1

loading...

Monday, October 30, 2017

MAKALAH FILSAFAT

MAKALAH FILSAFAT  

“Interelasi filsafat agama, pengetahuan dan budaya” (Dosen Pembimibing :  Sa’adah Mardliyanti, MA)



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Kata filsafat berasal dari bahasa yunani,” philosophia” philein artinya cinta, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya “cinta akan kebijaksanaan”. Kata filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Arti kata filsafat yaitu cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya.
            Ketika kita bicara filsafat, maka kita bicara hakikat. Hakikat dari segala sesuatu yang hendak kita fikirkan. Filsafat adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berfikir yang mengupas segala sesuatu secara mendalam. Berbagai pandanganpun muncul mengenai filsafat, salah satunya pandangan hujjatul islam al-Ghazali dengan munculnya kitab “tahafutul falasifah” yang berarti kesalahan para filosof. Bahkan beliau mengatakan bahwa orang yang berfilsafat maka dia termasuk kaum zindiq, kenyataan tersebut membuat paradigma di sebagian masyarakat bahwa antara filsafat, ilmu, dan agama itu bertentangan. Mengapa demikian? Padahal dalam agama islam terdapat ajaran-ajaran tentang pentingnya berfikir dan menuntut ilmu, sehingga dalam beberapa ayat allah memuji orang-orang yang mampu berfikir dengan benar (ulil albab) dan meninggikan derajat orang-orang beriman lagi berilmu (al-mujadalah: 9).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat
2.      Bagaimana hubungan filsafat agama, pengetahuan dan kebudayaan
3.      Bagaimana pendapat para filsuf tentang agama
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat
2.      Untuk mengetahui hubungan filsafat agama, pengetahuan dan kebudayaan
3.      Untuk mengetahui pendapat para filsuf tentang agama
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat
            Menurut etimologi (bahasa) filsafat berasal dari bahasa yunani “philosopia”. Yang terdiri dari dua kata yaitu “philos” dan “shopos”. Philos artinya cinta, shopos artinya kebijaksanaan atau kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philosopy yang biasanya diberi arti “cinta kearifan”.
            Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena filsafat harus berlangsung supaya upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.
            Rene Descartes filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
            Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.
            Konsep al-farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada (al-ilmu bil-maujudat bi ma hiya al-maujudat)

