1

loading...
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH AKHLAK TASAWUF. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKALAH AKHLAK TASAWUF. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 November 2018

MAKALAH AKHLAK TASAWUF


MAKALAH AKHLAK TASAWUF“MA’RIFAT III”

BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang
Istilah Ma’rifat sesungguhnya tidak lah asing di telinga kita, terutama orang islam. Namun tidak banyak memahami secara mendalam tentang makna ma’rifat itu sendiri. Kadang-kadang orang memiliki persepsi yang keliru, sehingga ma’rifat dianggap sebagai bagian dari ilmu klenik. Sebagian lainnya menilai ma’rifat adalah ilmu di luar islam atau dipandang sebagai suatu institusi keislaman.
Sesungguhnya ilmu ma’rifat itu tidak dapat di pisahkan dari islam,secara leksikal, makna ma’rifat adalah mengetahui atau mengenal. Secara harfiah, kata ma’rifat dapat diartikan sebagai tingkat penyerahan diri pada tuhan, yang setingkat demi setingkat hingga sampai pada tingkat keyakinan yang kuat.
Menurut Imam AL-Ghazali Ma’rifat adalah nampak jelas rahasia-rahasia ketuhanan dan pengetahuan mengenai susunan urusan ketuhanan yang mencakup segala yang ada lebih lanjut AL-Ghazali mengatakan makrifat adalah memandang kepada wajah ( rahasia) allah.
B. Rumusan Masalah
1.      Al fana yang terpuji dan tercela?
2.      Makrifat menurut Imam AL-Ghazali ?

BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Al Fana’ yang terpuji dan Tercela
Konsep fana’ pada umumnya berkembang dalam pemikiran islam sebagai konsekuiensi logis kondisi kaum sufi (abad ke 3 dan abad–abad setelahnya) terutama pada tokoh-tokoh seperti Dzunnun Al Mishri (wafat 245 H), Imam Junaid (wafat 297 H), dan Al Hallaj.
Dalam catatan sejarah sufi, diceritakan bahwa suatu ketika Juhair Ad-Dharir dan Zararah putra seorang qadhi di Basrah. Mengerjakan shalat di belakang imam. Ketika imam membaca ayat “Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit. (Qs. Al Muddatsttsir (74): 8-9) Zararah dan Juhair Adh-Dharir menggal dunia.
Penting untuk dicermati, bahwa bentuk fana’ semacam ini bukan bukti kesempurnaan iman dan cinta kepada Allah, juga bukan kekuatan sebuah keyakinan, Jika demikian, maka keimanan, cinta, dan keyakinan manusia yang paling sempurna adalah orang-orang yang paling sering berbicara dan menyarankan kearah al fana’; dan kitapun akan mengetahui melalui tradisi dan prilaku diri serta rekan-rekannya.[1]
Masing- masing ulama membicarakan sesuai dengan kejadian dan pengalaman spritual yang mereka rasakan. Hal itu sangat bersifat pribadi. Abu Ali ad-Daqaq ra. Berkata,” tanda-tanda ma’rifat kepada Tuhan adalah memperoleh  haibah. Yang dimaksud Haibah adalah keramat dan wibawa dihadapan sesama manusia. Haibah itu datangnya dari Tuhan.[2]
Menurut Ibnu Taimiyah, al fana yang berkembnag dikalangan kaum sufi terbagi dalam 3 bentuk yaitu:
Pertama, pelemburan kehendak  dan pengabdian diri kepada selain Allah, dimana kehendaknya menurut batas-batas kehendak tuhan. Bentuk fana’ seperti ini adalah tingkatan para rasul, para auliya’, kaum shalih yang mengikuti jejak Rasulullah SAW, mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, peleburan kesaksian selain Allah, artinya pudarnya kesaksian  seseorang terhadap sesuatu selain Allah, yang kadang diakibatkan oleh keterhanyutan hati dalam kontinyuitas  dzikir dan ibadah, dimana ketika itu yang  dirasakan hanyalah Allah.
Ketiga, peleburan wujud selain Allah,fana’ yang dapat mengantarkan pada situasi al hulul dan al ittihad. Tidak melihat wujud selain Allah, dan tidak ada wujud yang hakiki kecuali wujud Allah.[3]
Tipe fana’ yang paling sempurna adalah musnahnya kehendak seorang hamba tatkala melihat kehendak Allah, padahal kedua istilah tersebut saling mengisi satu sama lain. Inilah sifat al fana’ yang terpuji.
Pelemburan kesaksian kepada selain Allah merupakan kondisi ketidak sempurnaan menurut tokoh-tokoh besar arif billah. Tidak boleh sedikitpun dalam hati manusia baik dirinya maupun orang lain terkandung unsur-unsur syirik kepada Allah.
Suatu konsep yang mendukung peleburan kesaksian aktivitas tuhan hingga kebaikan itu di pandang sama ( tidak tercela dan tidak terpuji ), menurut tokoh-tokoh besar kaum sufi konsep ini absurd dan salah.
Imam Junaid dan ulama sufi yang sederajat dengan beliau memperingatkan tentang penting nya di kotomi antara perintah dan larangan dan sesuatu yang dicintai dan di benci tuhan.hati seseorang yang tidak menyaksikan selain ciptaan tuhan yang universal,kehendak tuhan yang general,serta rububiyyah tuhan yang mencakup seluruh wujud, maka ia tidak membedakan antara musuh dan wali allah,serta perintah dan larangan allah.[4]
     B.     Makrifat Menurut Imam Ghazali
Makrifat adalah ujung perjalanan dari ilmu pengetahuan tentang syariat dengan kesediaannya menempuh jalan (thariqat) dalam mencapai hakikat, itulah yang disebut dengan makrifat. Jadi, makrifat adalah pengetahuan, perasaaan, pengalaman, dan ibadat dalam dunia tasawuf yang dimaksud dengan makrifat adalah pengetahuan mengenai tuhan melalui hati dan jalan pencapai sistematik.[5]
Dalam perspektif tasawuf, makrifat tentang ungkapan yang menunjukan pengetahuan tentang Allah SWT. Dan segala sesuatu yang terkait tentang-nya. Secara niscaya, ungkapan ini dipahami dalam bentuk mengetahui karena Allah, dan bukan orang yang mengetahui allah SWT. Dimaksudkan dengan mengetahui karena Allah swt. Adalah bentuk mengetahui pada tingkat tertinggi dimana subyek objek pengetahuan itu sendiri adalah Allah swt.[6]
Dalam kitab Risalatul Qusyairiyah dijumpai keterangan,”Menurut sebagian Ulama, ma’rifat kepada Allah adalah orang-orang yang mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifatnya. Kemudian ia menemukan kebenaran tentang Allah dan tentang ajaranya. Lalu diimplementasikan dalam kehidupannya sebagai amal perbuatan. Karena itu orang yang telah berma’rifat, ia akan membersihkan dirinya dari akhlak yang rendah dan dosa-dosa, kemudian lama berdiri mengetuk pintu ‘tuhan’.[7]
