Makalah Tasawuf
BABA I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian pembelajaran merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran di kelas dan oleh karena itu juga menjadi bagian kurikulum tingkat satuan pendidikan. Artinya, bentuk dan jenis dan penilaian lebih banyak di tentukan oleh kurikulum yang berlaku. Disamping itu, semua hal yang menyangkut pembelajaran mulai dari tujuan, materi, pendekatan, model, strategi, metode, dan tehnik pembelajaranyang di pilih, di desain, di rumuskan, dan dilakukan oleh guru juga menentukan bentuk dan jenis penilaian tertentu. Penilaian tidak terlepas dari komponen kurikulumyang lain karena semuanya bersifat integral. Begitu juga dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan. Bentuk dan jenis penilaian pembelajaran yang biasa di pakai dalam pembelajaran yang berorientasi pada guru dan materi ajar yang akan di rasa kurang memadai untuk menilai pembelajaran dengan paradigma. Oleh karena itu, kerampilan melakuakan penilaian perlu di kembangkan dan ditingkatkan .
B. Rumusan Masalah
1. Abad Pertama Dan Kedua Hijriyah
2. Tasawif Irfani
3. Tokoh-tokoh Tasawuf Irfani
4. Tokoh-tokoh Tasawuf Akhlaqi
5. Masuknya Tasawuf di Indonesia
BAB II
CORAK TASAWUF
A. Abad Pertama Dan Kedua Hijriyah
Fase abad pertama dan kedua Hijriyah belum bisa sepentignya disebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai fase kezuhudan.
Adaptn ciri tasawuf pada fase ini adalah sebagai berikut :
1. Bercorak Praktis (amaliyah)
Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan minuin, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya.
2. Bercorak kezuhudan
Tasawuf pada pase pertarna dan kedua hijriyah lebih tepat disebut sebagai kezuhudan. Kesederhanaan kehidupan Nabi diklaim sebagai panutan jalan para zahid. Banyak ucapan dan tindakan Nabi SAW yang mencerminkan kehidupan zuhud dan kesederhanaan baik dari segi pakaian maupun makanan, meskipun sebenarnya makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi.
3. Kezuhudan didorong rasa khauf
Khauf sebagai rasa takut akan siksaan Allah S.W.T sangat menguasai sahabat Nabi S.A.W dan orang-orang shalih pada abad pertama dan kedua Hijriyah. Informasi Al-Qur'an dan Nabi tentang keadaan kehidupan akhirat benar-benar diyakini dan mempengaruhi perasaan dan pikiran mereka. Rasa khauf menjadi semakin intensif terutama pada pemerintahan Urnayah pasca jaman kekhilafahan yang empat. Pada masa pemerintahan Umayah, khauf tidak hanya sebatas sebagai rasa takut terhadap kedasyatan dan kengerian tentang kehidupan di akhirat akan tetapi khauf juga bearti kekhawatiran yang mendalam apakah pengabdian kepada Allah bakal diterima atau tidak. Pada masa ini pula, khauf menjadi sebuah pendekatan untuk mengajak orang lain pada kebenaran dan kebaikan .
4. Sikap zuhud dan rasa khauf berakar dari Hash (dalil Agarna)
Al-Qur'an dan al-Hadits memberikan informasi tentang kebenaran sejati hidup dan kehidupan. Keduanya memberikan gambaran tentang, perbandingan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
5. Sikap zuhud untuk meningkatkan moral
Cinta dunia telah membuat saling bunuh dan saling fitnal antar sesama. Cinta dunia melahirkan ketidak salehan ritual, personal maupun sosial. itulah sebabnya Hasan al-Bashri sebagai salah seorang zahid dalam mengajak baik masyarakat maupun pemerintah (Para Pemimpin Kerajaan Umayah) selalu mengajak. untuk bersikap zuhud sebagaimana sikap ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sahabat Nabi yang setia.
6. Sikap zuhud didukung kondisi sosial politik
Meski sikap zuhud tanpa adanya keadan sosial politik tertentu masih tetap eksis lantaran Al-Qur'an dan perilaku serta perkataan Nabi SAW mendorong untuk bersikap zuhud, namun keadaan sosial politik yang kacau turut menyuburkan tumbuhnya sikap zuhud.
B. Tasawif Irfani
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab kedua bahwa tasawuf ini adalah penyingkapan hakikat kebenaran atau ma'rifahah kepada Allah yang tidak diperoleh melalui logika atau pemikiran tetapi melalui hati yang bersih (suci).
C. Tokoh-tokoh Tasawuf Irfani
1. Rabi'ah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Umm Al-Khair Rabi'ah binti Ismail Al¬-Adawiyah. Dia lahir pada tahun 714 M, sebagai anak keempat dari keluarga Isma'il yang semuanya wanita. Pada waktu kelahirannya, ayah dan ibunya dalam cobaan Allah Ta'ala, yaitu hidup dalam kemiskinan. Namun, mereka, ini tetap bertawakal kepada Allah. Ayahandanya senantiasa membaca 5 Juz Al-Quran setelah selesai shalat Isya .
