1

loading...

Friday, August 23, 2019

MAKALAH KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


MAKALAH KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM 

BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang Masalah
            Kata “Kurikulum” Mulai Dikenal Sebagai Istilah Dalam Dunia Pendidikan Lebih Kurang Sejak Satu Abad Yang Lalu. Istilah Kurikulum Muncul Untuk Pertama Kalinya Dalam Kamus Webster Tahun 1856. Pada Tahun Itu Kata Kurikulum Digunakan Dalam Bidang Olahraga, Yakni Suatu Alat Yang Membawa Orang Dari Star Sampai Kefinish. Barulah Pada Tahun 1955 Istilah Kurikulum Dipakai Dalam Bidang Pendidikan Dengan Arti Sejumlah Mata Pelajaran Disuatu Perguruan.
            Pengertian Kurikulum Berkembang Sejalan Dengan Perkembangan Teori Dan Praktik Pendidikan. Dalam Pandangan Lama, Kurikulum Merupakan Kumpulan Sejumlah Mata Pelajaran Yang Harus Disampaikan Oleh Guru Dan Dipelajari Oleh Siswa. Pandangan Ini Menekankan Pengertian Kurikulum Pada Segi Isi. Dalam Pandangan Yang Muncul Kemudian, Penekanan Terletak Pada Pengalaman Belajar. Dengan Titik Tekan Tersebut, Kurikulum Diartikan Sebagai Segala Pengalaman Yang Disajikan Kepada Para Siswa Dibawah Pengawasan Atau Pengarahan Sekolah.
            Ada Sejumlah Ahli Teori Kurikulum Yang Berpendapat Bahwa Kurikulum Bukan Hanya Meliputi Semua Kegiatan Yang Direncanakan Melainkan Juga Peristiwa-Peristiwa Yang Terjadi Dibawah Pengawasan Sekolah, Jadi Selain Kegiatan Kurikuler Yang Formal Juga Kegiatan Kurikuler Yang Tidak Formal. Kegiatan Kurikuler Yang Tidak Formal Ini Sering Disebut Ko-Kurikuler Dan Ekstra-Kurikuler
            Keutamaan Mempelajari Kurikulum Bagi Seseorang Yang Menekuni Dunia Pendidikan Adalah Suatu Kegiatan Yang Tidak Boleh Terlewatkan, Karena Berbicara Pendidikan Berarti Berbicara Kurikulum Yang Ada Didalamnya. Demikian Halnya Dengan Pendidikan Islam, Tentunya Terdapat Kurikulum Didalamnya. Maka, Karena Keperluan Yang Utama Tersebutlah Dalam Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam Di Perguruan Tinggi Agama Islam, Salah Satu Materi Yang Harus Dikuasai Dan Dipahami Adalah Tentang Kurikulum Dalam Pendidikan Islam. 
     B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan Islam?
2.      Apa saja hakikat kurikulum pendidikan Islam?
3.      Apa saja dasar, prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam?
4.      Apa isi kurikulum pendidikan Islam?
5.      Bagaimana sistem penjenjangan kurikulum pendidikan Islam?  
     C.   Tujuan
1.       Untuk mengetahui pengertian kurikulum pendidikan Islam;
2.      Untuk mengetahui apa saja hakikat kurikulum pendidikan Islam
3.      Untuk mengetahui dasar, prinsip-prinsip kurikulum pendidikan Islam;
4.      Untuk mengetahui isi kurikulum pendidikan Islam; dan
5.      Untuk memahami bagaimana sistem penjenjangan kurikulum pendidikan Islam.
 BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hakikat Kurikulum  Pendidikan.
Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Konsep dasar kurikulum dapat diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut ini:
       1.      Kurikulum sebagai program studi. Pengertiannya adalah seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau instrusi pendidikan lainnya.
         2.      Kurikulum sebagai konten. Pengertiannya adalah data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.
        3.      Kurikulum sebagai kegiatan terencana. Pengertiannya adalah jegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
      4.      Kurikulum sebagai hasil belajar. Pengertiannya adalah seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
     5.      Kurikulum sebagai reproduksi kultural. Pengertiannya adalah transferdan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
      6.      Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertiannya adalah keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan sekolah.
Dari beberapa definisi itu, baik dilihat dari fungsi kurikulum maupun tujuannya, hakikat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan , saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
Melalui konsep dasar kurikulum tersebut, dapat disusun “teori kurikulum” sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Beauchamp (1975) mendefenisikan teori kurikulum dengan:”...a set of related statement that gives meaning to a school’s curriculum by pointing up the realitionship among its elements and by directing its dipelopment, ist use, and its evaluation” (... seperangkat pernyataan yang terkait yang memberi arti bagi suatu kurikulum suatu sekolah dengan jalan menunjukan hubungan-hubungan di antara unsur-unsurnya dan dengan mengarahkan pengembangan, penggunaan evaluasinya). Menurut Jaweet dan Bair, teori kurikulum pendidikan tersebut harus didasari atas asumsi tentang hakikat masyarakat, manusia, dan pendidikan sendiri.
B.       Dasar,Prinsip,Dan Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam
Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dasar kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determianan kurikulum (penentu).
            Herman H.Horne memberikan dasar kurikulum dengan tiga macam, yaitu:
     1.      Dasar psikologis, yang igunakan untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh dari pelajar dan kebutuhan peserta didik (the ability and needs of  children).