Ahmad bin Atha’ berkata, “Ma’rifat itu ada tiga rukun: takut kepada Allah, malu kepada Allah dan senang kepadanya.
Ma’rifat itu jika telah menguasai hati seseorang, maka ia akan mendapatkan kebenaran. Hatinya terkalahkan dengan dengan hawa nafsu karena terus menerus mendapatkan cahaya ma’rifat itu sendiri. Sehingga sampai-sampai ia tidak bisa melupakan Tuhannya sedikit pun.
Metode pemikiran Imam Ghazali berbeda denga corak pemikiran kaum sufi yang dibahas makrifat diatas. Sebelumnya Al Ghazali memperdalam bidang-bidang disiplin ilmu tasawuf, beliau telah menyusup kedalam sisi-sisi ilmu yang beragam.
Dibidang ilmu kalam anda akan menemukan berbagai macam karya tulis yang berorientasi pembelaan terhadap madzhab Asy’ari, seperti kitab Faishal At-Tafarruqah, Iljaam Al Awaam, Al makshad , Al asnaa, dan sebagainya.
Ketika berbicara tentang konsep epistimologis dalam pemikiran Al Ghazali, maka anda sebaiknya benar-benar tahu bahwa konsep tersebut bercabang dan terbagi dalam tingkatan-tingkatan. Kadang beliau berbicara tentang teori epistimologi dan mekanisme ‘persepsi indra’ dengan menggunakan logika filsuf dan teologian, dan kadang cendrung mengambil sebagian pendapat Aristoteles tentang jiwa dan definisi jiwa serta dalam mekanisme persepsi indra.
Pada hakikatnya, diskursus pengetahuan hati atau makrifat sufistik dalam pemikiran Al Ghazali tidak terlepas dari pengaruh konsep filosofis yang terkandung dalam sebagian pendapat ajaran neo-platinisme. Tetapi kedua tingkat tersebut berbeda dengan pemikiran Al Ghazali seputar disiplin ilmu epistemologi yang dengan mudah ditangkap  yaitu pada satu sisi ia bersikap sebagai seorang filsuf dan disisi lain beliau bersikap sebagai seorang sufi.[8]
Penting sekali untuk dicermati, bahwa Imam Al Ghazali tidak berbicara tentang makrifat (epistimologi) menurut pandangan kaum sufi seperti layaknya seorang sufi yaitu dengan sebuah eksperimen dan kesaksian, tetapi hal; itu dilakukan setelah mengkaji makrifat menurut kapasitasnya sebagai seorang filsuf serta berdasar pada ajaran para filsuf.
Pertama kali beliau akan berbicara dengan menggunakan bahasa dan ajaran para filsuf, sebagai salah satu bagian dari mereka. Tatkala tidak menemukan tujuan yang dicari yaitu keyakinan dan ketentraman hati, maka beliau mulai menyusup kedalam kajian-kajian tasawuf. Melakukan ekspremen dan interaksi sebagai seorang ahl;i ibadah. Hal ini berjalan seiring dengan kehidupan dan perkembangan pemikiran beliau.
Al Ghazali mengatakan,makrifat adalah Nampak jelas rahasia-rahasia ketuhanan dan pengetahuan mengenai susunan urusan ketuhanan yang mencakup segala yang ada.
Seterusnya al Ghazali menjelaskan bahwa orang yang mempunyai makrifat tentang tuhan, yaitu arif, tidak akan mengatakan ya allah atau ya rabb. Karena memanggil tuhan dengan kata-kata serupa ini menyatakan bahwa tuhan ada dibelakang tabir. Orang yang duduk berhadapan dengan temannya tidak akan memanggil temannya itu.[9]
Tetapi bagi al Ghazali ma’rifat urutannya terlebih dahulu daripada mahabbah, karena mahabbah timbul; dari ma’rifat. Namun mahabbah yang dimaksud al Ghazali berl;ainan mahabbah yang diucapkan oleh Rabi’ah al;-Adawiyah, yaitu mahabbah dalam bentuk cinta seseorang kepada yang berbuat baik kepadanya, al Ghazali lebih lanjut mengatakan bahwa ma’rifat dan mahabbah itulah setinggi-tinggi tingkatan yang dapat dicapai seorang sufi. Dan pengetahuan yang diperoleh dari ma’rifat lebih tinggi mutunya dari pengetahuan yang diperoleh dengan akal.
BAB III
PENUTUP
     A.    Kesimpulan
Al fana yang menjadi sebuah statement bersama dikalangan kaum sufi adalah produk alamiah perkembangan madzhab mereka seputar konsep cinta dan makrifat, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan. Setiap orang mengetahui pasti akan mencintai.
Menurut imam Al Ghazali makrifat adalah Nampak jelas rahasia-rahasia ketuhanan dan pengetahuan yang mengenai susunan urusan ketuhanan yang mencakup segala yang ada.
        B.     Saran
Tentunya penyusun menyadari bahwa apa yang ada dalam makalah ini masih sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penyusun berharap kepada para pembaca dan penyimak makalah ini untuk bersedia memberikan kritik ataupun saran yang sifatnya konstruktif untuk kemudian bisa lebih memperbaiki lagi dalam penysunan makalah serupa yang akan datang.