2. Dzu An-Nun AI-Mishri
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Faid Tsauban bin Ibrahim. Dilahirkan di salah satu kawasan di Mesir bernama Ekhmim pada tahun 180 H (796 M) dan wafat pada tahun 246 H (856 M). Julukan Dzu An-Nun diberikan kepadanya berhubungan dengan berbagai kelebihan (kekeramatan) yang diberikan Allah kepadanya. Dzul An-Nun AI-Mishri hidup pada masa munculnya sejumlah ulama terkemuka di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti fiqh, hadis, dan lainnya.
3. Al-Junaid
Nama lengkap adalah Abu Al-Qasim Al-Junaidi bin Muhammad Al-Khazzaz An-Nihawandi, lahir di Wihawand, Irak. Menetap sampai meninggal di Baghdad pada tahun 297 H (910 M). Dia adalah seorang faqih dan seorang sufi yang cukup terkenal dengan keluasan wawasannya. Guru tasawufnya adalah pamannya Surri As-Saqti, dan Junaidi juga belajar kepada Haris bin Asad Al-Muhasibi. Al-Junaid terkenal dengan konsep tauhidnya yang didasarkan kefanaan.
4. Al-Busthami
Abu Yazid Al-Busthami lahir di Bustam, bagian timur laut Persia tahun : 188 H–261 H/874–947 M dan meninggal di Bustam pada tahun 261 H (875 M). Nama lengkapnya adalah Abu Yazid Thaifur bin Isa bin Adam bin Surusyan. Semasa kecilnya la dipanggil Thaifur, kakeknya bemama Surusyan yang menganut ajaran Zoroaster yang telah memeluk Islam dan ayahnya salah seorang tokoh masyarakat di Bustham.
5. Al-Hallaj
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Mugis Al-Husain bin Mansur bin Muhammad Al-Baidawi, lahir di Tur, salah satu desa dekat Baidah, Persia, pada Tahun 744 H (858 M). dia meninggal karena hukum bunuh pada tahun 309 H (921 H). kakeknya, Muhammad, adalah pemeluk Agama Majusi, sebelum memeluk agama Islam.
6. Ma’rifah dan Cinta Rumi
Walaupun dalam garis besarnya, hampir semua bentuk mistisisme memiliki ciri yang sama, khususnya kecenderungannya akan paham keesaan wujud atau monoisme, berdasarkan kaidah dan titik tolak pencarian masing-masing mistikus, sejumlah sarjana wring mengelompok¬kannya ke dalam beberapa kategori.
Khalifah Abdul Hakim, misalnya menyebutkan persamaan-persamaan tersebut bahwa pada umumnya para mistikus mempunyai pandangan mirip dalam hal :
hakikat wujud tunggal atau satu;
semua fenomena merupakan aspek dari hakikat yang sama dan setiap fenomena menuju pada hakikat yang sama pula;
karena semua wujud fenomenal berasal dari hakikat terakhir, mereka mengembalikan kepada sumber asal yang sama;
hakikat wujud yang dapat diresapi dengan nalar dalam peringkat yang tinggi, membuktikan bahwa nalar bersifat komprehensif, tidak parsial;
pengetahuan tentang yang hakiki tidak dapat diserap melalui logika, pengamatan batinlah yang merupakan pembimbing terbaik untuk menyerapnya;
tujuan utama kehidupan ialah bagaimana seseorang dapat meresapi hakikat pengalaman rohani sebab hanya dengan cara ini, jiwa sese¬orang dapat bersatu kembali dengan Sang Hakikat;
penglihatan batin disebut cinta. Pengetahuan tentang hakikat melekat dalam cinta;
cinta yang demikian itulah yang merupakan sumber utama semua bentuk moralitas keagamaan dan adab yang tinggi tanpa cinta, semua agamadan moralitas akan menjadi formal dan mekanis, tanpa cinta pula, pikiran akan tetap berada dalam kegelapan.
7. Mistisisme Cinta Rumi
Jalaluddin Ar-Rumi adalah seorang ahli tasawuf dan penyair sufi Persia terbesar sepanjang sejarah. Nama lengkapnya Jalaluddin Muhammad bin Husyain Al-Khatibi Al-Bahrin. Nama Ar-Rumi dikenakan sebagal takhallus (julukan) karena dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Konaia Turki, yang ketika masih merupakan wilayah kekuasaan Byzantium disebut Romawi Timur.
D. Tokoh-tokoh Tasawuf Akhlaqi
1. Hasan Al-Bashri
Nama lengkapnya Abu Said Al-Hasan bin Yasar. Dia lahir di Madinah pada tahun 21 H (642 M), dan meninggal di Basrah pada tahun 110 H (728 M). Ayahnya bernama Zaid bin Tsabit, seorang budak yang kemudian menjadi sekretaris Nabi Muhammad SAW Ibunya adalah hamba dari istri Nabi Muhammad SAW, Ummu Salamah. Dia bergaul dengan sejumlah sahabat Rasulullah SAW. dan menerima hadis-hadis dari mereka. Dengan demikian, Hasan Al-Bashri tumbuh di lingkungan orang-¬orang saleh.