      2.      Dasar sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui tuntunan sah dari masyarakat (the legitimate demands of society).
      3.      Dasar filosofis, yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam semesta tempat kita hidup (the kind of universe in which we live).
Dalam persefektif islam, pendapat di atas sesungguhnya belum menjamin bahwa suatu kurikulum dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, krena belum memasukan dasar relegius yang wajib diresapi oleh peserta didik sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Karena itu, Al-Syaibani empat dasar pokok dalam kurikulum pendidikan islam, yaitu dasar religi, dasar falsafah, dasar psikologis, dasar sosiologis dpat pula ditambah dasar organisatoris.
a)      Dasar Religi
Dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang tertuang dalam Al-Qur’an  maupun As-Sunnah, karena kedua kitab tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristik.
Nabi SAW, bersabda:
Artinya : “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kaum, yang jika kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya’ yakni kitabullah dan sunnah nabi-nya” (HR. Hakim)
b)      Dasar falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama kebenaran di bidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Dasar filosofis mengandung sistem nilai, baik yang berkaitan dengan nilai dan makna hidup dan kehidupan, masalah kehidupan, norma-norma yang muncul dari dalam individu, sekelompok masyarakat maupun suatu bangsa yang dilatar belakangi oleh pengaruh agama, adat istiadat, dan konsep individu tentang pendidikan. Dasar filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan islam pada tiga dimensi yaitu, dimensi ontologis dimensi epistimologis, dan dimensi aksiologi.
c)      Dimensi ontologi
Dimensi ii mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi peserta didik untuk berhubungan langsung dengan fisik objek-objek,serta berkaitan dengan pelajaran yang memanipulasi benda-benda dan materi-materi kerja. Dimensi ini menghasilkan verbal learning (belajar verbal), yaitu berupa kemampuan memperoleh data dan iformasi yang harus dipelajari dan dihapalkan. Dimensi ini diambil dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Adam as., dengan memberitahukan dan mengajarkan nama-nama benda (asma). Firman SWT.”
“Dan dia mengajarkan pada Adam nama-nama benda seluruhnya, kemudian mengemukakan pada para malaikat, lalu berfirman: sebutkan lah kepada ku nana-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah:31)
 Implikasi dimensi ontologi dalam kurikulum pendidikan ialah bahwa pengalaman yang ditanamkan pada peserta didik tidaka hanya sebatas alam fisik dan isinya yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, melaikan sebagai sesuatu yang tidak terbatas dalam realitas fisik. Maksud alam tak terbatas adalah alam rohaniah atau spiritual, yang menghatarkan manusia kepada keabdian, disamping itu perlu juga ditanamkan pengetahuan tentang hukum dan sistem kemestaan yang melahirkan perwujudan harmoni di dalam alam semestan, termasuk hukum tertib yang menentukan kehidupan mnusia dimasa depan.
d)     Dimensi epistemologi
Metode ini dilakukan melalui lima tahapan yaitu, kesadaran akan adanya masalah perumusan masalah , identifikasi semua masalah, dan cara pemecahannya, proyeksi di semua konsekuensi yang akan timbul, dan mengaji konsekuensi tersebut dalam pengalaman. Jadi, konstruksi tersebut bersifat terbuka yang kesalahannya dapat diverifikasi bahkan ditolak serta bersifat temporer dan tentatif.
Kurikulum pendidikan islam juga mengacu pada pada pandangan futuristik, sehungga produk pendidikan tidak canggung menghadapi alam yang mungkin mengalami perubahan pada saat ke saat. Umar bin al-Khatab, menyatakan:
Artinya : “sesumgguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi  yang lain dari generasimu, dan zaman yang lain zamanmu”.
e)      Dimensi Aksiologi
Dimensi ini mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri peserta didik agar memiliki nilai-nilai yang ideal,supaya hidupdengan baik sekaligus menghindarkan nilai-nilai yang tidak diinginkan. Tegasnya ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan islam, maka memiliki arti intervensi kehidupan peserta didik sedemikian rupa, agar mereka menjadi insan kamil, insan kafah, dan insan yang sabar akan hak dan kewajibannya.
Berbagai macam aliran filsafat pada dasarnya dapat dijadikan sebagai khazanah pemikiran intelektua dibanding kurikulum pendidikan islam. Semakin banyak pergesekan satu dengan lainnya, semakin banyak pula kontibusi konsep dan teori. Konsep dan teori yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak begitu saja diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu, dan hasilnya dimodifikasi pada khazanah kurikulum pendidikan islam. Hasil modifikasi antara filsafat dan agama dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1)        Pendidikan islam dalam filsafat idealisme, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaaan prinsip seperti: (1) Adanya nilai-nilai spiritual dan ideal, yang pada akhirnya dikembalikan pada wahyunya (QS.an-Nisa:59) (2) Benda-benda itu mempunyai hakikat yang riil dan objektif yang sifatnya tidak berubah-ubah (QS.al-Furqan:2, al-Isra’:7); (3) Semua yang berlalu atau yang berlaku atas sepengetahuan Allah SWT. Sesuai dengan ketentuannya(QS.Al-Baqarah:115, Al-Hadid:4 (4) Roh dan alamnya lebih mulia daripada jasmani dan alamnya.(5) Semua yang ada dijagat raya adalah ciptaannya.(QS.Al-an’nam:101).
