1

loading...

Wednesday, January 29, 2020

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA UNTUK ANAK ASESMEN AUTENTIK DAN EVALUASI PENGEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL AUD


 MAKALAHPENDIDIKAN AGAMA UNTUK ANAK
ASESMEN AUTENTIK DAN EVALUASI PENGEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL AUD

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan mengalami perkembangan terus menerus seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan kurikulum sudah terjadi beberapa kali dalam sistem pendidikan di Indonesia seperti, Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK) 2014, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sampai dengan kurikulum yang terbaru yaitu Kurikulum 2013. Setiap perubahan kurikulum selalu menjadi harapan besar bagi seluruh masyarakat Indonesia akan adanya perubahan dalam dunia pendidikan terutama untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kurikulum terdiri atas beberapa komponen yaitu tujuan, isi atau bahan (content), aktifitas belajar, dan penilaian, antara konponen kurikulum satu dengan komponen kurikulum yang lainnya saling terkait. Perubahan kebutuhan masyarakat merupakan dampak dari pekembangan peradapan manusia, tidak bisa dipungkiri kehidupan sosial dan teknologi sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan saat ini. Pendidikan tidak 8terbatas pada lingkup sekolah saja, [1]bahkan pendidikan berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan yang baik berangkat dari kualitas guru yang baik juga.
Guru adalah orang yang memegang peranan penting dalam membuat peserta didik mengerti dan paham mengenai pembelajaran yang diajarkan. Seorang pendidik atau guru merupakan tonggak utama penentu keberhasilan pendidikan, oleh sebab itu guru harus bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya baik dalam pekembangan afektif, kognitif dan psikomotorik agar bakat atau potensi yang ada dalam diri anak dapat distimulus dengan baik.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 “Mengacu pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah mulai meningkatkan perhatiannya terhadap kinerja guru, oleh karena itu guru diberi syarat yang harus dimiliki salah satunya adalah kompetensi yang sesuai dengan standar.
Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Guru yang berkompetensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah khususnya pendidikan anak usia dini (PAUD). Melihat fenomena tentang pentingnya masa usia dini, yang sering disebut dengan masa emas (Golden Age) maka keberadaan guru sebagai pendidik di lingkungan sekolah sangat diperlukan, oleh karena itu guru dalam menciptakan proses pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik dengan kompetensi yang dimiliki guru.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Untuk mengetahui kesiapan anak usia dini yang sesuai dengan aspek kurikulum 2013 salah satunya adalah kompetensi dasar.
Kompetensi dasar adalah kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema di PAUD( pendidikan anak usia dini). Mengetahui ketercapaian kompetensi dasar dibutuhkan proses penilaian, penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadikan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian maka penilaian harus dilakukan secara tepat agar dapat memperoleh gambaran lengkap tentang peserta didik. Kurikulum 2013 menjelaskan beberapa karakteristik pendidikan anak usia dini salah satunya ialah menggunakan penilaian autentik (authentic asessment). Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Autentik berarti keadaan sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Penilaian autentik memilki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Analisis Penilaian Autentik ini dilakukan secara sistematis, terukur, berkelanjutan serta menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu prinsip yang digunakan dalam penilaian ini adalah prinsip berkesinambungan dimana dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk mendapatkan gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian ceklis, observasi, unjuk kerja, catatan anekdot, hasil karya dan pelaporan. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa guru tidak memiliki instrumen, guru hanya mendeskripsikan apa yang dilihat tanpa ada acuan pembelajaran seperti RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran) dan rubrik penilaian. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti di beberapa lembaga PAUD yang ada di wilayah Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung, peneliti menemukan beberapa masalah terkait sekolah yang belum menerapkan penilaian autentik sesuai dengan kurikulum 2013. Masalah pertama, tuntutan pemerintah diharapkan seluruh sekolah untuk menerapkan Kurikulum 2013. Tetapi, kenyataannya dilapangan belum semua sekolah menerapkan Kurikulum 2013, yakni masih menggunakan kurikulum sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
B.  Rumusan Masalah  
a)    Pengertian penilaian autentik ?
b)   .Karakteristik umum asismen autentik ?
c)    Teknik dan Instrumen penilaian autentik ?
d)   Tujuan asismen autentik ?
e)    Apa Strategi asesmen autentik ?
f)    Ciri-ciri penilaian autentik ?
g)   Model penilaian autentik?
h)   Proses penilaian autentik ?
i)     Prinsip penilaian autentik?
j)     Evaluasi
k)   Perkembangan Nilai Agama
l)     Perkembangan Moral
C.  Tujuan Masalah
     a)      Untuk mengetahui pengertian  penilaian autentik ?
     b)      Untuk mengetahui karakteristik umum asesmen autentik ?
     c)      Untuk mengetahui teknik dan instrumen penilaian autentik ?
     d)     Untuk mengetahui tujuan asismen autentik ?
     e)      Untuk mengetahui strategi asesmen autentik ?
     f)       Untuk mengetahui model penilaian autentik ?
    g)      Untuk mengetahui model penilaian autentik ?
    h)      Untuk mengetahui proses penilaian autentik ?
    i)        Untuk mengetahui prinsip penilaian autentik ?
    j)        Untuk mengetahui evaluasi ?
   k)      Untuk mengetahui Perkembangan Nilai Agama ?
   l)        Untuk mengetahui Perkembangan Moral ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah prses yang digunakan guru mengumpulka informasi yang signifikan dari hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan, untuk megetahui sejauh mana kemampuan yang telah dicapai oleh anak asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi, istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.[2] Newton Public School, mengatakan bahwa  asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik.
Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama yang bertujuan untuk melihat perkembangan peserta didik.
Haryati berpendapat bahwa penilaian autentik sendiri adalah pengukuran yang bermakna secara segnifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan, sedangkan dalam permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian diyatakan bahwa penilian autentik adalah “penialian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai mulai dari input (masukan) proses dan output (keluaran).[3]
Menurut Suyadi penilaian nyata yaitu proses yang dilakukan guru ntuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik penilaian ini diprelukan utnuk mengetahui apakah peserta didik benar-benar belajar atau tidak, mamahami atau tidak, menguasai atau tidak, apakah pengalaman belajar peserta didik memiliki pengaruh yang positif terhadap perekembangan, baik intelektual maupun mental peserta didik penilaian yang autentik dilakukan secara terintergrasi dengan peises pembelajaran.[4]
Ditarik kesimpulan dari pengertian penilaian autentik diatas bahwa penilaian autentik adalah proses penilaian atau pengukuran dalam hasil akhir yang akan di lihat oleh guru dalam mengetahui tingkat aspek perkembangan dan melihat keterampilan  peserta didik  secara nyata.
B.  Karakteristik Umum Asesmen Autentik
1.    Penilaian tidak disajikan dalam bentuk angka atau huruf melainkan dalam bentuk narasi atau uraian kualitatif dengan kata-kata
2.    Mendorong anak utnuk melakukan evaluas diri atas karyanya sendiri untuk mengtahui dan menentukan hal-hal yang perlu ditingkatkan serta bagaimana cara meningkatkannya, namun bukan untuk mencari-cari kesalahan
3.    Dilakukana terutama melalui pengamatan dan perekaman
4.    Memandang kemajuan anak sebagai perbandingan prestasinya sekarang dab yang telah lalu, bukan terhadap rerata sekelompok anak
5.    Melaporkan kemajuan anak didik kepada orang tuannya sebagai informasi secara umum dalam bentuk laporan naratif (uraian kalimat)secara umum artinya keadaan anak dibandingkan dengan keadaan rerata kinerja anak itu pada umumnya, bukan terhadap kelompoknya dan tidak tinggal kelas.[5]
C.  Teknik dan Instrumen asesmen Autentik
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut :


