MAKALAH FILSAFAT
“Interelasi filsafat agama, pengetahuan dan budaya” (Dosen Pembimibing : Sa’adah Mardliyanti, MA)
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata filsafat berasal dari bahasa
yunani,” philosophia” philein artinya cinta, philos pecinta, sophia
kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya “cinta akan kebijaksanaan”. Kata
filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa
Yunani philosophia. Arti kata
filsafat yaitu cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Ketika kita bicara filsafat, maka
kita bicara hakikat. Hakikat dari segala sesuatu yang hendak kita fikirkan.
Filsafat adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara
berfikir yang mengupas segala sesuatu secara mendalam. Berbagai pandanganpun
muncul mengenai filsafat, salah satunya pandangan hujjatul islam al-Ghazali
dengan munculnya kitab “tahafutul falasifah” yang berarti kesalahan para
filosof. Bahkan beliau mengatakan bahwa orang yang berfilsafat maka dia
termasuk kaum zindiq, kenyataan tersebut membuat paradigma di sebagian
masyarakat bahwa antara filsafat, ilmu, dan agama itu bertentangan. Mengapa
demikian? Padahal dalam agama islam terdapat ajaran-ajaran tentang pentingnya
berfikir dan menuntut ilmu, sehingga dalam beberapa ayat allah memuji
orang-orang yang mampu berfikir dengan benar (ulil albab) dan meninggikan
derajat orang-orang beriman lagi berilmu (al-mujadalah: 9).
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat
2. Bagaimana hubungan filsafat agama,
pengetahuan dan kebudayaan
3. Bagaimana pendapat para filsuf tentang
agama
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat
2. Untuk mengetahui hubungan filsafat
agama, pengetahuan dan kebudayaan
3. Untuk mengetahui pendapat para filsuf
tentang agama
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Menurut
etimologi (bahasa) filsafat berasal dari bahasa yunani “philosopia”. Yang
terdiri dari dua kata yaitu “philos” dan “shopos”. Philos artinya cinta, shopos
artinya kebijaksanaan atau kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosopy
yang biasanya diberi arti “cinta kearifan”.
Plato memberikan istilah dengan
dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena filsafat
harus berlangsung supaya upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat
yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat
pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai
suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena
seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan
(terakhir) dari benda-benda.
Rene Descartes filsafat merupakan
kumpulan segala pengetahuan, dimana tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok
penyelidikannya.
Sebagai tokoh pragmatisme, John
Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan
mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan
penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan
ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang
yang diakui. Tegasnya, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat
penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu
kebudayaan.
Konsep al-farabi, filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada (al-ilmu
bil-maujudat bi ma hiya al-maujudat)
B. Pemaduan
Filsafat dan Agama
Salah satu usaha al-kindi
memperkenalkan filsafat ke dalam dunia islam dengan cara mengetok hati umat
supaya menerima kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya kita tidak
pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Bagi mereka
yang mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran
itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan martabat orang yang
menerimanya.
Telah dipaparkan bahwa Al-kindi
orang islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan
antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara
keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing dari keduanya adalah ilmu
tentang kebenaran, sedangkan kebenaran itu adalah satu . ilmu filsafat meliputi
ketuhanan, keesaan-nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan
bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan apa-apa yang
jauh dari mudarat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para rasul allah, dan juga
mereka menetapkan keesaan allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-nya.
Atas dasar itulah menurut Al-kindi
kita wajib berterima kasih kepada para pendahulu kita yang memberi kita ukuran
kebenaran. Jika mereka tidak membekali kita dengan dasar-dasar pikiran yang
membuka jalan untuk kebenaran, pastilah kita tidak akan dapat. Sekalipun kita
melakukan penyelidikan yang lama dan tekun, menemukan primsip utama yang benar
atas dasar penarikan kesimpulan, dan yang dari generasi ke generasi telah
terbuka sejak dahulu hingga sekarang.
Tujuan ungkapan Al-kindi di atas
adalah untuk menghalalkan filsafat bagi umat islam. Usaha yang ia lakukan cukup
menarik dan bijaksana. Ia mulai dengan membicarakan kebenaran sesuai dengan
anjuran agama yang mengajarkan bahwa kita wajib menerima kebenaran dengan
sepnuh hati tanpa mempersoalkan sumbernya sekalipun sumber itu dari orang
asing. Kemudian, usaha berikutnya ia masuk pada persoalan pokok, yakni
filsafat. Telah dijelaskan bahwa tujuan filsafat sejalan dengan ajaran yang di
bawa oleh rasul. Oleh karena itu, sekalipun ia datang ke yunani maka kita wajib
mempelajarinya, bahkan lebih jauh dari itu, kita wajib mencarinya.
Agaknya untuk memuaskan semua pihak,
terutama orang-orang islam yang tidak senang pada filsafat, dalam usaha
pemanduannya ini, Al-kindi juga membawakan ayat-ayat Al-qur’an. Menurutnya
menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan anjuran Al-qur’an yang
memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala fenomena di alam
semesta ini.
