Bobot materi hanya menyangkut pokok-pokok ajaran islam, misalnya
masalah akidah yang profesional, produktif, kreatif, dan sumber daya situasi
yang memengaruhinya. Dengan demikian, peserta didik dipersiapkan untuk menjadi
hamba-hamba allah yang saleh yang mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah-nya dengan baik. Sabda nabi Muhammad
Saw :
Artinya
: “barang siapa yang menginginkan
(kebahagiaan) hidup didunia maka hendaklah menguasai ilmu, dan barang siapa
yang menghendaki (kebahagiaan) hidup diakhirat maka hendaklah menguasai ilmu
dan baranag siapa yang menghendaki kedua-duanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu
I.
Kurikulum berdasarkan mata pelajaran terpisah-pisah
Jenis
kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah
dikumpulkan sejak beradab-adab. Mereka perlu mencari dan menemukan lagi
apa yg diperoleh generasi generasi terdahulu.dengan demikian, mereka lebih muda
dan cepat membekali dari untuk menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya.
Keuntungan
jenis ini adalah (1) memberi pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi
lampau yg dapat digunakan untuk menafsirkan pengalaman seseorang
(QS.al-Hasyer), (2)mempunyai organisasi yg mudah strukturnya, mudah diubah,
diperluas dan dipersempit, dan mudah disesuaikan dengan perkembangan baru dalam
ilmu pengetahuan, (3) didukung bahkan dituntut oleh perguruan tinggi dalam
penerimaan mahasiswa baru , (4) mudah dievaluasi dan bila perlu menggunakan tes
objektif.
Penggunaan
jenis kurikulum ini sedikit sekali mendapat proporsi dalam desain kurikulum
pendidikan islam, karena desain masih dalam taraf pemula atau taraf verbalistik
untuk peserta didik tingkat dasar (ibtida’i) dan kurang sesuai untuk tingkat
berikutnya.
J.
Kurikulum berdasarkan mata pelajaran gabungan
Jenis
ini merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang terpisah-pisah,
maka disusunlah hubungan antara dua mata pelajaran atau dan shalawatan nabi
pada tasyahud akhir, dan salam pertama; ketiga, rukun fi’liyah (tindakan) yang
berdimensi psikomotorik (nafsiharaki). Dimensi ini membentuk pengalaman
psikomotorik (psychomotorexperience), sehingga menimbulkan kemauan, gerak, dan
daya karsa yang mantaap. Rukun fi’iliyyah shalat tercermin dalam berdiri,
ruku’, tegak, sujud, dan duduk dalam shalat.
Orientasi
pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemajuan suatu
zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk-produk
yang dihasilkannya.
Menurut
perhitungan penulis, kata imam dalam bentuk kata kerja (amanil) yg dihubungkan
dengan kata beramal (amilul) terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 80 kali. Dengan
iptek, masalah yang rumit menjadi lebih mudah, benda yg tak berguna menjadi
lebih berguna, masalah yang usang dan buruk kemudian dibumbui dengan produk
iptek menjadi lebih menarik.
Namun
sebaliknya, perkembangan iptek tanpa didasari dengan nilai-nilai iman, mukjizat
iptek akan hilang bahkan merugikan, mengancam, dan merusak kehidupan yg lain.
Dalam konteks ini, integrasi iptek dengan imtak (iman dan takwa) menjadi
penting. Sabda nabi SAW :
Artinya
: “barangsiapa yang bertambah ilmunya,
tetapi didunia tidak bertambah petunjuknya, maka ia semakin jauh dari Allah ’’
(HR. Dailami dari Ali)
Melihat
kondisi seperti itu, tuntutan kita selanjutnya adalah membuat dan mengaplikasikan
kurikulum pendidikan yang selaras dengan kemajuan iptek.
Kurikulum
terpadu
Kurikulum
ini merupakan usaha untuk mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata
pelajaran, agar menghasilkan kurikulum yang terpadu (integrated). Integrasi ini
tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertenti yang memerlukan
pemecahannya dengan bahan dari berbagai disiplin atau mata pelajaran yang di
perlukan. Bahkan mata pelajaran menjadi instrumen dan fungsional untuk
memecahkan masalah itu. Oleh karna itu, batas-batas antar mata pelajaran dapat
ditiadakan
Kurikulum
terpadu dilaksanakan melalui pengajaran unit dengan langkah-langkah yg disebut
oleh Dewey “ the method of intellegence”
berupa berpikir bila menghadapi masalah melalui perumusan yang tajam,
lalu memikirkan hipotesis-hipotesis yang mungkin memberi jawaban dan
menyelesaikan masalah itu. Langkah-langkah ini didukung oleh sejumlah data dan
keterangan yang sudah diuji kebenarannya melalui hipotesis-hipotesis tersebut,
sehingga dapat dibuat pedoman bagi perbuatan dan tindakan.
Ciri-ciri
desain terpadu (unit) adalah: (1) merupakan suatu kesatuan yang bulat (2)
menerobos batas-batas mata pelajaran (3) didasarkan atas kebutuhan peserta
didik (4) didasarkan pada temuan-temuan modern mengenai cara belajar (5)
memerlukan waktu yang panjang (6) life-centered (7) menggunakan
dorongan-dorongan yang sewajarnya pada didik (8) peserta didik dihadapkan
kepada situasi-situasi yang mengandung problem.
BAB III
KESIMPULAN
Kurikulum Pendidikan Islam
Adalah Bahan-Bahan Pendidikan Islam Berupa Kegiatan, Pengetahuan Dan Pengalaman
Yang Dengan Sengaja Dan Sistematis Diberikan Kepada Anak Didik Dalam Rangka
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam. Atau Dengan Kata Lain Kurikulum Pendidikan
Islam Adalah Semua Aktivitasi, Pengetahuan Dan Pengalaman Yang Dengan Sengaja
Dan Secara Sistematis Diberikan Oleh Pendidik Kepada Anak Didik Dalam Rangka
Tujuan Pendidikan Islam.
Dalam Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam, Kita
Harus Memperhatikan Prinsip-Prinsip: Berasaskan Islam, Mengarah Kepada Tujuan,
Integritas Antar Mata Pelajaran, Relevansi, Fleksibilitas, Integritas,
Efisiensi, Kontinuitas, Individualitas, Kesamaan Memperoleh Kesempatan,
Kedinamisan, Keseimbangan, Dan Efektivitas. Pada Dasarnya, Orientasi Kurikulum
Pendidikan Pada Umumnya Dapat Dirangkum Menjadi Lima, Yaitu Orientasi Pada
Pelestarian Nilai-Nilai, Orientasi Pada Kebutuhan Sosial, Orientasi Pada Tenaga
Kerja, Orientasi Pada Peserta Didik, Dan Orientasi Pada Masa Depan Dan Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
‘Sudiman, Dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1989), H. 13-14
‘Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Sebuah Talah Komponen Dasar Kurikulum,
(Solo:Romandhoni, 1991), H. 11-12
‘Muhamad Ansyar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta:Dirjen
Pt-Pplptk Depdikbut, 1089), H. 8-20.
‘Umar Muhamad Al-Thaumi Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam Terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta:Bulan Bintang,1979), H. 523-532
‘Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung Sinar Baru,
1989), H 12-13
‘Kuntowijoyo, Pradigma Islam (Bandung:Mizan 1991) H.352-354
No comments:
Post a Comment