1.    Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kopetensi sikap melalui observasi, penlaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal instrumen yang digunkan untuk ke empat dalam penilaian tersebut adalah daftar cek atau sekala penilaian.
2.    Penilaian kompetensi pengetahuan
Pendidik melakukan penilaian kompetensi pengetahuan mealui tes lisan dan pengetahuan
3.    Penilaian kompetensi keterampilan
Dilakukan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik medemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan penilain portofolio.
D.  Tujuan asesmen Autentik
Tujuan penilaian autetik ini adalah bertujuan untuk mengakses kemampuan peserta didik dalam kontek dunia nyata anak untuk memperoleh data informasi sebagai bukti adanya perubahan perkembangan dan hasil belajar anak dengan harapan kemajuan perkembanganya kongruen dengan pola perkembangan dan pola prilaku sesuai usia dan keunikan individu. Artinya pencapaian belajar anak diharpkan sesuai dengan tujuan program yang telah ditetapkan atau tidak terlalu besar diskrepansinya.
Disamping itu yang perlu diingat dan dideskripsikan adalah perubahan perkembanganya betul betul umencerminkan perkembangan pada semua aspek, yaitu aspek fisik, sosial emosional dan kognitif. Kedalaman pemahaman mengenai pola perkembangan, pola prilaku, DBU, DBF, BPP dan BPKD persi kurikulum berbasi TK 2004 harus tertanam dalam pikiran dan penghayattan anda sebagai pendidik sekaligus penilai. Dalam konteks instrumentasi asesmen otentik, asesmen dilakukan dengan maksud untuk menyediakan data informasi yang terus menerus tentang kinerja anak didik misalnya dalam domain fisik atau motorik, GMK (gerak motorik kasar) seperti melompat, melempar dan menangkap, berlari dan berjalan sedemikian rupa sehingga dapat:
a.    Meningkatkan pengalaman-pengalaman belajar
b.    Memastikan pemilikan dan potensi anak didik
c.    Memberikan bahan serta memperkaya pembelajaran kurikulum.
Meskipun dalam kegiatan pengmbangan fisik motorik anak, kadang kadang diisyaratkan suatu pengukuran formal kuntitatif yang dikembangkan lebih jauh dan tidak selalu cocok dengan alat ukur yang ada, namun hendaknya pengukuran semacam itu digunakan atas dasar perorangan saja, misalnya bagi anak yang pintar dan berbakat[6].
E.  Strategi asesmen Autentik
Strategi asesmen ialah seni mempertimbangankan terjadi pristiwa dalam mencapai maksud tujuan, yaitu: 
1)   Meperoleh data informasi sabagai bukti perubahan dan pengembangan kemajuan belajar anak didik
2)   Menyiapkan/menyediakan data informasi terus menerus tentang kinerja anak didik yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan evaluasi.
Dengan mengunakan pengertian strategi seperti diatas maka dalam kegiatan belajar 2 akan dibahas mengenai[7] :
a)      Pendekatan formal : Tes Formal
           Asesmen formal biasnya mengharuskan penggunaan tes baku (standrdized test) dan pendidik walaupun guru tersebut sudah terlatih dengan norma, antra lain: norma kelas/kelompok A atau B untuk TK tertentu. Asesmen formal umumnya dikategorikan sebagai berikut ini.
1.      THB (tes hasil belajar) yang mengukur apa yang telah dipelajari anak didik atau keterampilan apa yang diperoleh dari suatu kegiatan pembelajaran.
2.      Tes kesiapan yang mengakses keterampilan, pengetahuan, sikap atau prilaku anak yang dipersyaratkan, yang diperkirakan diperlukan oleh pembelajaran untuk hasil disekolah.
3.      Test screening perkembangan adalah prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi anak (karna resiko belajar yang mungkin terjadi) atau kondisi yang makin "cacat" hendaknya terus ketarap asesmen diaksnotik yang lebih intensis.
4.      Test diagnostik dan test intelegensi digunakan untuk mengenali anak dengan kebutuhan kgusus, mebganalis daerah masalahnya, memberi resep strtegi penyembuhannya, dan menentukan alternatif jalan keluarnya, misalnya menetapkan kesekolah khusus
Tidak semua Tk mau mengunakan jenis tes formal, bergantung pada model desain pembelajaran yang digunakan masing-masing Tk. Dalam penyususnan dan pengunaan tes formal harus orang yang profesional bersertifikat khusus, terutama dalam penyususnan dan pennggunaan instrumen evaluasi. Kemampuan tersebut jarang dapat dilakukan guru Tk kecuali yang sudah terlatih.
Disamping masalah etika pengunaan tes baku sampai dengan penyetoran, pemaknaan dan pemanfatan hasilnya, pengunaan test baku bagi anak anak akan beresiko, meskipun dalam bentuk test kinerja. karna pemaknaanya tidak akurat, potensial menyesatkan, dan dinamisnya pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Pada intinya pengunaan test baku secara masal bagi anak anak, secara tersirat dapat menyebabkan efek iatragonik yaitu kuese kuensi negatif yang tidak diinginkan dengan hasil sepanjang hayat. Terdapat beberapa alasan yang membuat orang mempertimbangjan pengunaan test baku untuk mengakses anak yaitu sebagai berikut :
1)   Keterampilan anak-anak dalam menerima dan menyatakan pikiran dan perasaanya dengan kata-kata masih belum berkembang dengan baik.
2)   Kempuan untuk menerima perintah atau petunjuk untuk melakukan test masih belum dimiliki terutama test yang dilaksanakan secara kelompok.
3)     Anak kecil masih berjuan dengan berbagai isu isikososial, seperti kecemasan berpisah dengan orang tuanya, kesadaran berkelompok, adanya pengelompokan dan partisipasi, konsep diri, harga diri.
4)     Anak-anak mempunyai rentang yang singkat dan muda terpengaruh pada suasana disekelilingnya.
5)     Kemampuan anak anak untuk mengunakan perlatan test, terutama kertas dan pensil serta peralatan yang cangih masih belum sempurna.
6)     Anak kecil membentuk konsep dan proses informasi melalui pengalaman kongkrit, sedangkan kebanyakan test baku menuntut anak untuk mengunakan simbol abstrak.
b)       Asesmen Informal
Asesmen autentik sangat bergantung pada strategi informal, karakteristiknya menyarankan bahwa asesmen:
1)      Membentuk hubungan antara guru sebagai pendidik dengan anak yang dididik.
2)      Berpusat pada anak (child centered), bukan berpusat pada guru (teacher centered)
3)      Terkandung dalam kurikulum (terjalin dan saling mendukung)
4)      Berkelanjutan dan kumulatif, dan
5)      Berdasar pada banyak teori tentang pertumbuhan dan perkembangan[8].
F.   Ciri-ciri Asesmen Autentik
Berikut ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut :
1.    Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja dan produk atau hasil yang di kerjakan oleh peserta didik.
2.    Di laksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru di tuntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran
3.    Mengunakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengunakan berbagai tehnik penilaian dan menggunkan berbagai sumber atau data yang bisa di gunakan sebagai informasi yang mengambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.
4.    Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian. Artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tentu harus secara komperhensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata
5.    Tugas-tugas yang di berikan kepada peserta didik mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan tiap hari.
6.    Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasnya (kuantitas) artinya dalam melakukan penilaian pesera didik terhadap pencapaian kompotensi harus mengukur kedalam terhadap penguasaan kompotensi tertentu secara objektif.