Dalam tulisannya Kammiyat Kutub
Aristoteles, Al-kindi mengemukakan beberapa perbedaan antara filsafat dan
agama sebagai berikut:
1.
filsafat adalah ilmu kemanusiaan yang
dicapai oleh filosof
1. Pengertian Agama dan Pengetahuan
Definisi agama yang pertama adalah
menekankan segi rasa iman dan kepercayaan. Yang kedua ialah menekankan segi
agama tentang peraturan hidup. Jadi, kedua-keduanya merupakan definii yang
lebih memadai tentang agama. Agama ialah
sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dapat
juga agama ialah peraturan tentang cara hidup, lahir-batin. Sedangkan agama
menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai hukum-hukum dan yang
diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya
pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara
empiris, riset, dan eksperimental. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangan), yang merupakan kesatuan yang
sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan
menunjukkan sebab-sebab hal itu.
C. Hubungan Antara
Filsafat dengan Agama
Menurut sejarah, agama tumbuh
bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu
adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spiritual,
yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit
dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap
suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf
perkembangan cara berfikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya
sebagai tuhan.
Di samping itu ajarannya sudah tetap
dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya
hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama mengajarkan para
penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan
akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya.
Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa
ketika manusia telah mati.
Ajaran agama yang universal
mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah
menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud disini adalah
bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk
menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris,
buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu
universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman yang
kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam waktu
yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan
member pedoman untuk mengatur kehidupannya. Kemudian kita kembali kepada arti
harfiah dari agama itu.
Dapatkah dimengerti bahwa hakikat
agama merupakan fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan berkembang dari dalam
dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan dan alam
sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai
persamaan dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama disini pada umumnya
adalah agama-agama yang bersifat universal. Artinya, para pengikutnya terdapat
dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah.
D. Hubungan
Filsafat Dengan Kebudayaan
Filsafat dan budaya Budaya berasal dari bahasa Sansekerta
Budhayah. Kata ini berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi
artinya akal, tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan
untuk pemecahan masalah. Sementara daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh,
jalan, cara, muslihat. Dalam bahasa Arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan
adalah al-Hadlarah, as Tsaqafiyah / Tsaaqafah yang artinya juga
peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk kata kebudayaan adalah Culture
(Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur (Belanda). Secara
istilah, banyak pengertian tentang kebudayaan di antaranya 1) kebudayaan adalah
cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi
kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu
ruang dan waktu; 2) aspek ekspresi simbolik perilaku manusia atau makna bersama
yang memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
Manusia, masyarakat, dan kebudayaan
berhubungan secara dialektif. Ketiganya berdampingan dan berimpit saling
menciptakan dan meniadakan. Satu sisi manusia menciptakan sejumlah nilai bagi
masyarakatnya, pada sisi yang lain secara bersamaan, manusia secara kodrati
senantiasa berhadapan dan berada dalam masyarakatnya, homosocius. Masyarakat
telah ada sebelum seorang individu dilahirkan dan masih akan ada sesudah individu
mati. Lebih dari itu, di dalam masyarakat dan sebagai hasil proses sosial,
individu menjadi sebuah pribadi. Ia memperoleh dan berpegang pada suatu
identitas. Manusia tidak akan eksis bila terpisah dari masyarakat.Dengan kata
lain, masyarakat diciptakan oleh manusia, sedangkan manusia sendiri merupakan
produk dari masyarakat. Kedua hal itu menggambarkan adanya dialektika dari
fenomena masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan dialektika sosial. Dalam
kehidupan berbudaya, manusia melakukan proses objektivasi ini. Menurut Miller,
melibatkan hubungan antar subjek, kebudayaan, sebagai bentuk eksternal, dan
artefak, sebagai objek ciptaan manusia.
Pada dasarnya kebudayaan adalah
semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan. Sedangkan pendidikan
dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu proses
pengoperan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia, aspek lain dari fungsi
pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi kepribadian anak didik.
Sedangkan landasan pendidikan adalah filsafat.
Jadi, hubungan pendidikan dengan
kebudayaan terdapat pada hubungan nilai demokrasi, dimana fungsi pendidikan
sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk
membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu
menciptakan kebudayaan.
Oleh
karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya
manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki
peran :
1. suatu hubungan pedoman antar manusia atau
kelompoknya
2. wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan
manusia
4. pembeda manusia dengan binatan
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak
dan berperilaku dalam pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa
seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya jikga berhubungan
dengan orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat dalam pandangan barat
diperkirakan muncul pada abad ke- 7
sebelum masehi di yunani. dalam Filsafat muncul ketika orang-orang mulai
berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada
agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang
bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Hubungan pendidikan dengan
kebudayaan adalah juga hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan
sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk
membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu
menciptakan kebudayaan.
B. Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami
menerima kritik maupun saran yang membangun agar dalam tugas selanjutnya dapat
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff,
Louis O., Pengantar Filsafat, alih bahasa Soejono Soemargono,
(Yogyakarta: Tiara Kencana, 1986).
Gazalba,
Sidi, 2001, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka
Al-Husna.
Zar,
Sirajuddin. 2012. Filsafat islam, pemaduan filsafat dan agama, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Kaelan,
M.S. 1998. Filsafat bahasa, pengertian filsafat, yogyakarta: PARADIGMA
Achmadi,
Asmoro, 2013. Filsafat umum, kedudukan ilmu, filsafat dan agama,
Jakarta: Rajawali pers
No comments:
Post a Comment