2)        Pendidikan islam dan filsafat realisme-natural’ keduanya ,mempunyai kesamaan sebagai berikut: (1) Alam nyata ini adalah alam sebenarnya yang berdiri lepas dari akal yang mengamatinya (QS.Shad:27, al-an’nam:73) (2) Kenyataan objektif tunduk pada proses perkembangan dan perubahan (QS.al-mu’minun:14 al-qashash:88)
3)        Pendidikan islam dan filsafat humanisme intelektual, keduanya mempunyaikesamaan seperti berikut: (1) Menjunjung tinggi kemampuan berfikir dan dan segala prduk ilmu-ilmu kemanusiaan (QS. Ali-imran:7) (2) Menjujung tinggi harkat manusia daripada makhluk lainnya , karena manusia mempunyai akal dan mampu mendayagunakan akalnya (QS. Al-A’raf 179, al-furqan:44).
4)        Pendidikan islam dan filsafat realisme klasik, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaan sebagaimana berikut ini: (1) Wahyu dan ilham dari tuhan merupakan salah satu sumber pengetahuan(QS. Al-Kahfi:109, al-isra:85: (2) Mengakui pemikiran akal dan penafsirannya untuk menemukan kebenaran (QS. Ali-Imran:,190,191) (3) Mengakui kemerdekaan seorang dan mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukan (QS.Al-Kahfi 29, al-isra:34,36);
5)        Pendidikan islam dan filsafat naturalisme romantik, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaan sebagaimana berikut ini: (1) Memberontak kejumudan (stagnasi) dan menaruh perhatian terhadap kehidupan aktual dan kontekstual (QS. Al-maidah:18, ar-rum:9 (2) Pada dasarnya manusia mempunyai sifat yang baik (QS. Ar-rum:30).
6)        Pendidikan dan filsafat pragmatisme, keduanya mempunyai kesamaan-kesamaan sebagaimana berikut ini: (1) Meyakini pentingnya membuka rahasia tentang manfaat dan pemanfaatan benda-benda yang ada, yang memberi kebahagian bagi manusia (2) Benda-benda yang baru selalu berubah dalam drajad yang berbeda-beda, sehingga perluadanya eksperimen, inovasi dan daya cipta, dan (3)Menghormati adanya kebebasan, bakat,kemampuan, kebutuhan, minat, dan keinginan antar individu.
f)       Dasar psikologis
Dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis peserta didik, yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah,kematangan, bakar-bakat jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan keinginananindividu minat, kecakapan. Dasar psikologis terbagi atas dua macam, yaitu pertama, psikologis pelajar hakikat anak-anak itu dapat didik, dibelajarkan, dan diberikan sejumlah materi pengetahuan. Kedua psikologi anak, setiap anak mempunyai kepentingan, yakni untuk mendapatkan situasi-situasi belajar kepada anak-anak agar dapat mengembangkan bakatnya. Anak-anak memiliki dunia yang tidak sama dengan dunia orang dewasa. Biarlah mereka bermain karena, bermain itu bagian dari dunianya.
g)      Dasar sosiologis
Dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peranan penting terhadap menyampaikan dan pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi individu, dan rekontruksi masyarakat. Meskipun kita temukan kesulitan dalam bentuk kebudayaan macam apa yang patut disampaikan serta ke arah mana proses sosialisasi, dan bentuk masyarakat yang mana yang sesuai dengan tuntunan masyarakat. Hal tersebut karena tidak mudah mengkaji tuntunan teknologi yang menyebabkan masyarakat selalu dalam proses perkembangan sehingga, tuntunanya dari masa ke masa tidak selalu sama.
h)      Organisatoris
Dasar ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran, yakni organisasi kurikulum, dasar ini berpijak pada teori psikologi asosiasi, yang menganggap keseluruhan adalah jumlah bagian-bagiannya. Sehingga menjadikan kurikulum merupakan mata kuliah yang terpisah-pisah. Kemudian disusul teori psikologi gestalt yang menganggap keseluruhan memengaruhi organisasi kurikulum yang disusun secara unit tanpa adanya batas-batas antara berbagai mata pelajaran.
Adapun prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1)      Prinsip yang berorientasi pada tujuan “al-umur bi maqashidiha” merupakan adagium ushuliyah yang berimplikasikan pada aktivitas kurikulum yang terarah, sehingga tujuan pendidikan yang tersusun sebelumnya tercapai.
2)      Prinsip relevansi, implikasinya adalah mengusulkan agar kurikulum yang ditetapkan harus dibentuk sedemikian rupa sehingga tuntunan pendidikan dengan kurikulum tersebut dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat, serta tuntunan vertikal dalam mengemban nilai-nilai ilahi sebagai rahmah lil al-alamin.
3)      Prinsip efesiensi dan efektivitas, implikasinya adalah mengusulkan agar kegiatan kurikulum dapat mendayagunakan waktu,tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat dan tepat. Sehingga hasilnya memadai dan memenuhi harapan serta embuahkan hasil sebanyaknya.
4)      Prinsip fleksibilitas program. Implikasinya adalah kurikulum adalah kurikulum disusun begitu lawas, sehingga mampu disesuaikan dengan situasi-situasi setempat, serta waktu yang berkembang tanpa mengubah tujuan pendidikan yang diinginkan.