G. Model penilaian Autentik
1.    Penilaian catatan anekdot
Catatan anekdot adalah berupa uraian fakta melalui pengamatan langsung tentang sikap dan perilaku anak yang muncul secra tiba-tiba (peristiwa yang terjadi secara isidental) yang dimana digunakan untuk mencatat seluruh fakta, menceritakan situasi yang terjadi atas apa yang dilakukan dan dikatakan anak dengan catatan anekdot sebagai jurnal kegiatan harian mencatat kegiatan anak selama melakukan kegiatan setiap harinya catatan anekdot untuk mengetahui perkembangan anak hal-hal pokok yang dicatat dalam catatan anekdot meliputi:
a.    Nama anak yang dicatat perkembanganya
b.    Kegiatan main atau pengalaman belajar yang diikuti anak
c.    Perilaku termasuk ucapan yang di sampaikan anak selama kegiatan.[9]
Cara menilai catatan anekdot yaitu guru selalu mengamati setiap perilaku anak-anak disekolah dari anak datang sampai pulang yang dimana jika anak melakukan perilaku yang tidak biasa mereka lakukan maka guru mencatat perilaku anak tersebut.
Contoh catatan anekdot anak Paud kurikulum 2013
Usia/kelas  : ...........................
Tanggal     : ...........................
Nama guru : .........................
Nama Anak
Tempat
Waktu
Peristiwa/ perilaku
Sarah