2. At-Muhasibi
Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris bin Asad Al-Bashri Al¬-Muhasibi. Dia lahir di Basrah pada tahun 165 H (781 M) dan meninggal pada, tahun 243 H (857 M). Ketika kecil, la pindah ke Baghdad. Di sini, ia belajar hadis dan teologi dan bergaul rapat dengan tokoh-tokoh terkemuka pada masa itu. Dia digelari Muhasibi karena suka mengadakan introsneksi.
3. Al-Qusyairi
Nama lengkapnya adalah Abd Al-Karim bin Hawazin Al-Qusyairi. Dia lahir pada tahun 376 H di Istiwa, kawasan Naisafur salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya. la meninggal pada tahun 465 H.
Di Naisafur, Al-Qusyairi berguru kepada Abu Ali Ad-Daqqaq, seorang sufi terkenal. Dari gurunya inilah, Al-Qusyairi menempuh jalan sufi. Sang guru menyarankan pertama-tama untuk mempelajari fiqh. Oleh karena itu, Al-Qusyairi mempelajari fiqh dari seorang faqih bemama Abu Bakr Muhammad bin Abu Bakr Ath-Thusi (w. 405 H) dan mempelajari ilmu kalam dan ushul fiqh dari Abu Bakr bin Farauk (w. 406 H). Al¬Qusyairi juga berguru kepada Abu Ishaq Al-Asfarayini (w. 418 H) dan juga mempelajari karya-karya Al-Baqillani. Kemasyhuran Al-Qusyairi di.
4. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Taus At-Tusi Asy-Syafi'i Al-Ghazali. Dia dilahirkan pada tahun 450 H (1058 M) di Gazalah di daerah Thus yang terletak diwilayah nurusan, Iran. Dia meninggal dunia di kota kelahirannya, Thus, )ada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H (19 Desember 1111 M). Ayahnya, Auhammad, adalah seorang penenun yang berpenghasilan kecil, tetapi eorang yang tact. la meninggal ketika Al-Ghazali dan saudaranya, Ahmad, nasih kecil.
BAB III
TASAWUF DI INDONESIA
A. Masuknya Tasawuf di Indonesia
Penyebaran Islam yang berkembang secara spektakuler di negara-negara Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf adalah kenyataan yang diakui oleh hampir mayoritas sejarahwan dan peneliti. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Tasawuf memang memiliki kecenderungan manusia yang terbuka dan berorientasi kosmopolitan
Meski terdapat kesepakatan di kalangan sejarahwan dan peneliti, orientalis, dan cendekiawan Indonesia bahwa tasawuf adalah faktor terpenting bagi tersebarnya Islam, beberapa pandangan dalam kaitan ini perlu didiskusikan lebih lanjut berdasarkan pertimbangan¬-pertimbangan berikut:
1. Hasil-hasil Muktamar Tasawuf yang diadakan di Pekalongan 1960 dan yang dihadiri sejumlah ulama dan pejabat menegaskan bahwa tarekat masuk ke Indonesia untuk pertama kali pada abad ke-1 H/7 M.71
2. Orientalis Snouck Hurgronje menyatakan bahwa meski tasawuf berperan nyata dalam proses Islamisasi di Indonesia, ajaran-ajarannya tidak lebih dari sekadar bid'ah dan dongeng-dongeng yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan syariat keberhasilan.
3. Menurut penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap Hamzah Fansuri dan Syams Al-Din AI-Sumatrani serta pemikir-pemikir Indonesia pada abad ke-17 M, pemikiran-pemikiran mereka ditandai sebagai penjabaran metodologi kaum sufi dalam proses Islamisasi Indonesia, yakni metodolgi yang berorientasi sinkretik menggabungkan ajaran-ajaran Islam dengan kepercayaan-kepercayaan yang sudah ada sebelurn datangnya Islam.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyebaran Islam yang berkembang secara spektakuler di negara-negara Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf adalah kenyataan yang diakui oleh hampir mayoritas sejarahwan dan peneliti.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan dalam makalah ini. Semoga apa yang penulis sampaikan dan bermanfaat bagi kita dan menjadi amal saleh bagi penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata kami ucapkan terimah kasih semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua ….. Amin
DAFTAR FUSTAKA
Rozak Abdul, 2010, Filsapat Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia
Sihap Alwi, 2001,
Islam Sukistik, Bandung : MMU
Nasirudin Muhammad, 2010, Pendidikan Tasawuf, Jakarta : rasain.
Solihin Muhammad, 2005, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Bandung : Rajagrapindo Persada
No comments:
Post a Comment