5)      Prinsip integritas. Implikasinya adalah mengupayakan kurikulum tersebut agar menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu mengintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas fikir, serta manusia yang menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat.
6)      Prinsip kontuinitas (istiqamah) implikasinya adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan_kegiatan kurikulum lainnya, baik secara vertikal maupun secara horizontal.
7)      Prinsip sinkronisme. Implikasinya adalah bagaimana suatu kurikulum dapat seiramah, searah dan setujuan.
8)      Prinsip objektivitas. Implikasinya adalah adanya kurikulum tersebut dilakukan melalui tuntunan kebenaran ilmiah yang objekti.
9)      Prinsip demokratis. Implikasinya adalah pelaksanaan kurikulum harus dilakukan secara demokrasi.
10)  Prinsip analisis kegiatan. Prinsip ini mengandung tuntunan agar kurikulum dikonstruksikan melalui proses analisis isi bahan mata pelajaran
11)  Prinsip individualisme. Prinsip kurikulum yang memerhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan pada umumnya.
12)  Prinsip pendidikan seumur hidup. Konsep ini diterapkan dalam kurikulum mengingat keutuhan potensi subjek manusia sebagai subjek yang berkembang dan perlunya keutuhan wawasan.
Menurut al-syaibani prinsip utama dalam kurikulum pendidikan islam adalah sebagai berikut: (1) berorientasi pada islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Adapun kegiatan kurikulum yang baik berupa falsafah,tujuan, metode dan hubungan yang berlaku di lembaga-lembaga harus berdasarkan islam. (2) prinsip menyeluruh baik dalam tujuan maupun isi kanungannya. (3) prinsip keseimbangan antara tujuan dan kandungan kurikulum. (4) prinsip pemeliharaan antara perbedaan-perbedaan individu.
Fungsi kurikulum dalam pendidikan islam adalah sebagai berikut : (1) alat untuk mencapai tujuan dan menempuh harapan manusia sesuai tujuan yang dicita-citakan. (2) pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan .
C.      Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Pada dasarnya orientasi kurikulum pendidikan islam dalam umumnya dapat dirangkum menjadi lima yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, pesrta didik, pada masa depan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1)      Orientasi pelestarian nilai-nilai dalam pandangan islam.\
Nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah SWT. Yang disebut dengan nilai ilahiah, dan nilai yang tumbuhdan berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.
Nilai-nilai pada suatu masyarakat mengalami perubahan dan pergeseran dengan nilai nilai lain. Menurur Amin Rais dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu: pertama, konservativ, mengarah pada nilai-nilai lama yang sudah mapan, sungguh pun nilai itu irasional: kedua radikal revolusioner mengarah pada semua pencabutan nilai sampai akar-akarnya dan ketiga reformis, mengarah perpaduan antara antara konserfativ dan radikal revolusioner, yakni perubahan dan pergeseran nilai dengan perlahan-lahan sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
2)      Orientasi pada kebutuhan sosial (social demand)
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya sebagai peradaban dan kebudayaan, sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal ini karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada kehidupan.orientasi kurikulum model ini pernah dikembangkan oleh Olson, yang dikutip oleh suntari Imam Barnadib, dengan menawarkan sekolah masyarakat (comunity centered school) yang mempumyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) memustatkan tujuan pendidikan pada perhatian dan kebutuhan masyarakat; (2) menggunakan buku-buku dan sumber-sumber dari masyarakat sebanyak-banyaknya; (3) mempraktikan dan menghargai paham demokrasi; (4) menyusun kurikulum berdasarkan kehidupan manusia; (5) memupuk jiwa pemimpin dalam lapangan; (6) mendorong peserta didik untuk aktif bekerja sama dan saling mengerti antar sesama.
Kalau diteliti dengan cermat, sebenarnya ciri kurikulum modern adalah adanya upaya mengatasi masalah kebutuhan hidup masyarakat (comonity oriented curriculum). Inilah yang melatarbelakangi adanya pola integraed curiculum yang diterapkan melalui pengajaran unit.
“sesungguhnya allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga merekamengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-ra’d:11).
Untuk mewujudkan orientasi kebutuhan sosial (social demand). Abu Ala Al-Maududi merumuskan tujuh polaprinsip umum pengaturan kehidupan sosial, yang mungkin tidak diterapkan dan dijadikan pedoman dalm rumusan kurikulum pendidikan islam, yaitu (1) saling menolong dalam berbuat kebajikan dan tawa (2) persahabatan dalam permusuhan seseorang harus ditunjukan untuk memperoleh keridhan Allah SWT.(3) manusia adalah sebaik-baiknya umat yang mengajak pada kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran. (4) jauhilah dirimu dari buruk sangka. (5) janganlah membantu orang jahat kalau sudah diketahui dia akan berbuat jahat. (6) mendukung masyarakat yang salah sama halnya dengan orang yang jatuh kesumuremegang ekor unta yang hampir jatuh kesumur pula. (7) sayangilah orang lan sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri.
3)      Orientasi pada tenaga kerja
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan – kebutuhan lahiriah, misalnya sandang, pangan, dan papan (QS. al- Baqarah, al- Khafi : 77, 82 ), dan kebutuhan biologis lainnya.kebutuhan – kebutuhan tersebut  harus dipenuhi secara layak, dan salah satu diantara persiapan untuk pemenuhannya yang layak adalah melalui pendidikan.