Didalam kelas

08:30
sarah berbagi makananya dengan teman-teman lainya
Catatan anekdot anak usia dini
Usia/kelas     :  5 tahun/ A
Tanggal        : 23 desember 2019
Nama guru   : Anisa
Nama Anak
Tempat
Waktu
Peristiwa/perilaku
Ana
Halaman sekolah
07:30
Ana turun dari mobil ibuya, kaki ana menghentak-hentak di lantai dan menangis untuk meminta pulang
Ama
Di dalam kelas
08:30
Ama meminjamkan penghapus dengan temannya
Agus
Di dalam kelas
08:38
Agus meletakkan mengganggu temanya di kelas m

2.    Skala capaian perkembangan harian
Penilaian skala pencapaian perkembangan anak adalah ceklis yang diturunkan dari rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang memuat pemcapian perkembangan anak yang memuat indikator pencapaian perkembanga anak, dimana cara prngisian format skala pencapain perkembangan anak yaitu :
a)    BB artinya belum berkembang, bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau di contohkan oleh guru
b)   MB artinya mulai berkembang, bila anak melakukannya masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru
c)    BSH artinya berkembang sesuai harapan, bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau di contohkan oleh guru
d)   BSB artinya berkembang sangat baik, bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang di harapkan.[10]


Contoh format skala capaian perkembangan anak per kelas
Kelompok : B                   Tanggal           : 23 desember
No
Indikator Penilaian
Rara
Mina
Dst
1.
Terbiasa mengucapkan rasa syukur terhadap ciptaan Tuhan.
BSB
MB

2.
Berdoa sebelum dan sesudah belajar
MB
BSB

3.
Terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
MB
BSB

4.
Terbiasa berperilaku ramah
BSH
BSH

5.
Terbiasa mengikuti aturan
BB
MB


contoh per anak
Format skala capaian perkembangan harian
Nama         : cantika                                  Kelompok : Tk B
Minggu       :1                                            Bulan         : desembar 2019
No
Indikator Penilaian
Tanggal





1.