DAFTAR ISI
Nata Abddin, Akhlak Tasawuf, Cetakan IV,Jakarta : RajaGrafindo Persada,2002.
Amir, Akhlak Tasawuf, Cetakan I, Bandung : Refika Aditama,2015
Nasution Ahmad Bangun,Siregar Rayani Hanum, Akhlak Tasawuf,Edisi 2,Cet,2,Jakarta : RajaGrafindo Persada,2015.
Abdullah bin Umar, Misteri Ajaran Ma’rifat, Cetakan pertama, Mitrapress,2007.
Al Galind Muhammad As-Sayyid,Tasawuf dalam pandangan Al Quran dan Al Sunnah, Cetakan Pertama, Jakarta : Cendekia Sentra Muslim,2003.


[1] Muhammad  As-Sayyid Al Ghalin,Tasawuf dalam pandanga al Quran dan As Sunnah,cetakan pertama, Jakarta,Cendekia Sentra Muslim,2003,hal. 150-153
[2] Syeikh Abdullah bin Umar al-Haddad,misteri ajaran ma’rifat,cetakan pertama,Mitrapress,2007,hal. 12-13
[3] Ahmad Bangun Nasution,dan Rayani hanum siregar,Akhlak Tasawuf,cetakan I,II,Jakarta,Rajagrafindo Persada,2015,hlm 77.
[4]  Amir, akhlak tasawuf meretas jalan menuju akhlak mulia,cetakan pertama,bandung,Refika Aditama,2015.Hal.58-59.
[5] Ahmad Bangun Nasution,dan Rayani hanum siregar,Akhlak Tasawuf,cetakan I,II,Jakarta,Rajagrafindo Persada,2015,hlm 79.
[6] Amril,Akhlak Tasawuf meretas jalan menuju akhlak mulia,cetakan pertama,Bandung, Refika Aditama,2015.hal.58.
[7] Syeikh Abdullah,misteri ajaran ma’rifat,cetakan pertama,Mitrapress,2007,hal,11.
[8] Muhammad As-Sayyid Al Ghazali,Tasawuf dalam pandangan Al quran dan As-sunnah,cetakan pertama,jakarta,cendekia sentra muslim,2003.hal.155-157.
[9] Abuddin Nata,akhlak tasawuf,cetakan IV,Jakarta,Rajagrapindo Persada,2002,hal 226-227.

Senin, 19 November 2018

MAKALAH AKHLAK TASAWUF


Aliran-Aliran Akhlak Tentang Kriteria Baik dan Buruk

KATA PENGANTAR

Asslamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH AKHLAK TASAWUF  yang berjudul Aliran-Aliran Akhlak Tentang Kriteria Baik dan Buruk”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik mengenai materi maupun sistematika penulisan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis sendiri. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh


Bengkulu, 9 desember 2017


Penulis











Daftar Isi

Kata Pengantar
................................................... 1
Daftar Isi
................................................... 2
BAB I Pendahuluan

A.    Latar Belakang
................................................... 3
B.     Rumusan Masalah
................................................... 3
C.     Tujuan
................................................... 3
BAB II Pembahasan

A.    Pengertian Baik dan Buruk
................................................... 4
B.     Aliran Baik Buruk
................................................... 6
C.     Baik Buruk Menurut Ajaran Islam
................................................. 14
BAB III Penutup

A.    Kesimpulan
................................................. 17
B.     Saran
................................................. 17
Daftar Pustaka
................................................. 18













BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang tidak baik. Kadang-kadang disuatu tempat, perbuatan itu dianggap salah atau buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah.
Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanyaperbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbuatan tolak ukur tersebut, disebabkann karena perbedaan agama, kepercayaan, cara berpikir, ideology, lingkungan hidup, dan sebagainya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kekutan insting. Hal ini berfungsi bagi manusia untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, yang berbeda-beda, karena pengaruh kondisi dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam satu lingkungan pun belum tentu mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia juga mempunyai ilham yang dapat mengenal nilai suatu itu baik atau buruk.
Didalam ilmu Akhlak kita berjumpa dengan istilah-istilah: benar, salah, baik dan buruk. Apakah prinsip-prinsip yang kita pakai itu benar atau salah: apakah kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat itu baik atau buruk.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.   Apa pengertian baik dan buruk ?
2.    Apa saja aliran baik dan buruk ?
C.    TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian baik dan buruk
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja aliaran – aliran baik dan buruk akhlak

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN BAIK DAN BURUK
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, munjidmengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Sementara itu dalam Websters New Twentieth century dictionarydikatakan bahwa baik adalah suatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Selanjutnya yang baik itu juga adalah suatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberikan kepuasan. Yang baik itu juga dapat diartikan sesuatu yang sesuai dengan keinginan. Dan disebut baik itu juga dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkankan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa secara umum bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diiginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkret. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa yang disebut baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Definisi kebaikan tersebut terkesan antroposentris, yakni memusat dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan membahagiakan manusia.
Mengetahui sesuatu yang baik sebagaimana yang disebutkan diatas akan mempermudah dalam mengetahui yang buruk. Dalam bahasa arab, istilah buruk dikenal dengan syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam kwalitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, yang tercela dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya[1].
B.     BEBERAPA ALIRAN BAIK BURUK
Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah, begitu juga patokan yang digunakan orang untuk menentukan baik dan buruk manusia. Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia. Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya:
A.Aliran Hedonisme
 Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Menurut Etimologi kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani dari akar kata hÄ“donÄ“, artinya "kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginanmanusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.


1. Karakteristik Hedonisme
a.  Hedonisme Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.
b.  Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme  kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.
2.  Hedonisme di kalangan remaja
“Virus” hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja, dari anak hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini. Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode.

3.   Faktor yang Mempengaruhi Hedonisme
 A.   Faktor ekstern
Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan.
B.    Faktor intern                      
 Lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan.
4.  Dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan hedonisme
A. Individualisme
Orang yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan orang lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak begitu. Manusia merupakan mahluk sosial.
B.  Pemalas
Malas merupakan akibat yang di timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu menyia-nyiakan waktu. Manusia yang tidak menghargai waktu.
C.  Pergaulan bebas
Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka selalu berada dalam dunia malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.