B.     Pemaduan Filsafat dan Agama
            Salah satu usaha al-kindi memperkenalkan filsafat ke dalam dunia islam dengan cara mengetok hati umat supaya menerima kebenaran walaupun dari mana sumbernya. Menurutnya kita tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak ada sesuatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremehkan dan merendahkan martabat orang yang menerimanya.
            Telah dipaparkan bahwa Al-kindi orang islam yang pertama meretas jalan mengupayakan pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan wahyu. Menurutnya antara keduanya tidaklah bertentangan karena masing-masing dari keduanya adalah ilmu tentang kebenaran, sedangkan kebenaran itu adalah satu . ilmu filsafat meliputi ketuhanan, keesaan-nya dan keutamaan serta ilmu-ilmu selain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan menjauhkan apa-apa yang jauh dari mudarat. Hal seperti ini juga dibawa oleh para rasul allah, dan juga mereka menetapkan keesaan allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-nya.
            Atas dasar itulah menurut Al-kindi kita wajib berterima kasih kepada para pendahulu kita yang memberi kita ukuran kebenaran. Jika mereka tidak membekali kita dengan dasar-dasar pikiran yang membuka jalan untuk kebenaran, pastilah kita tidak akan dapat. Sekalipun kita melakukan penyelidikan yang lama dan tekun, menemukan primsip utama yang benar atas dasar penarikan kesimpulan, dan yang dari generasi ke generasi telah terbuka sejak dahulu hingga sekarang.
            Tujuan ungkapan Al-kindi di atas adalah untuk menghalalkan filsafat bagi umat islam. Usaha yang ia lakukan cukup menarik dan bijaksana. Ia mulai dengan membicarakan kebenaran sesuai dengan anjuran agama yang mengajarkan bahwa kita wajib menerima kebenaran dengan sepnuh hati tanpa mempersoalkan sumbernya sekalipun sumber itu dari orang asing. Kemudian, usaha berikutnya ia masuk pada persoalan pokok, yakni filsafat. Telah dijelaskan bahwa tujuan filsafat sejalan dengan ajaran yang di bawa oleh rasul. Oleh karena itu, sekalipun ia datang ke yunani maka kita wajib mempelajarinya, bahkan lebih jauh dari itu, kita wajib mencarinya.
            Agaknya untuk memuaskan semua pihak, terutama orang-orang islam yang tidak senang pada filsafat, dalam usaha pemanduannya ini, Al-kindi juga membawakan ayat-ayat Al-qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan anjuran Al-qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala fenomena di alam semesta ini.
            Dalam tulisannya Kammiyat Kutub Aristoteles, Al-kindi mengemukakan beberapa perbedaan antara filsafat dan agama sebagai berikut:
1. filsafat adalah  ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh filosof
1.      Pengertian Agama dan Pengetahuan
            Definisi agama yang pertama adalah menekankan segi rasa iman dan kepercayaan. Yang kedua ialah menekankan segi agama tentang peraturan hidup. Jadi, kedua-keduanya merupakan definii yang lebih  memadai tentang agama. Agama ialah sistem kepercayaan dan praktek yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dapat juga agama ialah peraturan tentang cara hidup, lahir-batin. Sedangkan agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
            Ilmu pengetahuan ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai hukum-hukum dan yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu.
C.    Hubungan Antara Filsafat dengan Agama
            Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spiritual, yakni sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai dengan taraf perkembangan cara berfikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya sebagai tuhan.
            Di samping itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga memberikan ajaran untuk membuka jalan yang  menuju kepada al-Khaliq, Tuhan Yang Maha Esa ketika manusia telah mati.
            Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud disini adalah bahwa ajaran agama itu dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman untuk mengatur kehidupannya. Kemudian kita kembali kepada arti harfiah dari agama itu.
            Dapatkah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang tumbuh dan berkembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan dan alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama disini pada umumnya adalah agama-agama yang bersifat universal. Artinya, para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai daerah.
D.    Hubungan Filsafat Dengan Kebudayaan
            Filsafat dan budaya Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Budhayah. Kata ini berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi artinya akal, tabiat, watak, akhlak, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah. Sementara daya berarti kekuatan, tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Dalam bahasa Arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan adalah al-Hadlarah, as Tsaqafiyah / Tsaaqafah yang artinya juga peradaban. Kata lain yang digunakan untuk menunjuk kata kebudayaan adalah Culture (Inggris), Kultuur (Jerman), Cultuur (Belanda). Secara istilah, banyak pengertian tentang kebudayaan di antaranya 1) kebudayaan adalah cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu; 2) aspek ekspresi simbolik perilaku manusia atau makna bersama yang memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
            Manusia, masyarakat, dan kebudayaan berhubungan secara dialektif. Ketiganya berdampingan dan berimpit saling menciptakan dan meniadakan. Satu sisi manusia menciptakan sejumlah nilai bagi masyarakatnya, pada sisi yang lain secara bersamaan, manusia secara kodrati senantiasa berhadapan dan berada dalam masyarakatnya, homosocius. Masyarakat telah ada sebelum seorang individu dilahirkan dan masih akan ada sesudah individu mati. Lebih dari itu, di dalam masyarakat dan sebagai hasil proses sosial, individu menjadi sebuah pribadi. Ia memperoleh dan berpegang pada suatu identitas. Manusia tidak akan eksis bila terpisah dari masyarakat.Dengan kata lain, masyarakat diciptakan oleh manusia, sedangkan manusia sendiri merupakan produk dari masyarakat. Kedua hal itu menggambarkan adanya dialektika dari fenomena masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan dialektika sosial. Dalam kehidupan berbudaya, manusia melakukan proses objektivasi ini. Menurut Miller, melibatkan hubungan antar subjek, kebudayaan, sebagai bentuk eksternal, dan artefak, sebagai objek ciptaan manusia.
            Pada dasarnya kebudayaan adalah semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan. Sedangkan pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan isi, yaitu proses pengoperan kebudayaan dalam arti membudayakan manusia, aspek lain dari fungsi pendidikan adalah mengolah kebudayaan itu menjadi kepribadian anak didik. Sedangkan landasan pendidikan adalah filsafat.
            Jadi, hubungan pendidikan dengan kebudayaan terdapat pada hubungan nilai demokrasi, dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
            Oleh karena itu, dengan adanya filsfat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran :
1. suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya
2. wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan lain
3. sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. pembeda manusia dengan binatan
5. petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
6. pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak, berbuat,       menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain
7. sebagai modal dasar pembangunan


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Filsafat dalam pandangan barat diperkirakan  muncul pada abad ke- 7 sebelum masehi di yunani. dalam Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan disekitar  mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
            Hubungan pendidikan dengan kebudayaan adalah juga hubungan nilai demokrasi. Dimana fungsi pendidikan sebagai pengoper kebudayaan mempunyai tujuan yang lebih utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif yakni mampu menciptakan kebudayaan.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kami menerima kritik maupun saran yang membangun agar dalam tugas selanjutnya dapat lebih baik lagi.

           




DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, alih bahasa Soejono Soemargono, (Yogyakarta: Tiara Kencana, 1986).
Gazalba, Sidi, 2001, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Zar, Sirajuddin. 2012. Filsafat islam, pemaduan filsafat dan agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kaelan, M.S. 1998. Filsafat bahasa, pengertian filsafat, yogyakarta: PARADIGMA
Achmadi, Asmoro, 2013. Filsafat umum, kedudukan ilmu, filsafat dan agama, Jakarta: Rajawali pers
















No comments:

Post a Comment