Menjawab pertayaan

BB
MB
BSH
BSH
BSB
2.
Terbiasa mengikuti aturan
MB
MB
BSB
BSB
BSH
3.
Terbiasa mengucapkan rasa syukur terhadap ciptaan Tuhan.
BSB
BSB
BSB
BSB
BSH
4.
Berdoa sebelum dan sesudah belajar
BSH
BSH
BSH
BSB
BSH
5.
Terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
BSH
BSH
BSH
BSH
BSH
6.
Meyayikan lagu ciptaan Tuhan
MB
MB
BSB
BSB
BSB
7.
Meyebutkan nama anggota tubuh
MB
BSB
BSB
BSB
BSH

3.    Penilaian hasil karya
Hasil karya adalah hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan, hasil karya dapat berupa pekerjaan tangan, misalnya : gambaran, lukisan, lipatan, hasil klase, hasil guntinga tulisan  atau coretan, hasil roncean, bangunan balok, tari dan hasil prakarya penilaian hasil dari karya anak dapat dilakukan apabila saat anak melakukan kegiatan atau anak telah meyelesaikan tugasnya.
Cara penilaian hasil karya yaitu :
a)         Tuliskan waktu (hari, tanggal, bulan, dan tahun) pada hasil karya anak
b)        Tuliskan deskripsi singkat tentang karya anak di hasil karya anak untuk dimasukkan ke dalam portofolio
c)         Hasil karya anak yang dikumpulkan cukup diambil 1 bulan sekali untuk setiap jenis karya anak.
Contoh format penilaian hasil karya anak
Hasil Karya Anak

Hasil Pengamatan
KD
Tanggal 23 desember menggambar
-Berbentuk lingkaran-lingkaran
-Gambar orang hanya garis-garis lurus
Mengenal anggota tubuh

