C Makiyyah dan madaniyah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Semua bangsa berusaha keras untuk
melestarikan warisan pemikiran dan nilai-nilai kebudayaannya. Tak terkecuali
umat islam, mereka sangat memperhatikan kelestarian risalah Muhammad yang
memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar
risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya mendapat perhatian sepanjang akal
menerimanya. Tetapi, di atas itu semua, ia merupakan agama yang melekat pada
akal dan terpatri dalam hati.
Orang yang membaca Al-Qr’an Al-Karim akan
melihat bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam
ayat-ayat madaniyyah, baik dalam irama maupun maknanya begitupun sebaliknya;
sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-hukum dan
perundang-undangannya.
Abdul Qasim Al-Hasan bin Muhammad bin Habib
An-Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya At-Tanbih ‘Ala Fadhli ‘Ulum
Al-Qur’an “Di antara ilmu-ilmu Al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu
tentang nuzulul Al-Qur’an dan wilayahnya, urutan turunnya di makkah dan
madinah, tentang hukumnya yang diturunkan di makkah tetapi mengandung hukum
madani dan sebaliknya, serupa dengan yang diturunkan di makkah, tetapi pada
dasarnya termasuk madani dan sebaliknya. Juga tentang yang diturunkan di
Juhfah, Baitul Maqdis, Tha’if atau Hudaibiyah. Demikian juga tentang yang
diturunkan di waktu maalm, di waktu siang, diturunkan secara bersama-sama. Atau
ayat–ayat Madaniyyah dalam surat-surat Makkiyyah dan sebaliknya. Itu semua adaa
25 macam. Orang yang tidak mengetahuinya dan tidak dapat membeda-bedakannya, ia
tidak berhak berbicara tentang Al-Qur’an. ”
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Makkiyah dan
Madaniyah ?
3. Bagaimana Perkembangan Makkiyah dan Madaniyah
?
4. Sebutkan Beberapa Contoh dari Ayat Makkiyah dan
Madaniyah ?
5. Apa Fungsi Memahami Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ?
6. Apa Saja Ayat yang Diturunkan di Luar Kota Makah
dan Madinah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
Para sarjana muslim mengemukakan
empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah.
Keempat perspektif itu adalah :
1.
Masa
turun
(zaman an-nuzul)
2.
Tempat turun
(makan an-nuzul)
3.
Objek pembicaraan (mukhathab)
4.
Tema pemmbicaraan (maudu’)
1. Dari perspektif masa turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai
berikut :
اَلْمَكِيُ : مَا نَزَلَ قَبْلَ اْلهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَةَ.
وَ المدَنِيُ : مَا نَزَلَ بَعْدَ الِهجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ
مَدِيْنَةَ.
فَمَا نَزَلَ بَعْدَ الهِجْرَةِ وَلَوْ بِمَكَةَ أَوْ عَرَفَةَ مَدَنِيُ
Artinya :
“Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke
madinah, kendatipun bukan turun di mekah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat
yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di
madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun
turun di mekah atau di arafah.”
2. Dari perspektif
tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut :
مَا نَزَلَ : بِمَكَةَ وَمَا جَا وَرَهَا
كَمِنَى وَ عَرَفَةَ وَحُدَيْبِيَةَ.
وَالمدَنِيُ : مَا نَزَلَ بِالمدِيْنَةِ وَمَا جَا
وَرَهَا كَأُحُدٍ وَقُبَاءَ وَسُلْعَ
Artinya :
“Makkiyah adalah
ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah, dan
hudaibiyyah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan
sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a”
3. Dari objek pembicaraan, mereka
mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut
اَلْمَكِيُ
: مَاكَانَ خِطَابًا لِأَهْلِ مَكَةَ . وَالمدَنِيُ : مَاكَانَ خِطَابًا لِأَهْلِ
المدِيْنَةِ
Artinya :
“Makkiyah adalah
ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah
ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah”
4.
Dari tema pembicaraan, mereka akan
mendefinisikan kedua terminologi
lebih terinci.
Kendatipun mengunggulkan pendefinisian Makkiyyah dan Madaniyyah
dari perspektif masa turun, subhi shahih melihat komponen-komponen serupa dalam
tiga pendefinisian. Pada ketiga versi itu terkandung komponen masa tempat dan orang. Bukti lebih lanjut dari tesis shahih
di atas bisa dilihat dalam kasus surat Al-Mumtahanah .
Bila dilihat dari perspektif tempat turun, surat
ini termasuk Madaniyyah karena diturunkan sesudah peristiwa
hijrah. Akan tetapi, dalam perspektif objek pembicaraan, surat itu termasuk Makkiyah karena menjadi khitab bagi orang-orang
mekah. Oleh karena itu, para sarjana muslim memasukkan surat itu kedalam “ma
nuzila bi al Madinah wa hukmuhu Makki ” (ayat-ayat yang di turunkan di
Madinah, sedangkan hukumnya termasuk ayat-ayat yang diturunkan di Mekah).
Jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Rasulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat
tersebut turun di sekitar / bukan di kota Makkah, yang pembicaraannya lebih
ditujukan untuk penduduk Makkah.
Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya
walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk
Madinah.