Sebagai konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja. Setelah lulus dari lembaga sekolah, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan. Sekolah adalah tempat peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa fungsi itu, eksistensi sekolah akan kehilangan pamornya yang paling utama. Saat memuncak, model subjek akademis (istilah lain rasionalisasi-akademis) ini mengalami perkembangan menjadi tiga struktur disiplin, yaitu :
a)      Aliran yang melanjutkan struktur disiplin. Aliran ini menonjolkan proses penelitian ilmiah, baik masalah sosial, nilai-nilai, maupun kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintah. Selain itu aliran ini pun menghasilkan manusia-manusia yang tidak memiliki cita-cita nasional, dan tidak memiliki pemujaan terhadap pahlawan, serta emosinya miskin.
b)      Pelajar terpadu. Dalam memahami masalah yang kompleks, aliran ini menggunakan beberapa disiplin ilmu yang terpadu, yang  diperoleh dari pelajaran konseo-konsep pokok, proses-proses ilmiah, gejala-gejala alam, dan masalah yang dihadapi. Oleh karna itu, pendekatannya adalah interdispliner.
c)      Pendidikan fundamental. Aliran ini mementingkan isi dan materi, di samping cara-cara atau proses perfikir.
d)     Activity curriculum. Kurikulum yang mengutamakan kegiatan dan pengalaman peserta didik, walaupun dalam tiap kurikulum, peserta didik dapat diberikan berbagai kegiatan dan pengalaman. Jadi, kurikulum model ini bercirikan sebagai berikut : (1) programnya ditentukan oleh minat dan kebuutuhan, (2) sambil melakukan kegiatan-kegiatan untuk memecahkan masalah, peserta didik memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan, (3) tidak adanya perencanaan terlebih dahulu, rencana itu berkembang sambil berjalan seiring dengan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan pesera didik.
e)      Kurikulum inti ( core curriculum ). Kurikulum yang bercirikan rangkaian pengalaman yang saling berkait, direncanakan secara kontinu, didasarkan atas masalah yg bersifat pribadi dan sosial, serta diperuntukan bagi semua peserta didik.
Untuk merealisasikan kurikulum terpadu, menurut kunto wijoyo, dapat dilakukan dengan pendekatan lima metode, yaitu : (1) memasukan mata pelajaran / kuliah keislaman sebagai bagian integral dan kurikulum sistem yang ada. Misalnya, memasukan materi-materi bidang studi islam secara wajib mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi (2)  menawarkan mata pelajaran/kuliah dokteran, matematika, idustri, pertanian, teknologi, dan sebagainya (4) ilmu-ilmu beberapa cabang filsafat.
Klafisikasi isi kurikulum tersebut berpijak pada klafisikasi ilmu pengetahuan dengan tiga kelomppk, yaitu :
1) Kelompok menurut kuantitas yang mempelajari
·      Ilmu fardhu’ain, yaitu yang harus diketahui oleh setiap muslim yang bersumber dari kitab Allah
·      Ilmu fardhu kifayah, yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian orang muslim saja, seperti ilmu yang berkaitan dengan masalah duniawi, misalnya ilmu hitung, kedokteran, teknik pertanian, industri, dan sebagainya.
2)   Kelompok menurut fungsinya
·      Ilmu tercela (madzmumah), yaitu ilmu yang tidak berguna untuk masalah dunia dan masalah akhirat, serta mendatangkan kerusakan, misalnya ilmu sihir, nujum, dan perdukunan
·      Ilmu terpuji (mahmudah), ilmu-ilmu agama yang dapat menyucikan jiwa dan menghindarkan diri manusia kepada Allah SWT
·      Ilmu terpuji dalam batas btas tertentu dan tidak boleh dipelajari secara mendalam, karna akan mendatangkan ateis (ilhad) sepeerti ilmu filsafat.
Selanjutnya, al-Ghazali membagi ilmu model ini menjadi lima macam, yaitu :
a)      Olahraga (riyadliyah), sperti ilmu teknik, matematika, dan organisasi
b)      Ilmu logika (manthiq) yang digunakan  untuk mendatangkan pemahaman dan bukti dari syar’i
c)      Ilmu teologi (uluhiyah), yaitu ilmu yang digunakan untuk memperbincangkan tuhan seprti ilmu kalam
d)     Ilmu alam (thab,iyyah), yaitu ilmu yang digunakan mengetahui sifat-sifat jasmani
Sa’ad Mursi Ahmaddan Sa’id Ismail Ali, Op.cit., h.
Ketiga dominan itu dapat diilustrasikan tentang rukun shalat dan masalah keimanan. Shalat terdiri atas tiga rukun, yaitu : pertama  qalbiyah (hati) yang berdimensi afektif (infi’aki). Dimensi ini menimbulkan perasaan-perasaan dan daya emosi yang khas dan kuat. Kedua, rukun qawliyah (ucapan) yang berdimensi kognitif (ma’rifi). Dimensi ini menimbulkan efek pengenalan, pikiran, dan daya cipta yang luar biasa.
Dibutuhkan syarat yang perlu diajukan dalam perumusannya, yaitu:
1)        Perception, keterampilan persepsi dalam menggunakan organ-organ indra untuk memperoleh petunjuk yang membimbing kegiatan motorik.