4.      Portofolio evaluasi paud dalam evaluasi
Portofolio adalah suatu cara yang digunakan untuk mengamati perkembangan hasil karya anak serta aspek perkembangan pada anak, portofolio adalah kumpulan kegiatan anak didik dan hasil kegiatan anak yang bertujuan yang dimana menunjukkan  sejumlah usaha yang dilakukan anak, tentang kemajuan atau perbaikan serta pencapian pada suatu bagian atau lebih dari kurikulum, didalam portofolio terdapat nama anak, kelas anak, kelompok, usia, identitas siswa, dan identitas wali murid.      
H.  Proses Penilaian Autentik
1.    Menetapkan Indikator dan merancang kegiatan
Guru harus mengetahui dengan jelas kegiatan pelaksanaan program yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Kemampuan apa yang akan dimiliki dari kegiatan tersebut. Didalam kurikulum terdapat kompetensi KI, KD, dan Indikator capaian perkembangan, guru memilih kemampuan mana yang ingin dimilki anak dari kegiatan yyang akan dilakukannya. Setelah menentukan kemampuan tersebut guru merancang program kegiatan dalam RPPH. Berdasarkan RPPH tersebut guru menetapkan alat penilaian mana yang sesuai digunakan untukmengetahui sejauh mana anak melakukan kegiatan dan memiliki kemampuan yang telah ditetapkan dalam RPPH.
2.    Menyiapkan alat Penilaian
Alat penilaian yang digunakan disesuaikan dengan indikator hasil belajar yang telah ditetapkan dalam RPPH. Kemampuan yang akan dinilai terdiri dari: Anak dapat berdoa, anak dapat berkomunikasi secara lisan tentang sesuatu hal: menyebutkan nama, tempat tinggal, kebiasaannya dirumah, pekerjaan ayah atau yang lainnya sesuai tema.
3.    Menetapkan Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian adalah patokan ukuran keberhasilan anak di usianya. Hal ini mengacu pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang ditetapkan dalam kurikulum tahun 2013 PAUD. Kriteria untuk daftar cek pada tabel di atas dapat ditetapkan guru misalnya membaca dua doa dengan benar dinilai sudah sesuai dengan harapan jika komdisi ini selalu munhcul disetiap kegiatan. Bisa juga kriteria yang ditetapkan lain misalnya satu doa atau tiga doa. Penetapan kriteria harus memperhatikan anak dan waktu yang disediakan untuk memilki kemampuan tersebut.
4.    Mengumpulkan Data
 Alat yang selesai dibuat guru, digunakan untuk mengambil data yang berkaitan dengan kemampuan yang ingin dinilai dari anak. Bila menggunakan daftar cek pada tabel sebelumnya guru hanya memberi tanda cek (√) atau tanda yang lainnya pada kolom dan baris yang dapat dilakukan anak. Penggunaan alat penilaian daftar cek berarti mengumpulkan / mencatat data untuk beberapa anak sekaligus. Bila alat yang digunakan hanya untuk perorangan berarti guru harus memilki alat untuk setiap anak yang akan dinilai. Pengelolaan penilaian perkembangan anak usia dini adalah sebagi berikut:
a.         Guru membuat kesimpulan dan laporan kemajuan anak berdasarkan
informasi yang tersedia.
b.         Pendidik menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan anak secara tertulis kepada orang tua secara berkala, minimal sekali dalam satu semester
c.         Laporan perkembangan anak disampaikan kepada orang tua dalam bentuk laporan lisan dan tulisan secara bijak, disertai saran-saran yang dapat dilakukan orang tua dirumah.
Metode apapun yang dilakukan guru untuk melaksanakan penilaian akan sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola dan
melaksanakannya, langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk
melaksanakan evaluasi, yaitu:
1)        Perencanaan dan pengembangan alat.
2)        Pengumpulan evaluasi dan data evaluasi.
3)        Pengolahan dan pendeskripsian hasil.
4)        Membuat laporan pendidikan.
Pelaporan merupakan kegiatan untuk menjelaskan hasil penilaian guru tentang pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi
pembentukan perilaku dan kemampuan dasar. Tujuan pelaporan adalah
untuk memberikan penjelasan kepada orangtua dan pihak lain yang
memerlukan tentang pertumbuhan dan perkembangan dan hasil yang
dicapai oleh anak selama berada di Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Pelaporan berbentuk uraian (deskripsi) dari masing-masing
PKB yang dikembangkan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
I.     Prinsip Penilaian Autentik
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan prinsip penilaian, prinsip penilaian merupakan dasar untuk merencanakan sistem penilaian yang dikembangkan sesuai kepentingan program penilaian. Prinsip penilaian autentik yaitu jenis penilaian yang berhubungan dengan kondisi nyata dalam konteks yang bermakna, penilaian dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Kemendikbud“Prinsip-prinsip penilaian pada anak usia dini yaitu, mendidik, berkesinambungan, objektif, akuntabel, transparan, sistematis, menyeluruh, dan bermakna”.
 Mendidik merupakan proses yang dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, mengembangkan, dan membina anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Penilaian di lakukan secara berkesinambungan yaitu terencana, bertahap dan terus-menerus. Penilaian juga dilakukan secara objektif didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan penlaian secara sistematis atau terprogram, dengan demikian semua hasil penilaian memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak, orang tua dan guru. Haenilah juga mengungkapkan bahwa “Sasaran evaluasi autentik mencakup seluruh aspek perkembangan anak”. Aspek yang dinilai oleh guru mencakup program pengembangan yang ada dalam Kompetensi Dasar (KD) anak usia dini yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan usia dan tahapan perkembangan anak.
J.    Evaluasi
1.    Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah proses mengumpulkan data dasar misalnya, tentang epektifitas program belajar dan pembelajara, misalnya PKB (program kegiatan belajar), kebijakan dan prosedur pelaksanaan PPP(program pembentukan prilaku) atau PKD (pengembangan kemampuan dasar).
Secara oprasional mengevaluasi program pembelajaran berarti mengamati, memeriksa, meneliti, maksud atau tujuan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan program tertentu, misalnya tujuan sasaran (TPK adalah tujuan pembelajaran khusus), dan hasilnya (hasil belajar aktual).
Saat mengevaluasi program, guru perlu mengamati cara anak merespon proses dan sumber belajarnya, misalnya dengan mempertanyakan pada diri sendiri : mengapa anak didik saya bersikap seperti itu? mengapa terjadi pembelajaran yang tak diharapkan? Bagaimana sebenarnya strategi pembelajaran yang tepat untuk si anak?Efektif kah jika saya manfaatkan media ini untuk belajar mengenal posisi? Selanjutnya perlu dipikirkan apa yang harus ditindak lanjuti dari temuan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut.[11]
Evaluasi secara umum proses menentukan nilai untuk suatu hal atau objek yang berdasarkan pada acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.
Evaluasi menurut Ign masidjo adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud. (penentuan besaran, dimensi, kapasitas, biayanya terhadap suatu standar atau suatu ukuran).
Evaluasi menurut Endang puwatih adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-aada suatu gejala atau peristiwa, benda, sehingga hasil penilaian akan selalu berupa angka.
2.    Tujuan Evaluasi
1.    Mengakses perkembangan bahasa sastra anak didik.
2.    Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
3.    Untuk mengetahui apakah peserta didik berhasil mencapai tujuan belajar.[12]
3.    Fungsi Evaluasi
1.    Fungsi Selektif
Fungsi yang dapat menyeleksi seseorang apakah mempunyai kompetensi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.Contohnya : menentukan anak diterima atau tidak menjadi ketua kelas.
2.    Fungsi Diagnosa
Bertujuan untuk mengetahui dapat kelebihan serta kekurangan seseorang dalam bidang kompetensi tertentu.Contohnya : untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan seorang siswa didalam bidang studi yang didapatkannya disekolah.
3.    Fungsi Penempatan
Bertujuan untuk dapat mengetahui dimana posisi yang terbaik seseoarang pada suatu bidang tertentu.Contohnya : untuk mengetahui posisi terbaik untuk anak sesuai dengan percapaian anak didalam kelas.
4.    Fungsi Pengukuran Keberhasilan
Berfungsi untuk dapat mengukur tingkat keberhasilan pada suatu pembelajaran, termasuk juga metode yang dipakai, pengunaan sarana, serta pencapaian tujuan.[13]