D.  Konsumtif
Hedonisme cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang  hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
E.  Boros
Menghambur-hamburkan uang untuk membeli bernbagai barang yang tidak penting, hanya untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.
5. Solusi menghadapi budaya Hedonisme
Untuk menciptakan sebuah generasi muda yang mampu diharapkan untuk masa depan,diperlukan kerja keras dan kerja sama dari berbagai komponen seperti ulasan sebelumnya. Komponen tersebut mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Jika yang digerakkan hanya satu komponen, maka generasi muda yang sesuai harapan akan lama terwujud karena arus budaya hedonisme kuat ke segala bidang kehidupan manusia. Semua komponen harus bekerja sama meski dapat dikatakan sulit untuk dilakukan, tapi masih ada jalan untuk mewujudkannya.
B.  Aliran sosialisme(adat istiadat)
Baik dan buruk menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegangi oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk dan mendapat hukuman secara adat. Adat istiadat selanjutnya dipandandang sebagai pendapat umum. Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap bangsa atau daerah mempunyai adat tertentu mengenai baik dan buruk.
Di masyarakat akan kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara  yang demikian itulah yang dianggap orang baik, dan orang yang mengingkarinya adalah orang yang buruk. Kelompok yang menilai baik dan buruk menurut adat ini dalam pandangan filsafat dikenal dengan aliran sosialisme. Paham ini muncul dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia, maka masyarakat lah yang menentukan nilai baik dan buruk perbuatan manusia itu sendiri. Karena hakikat dari adat itu sendiri sebenarnya adalah produk budaya manusia yang sifatnya Nisbi dan relafit, maka nilai baik dan buruk tersebut juga sangat relatif.
C.  Aliran Instuinisme
Aliran instuinismene berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi, sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang buruk adalah kekuatan naluri, kekuatan batin atau bisikan hati nurani yang ada pada tiap-tiap manusia.
Oleh karena itu, apabila seseorang melihat sesuatu perbuatan, maka pada dirinya timbul semacam ilham yang member petunjuk tentang nilai perbuatan itu dan selanjutnya ditetapkanlah hukum perbuatan itu baik atau buruk. Dengan demikian, maka kebanyakan manusia sependapat atas keutamaan sifat benar, dermawan ataupun berani dan semacamnya, demikian pula mereka sepakat atas sifat-sifat kebalikannya yang cela dan keji.
Para pengikut aliran instuisi, berpendapat bahwa manusia mengerti hal-hal yang baik dan yang buruk secara lansung dengan melihatnya sekilas panndang. Perbuatan-perbuatan baik dan buruk dikur dengan daya tabiat batiniah, karenanya dikatakan, benar adalah wajib karena benar termasuk sifat utama buak karena darurat dank arena pendirian orang banyak atau jaminan kemewahan serta buka berarti diluar tabiatnya. Demikian pula pencurian adalah buruk karena dalam tabiatnya termasuk sifat melampaui batas atau permusuhan pada orang lain dan merampas kekuasaanya dengan tanpa hak.
Sebagai pendukung aliran ini Plato(430-347SM) mengatakan bahwa : adalah kesalahan besar kalau kebahagiaan itu dijadikan tujuan hidup. Sebab hal itu dapat menyesatkan hati nurani. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia bukan setiap perbuatannya itu mencari kebahagiaan.
Dalam mengutakan paham Plato(instuisi) dari Aristoteles (Hedonisme), Sainther berkata, sesungguhnya salah besar sekali bahwa tujuan hidup itu adalah bahagia, karena dalam hal ini menimbukan pandangan yang buruk terhadap segala sesuatu untuk kewajiban. Kewajiban mana yang lebih penting dari manfaat dengan segala apa yang dinamakan kebahagiaan. Sungguh bahagia itu tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan kewajiban, dan dapat dikatan keruntuhan akhlak, bila seorang melebihkan kebahagiaan manusia daripada kewajibannya.
D.   Aliran Idealisme
Aliran ini sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat abrat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato yang menyatakan bahwa alam, cita-cita adalah kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan menjalankann pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya, dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah paham idealism hilang sama sekali. Pada abad pertenagahn, satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah idealisme ini. Pada zaman Aufklarung, ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua, seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan ataupun dua-duanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting dari pada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjan masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil fisafat yang mendalam. Puncak zaman Idealisme pada masa abad ke 18 dan ke 19 adalah periode idealiisme. Pada saat itu, Jerman besar sekali pengaruhnya di Eropa.
Tokoh utama aliran ini adalah Immanuel Kant. Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.  Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Sesorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas dasar”kemauan sendiri” atau “rasa kewajiban”. Sekalipun dincam dan dicela orang lain perbuatan baik itu dilakukan juga, karena adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
2.  Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan yang konkrit. Dan menjadi pokok disinin adalah “kemauan baik”.
3.  Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu ”rasa kewajiban”.
Dengan demikian, maka menurut aliran ini “kemauan” adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata.
E.    Aliran Utilitarisme
Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna. Kalau ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan negara disebut sosial.  Tokoh alliran ini adalah John Stuart Mill(1806-1873). Bertolak dari namanya, utilitarisme di tuduh menyamakan kebaikan moral dengan manfaat. Aliran ini pun di anggap sebagai “etika sukses”, yaitu etika yang menilai kebaikan orang dari apakah perbuatannya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak..      
Paham ini juga menjelaskan arti kegunaan tidak hanya yang berhubungan dengan materi, melainkan melalui sifat rohani yang bisa diterima dengan akal. Dan kegunaan bisa diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Disini Nabi juga menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang banyak memberi manfaat Kepada orang lain (HR.Bukhari).
Kebahagiaan bersama bagi semua orang harus menjadi pokok pandangan tiap-tiap orang, bukan kebahagiaan dia sendiri. Dan kebahagiaan terhitung menjadi keutamaan kerena membuahkan kelezatan bagi manusia lebih banyak dari buah kepedihan. Dia adalah utama, meskipun memperpedih sebagian orang-orang dan meskipun memperpedih yang melakukan perbuatan itu sendiri. Demikian pula kerendahan menjadi kerendahan karena kepedihannya bagi manusia lebih berat dari kelezatannya.
F.   Aliran Evolusi
Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya sampai pada kesempurnaan. Paham seperti ini tidak hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia dan tumbuh-tumbuhan, akan tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat diihat dan diraba oleh indera,seperti moral dan akhlak.
Paham evolusi pertama muncul dibawa oleh seorang ahli pengetahuan bernama “LAMARCK”. Dia berpendapat bahwa jenis-jenis binatang itu merubah satu sama lainnya. Dan menolak pendapat yang mengatakn bahwa jneis-jenis itu berbeda-beda dan tidak dapat berubah-ubah. Alasan lainnya bahwa jenis-jenis itu tidak terjadi pada satu masa akan tetapi bermula dari binatang rendah, menigkat dan beranak satu dari lainnya dan berganti dari jenis ke jenis lain.
            Ada dua faktor pergantian yaitu :
1. Lingkungan : mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan.
 2.  Warisan : bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan perpindahan  pada cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham pertumbuhan dan   kepentingan (evalition).
Herbert Spencer mencocokkan paham ini dengan akhlak berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhan dan mulai berangsur meningkat sedikit demi sedikit,dan ia berjalan ke arah “cita-cita” yang dianggap sebagai tujuan. Maka perbuatan itu baik bia dekat dari cita-cita itu dan buruk bila jauh dari padanya. Tinjauan manusia di dalam hidup ini akan mencapai cita-cita itu atau mendekatinya sedapat mungkin.
Pengikut paham ini berpendapat bahwa segal perbuatan akhlak itu tumbuh dengan sederhana, dan mulai naik dan meningkat sedikit demi sedikit, lalu berjalan menuju kepada cita-cita, dimana cita-cita ini ialah yang menjadi tujuan. Maka perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu, dna buruk bial jauh darinya. Tujuan manusia didalam hidup ini mencapai cita-cita itu atau mendekatinya sedapat mungkin.
G.  Aliran Religionisme
Paham ini berpendapat bahwa yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai denngan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Paham ini,terhadap keyakinan teologis yaitu keimanan kepada Tuahan sangat memegang peran penting. Karena tidak mungkin orang berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, apabila yang melakukan tidak beriman kepada-Nya.
Perlu diketahui, bahwa didunia ini ada bermacam-macam agama yang dianut, dan masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukuranya agama masing-masing. Agama Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam , masing-masing agama tersebut memiliki pandangan dan tolok ukur tentang baik dan buruk antra yang satu dengan lainya berbeda-beda dan juga ada persamaanya[2]