2)        Set, keterampilan kesiapan untuk melakukan kegiatan yang khusus, yg meliputi kesiapan mental, kesiapan fisik, maupun kemampuan untuk bertindak.
3)        Guided response, keterampilan respons terpimpin dalam melakukan hal-hal yang kompleks.
4)        Mechanism, keterampilan mekanis merupakan pekerjaan  yang menunjukan bahwa respons yg dipelajari telah menjadi kebiasaan dan gerakan bisa dilakukan dengan penuh kepercayaan dan kemahiran, sehingga melahirkan beberapa keterampilan.
Setelah syarata-syarat itu dipenuhi, disusunlah isi kurikulum pendidikan islam. Ibnu Khaldu, sebagaimana yg dikutip oleh al-Abrasyi, membagi isi kurikulum pendidikan islam dengan dua tingkatan , yaitu :
1)      tingkatan pemula (manhaj ibtida’i)
Our’an merupakan asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan, dan asas pelaksanaan pendidikan islam.
2)      tingkat atas (manhaj ‘ ali)
Kurikulum tingkat ini mempunyai dua kualifikasi, yaitu (1)ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri, seperti ilmu syariah yang mencakup fikih, tafsir, hadis, ilmu kalam, ilmu bumi, dan ilmu filsafat, (2) Ilmu-ilmu yang ditunjukkan untuk imu-ilmu lain, dan bukan berkaitan dengan zatnya sendri.
Al-Ghazali membagi isi kurikulum pendidikan islam dengan 4 kelompok dengan mempertimbangkan jenis, dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu (1) Ilmu-ilmu al-qur’an dan ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu fiqih,as-sunnah,tafsir dsbg. (2) Ilmu-ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu al-quran dan ilmu agama.
3)      Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah sepeti ilmu kepolitik dan rekayasa untuk kepentingan kemaslahatan dunia.
D.  Kurikulum sebagai model teknologi
Kurikulum sebagaimodel teknologi edukasi pendidikan menekankan pada penyusunan program pengajaran dan rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem dalm konteks kurikulum model teknologi pendidikan mempunyai dua aspek yakni Hardware berupa alat benda keras seperti proyektor, Tv, LCD, Radio dan sebagainya dan software berupa tekhnik penyusunan kurikulum baik secara mikro maupun makro.
Bentuk dan model yang dapat digunakan, selama memiliki nilai mashlahah, maka bentuk dan model itu dapat digunakan. Sabda Nabi SAW.
”engkau lebih tahu tentang urusan duniamu ‘’ (HR. Muslim dariAnas dan aisyah).
 E.  Kurikulum sebagai model proses kognitif.
Kurikulum ini bertujuan mengembangkan kemampuan mental, antara lain berpikir dan berkeyakinaan bahwa kemampuan tersebut dapat ditransfer atau diterapakn pada bidang-bidang lain. Model ini berpijak pada psikologi kognitif, yang konsepnya berpijak pada kekuaran pikiran.
F.   Isi kurikulum pendidikan islam
Finc dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan dalam perumusan isi kurikulum pendidikan, yaitu (1) waktu dan biaya yang tersedia, (2) tekanan internal dan eksternal (3) persyaratan tentang isi kurikulum dari pusat maupun daerah (4) tingkat dari isi kurikulum yang akan disajikan.
G. Kurikulum sebagai model subjek Akademis
Model kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, sehingga pendidikan diarahkan lebih bersifat intelektual.konotasi model ini tidak hanya menerima apa yg disampaikan dalam perkembangan, tetapi juga menerima proses belajar yg dialami peserta didik. Semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan pada masa lalu, sedangkan masa kini hanya memelihara dan mewarisi hasil budaya masa lalu tersebut. Sebaliknya, kurikulum lebih mengutamakan isi pendidikan dan peserta didik merupakan usaha untuk menguasai pendidikan sebanyak-banyaknya.
Nasution, pengembangan kurikulum (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991 )
Pola organisasi kurikulum pendidikan islam
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yg disusun dan disampaikan kepada peserta didik, atau struktur program kurikulum yg berupa kerangka umum program-program pendidikan atau pengajaran yg hendak disampaikan pada peserta didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pengajaran yg ditetapkan.
Ada tiga desain kurikulum yang dapat diterapkan dalam pendidikan, yaitu : (1) subject centered design, yaitu desain kurikulum yang berpusat pada bahan pelajaran (2) leaner centered design, yaitu desain kurikulum yang mengutamakan peranan peserta didik, dan (3) problem centered design, yaitu desain kurikulum yang bertolak dari masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Namun dipihak lain, ada pula ahli yang mengklafisikasikan jenis organisasi kurikulum menjadi dua bagian, yaitu : (1) kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curriculum), yang terdidri atas mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject curriculum) (2) kurikulum terpadu, ada yang berdasarkan social functions atau “ inajor areas of living”
Kurikulum terpadu dapat diterapkan pada bagian-bagian sebagai berikut :
a)    Social functions. Kurikulum yg didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan utama manusia dalam masyarakat, yg terdiri atas perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber daya alam, produksi barang dan jasa serta distribusinya.