B. Sejarah Perkembangan Maakkiyah dan Madaniyyah
Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat
tentang dasar atau kriteria yang dipakai untuk menentukan Makkiyyah dan
Madaniyyah suatu surat atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan lokasi turunnya
ayat-ayat atau surat sebagai dasar penentuan Makkiyyah dan Madaniyyah, sehingga
mereka membuat definisi Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut:
Yang diartikan sebagi berikut: “Makiyah ialah yang diturunkan
dimakkah sekalipun turunnya sesudah hijrah, madaniyah ialah yang diturunkan di
madinah”
Agak sulit memang melacak dan
mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan
tata tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi
berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan
sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi.
Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis
berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran
yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf
tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian
menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya.
C. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyyah
1. Ciri-ciri khusus surat makkiyah
a. Mengandung ayat sajdah (Al-A’raf : 206 )
( A-Nahl : 149 ) ( An-Nahl : 50 ) (
Al-Isra’ : 107 ) ( Al-Isra’ : 108 ) (
Al-isra’ : 109 ) ( Maryam : 85 ) ( Al-Furqan : 60.)
b.
Terdapat lafal kalla sebagian besar ayatnya (Al-Humazah : 4)
كلا لينبذن فى الحطمة
c. Terdapat seruan dengan ya ayyuhannasu contonhya dalam surat
Yunus : 57,
يايهاالناس قدجاءتكم موعظة من ربكم وشفاءلما فى
الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين
d.
Mengandung kisah nabi-nabi dan umat-umat yang telah
lalu, kecuali surat Al- Baqarah
(surat Al-A’raaf : kisah Nabi Adam dengan iblis, kisah Nabi Nuh dan kaumnya,
kisah Nabi Shalih dan kaumnya, kisah Nabi Syu’aib dan kaumnya, kisah Nabi Musa
dan Firaun).
e. Terdapat kisah adam dan iblis.
Contohnya dalam surat Al-A’raf : 11 yang artinya :
“sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (adam), lalu kami bentuk tubuhmu,
kemudian kami katakana kepada malaikat : bersujudlah kamu kepada adam. Maka merekapun bersujud kecuali
iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”
2. Ciri-ciri khusus surat madaniyyah
a. Di dalamnya ada izin berperang atau ada penerangan
tentang hal perang dan penjelasan
tentang hukum-hukumnya. (QS. Al-Ahzab = tentang perang ahzab / khandaq).
b.
Di dalamnya terdapat penjelasan bagi
hukuman-hukuman tindak pidana, fara’id, hak-hak perdata, peraturan-peraturan
yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan. (QS. An-Nur = tentang
hukum-hukum sekitar masalah zina, li’an, adab-adab pergaulan di luar dan di
dalam rumah tangga. QS. Al-Ahzab = tentang hukum zihar, faraid)
c.
Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik (surat An-Nur ayat 47-53
tentang perbedaan sikap orang-orang munafik dengan sikap orang-orang muslim
dalam bertakhim kepada Rasul)
d. Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka
diajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti terdapat dalam surat
Al-Baqarah, An-Nisa’, Ali Imran, At-Taubah dan lain-lain.
D. Beberapa Contoh Ayat
Makkiyah dan Madaniyah
1. Makkiyah
Diantaranya :
1
|
Al-‘Alaq
|
Al-Fiil
|
Al-Lahab
|
‘Abasa
|
||
2
|
Al-Qolam
|
Al-Falaq
|
At-Takwir
|
Al-Qodar
|
||
3
|
Al-Muzzammil
|
An-Nas
|
Al-A’la
|
Asy-Syams
|
||
4
|
Al-Muddatstsir
|
Al-Ikhlas
|
Al-Lail
|
Al-Buruj
|
||
5
|
Al-Fatihah
|
An-Najm
|
Al-Fajr
|
At-Tiin
|
||
11
|
Ad-Dhuha
|
Al-Quroisy
|
At-takatsur
|
Qaf
|
||
12
|
Al-Insyiroh
|
Al-Qori’ah
|
Al-Ma’un
|
At-Thoriq
|
||
13
|
Al-Ashr
|
Al-Qiyamah
|
Al-Kafirun
|
Al-Qomar
|
||
14
|
Al-Adiyat
|
Al-Humazah
|
Al-Fiil
|
Shad
|
||
15
|
Al-Kautsar
|
Al-Mursalat
|
||||
2. madaniyah
Diantaranya :
Al-Baqoroh
|
At-Tholaq
|
Ali-Imron
|
Al-Anfal
|
Al-Hasr
|
Al-Ahzab
|
Al-Mumtahanah
|
An-Nur
|
Al-Hujurat
|
An-Nisa’
|
Al-Hajj
|
At-Tahrim
|
Al-Hadid
|
Al-Munafiqun
|
At-Taghabun
|
Al-Qital
|
Al-Mujadilah
|
As-Shaf
|
Al-Maidah
|
Al-Jumuah
|
Al-Maidah
|
At-Taubah
|
Al-Fath
|
At-Taubah
|
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Teori behaviouristik menekankan pada “hasil” daripada proses
belajar. Teori kognitif menekankan pada “proses” belajar. Teori humanistik
menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari.
B.Saran
Diharapkan Sebagai seorang pengajar perlu sekali mengetahui
teori-teori belajar agar pendidikan di Indonesia menjadi semakin lebih baik di
masa sekarang dan yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Wahab Rohmalina.2015.Psikologi
Belajar.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Ahmdi,Abu,dkk.2008.Psikologi Belajar.Bndung:
Rinek Cipta
Googleplus
No comments:
Post a Comment