C.    Baik Buruk Menurut Ajaran Islam.
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah S.W.T.,menurut ajaran agama islam penentuan baiak dan buruk harus didasarkan pada Al-quran dan Hadist. Di dalam Al-quran maupun hadist banyak dijumpai istilah yang mengacu pada yang baik dan yang buruk. Diantara istilah yang mengacu pada hal yang baik misalnya al-hasanah, thayyibah, khair, mahmudah, karimah dan al-birr.
1.      Al-hasanah
Al-Raghib Asfahani mengemukakan bahwa sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau yang dipandang baik adalah hasanah.Hasanah dibagi menjadi tiga ,pertama hasnah dari segi akal,kedua hasnah dari segi nafsu/keinginan dan hasanah dari panca indra.Lawan dari hasanah adalah Al-sayyiah. Yang termasuk hasanah mislnya keuntungan,kelapangan rezeki dan kemenangan.
2.      Al-thayyibah
Kata Al-thayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan kelezatan kepada panca indra dan jiwa,seperti makanan ,pakaian,dan tempat tinggal dan sebagainya.Lawan dari Al-thayyibah adalah Al-qhabibah yang artinya buruk.
3.      Al-khair
Kata Al-khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh seluruh umat manusia,seperti berakal,adil,keutamaan dan segala sesuatu yang ber manfaat.Lawannya adalah Al-syarr.
4.      Karimah
Kata Al-karimah digunakan untuk menunjukkan pada perbuatan dan ahlak yang terpuji yang ditampakkan pada kehidupan sehari-hari.Selanjutnya kata karimah biassa digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang terpuji yang sekalanya besar,seperti menafkahkan hartanya dijalan Allah dan berbuat baik pada orang tua.
5.      Al-mahmudah
Kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai Allah SWT. Dengan demikian kata Al-mahmudah lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin dan spiritual.
6.      Al-birr
Kata Al-birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas melakukan perbuatan yang baik.Kata tesebut terkadang digunakan sebagai sifat Allah dan terkadang juga untuk manusia.Jika kata tersebut diguanakan untuk sifat Allah ,maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan pahala yang besar,dan jika digunakan untuk manusia , maka yang dimaksud adalah ketaatannya.[3]














BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik. Aliran-aliran filsafat ayng mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk ini adalah aliran sosialisme, idealisme, intuisisme, utilitarianisme, hedonisme, evolusi dan religionisme.
Baik atau buruk iu relatif sekali, karena tergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai bai atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena berganrung kepada individu yang menilainya.
Ajaran islam bersumber dari wahyu Allah SWT berupa Al-Qur’an yang dalam penjabarannya di contohkan oleh sunah Nabi Muhammad  saw. Masalah akhlak dalam ajaran islam mendapatkan perhatian besar. Istialh baik dna buruk menurut islam harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kalau kita perhatikan, istilah baik buruk dapat kita jumpai dalam Qur’an maupun Hadis, seperti Al Hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, al-birr, dan azizah.
                                                                                                                    
B.SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis saya selaku penyusun makalah tersebut mengharapkan saran dan ide yang bisa membangun untuk melengkapi makalah berikutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Iis ihsani dkk, 2016, makalah akhlak tasawuf, ml.scribd.com/doc/ 93478464/Makalah-Pengertian-Baik-Dan-Buruk,diakses  pukul 10:23 Sabtu 09 Desember 2017.
Aliran-aliran akhlak, 2013,artebatcell.blogspot.com/2013/...baik-dan-buruk-menurut-akhlak_22.html, Diakses pukul 13;35 Sabtu 09 Desember 2017.
            Baik dan buruk menurut akhlak, 2013,  artebatcell.blogspot.com/2013 /...baik-dan-buruk-menurut-akhlak_22.html.Diakses pukul 16:28 Sabtu 09 Desember 2017.



[1] Iis ihsani dkk, makalah akhlak tasawuf, ml.scribd.com/doc/93478464/Makalah-Pengertian-Baik-Dan-Buruk,diakses  pukul 10:23 Sabtu 09 Desember 2017.
[2] Aliran-aliran akhlak, artebatcell.blogspot.com/2013/...baik-dan-buruk-menurut-akhlak_22.html, Diakses pukul 13;35 Sabtu 09 Desember 2017.
[3]Baik dan buruk menurut akhlak artebatcell.blogspot.com/2013/...baik-dan-buruk menurut-akhlak_22.html.Diakses pukul 16:28 Sabtu 09 Desember 2017.