     K.    Perkembangan Nilai Agama
1.      Pengertian Nilai Agama
Menurut Chabib Thoha, nilai agama adalah suatu kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.[14]
Perkembangan nilai-nilai agama kepada anak usia dini diantaranya : anak mulai memiliki minat atau ketertarikan, membentuk suatu pola perilaku, mengasah potensi yang positif didalam diri anak.
Perkembangan agama pada anak usia dini yang berumur 4-6 tahun termaksud pada tingkatan ini anak menghayati konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual.[15]
Perkembangan nilai merupakan sifat yang telah melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan kehidupan manusia, atas tindakan yang harus dilakukan dan tidak dilakukan.[16]
Perkembangan agama dapat diartikan sebagai perkembangan yang terkait dengan perilaku yang harus dilakukan dan perilaku yang harus dihindari oleh individu berdasarkan kepercayaan yang diyakininya.
2.      Tahapan nilai agama
a.       Tahap 1 : awal masa anak-anak (usia 1-6 tahun) hafalan dan fankisi adalah sama
b.      Tahap 2   : akhir masa anak-anak (usia 6-11 tahun) pemikiran logis
c.       Tahap 3  : awal masa remaja (usia 11-15 tahun) pemikiran lebih abstrak, menyesuaikan diri dengan lain.
d.      Tahap 4 : akhir masa remaja dan awal dewasa (15-18 tahun) pemikiran pertama kali memikul tanggung jawab.
e.       Tahap 5  : pertengahan masa dewasa (usia 18-23 tahun).[17]
f.       Tahap 6  : akhir masa (usia 23-akhir) pemikiran sudah mulai melupakan dunia dan lebih memikirkan ke akhirat.
3.      Tujuan nilai agama
a.       Membiasakan anak untuk sopan terhadap orang lain atau orang tua
b.      Membiasakan anak menghargai orang lain
c.       Membiasakan anak menjalankan ibadah sholat atau ngaji.[18]
     L.     Perkembangan moral
1.      Pengertian moral
Moral adalah mencangkup tentang perkembangan fikiran (kognitif), perasaan dan perilaku menurut aturan atau kebiasaan mengenai hal-hal yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain (hurlock). Agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral menurut adams dan gullota. Agama dapat menjelaskan kenapa seseorang mampu membandingkan tingkah laku.
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Bentuk perkembangan moral : pemikiran, tindakan dan perasaan.
Perkembangan moral pada anak usia dini adalah perubahan psikis pada anak yang memungkinkan dapat mengetahui mana perilaku baik yang harus dilakukan dan mengetahui perilaku buruk yang harus di hindarinya berdasarkan norma-norma.[19]
Moral berkembang melalui norma-norma sosial atau mengikuti cara yang di pakai oleh keluarga, seorang pendidik dan lingkungannya.
Mengevaluasi sisi positif dari perkembangan moral anak-anak: altruisme.
1.    Pandangan piaget tentang bagaimana penalaran moral anak-anak berkembang, piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berfikir dengan dua cara yang jelass-jelas berbeda tentang moralitas, bergantung pada kedewasaan perkembangan mereka.
a.    Heteronomous morality (usia 5-10 tahun).Pada tahap ini anak mengenal apa itu moral tetapi belum bisa menyadari bahwa moral itu perlu.[20]
b.   Autonomous morality atau morality of cooperation (usia 10 tahun keatas).Pada tahap ini anak sudah mulai tumbuh melalui kesadaran, berfikir tentang mana moral yang baik atau tidak baik.
2.         Tujuan dan fungsi perkembangan moral
a.       Untuk menjamin terwujud nya harkat dan martabat pribadi seorang anak dan kemanusiaan.
b.      Untuk memotifasi manusia agar bersikaf dan bertindak dengan penuh kebaikan dan kebajikan yang didasari atas kesadaran kewajiban yang dilandasi dalam moral.
c.       Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar manusia, karena moral menjadi landasan rasa percaya terhadap sesama
d.      Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani karena menunaikan fungsi moral sehingga tidak ada rasa menyesal, konflik batin dan perasaan berdosa atau kecewa
e.       Moral dapat wawasan masa depan kepada anak, baik sanksi sosial maupun konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia akan penuh pertimbangan sebelum bertindak.
f.       Moral dalam diri anak juga dapat memberikan landasan kesabaran dalam bertahan untuk mendorong naluri dan keinginan atau nafsu yang mengancam harkat dan martabat pribadi.[21]
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari pembahasan diatas tentang penliaian autentik dapat penulis simpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukukan secara langsung untuk mengetahui pertumbuhan dan aspek perkembangan anak melalaui pengukuran yang akan dilihat pada proses akhirnya  melihat keterampilan  peserta didik  secara nyata. Karakteristik penilaian autentik terdapat beberapa hal diantaranya adalah penilaian tidak disajikan dalam bentuk angka atau huruf melainkan dalam bentuk narasi atau uraian kualitatif dengan kata-kata, mendorong anak utnuk melakukan evaluas diri atas karyanya sendiri untuk mengtahui dan menentukan hal-hal yang perlu ditingkatkan serta bagaimana cara meningkatkannya, namun bukan untuk mencari-cari kesalahan, dilakukana terutama melalui pengamatan dan perekaman, memandang kemajuan anak sebagai perbandingan prestasinya sekarang dab yang telah lalu, bukan terhadap rerata sekelompok anak.
Instrumen penilaian autentik yaitu penilian kompetensi sikap, penilian kompetensi pengetahuan, penilian kompetensi pengetahuan strategi asesmen ialah seni mempertimbangankan terjadi pristiwa dalam mencapai maksud tujuan, yaitu meperoleh data informasi sabagai bukti perubahan dan pengembangan kemajuan belajar anak didik, menyiapkan/menyediakan data informasi terus menerus tentang kinerja anak didik yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan evaluasi.
Ciri-ciri enilaian autentik berikut ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja dan produk atau hasil yang di kerjakan oleh peserta didik, di laksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru di tuntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran, mengunakan berbagai cara dan sumber. Artinya dalam melakukan penilaian, tugas-tugas yang di berikan kepada peserta didik mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan tiap hari.
B.       Saran
Penulisan menyadari makalah ini masih bayak kekuraga, maka dari itu penulisan mengharapka kritik da sara dari pembaca sebagai pedoma penulisa makalah yang lebih baik lagi