b)   Persistent life situations. Suatu modifikasi sosial fungsional, yaitu situasi-situasi yg akan senantiasa dihadapi manusia dalam hidupnya, baik dahulu, sekarang maupun yang akan datang. Stratemeyer menggolongkan situasi hidup dalam tiga golongan utama : perkembangan individu (kesehatan, intelektual, moral dan keindahan), partisipasi sosial (antara pribadi, kelompok dan antar kelompok), dan situasi perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor dan daya lingkungan (bersifat alamiah, teknologis, dan sosial ekonomis)
c)    Minat kebutuhan pemuda. Kurikulum terpadu pada akhirnya akan berdasarkan kebutuhan,  minat, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Ross Mooney menemukan 383 buah masalah yg dapat digolongkan menjadi sebelas bidang masalah peserta didik, yaitu : (1) kesehatan dan perkembangan fisik (2) keuangan, keadaan hidup, dan bekerja (3) kegiatan sosial dan rekreasi (4) perkawinan
Berpijak dari sitem perjenjangan materi kurikulum menurut bobot materi, pendidikan dan tujuan tersebut, dapat dipastikan bahwa dalam suatu jenjang pendidikan islam dapat diberikan ilmu-ilmu sebagai berikut:
a)      Madrasah Ibtidaiyah (sekolah dasar). Materi yang diberikan adalah pelajaaran al-Qur’an (bi al-nadhar, qira’ah, hidz/hafalan)
b)      Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah (SMP dan SMA). Materi yang diberikan adalah materi yang mengundang nilai pemahaman, pengembangan, dan penerapan keyakinan keislaman, hubungan ilmu dan kebenaran, ilmu dan kegiatan, ilmu dan kekuasaan , ilmu dan kekayaan, ilmu dan pembangunan, sehingga tercapai kepekaan rasa, ketajaman intelek, dan kemampuan berkomunikasi.
c)      Jam’iyyah atau universitas. Materi yang diberikan dikontruksikan dari landasan madrasah dibawahnya. Materinya disusun untuk mencapai tiga tujuan institusional sebagai berikut:
·         Membina pengertian yang dalam tentang islam, sehingga mahasiswa mampu mengabdikan diri untuk diri sendiri, kepentingan  umat, dan kepentingan islam
·         Menguasai ilmu yang menjadi spesialisasinya.
·         Membina kepribadian mahasiswa yang seimbang melalui perkuliahan berbagai ilmu pengetahuan
ketiga bagian isi kurikulim tersebut disajikan dengan terpadu (integrated approach), tanpa adanya pemisahan, misalnya apabila membicarakan tuhan dan sifatnya, akan bberkaitan pula dengan relasi Tuhan dengan manusia dan alam semesta.membicarakan asma al-husna sebagai penjelasan tawhid fi al-shifat (mengesakan Allah dalam sifatnya) juga menjelaskan pula bagaimana manusia berprilaku seperti perilaku tuhaannya, baik terhadap sesama manusai maupun pada alam semesta. Jika Allah SWT. Cinta yang inklusif (al-Rahman) dan cinta eksklusif (al-Rahim), maka manusia pun harus cinta demikian. Dengan demikian, isi kurikulum tersebut akan membicarakan hakikat tuhan, manusia, dan alam semesta untuk lebih jelasnya
H.  Sistem penjenjangan kurikulum pendidikan islam
Kurikulum pendidikan islam bersifat dinamis dan kontinu (berkesinambungan), disusun  berdasarkan pertimbangan-pertimbangan khusus, terutama masalah kemampuan inteligensia dan mental peserta didik. Dari sini, dapat ditentukan bobot materi yang diberikan, misalnya, Untuk tingkat dasar (ibtidaiyah). Bobot materi hanya menyangkut pokok-pokok ajaran islam, misalnya masalah akidah yang profesional, produktif, kreatif, dan sumber daya situasi yang memengaruhinya. Dengan demikian, peserta didik dipersiapkan untuk menjadi hamba-hamba allah yang saleh yang mampu menunaikan tugasnya sebagai  khalifah-nya dengan baik. Sabda nabi Muhammad Saw :
Artinya : “barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) hidup didunia maka hendaklah menguasai ilmu, dan barang siapa yang menghendaki (kebahagiaan) hidup diakhirat maka hendaklah menguasai ilmu dan baranag siapa yang menghendaki kedua-duanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu
I.     Kurikulum berdasarkan mata pelajaran terpisah-pisah
Jenis kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah  dikumpulkan sejak beradab-adab. Mereka perlu mencari dan menemukan lagi apa yg diperoleh generasi generasi terdahulu.dengan demikian, mereka lebih muda dan cepat membekali dari untuk menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya.
Keuntungan jenis ini adalah (1) memberi pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi lampau yg dapat digunakan untuk menafsirkan pengalaman seseorang (QS.al-Hasyer), (2)mempunyai organisasi yg mudah strukturnya, mudah diubah, diperluas dan dipersempit, dan mudah disesuaikan dengan perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan, (3) didukung bahkan dituntut oleh perguruan tinggi dalam penerimaan mahasiswa baru , (4) mudah dievaluasi dan bila perlu menggunakan tes objektif.
Penggunaan jenis kurikulum ini sedikit sekali mendapat proporsi dalam desain kurikulum pendidikan islam, karena desain masih dalam taraf pemula atau taraf verbalistik untuk peserta didik tingkat dasar (ibtida’i) dan kurang sesuai untuk tingkat berikutnya.