DAFTAR PUSTAKA
Arsita Linda, 2017. Mengembangkan Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini, (Lampung : Universitas Islam Negeri).
Dedesukarsih, 2011. tujuan pengembangan moral dan nilai agama.blogspot.com.
Https://superthowi-wordpress-com.cdn.ampproject.org.
Https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org.
Iksan Waseso, Mukti Amini, Sri Tatminingsih, Evaluasi Pembelajaran Tk, (Tanggerang Selatan, Pt Universitas Terbuka, 2018)
Lubis Mawardi, 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar).
Raharjo Setiaji, 2012. Penanaman Nilai-nilai Agama Islam Pada Anak Usia Dini, Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta).   
Salinan Lampiran Permendikbut No 66 tahun 2013 Tentang Setandar Penilaian
Sri Tutur Martaningsih, Ika Maryani, Laila Fatmawati, dan Pelatihan Penilaian Autentik, Prodi PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan, 2015,
Suyadi, strategi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Berkarakter, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2013),
Thoha Chabib, 1996. Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Belajar).
Undang-undang RI . 20 Tahun 2003 tengtang sistem pendidikan nasional,(bandung)
Waseso Iksan, 2005. Evaluasi Pembelajaran TK, (Tangerang Selatan : CV. Gerina Prima).



[1] Undang-undang RI . 20 Tahun 2003 tengtang sistem pendidikan nasional,(bandung: fokusmedia, 2009) H.6 
[2] Sri Tutur Martaningsih, Ika Maryani, Laila Fatmawati, Penilaian Autentik, Prodi PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan, 2015, hlm 27
[3] Salinan Lampiran Permendikbut No 66 tahun 2013 tentang Setandar Penilaian
[4] Suyadi, strategi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Berkarakter, (Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 87
[5] Iksan Waseso, Mukti Amini, Sri Tatminingsih, Evaluasi Pembelajaran Tk, ( Tanggerang Selatan, Pt Universitas Terbuka, 2018) hlm 4.15-4.16
[6] Drs. Iksan Waseso. 2018, Evaluasi Pembelajaran TK, Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. Hal. 5.5-5.6
[7] Drs. Iksan Waseso. 2018, Evaluasi Pembelajaran TK, Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. Hal. 5.13
[8] Drs. Iksan Waseso. 2018, Evaluasi Pembelajaran TK, Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. Hal. 5.13 – 5.15

[10] www. Paudgarsel.com, diakses pada 18-09-2019 waktu 20:57
[11] Iksan Waseso, Evaluasi Pembelajaran TK, (Tangerang Selatan : CV. Gerina Prima, 2005), Hlm 1.3-1.4.
[12]Iksan Waseso, Evaluasi Pembelajaran TK, (Tangerang Selatan : CV. Gerina Prima, 2005), Hlm 1.5.
[13] Https://superthowi-wordpress-com.cdn.ampproject.org.
[14] Chabib Thoha, Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 1996), Hlm 13.
[15] Setiaji Raharjo, Penanaman Nilai-nilai Agama Islam Pada Anak Usia Dini, (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), Hlm 18.
[16] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), Hlm 17.
[17] Https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org.
[18] Dedesukarsih.tujuan pengembangan moral dan nilai agama.blogspot.com.tahun 2011.
[19] Linda Arsita, Mengembangkan Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini, (Lampung : Universitas Islam Negeri, 2017), Hlm 39.
[20]Https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org.
[21]Https://www.maxmanroe.com.

No comments:

Post a Comment