J.    Kurikulum berdasarkan mata pelajaran gabungan
Jenis ini merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran yang terpisah-pisah, maka disusunlah hubungan antara dua mata pelajaran atau dan shalawatan nabi pada tasyahud akhir, dan salam pertama; ketiga, rukun fi’liyah (tindakan) yang berdimensi psikomotorik (nafsiharaki). Dimensi ini membentuk pengalaman psikomotorik (psychomotorexperience), sehingga menimbulkan kemauan, gerak, dan daya karsa yang mantaap. Rukun fi’iliyyah shalat tercermin dalam berdiri, ruku’, tegak, sujud, dan duduk dalam shalat.
Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk-produk yang dihasilkannya.
Menurut perhitungan penulis, kata imam dalam bentuk kata kerja (amanil) yg dihubungkan dengan kata beramal (amilul) terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 80 kali. Dengan iptek, masalah yang rumit menjadi lebih mudah, benda yg tak berguna menjadi lebih berguna, masalah yang usang dan buruk kemudian dibumbui dengan produk iptek menjadi lebih menarik.
Namun sebaliknya, perkembangan iptek tanpa didasari dengan nilai-nilai iman, mukjizat iptek akan hilang bahkan merugikan, mengancam, dan merusak kehidupan yg lain. Dalam konteks ini, integrasi iptek dengan imtak (iman dan takwa) menjadi penting. Sabda nabi SAW :


Artinya : “barangsiapa yang bertambah ilmunya, tetapi didunia tidak bertambah petunjuknya, maka ia semakin jauh dari Allah ’’ (HR. Dailami dari Ali)
Melihat kondisi seperti itu, tuntutan kita selanjutnya adalah membuat dan mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang selaras dengan kemajuan iptek.
Kurikulum terpadu
Kurikulum ini merupakan usaha untuk mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran, agar menghasilkan kurikulum yang terpadu (integrated). Integrasi ini tercapai dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertenti yang memerlukan pemecahannya dengan bahan dari berbagai disiplin atau mata pelajaran yang di perlukan. Bahkan mata pelajaran menjadi instrumen dan fungsional untuk memecahkan masalah itu. Oleh karna itu, batas-batas antar mata pelajaran dapat ditiadakan
Kurikulum terpadu dilaksanakan melalui pengajaran unit dengan langkah-langkah yg disebut oleh Dewey “ the method of intellegence”  berupa berpikir bila menghadapi masalah melalui perumusan yang tajam, lalu memikirkan hipotesis-hipotesis yang mungkin memberi jawaban dan menyelesaikan masalah itu. Langkah-langkah ini didukung oleh sejumlah data dan keterangan yang sudah diuji kebenarannya melalui hipotesis-hipotesis tersebut, sehingga dapat dibuat pedoman bagi perbuatan dan tindakan.
Ciri-ciri desain terpadu (unit) adalah: (1) merupakan suatu kesatuan yang bulat (2) menerobos batas-batas mata pelajaran (3) didasarkan atas kebutuhan peserta didik (4) didasarkan pada temuan-temuan modern mengenai cara belajar (5) memerlukan waktu yang panjang (6) life-centered (7) menggunakan dorongan-dorongan yang sewajarnya pada didik (8) peserta didik dihadapkan kepada situasi-situasi yang mengandung problem.
                                                          BAB III
KESIMPULAN

Kurikulum Pendidikan Islam Adalah Bahan-Bahan Pendidikan Islam Berupa Kegiatan, Pengetahuan Dan Pengalaman Yang Dengan Sengaja Dan Sistematis Diberikan Kepada Anak Didik Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pendidikan Islam. Atau Dengan Kata Lain Kurikulum Pendidikan Islam Adalah Semua Aktivitasi, Pengetahuan Dan Pengalaman Yang Dengan Sengaja Dan Secara Sistematis Diberikan Oleh Pendidik Kepada Anak Didik Dalam Rangka Tujuan Pendidikan Islam.
Dalam Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam, Kita Harus Memperhatikan Prinsip-Prinsip: Berasaskan Islam, Mengarah Kepada Tujuan, Integritas Antar Mata Pelajaran, Relevansi, Fleksibilitas, Integritas, Efisiensi, Kontinuitas, Individualitas, Kesamaan Memperoleh Kesempatan, Kedinamisan, Keseimbangan, Dan Efektivitas. Pada Dasarnya, Orientasi Kurikulum Pendidikan Pada Umumnya Dapat Dirangkum Menjadi Lima, Yaitu Orientasi Pada Pelestarian Nilai-Nilai, Orientasi Pada Kebutuhan Sosial, Orientasi Pada Tenaga Kerja, Orientasi Pada Peserta Didik, Dan Orientasi Pada Masa Depan Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
‘Sudiman, Dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1989), H. 13-14
‘Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Sebuah Talah Komponen Dasar Kurikulum, (Solo:Romandhoni, 1991), H. 11-12
‘Muhamad Ansyar, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta:Dirjen Pt-Pplptk Depdikbut, 1089), H. 8-20.
‘Umar Muhamad Al-Thaumi Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta:Bulan Bintang,1979), H. 523-532
‘Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung Sinar Baru, 1989), H 12-13
 ‘Tim Depag RI, Pedoman Guru Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta:Dirjen Bimas,1979), H.18
 ‘Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Bandung:Remaja,1990), H.49-53
 ‘Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung,1991), H.15
‘Kuntowijoyo, Pradigma Islam (Bandung:Mizan 1991) H.352-354




No comments:

Post a Comment